PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu masalah yang sering
terjadi pada ibu hamil dan merupakan 5–15% penyulit dalam kehamilan.1 Tiga
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%) (OBST). Hipertensi dalam kehamilan
termasuk di dalamnya preeklampsia merupakan penyebab utama nomor dua
kematian ibu di seluruh dunia. 1
WHO memperkirakan kasus preeclampsia tujuh kali lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di Negara maju
adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%.5,6
Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar
5,3%.7 Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak terlihat
adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia.5
Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki
tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena
preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga
menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai
organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya.5
Adanya angka yang cukup tinggi terhadap mortalitas dan morbilitas
hipertensi dalam kehamilan di Indonesia dapat disebabkan oleh etiologi yang
tidak jelas, dan perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non
medis dan sistem rujukan yang belum sempurna. Sehingga pengetahuan tentang
pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus benar-benar dipahami oleh semua
tenaga medik baik dipusat maupun di daerah.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklamsia
2.1.1 Definisi Preeklamsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah usia kehamilan lebih
dari 20 minggu disertai dengan proteinuria. Gambaran klinis preeklampsia
bervariasi luas dan sangat individual. Secara teoritik urutan gejala yang timbul
pada preeklampsia ialah edema, hiperensi dan terakhir proteinuria. Dari semua
gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan gejala yang
paling penting. Namun, kadang penderita tidak merasakan perubahan ini. Bila
penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan
atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut. Dari gejala-gejala
klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat.1
Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan atau tekanan arah diastolik ≥90 mmHg. Signifikansi setiap
pengukuran tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam kehamilan dan
umumnya semakin awal hipertensi semakin besar kemungkinan hipertensi
tersebut menjadi kronis.2
Hipertensi dalam kehamilan dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi
kronik, preeklampsia, eklampsia, hipertensi gestasional dan hipertensi kronik
dengan superimposed preeklampsia.1
1. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik adalah hipertensi yang muncul sebelum umur kehamilan
20 minggu dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan arah
diastolik ≥90 mmHg dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
2
2. Preeklampsia
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanyamuncul
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (kecuali pada penyakit
trofoblastik) dan dapat didiagnosa dengan kriteria berikut :
a) Ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik > 140 mmHg
dan diastolic > 90 mmHg), yang sebelumnya normal, disertai proteinuria
(>0,3 gram protein selama 24 jam atau > 30 mg/dl dengan hasil reagen
urine >1+)
b) Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa proteinuria perlu
dicurigai adanya preeklampsia seiring kemajuan kehamilan, jika muncul
gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai
trombosit rendah, dan kadar enzim ginjal abnormal.
3. Eklampsia
Eklampsia merupakan preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
merupakanhipertensi kronik yang disertai dengan tanda-tanda
preeklampsia atau hipertensi kronik disertai dengan proteinuria.
5. Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension)
Hipertensi gestasional merupakan hipertensi yang timbul pada kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan.
2.1.2 Etiologi
Etiologi preeklamsia tidak diketahui secara pasti. Diketahui ada beberapa
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia.4
3
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya preeklamsia, adalah:
a. Usia
b. Nulipara
c. Jarak antar kehamilan
d. Riwayat preeklamsia sebelumnya
e. Riwayat keluarga perna preeklamsia atau eklamsia
f. Obesitas
g. Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil.1,5
2.1.4 Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang di anggap mutlak benar.
Teori-teori sekarang banyak di anut adalah:
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskulartori genetik
5. Teori defesiensi gizi
6. Teori inflamasi1
4
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu
dibawah ini:
1. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
2. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadarkreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
4. Edema Paru
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta :Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).5
5
2.1.7 Penatalaksanaan
Terdapat perbedaan manajemen hipertensi pada kehamilan dan di luar
kehamilan. Kebanyakan kasus hipertensi di luar ke hamilan merupakan hipertensi
esensial yang bersifat kronis. Terapi hipertensi di luar kehamilan ditujukan untuk
mencegah komplikasi jangka panjang, seperti stroke dan infark miokard,
sedangkan hipertensi pada kehamilan biasanya kembali normal saat post-partum,
sehingga terapi tidak ditujukan untuk pencegahan komplikasi jangka panjang.
Preeklampsia berisiko menjadi eklampsia, sehingga diperlukan penurunan tekanan
darah yang cepat pada preeklampsia berat. Selain itu, preeklampsia melibatkan
komplikasi multisistem dan disfungsi endotel, meliputi kecenderungan
protrombotik,penurunan volume intravaskuler, dan peningkatan
permeabilitas endotel.4
Manajemen Ekspektatif atau Aktif. Tujuan utama dari manajemen
ekspektatif adalah untuk memperbaiki luaran perinataldengan mengurangi
morbiditas neonatal serta memperpanjang usia kehamilan tanpa membahayakan
ibu.
