Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP TERHADAP KECEPATAN RENANG

GAYA DADA 50 METER PADA ATLET RENANG NOREN TIRTA


BUANA KABUPATEN MUSI RAWAS

OLEH

LEONARDO DICAPRICON
NPM 6019004

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI PENJASKESREK
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
KOTA LUBUKLINGGAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan

hidayah-Nya penyusunan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis dengan

judul “Pengaruh Latihan Push-Up Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50

Meter Pada Atlet Renang Noren Tirta Buana Kabupaten Musi Rawas Tahun

Ajaran 2022/2023” ini ditulis untuk para pembaca bisa menambah wawasan serta

ilmu pengetahuan tentang bentuk Latihan Push-Up terhadap Kecepatan Atlet

Renang Noren Trita Buana Musi Rawas.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis menerima dengan senang hati atas saran dan

kritik yang bersifat membangun. Besar harapan penulis semoga tesis ini

bermanfaat, khususnya bagi dunia pendidikan. Apabila ada kekurangan dan

kelebihan penulisan tesis ini, penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari

kesalahan dan khilaf, mohon maaf.

Lubuklinggau, 04 September 2022

Leonardo Dicapricon
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................6
D. Manfaat Penelitian................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................7

A. KAJIAN TEORI....................................................................................7
1. Hakikat Peneltian............................................................................7
2. Macam-Macam Gaya Renang........................................................8
3. Renang Gaya Dada..........................................................................9
4. Teknik Renang Gaya Dada.............................................................9
5. Peralatan Renang..........................................................................23
6. Peraturan Renang.........................................................................29
B. Hasil Peneltian Yang Relevan............................................................30
C. Kerangka Berpikir..............................................................................32
D. Hipotesis Peneltian..............................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................35

A. Jenis Penelitian....................................................................................35
B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................36
C. Populasi dan Sampel...........................................................................37
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................38
E. Teknik Analisis Data...........................................................................38

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................41
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan memberikan

pemahaman dan pengetahuan tentang manfaat olahraga dalam kehidupan.

Olahraga memiliki peran penting, baik meningkatkan kebugaran jasmani,

prestasi, pembinaan mental serta fisik. Salah satu usaha menciptakan manusia

seutuhnya adalah pembinaan generasi muda melalui olahraga. Sebagaimana

yang dimuat di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Pasal 27 ayat 4

bahwa “pembinaan dan pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dengan

memberdayakan perkumpulan olahraga, menumbuh kembangkan sentral

pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan daerah, dan

menyelenggarakan kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan”.

Berdasarkan undang-undang tersebut maka perkumpulan olahraga memiliki

peranan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi dari olahragawan

atau atlet. Selain untuk meningkatkan prestasi, perkumpulan olahraga juga

berperan untuk mengembangkan dan mengenalkan suatu cabang olahraga

kepada masyarakat luas. Salah satu cabang olahraga prestasi tersebut adalah

olahraga renang.

Renang adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang

dalam berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya

kupu-kupu, gaya punggung, dan gaya dada. Perenang yang memenangkan


lomba renang adalah perenang yang menyelesaikan lintasan tercepat.

Pemenang babak penyisihan maju ke babak semifinal, dan pemenang

semifinal menuju ke babak final (Kurniawan, 2011:6). Kemudian, menurut

Imansyah (2016:20) renang adalah kegiatan atau olahraga yang dilakukan

didalam air dan tempat olahraga tersebut berbeda dengan kehidupan sehari-

hari manusia. Perenang mendapatkan hambatan yang disebabkan oleh

dorongan balik dari air didepannya yang perenang desak atau pindahkan,

sedangkan gaya dorong diperoleh dari gerakan tangan dan gerakan kaki.

Cepat atau lambatnya gerakan maju dalam renang merupakan selisih antara

besarnya daya dorong hambatan.

