Anda di halaman 1dari 28

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PUTRI NIA ADISTY


EFRINA J SIREGAR
SONIA SUMARTIN
MERLYN SUCOVA

PEMBIMBING : Dr. Dessy D.Harianja , Sp.F.


Dr. Doaris
APA ITU KDRT?

UU PKDRT No.23 Tahun 2004  setiap perbuatan terhadap


seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Keluarga  unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan
dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan
perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga.

Friedman dalam Suprajitno (2004)  mendefenisikan bahwa


keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peranan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga
Menurut UU PKDRT No.23 Tahun 2004 Pasal 2 ayat 1
lingkup Rumah Tangga :

1. Suami, isteri dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri)
2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang
suami, istri, dan anak karna hubungan darah, perkawinan, persusuan,
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga
(mertua, menantu, ipar, dan besan) ; dan /
3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam
rumah tangga tersebut
Mengacu kepada UU No.23 Tahun 2004 Pasal 5 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga dapat
berwujud :
1. Kekerasan fisik : perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh
sakit, atau luka berat( UU No.23 Tahun 2004 Pasal 6)
2. Kekerasan psikis/ emosional : perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan / atau penderitaan psikis berat terhadap
seseorang (UU No.23 Tahun 2004 Pasal 7)
3. Kekerasan seksual : pemaksaan hubungan seksual
yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
rumah tangga tersebut, maupun pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangga nya dengan orang lain untuk
tujuan komersial dan / atau tujuan tertentu (UU
No.23 Tahun 2004 Pasal 8)
4. Penelantaran rumah tangga : seseorang yang menelantarkan
orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum
yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian, ia
wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan
kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku
terhadap setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan
ekonomi dengan cara membatasi dan/ atau melarang untuk
bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah tangga sehingga
korban berada di bawah kendali orang tersebut (UU No.23 Tahun
2004 Pasal 9)
PENYEBAB KDRT
1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan
istri
2. Ketergantungan ekonomi
3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik
4. Persaingan
5. Frustasi
6. Kesempatan yang kurang bagi perempuan dalam proses hukum
Karakteristik Kasus KDRT
1. Umumnya korban datang dengan keluhan yang bisa dikategorikan
ringan,misalnya memar atau luka lecet.
2. Korban datang terlambat
3. Pada korban dapat ditemukan luka baru dan luka lama secara
bersamaan saat pemeriksaan
Dampak KDRT
Dampak pada
Dampak pada anak
perempuan/istri

1. Meminimalkan kejadian 1. Dampak terhadap anak berusia


kekerasan yang dialami bayi
2. Terisolasi 2. Dampak pada anak kecil
3. Perasaan tidak berdaya 3. Dampak pada anak usia pra
4. Menyalahkan diri sekolah
5. Ambivakensi 4. Dampak terhadap anak berusai
6. Harga diri rendah SD
7. Harapan 5. Dampak pada anak usia remaja
1.Penghapusan KDRTUU NO. 23 TAHUN 2004
2. Penyelenggaraan &kerjasama pemulihan korban
KDRTPP NO.4 TAHUN 2006
3. Komisi nasional terhadap perempuan PP NO.65
TAHUN 2005
4. Perlindungan saksi & korban UU NO. 13 TAHUN 2006
CARA PENANGANAN KORBAN KDRT DALAM ASPEK
HUKUM DARI SUDUT PANDANG DOKTER

UU PKDRT NO.23 TAHUN 2004PASAL 21 


“(1) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban,
tenaga kesehatan harus :
a. memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;
b. membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban
dan visum et repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau
surat keterangan medis yang memiliki kekuatan hukum yang
sama sebagai alat bukti.”
“(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan disarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat.”
UU PKDRT NO.23 TAHUN 2004 PASAL 40

“(1)Tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan


standar profesinya.”
“(2) Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan
wajib memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban.”
Maka jelas disini bahwa dalam kasus KDRT seorang dokter
harus 

1. Memberikan pelayanan kesehatan terhadap korban


termasuk memeriksa dan mengobati serta merawat
korban baik di rumah sakit ataupun klinik milik
swasta dan pribadi
2. Membuat visum et repertum atas dasar SPVR (surat
permohonan visum et repertum) dari pihak
kepolisian
3. Berusaha memulihkan dan merehabilitasi kesehatan
korban.
CARA PEMERIKSAAN KORBAN KDRT
OLEH DOKTER
• Perhatikan kerahasiaan pasien
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik menyeluruh & dibantu pemeriksaan
penunjang
luka spesifik
kulit & rambut
wajah
dada & perut
sistem saraf pusat
Ginekologis pemeriksaan korban kekerasan seksual
Marital,adjective atau kata sifat yang berarti “yang berhubungan
dengan perkawinan”
Rape, noun atau kata benda yang berarti “perkosaan”

Pemerkosaan yang terjadi dalam sebuah ikatan perkawinan


Hubungan seksual lewat vagina, mulut, maupun anus
yang dilakukan dengan paksaan,ancaman atau saat istri
dalam keadaan tidak sadar.
•Hubungan seksual yang dilakukan secara
paksaan atau dgn kekerasanluka
fisik/psikis
•Hubungan seksual yg dilakukan tanpa
memperhatikan kepuasan/kenikmatan
keduanya
Dalam merumuskan marital rape sebagai sebuah kejahatan,
terjadi perjalanan panjang dalam penegakan hukum. Faktanya,
30 tahun yang lalu, hukum mengenai perkosaan di beberapa
negara memasukkan spousal exemption, atau pengecualian
yang diberikan pada suami dimana dia mempunyai hak yang
legal untuk melakukan hubungan seksual dengan istrinya
tanpa perlu adanya persetujuan dari istrinya.
Peristiwa marital rape yang semakin sering terjadi dianggap sebagai
sebuah kejahatan yang merugikan perempuan, hal tersebut
akhirnya mendorong beberapa negara untuk merumuskan marital
rape di dalam hukum.
Pada tanggal 5 Juli 1993, marital rape akhirnya didefinisikan
sebagai sebuah kejahatan di setidaknya 50 negara. Salah satu
negara yang melarang marital rape adalah Kanada.
Penanganan marital rape di Indonesia?

• Masih belum terlalu serius


• Masih sangat sulit menegakan keadilan oleh karena definisi
pemaksaan yang masih bias.
• Budaya patriaki yang masih sangat kentalistri harus memenuhi
permintaan & memuaskan suami.
Bentuk marital rape

• Perkosaan
• Pengguguran kandungan tanpa seizin perempuan yang bersangkutan
• Perdagangan perempuan
• Melarikan perempuan
KEKERASAN YG DISEBABKAN OLEHBIAS GENDER

• Bentuk pemerkosaan thdp perempuan ,termasuk pemerkosaan


didalam perkawinan
• Tindakan pemukulan & serangan fisik yang terjadi dalam RT
• Penyiksaan yg mengarah pada organ alat kelamin
• Kekerasan dalam bentuk pelacuran
• Kekerasan dlm bentuk pornografi
• Kekerasan dlm bentuk sterilisasi dalam KB
• Kekerasan terselubung
• Pelecehan seksual
KESIMPULAN

Kekerasan Dalam Rumah Tangga berdasarkan Undang-Undang


No 23 tahun 2004 tentang PKDRT pada pasal 1 butir 1
menyebutkan adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk
melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.
Dalam kasus KDRT seorang dokter berguna dalam memberikan
pelayanan thd korban,membuat ver &berusaha memulihkan
serta merehabilitasi kesehatan korban.
CINTA TAK SELAMANYA INDAH
BUKAN KORBAN KDRT

Anda mungkin juga menyukai