6
Bagan 1. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa gejala berat5
7
- Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi
menggunakan doppler velocimetry terhadap arteri umbilikal
direkomendasikan
8
c. Bagi wanita yang melakukan perlawatan ekspektatif preekklamsia berat,
pemberian kortikosteroid direkomendasikan untuk membantu pematangan
paru janin
d. Pasien dengan preeklampsia berat direkomendasikan untuk melakukan
rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif
Terminasi Kehamilan
Data Maternal Data Janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu
Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat
berkurang (nyeri kepala, pandangan kabur Oligohidramnion presisten
dan sebagainya) Profil biofisik <4
Penurunan fungsi ginjal progresif
Trombositopenia persisten atau HELLP Deselarisasi variabel dan lambat pada NST
syndrome
Edema paru Dopller arteri umbilicalis : reversed end
Eklampsia diastolic flow
Solusio plasenta
Persalinan/ketuban pecah Kematian janin
Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Penatalaksanaan yang
penting yaitu pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia berat memiliki
resiko edema paru dan oligouria, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan
hipovolemi, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan
onkotik koloid. Oleh karena itu monitoring cairan input dan output sangat
penting.1
9
2.1.7.1 MgSO4
Magnesium Sulfat merupakan senyawa kimia garam anorganik yang
mengandung magnesium, sulfar dan oksigen dengan rumus MgSO4.Magnesium
sulfat bekerja pada sebagian besar calcium channel di otot polos vascular dan
mengurangi kalsium intraseluler. Salah satu efek dari berkurangnya kalsium
intraselular adalah inaktivasi dan aktivitas calmodulin depedent myosin ligh chain
kinase sehingga mengurangi kontraksi menyebabkan relaksasi arterial berefek
menurunkan resisten vackular perifer dan cerebral, menghilangkan vasospasme
dan menurunkan tekanan arteri.3
Penggunaan MgSO4 jika melebihi dosis dapat menyebabkan intoksikasi
seperti menurunnya reflex seperti reflex tendon, depresi sitem saraf pusat dan
dapat menjadi apneu gejala akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.3
10
Kemudian refleks patella (+) kuat dan frekuensi pernapasan >16 kali/menit
serta tidak ada tanda-tanda distres pernapasan.
- Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi, dan setelah
24 jam pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir.
11
C. Jika didapatkan kejang ulangan setelah pemberian MgSo4
- Tambahkan 2g iv bolus (MgSO4 20%) 10cc (jika tersedia MgSO4 40%
berikan 5cc diencerkan dengan 5cc aquabidest). Berikan selama 2-5
menit dapat diulang selama 2 kali. Bila kejang kembali dapat diberikan
diazepam.
12
Pemberian antihipertensi
Keuntungan dan risiko pemberian antihipertensi pada hipertensi ringan -
sedang (tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih
kontroversial.European Society of Cardiology (ESC) guidelines 2010
merekomendasikan pemberian antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg pada wanita dengan hipertensi gestasional
(dengan atau tanpa proteinuria), hipertensi kronik superimposed, hipertensi
gestasional, hipertensi dengan gejala atau kerusakan organ subklinis pada usia
kehamilan berapa pun. Pada keadaan lain, pemberian antihipertensi
direkomendasikan bila tekanan darah ≥ 150/95 mmHg..Menurut Belfort,
penentuan batas (cut off) tekanan darah untuk pemberian antihipertensi yang
dipakai yaitu ≥160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg. 1
Antihipertensi lini pertama
Nifedipin merupakan salah satu calcium channel blocker yang sudah
digunakan sejak decade terakhir untuk mencegah persalinan preterm (tokolisis)
dan sebagai antihipertensi. Berdasarkan RCT, penggunaan nifedipin oral
menurunkan tekanan darah lebih cepat dibandingkan labetalol intravena, kurang
lebih 1 jam setelah awal pemberian. Nifedipin selain berperan sebagai vasodilator
arteriolar ginjal yang selektif dan bersifat natriuretik, dan meningkatkan
produksi urin.
Nifedipin, dosis 10-20 mg per oral, dulangi setelah 30 menit maksimum
120 mg dalm 24 jam.
Antihipertensi lini kedua
- Sodium nitroprusside 0,25 µg iv/kg/menit, infus, ditingkatkan 0,25 µg
iv/kg/5 menit.