Untuk mencapai prestasi dalam renang atlet harus memiliki

kemampuan kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental. Teknik dalam olahraga

renang ada 4 macam yaitu gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya punggung, dan

gaya dada. Hal ini sejalan dengan pendapat Marlina (Arisandi, 2019:248)

dalam olahraga renang ada 4 (empat) macam Gaya renang yang biasa

diperlombakan yaitu; 1) Renang gaya dada (breas stroke). 2) Renang gaya

bebas (freestyle crawl) 3) Renang gaya punggung (back stroke). 4) Renang

gaya kupu-kupu (butterfly stroke). Dari keempat gaya tersebut gaya dada

merupakan gaya yang paling lambat. Menurut C. Rob Orr dan Jane B Tyler,

(2008: 26) renang gaya dada adalah renang yang paling lambat dari keempat

gaya, dan juga yang paling unik. Dalam olahraga renang, daya dorong maju

untuk mendapatkan kecepatan pada olahraga tersebut dominan berada pada

teknik yang berkaitan dengan gerakan lengan dan gerakan kaki. “Dorongan
ini dihasilkan oleh lengan maupun kaki perenang. Hal ini disebabkan oleh

tekanan yang diciptakan oleh lengan dan kaki waktu menekan air ke

belakang” (Karnadi, 2007: 1.19). Begitu juga renang gaya dada, gerakan

tangan dan gerakan tungkai kaki menjadi menjadi salah satu faktor penting

yang mempengaruhi kecepatan renang. Salah satu unsur kondisi fisik yang

harus dimiliki oleh setiap atlet pada cabang olahraga renang gaya dada adalah

power otot lengan. Daya ledak (power) adalah usaha yang dilakukan otot

secara maksimal yang sesingkat-singkatnya yang merupakan perpaduan

antara kecepatan dan kekuatan. Dalam renang gaya dada daya ledak otot

lengan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting

berperan dalam melakukan ayunan tangan secepat-cepatnya. “Kondisi fisik

yang baik merupakan prasyarat utama untuk menguasai dan mengembangkan

suatu keterampilan teknik olahraga” (Syafruddin,2012:141). Pada berenang

suatu teknik dalam renang sangat diperlukan dalam hal kecepatan, karena

dengan teknik yang benar dan teknik yang salah maka akan sangat

berpengaruh dalam hal kecepatan renang itu sendiri. Kecepatan merupakan

salah satu komponen kondisi fisik yang sama pentingnya dengan komponen-

komponen kondisi fisik yang lainnya. Komponen kondisi fisik lainnya yang

dimaksud seperti kekuatan, daya tahan, kelentukan, kelincahan,

keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Hampir semua cabang olahraga baik

perorangan maupun beregu harus memiliki kemampuan tersebut. Apalagi

untuk pencapaian prestasi, salah satunya ditentukan oleh kecepatan, oleh

karena itu kecepatan merupakan salah satu prioritas untuk mendapat perhatian
khusus disamping komponen kondisi fisik lainnya. Mengenai kecepatan ,

“Kecepatan adalah kemampuan dengan kemungkinan kecepatan tercepat”

(Ismaryati, 2008:57). Jadi dapat disimpulkan bahwasanya kecepatan

merupakan suatu gerakan berpindah dari satu tempat ketempat lain dengan

cepat.

Berdasarkan observasi penulis di lapangan, penulis melihat pada atlet

renang noren tirta buana(NTB) pada umumnya dalam melakukan renang gaya

dada cepat mengalami kelelahan khususnya pada ayunan tangan. Hal ini juga

diketahui pada saat berlomba pada nomor 50 meter gaya dada, pada 15 meter

sebelum finish kecepatan atlet ketika berenang sudah mulai berkurang. Salah

satu penyebab berkurangnya kecepatan atlet tersebut penulis melihat

bahwasanya atlet tersebut belum menguasai teknik secara maksimal artinya,

dari segi pernafasan, gerakan tangan , gerakan kaki, gerakan kepala dan posisi

badan dalam berenang belum sepenuhnya dikuasai oleh atlet-atlet renang.

Karna penguasaan teknik dalam berenang ini sangatlah diperlukan oleh

seorang atlet dalam berenang untuk menambah kecepatannya dalam suatu

pertandingan renang nantinya.

Pada renang gaya dada diperlukan dukungan dari unsur kondisi fisik

seperti halnya daya ledak (Power) otot lengan, kelentukan, kelincahan, serta

koordinasi otot-otot tubuh. Tanpa memperhatikan faktor pendukung tersebut,

maka renang gaya dada tidak dapat dilakukan dengan maksimal. Kekuatan

(power) merupakan unsur yang sangat penting dalam aktivitas olahraga

terutama dalam hal kekuatan, karena kekuatan merupakan daya penggerak,


terkhususnya pada olahraga renang. Kekuatan menarik dan mendorong otot

lengan sangat diperlukan dalam hal kecepatan pada renang gaya dada.