- Diazokside 30-60 mg/iv/5menit atau intravena infus 10 mg/menit/dititrasi
Antihipertensi sedang dalam penelitian yaitu calcium channel blocker:
isradipin, nimodipin dan serotonin reseptor antagonis: ketan serin. 1Di Indonesia,
antihipertensi yang digunakan yaitu nifedipin 10-20 mg diulangi 30 menit bila
perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam. Nifedipin tidak boleh diberikan
13
sublingual karena efek vasodilatasi sangat cepat sehingga hanya boleh diberikan
peroral. 1s
Glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak
merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-34 minggu, 2x24 jam.1
14
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PENYAKIT
Ny. E, 25 tahun, G1TOOOO, Batak, Kristen Protestan, SLTA, Ibu Rumah
Tangga.Iastri dari Tn. Jefry Wandy Siburian.Usia 27 tahun. Batak, Tamat SLTA.
datang dengan keluhan :
KeluhanUtama : Mulas – mulas mau melahirkan
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak tanggal 8
September 2018 pukul 18:00. Riwayat keluar lendir dan darah dijumpai tanggal
9September 2018 pukul 03.00 WIB. Pasien mengeluhkan pandangan kabur
disertai pusing-pusing ± 1 hari ini.Keluhan mual dan muntah tidak dijumpai.
Keluhan nyeri ulu hati tidak dijumpai. BAB dan BAK dalam batas normal.Os
mengetahui tekanan darah tinggi ketika pemeriksaan di bidan pada ± 4 bulan yang
lalu. Riwayat darah tinggi sebelum kehamilan tidak dijumpai.
15
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu ibu rumah tangga,
ekonomi menengah ke bawah dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12tahun
Lama : 7hari
Siklus : 28hari
Volume : ± 3 doek/hari
Nyeri : ada
HPHT : 22Desember 2017
TTP : 29 September2018
ANC : 4x ke Bidan, 1x Dokter Obgyn
RIWAYAT MENIKAH
Pasien menikah 1 kali padausia 25 tahun
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Sens : compos mentis Anemis :-
TD : 180/100 mmHg Ikterik :-
Nadi : 98x/i Sianosis :-
Pernafasan : 24 x/i Dyspnoe :-
Suhu : 36,8oC Oedema :-
STATUS GENERALISATA
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
16
Refleks pupil (+/+)
Isokor ,ka=ki
Leher : Pembesaran KGB (-/-)
TVJ R-2 cmH2O
Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : SF kanan = kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi :
Jantung : S1 (N), S2 (N), S3 (-), S4 (-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara Pernafasan : Vesikuler
Suara Tambahan : Tidak Ada
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, Clubbing finger (-),
Oedem Pretibial (-/-)
Refleks KPR (+/+)
STATUS OBSTETRI
Abdomen : Membesar asimetris, peristaltik positif (normal)
Tinggi Fundus Uteri : 1 jari dibawah processus xyphoideus (30 cm)
Tegang : Kiri
Terbawah : Kepala
GerakJanin : (+)
Denyut Jantung Janin : (+) 138 x/i, reguler
HIS : 3 x 30”/10’
TaksiranBeratJanin : 2877 gram
17
- Os. Sacrum : Corong
- Os. Coccygeus : Mobile
- Arcus Pubis : Tumpul
Kesan : Panggul Adekuat
VT: Cervix anterior, Ø4 cm, eff100%, selaput ketuban (+), Hodge II-III
ST: Lendir darah (+), air ketuban (-)
LABORATORIUM
09 September 2018
Test Result Unit References
Hemoglobin 11,7 g/Dl 12-16
Eritrosit 4,93 106/µL 4.0-5.40
Leukosit 17,65 103/µL 4.0-11.0
Hematokrit 36,1 % 36.0-48.0
Platelet 219.000,00 103/µL 150-400
Ureum 23.00 mg/dl 10.0-50.0
SGOT 36.00 U/L 0.00-40.00
SGPT 22.00 U/L 0.00-40.00
18
Creatinin 0.55 mg/dl 0.6-1.2
Uric Acid 9,40 mg/dl 3.5-7.0
Glukosa ad random 92,00 mg/dl <140
Natrium 139.0 mmol/L 136-155
Kalium 4,20 mmol/L 3.50-5.50
Klorida 119.0 mmol/L 95.00- 103.00
APTT 29.4 Detik 28.6- 42.7
PT 14.6 Detik 11.6-14.5
INR 1.01 Detik 1-1.3
Fibrinogen 384 Mg/dl 240-340 mg/dl
D-Dimer 2.320,00 Mg/dl <500 mg/dl
Anti HCV Negatif Negatif
Anti HIV Negatif Negatif
URIN RUTIN
09 September 2018
Test Result References
Warna Kuning Kuning
Kekeruhan Keruh Jernih
Protein Positif (+++) Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
PH 6.0 4.6-8.0
DIAGNOSA KERJA
PE With Severe Feature + PG + KDR (37-38) Minggu + Persentasi Kepala +
Anak Hidup + Kala I Fase Aktif
19
RENCANA TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
- O2 Nasal kanul 2-4L/menit
- Pemasangan Kateter Urine dengan Urine inisial 150 ml
- Inj. MgSO4 4 gr IV ,20% 20cc (Loading dose )bolus lambat
- IVFD RL + MgSO412 gr, 40% 14gtt/menit (maintenance dose)
- Nifedipine tab 4x10 mg
RENCANA TINDAKAN
- Awasi keadaan umum dan vital sign
- Awasi kontraksi, tanda tanda inpartu
- Ikuti kemajuan persalinan dan persingkat kala II dengan ekstaksi vakum
- Konsul departemen perinatologi
20
( ekstraksi
vakum), dan
konsul
perinatologi
↓
Telah di
lakukakan Vakum
3x
↓
GAGAL
↓
Rencana : Sectio
cesaria
emergency!
Decision point
gagal vakum!
23:30 180/90 82 20 36,5 3x30”/10’ 142 500cc 10cm Rencana:
- Awasi vital sign
- Persiapan
Sectio Cesaria
Emergency
- Konsul
perinatology
dan anastesia
23:40 Dilakukan operasi 23:40
21
LAPORAN SECTIO CAESARIA
WAKTU TINDAKAN
23:21 – 2326 Pasien dibaringkan diatas meja operasi dengan posisi supine dengan
infus terpasang baik.
23:26 – 23:30 Operator mencuci tangan degan cara fuerbringer dan memakai alat
pelindung diri seperti cap, masker, apron, sepatu boat, baju steril dan
sarung tangan steril.
23:30 – 23:35 Dilakukan anastesi general, ditunggu dan pasien diminta mengangkat
kaki. Pasien mengatakan kakinya kebas dan sulit diangkat, kemudian
operator memberikan rangsangan nyeri di daerah kaki. Pasien sudah
tidak merasakan nyeri.
23:35 – 23:40 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
dengan povidon iodine dan alkohol 70% lalu ditutup dengan doek
steril kecuali lapangan operasi.
23:40 – 23:41 Time Out
23:41 – 23:43 Di bawah spinal anatesi dilakukan insisi Pfannenstiel pada kuadran
bawah abdomen mulai dari kutis, subkutis, sampai fascia sepanjang
10 cm.
23:43 – 23:45 Dengan menyisipkan pinset anatomi di bawahnya, fascia digunting
ke arah kiri dan ke kanan, otot disisihkan secara tumpul. Dengan
menggunakan dua klem peritoneum di jinjing dan di gunting.
Kemudian di gunting ke arah atas dan bawah
23:45-23:46 Tampak uterus gravidarum sesuai kehamilan, dilakukan insisi low
concave di segmen bawah rahim (SBR) sampai subendometrial.
Endometrium ditembus dengan klem dan dilebarkan secara tumpul
sesuai arah sayatan.
23:46-23:47 Selaput ketuban dipecahkan, tampak air ketuban jernih, tampak
bagian kepala
23:47-23:48 Janin dilahirkan dengan meluksirkan kepala. Lahir bayi laki-laki,
dengan berat badan :2840 gram, panjang badan : 42 cm, apgar score :
8/9, anus : (+). Tali pusat diklem didua sisi dengan jarak ± 5 cm dari
pusat bayi dan digunting diantaranya
22
23:48 – 23:51 Dilakukan penjepitan tepi luka dengan menggunakan4 oval klem,
dilakukan management aktif kala III dengan injeksi oxytocin 10 IU
secara IV. Kemudia plasenta dilahirkan dengan metode peregangan
tali pusat terkendali. Kesan : plasenta lahir lengkap, kemudian
diberikan injeksi metilergometrin 0,2 mg secara IV. Cavum Uterus
dibersihkan dengan kassa steril. Kesan : bersih
23:51-23:57 Dilakukan penjahitan pada segmen bawah uterus secara continous
suture dengan vicryl 1.0 dimulai dengan jahitan pertama ± 1 cm dari
ujung luka. Dilakukan penjahitan continous dengan menembus
bagian myometrium sampai endometrium. Kemudian diteruskan
sampai ujung luka. Evaluasi perdarahan dan kontraksi uterus. Kesan
: perdarahan terkontrol, kontraksi adekuat
23:57-00:17 Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis sebagai berikut :
peritoneum dijahit secara continuous suture dengan benang plain
catgut 2.0. Otot dijahit secara simple interupred suture dengan
benang plain catgut no. 2.0. Fascia dijahit secara continuous dengan
benang vicryl 1.0. Subkutis dijahit secara simple interupred suture
dengan benang chromic catgut no. 2.0. Kutis dijahit dengan benang
vicryl 2.0
00:17-00:22 Penjahitan selesai, luka pada dinding perut selesai dijahit dan ditutup
dengan supratule, kassa dan hypafix
00:22 Operasi selesai, keadaan umum ibu post operasi :
Sensorium : compos mentis
Tekanan Darah : 130/90mmHg
Nadi : 98 x/i
Pernafasan : 22 x/i
Suhu : 36.1oC
Kontraksi : (+)
23
Pemantauan Kala IV
Waktu 00:25 00;40 00;55 01:10 01:25 01:55 02;25
Tekanan 130/90 130/ 90 140/ 90 140/100 140/90 130/90 130/90
darah
(mmHg)
Nadi 104 x/i 106 x/i 108 x/i 102 x/i 99 x/i 92 x/i 90 x/i
(menit)
Pernapa- 24 x/i 24 x/i 24x/i 22 x/i 22 x/i 22 x/i 22 x/i
san
(menit)
Suhu 36.7oC 36.7oC 36.7oC 36.7oC 36.4oC 36.4oC 36.0oC
Perdarah + + + + + + +
an
Kontraks + + + + + + +
i uterus
TFU 2 Jari di bawah tali pusat
(cm)
RencanaTindakan
- Cek lab darahrutin 2 jam post section cesaria
- Awasikontraksi uterus, vital sign, dan perdarahan
- Masuk ruang ICU
24
HASIL LABORATORIUM 2 JAM POST SC (10 September)
Hemoglobin : 11,80g/dL
Hematokrit : 36,5 %
Leukosit : 24.56/mm3
Trombosit : 216/mm3
25
BAB IV
FOLLOW UP PASIEN
26
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal
TFU : 2 jari di bawahpusat
P/V : (-) , Lochia (+) rubra
BAK : (+) via kateter, UOP : 50 cc/jam
BAB : (+) Normal
A : Post SC a/i Ekstraksi Vakum a/i PE with severe feature +
NH1
P : IVFD RL + MgSO4 40% (30cc) 14 gtt/menit
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Nifedipine 4 x 10mg
R/ awasi vital sign, Aff kateter
12 september 2018 S : -
O : SP : Sens : CM
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36.8 oC
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal
TFU: 2 jari di bawah pusat
P/V : (-) , Lochia (+) rubra
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal, Flatus (-)
A : Post SC a/I Ekstraksi Vacum a/i PE with severe feature +
NH1
P : IVFD Ringer Laktat 20gtt/i
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
R/ awasi vital sign dan rencana pindah ruangan rawat inap
13 September 2018 S : -
O : SP : Sens : CM
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36.8 oC
SL: Abdomen : Soepel, peristaltik (+) Normal
TFU: 2 jari di bawah pusat
P/V : (-) , Lochia (+) rubra
BAK : (+) Normal
BAB : (+) Normal, Flatus (-)
A : Post SC a/i Ektraksi Vacum a/i PE with severe feature +
NH2
27
P : Asam mefenamat 3 x 500 mg
Cefadroxil 2 x 500 mg
Vitamin B complex 2 x 1
Nifedipine
R/PBJ
28
BAB V
DISKUSI KASUS
29
menyebabkan vasodilatasi melalui - Maintenance Dose: IVFD RL 500 cc +
relaksasi dari otot polos, termasuk MgSO4 12 gram 40% 30cc 14gtt/menit
pembuluh darah perifer dan uterus, - Nifedipine tab 10mg
sehingga selain sebagai antikonvulsan,
magnesium sulfat juga berguna sebagai
antihipertensi dan tokolitik
Batas (cut off) tekanan darah untuk
pemberian antihipertensi yang dipakai
yaitu ≥160/110 mmHg dan MAP ≥ 126
mmHg.
Antihipertensi lini pertama
Nifedipin, dosis 10-20 mg per oral,
dulangi setelah 30 menit maksimum 120
mg dalm 24 jam.
30
BAB VI
CLINICAL SUMMARY
31
Permasalahan
1. Apabila dijumpai kejang berulang, perlu tidak pemberian MgSo4 ?
2. Bedakan cara kerja MgSo4 dengan anti kejang lainnya?
3. Apakah bisa tidak pemberian MgSo4 dengan urine output dengan anuria ?
32
DAFTAR PUSTAKA
33