Kekuatan dan menarik otot lengan dapat dimaksimalkan dengan melakukan

gerakan push-up. Karena push-up berfungsi untuk menguatkan daya tahan

lengan dan bahu. Dalam renang gaya dada diperlukan daya tahan otot lengan,

kecepatan, dan 5 Jurnal Pendidikan.kekuatan, dengan mengoptimalkan hal

tersebut maka atlet tersebut akan mampu mencapai prestasi yang maksimal.

Kabupaten Musi rawas salah satu daerah yang ikut berperan dalam membina

dan menghasilkan atlet-atlet renang melalui Persatuan Renang Seluruh

Indonesia (PRSI) Kabupaten Musi rawas. Persatuan Renang Seluruh

Indonesia (PRSI) merupakan organisasi yang berperan dalam pembibitan dan

pembinaan atlet renang. Berdasarkan paparan data di atas, salah satu metode

latihan yang dapat meningkatkan kekuatan otot lengan adalah latihan push-

up. Penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian ilmiah yang berjudul:

“Pengaruh Latihan Push-up Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 50

Meter Pada Atlet Renang Noren Tirta Buana(NTB)”..

B. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas maka peniliti merumuskan masalah

sebagai berikut: adakah pengaruh dari latian push up terhadap renang gaya

dada pada atlet Noren Tirta Buana(NTB).


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:”Untuk Mengetahui pengaruh latian push terhadap

renang gaya dada atlet Noren Tirta Buana.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara

teoritis dan praktis

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang

kepelatihan olahraga terutama dalam olahraga renang.

2.Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

meliputi:

a. Bagi klub, memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan teori kepelatihan cabang olahraga khususnya pada

peningkatan kecepatan renang gaya dada 50 meter.

b. Bagi pelatih, memberikan pedoman atau dasar dalam melatih atlet

dengan menggunakan bentuk latihan guna untuk meningkatkan

kecepatan renang gaya dada 50 meter.

c. Bagi atlet latihan push up dapat digunakan sebagai variasai latihan untuk

meningkatkan kecepatan renang gaya dada 50 meter.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini tidak menyimpang dan lebih terarah maka peneliti

membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. Sempel dari atlet noren tirta buana

2. Metode latian menggunakan latian push up dengan menggukan timer

waktu

3. Latian menggunakan handgrip untuk melihat kekuatan otot tangan


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakekat Penelitian

Rahmani (2014:24) mengatakan renang merupakan salah satu

olahraga air yang sangat mudah untuk dinikmati oleh masyarakat.

Olahraga renang sering dijadikan olahraga alternatif selain sepak

bola.Hal ini dikarenakan sarananya yang mudah dan tersedia

dilingkungan masyarakat, juga karena harganya yang terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat. Olahraga renang memiliki banyak manfaat

selain untuk kesehatan, yaitu menyehatkan tubuh juga sebagai kegiatan

pengisi waktu luang atau rekreasi. Olahraga renang rekreasi sering

dimanfaatkan jugaoleh para pekerja yang ingin melepaskan rasa penat

dan relaksasi.

Sedangkan menurut Kurniawan (2011:6) mengemukakan, renang

adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam

berenang. Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya

kupu-kupu, gaya punggung, dan gaya dada. Perenang yang

memenangkan lomba renang adalah perenang yang menyelesaikan

lintasan tercepat. Pemenang babak penyisihan maju ke babak semifinal,

dan pemenang semifinal menuju ke babak final.


Kemudian, menurut Imansyah (2016:20) renang adalah kegiatan

atau olahraga yang dilakukan didalam air dan tempat olahraga tersebut

berbeda dengan kehidupan sehari-hari manusia. Perenang mendapatkan

hambatan yang disebabkan oleh dorongan balik dari air didepannya

yang perenang desak atau pindahkan, sedangkan gaya dorong diperoleh

dari gerakan tangan dan gerakan kaki. Cepat atau lambatnya gerakan

maju dalam renang merupakan selisih antara besarnya daya dorong

hambatan.

Selanjutnya, Sutanto (2016:152) renang adalah olahraga yang

melombakan kecepatan atlet dalam berenang. Perenang yang

memenangkan lomba renang adalah perenang yang menyelesaikan

jarak lintasan tercepat. Pemenang babak penyisihan maju kebabak

semifinal, dan pemenang semifinal maju kebabak final. Gaya renang

yang di perlombakan adalah gaya bebas, gaya kupu-kupu, gaya

punggung, dan gaya dada.Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa renang adalah kegiatan di dalam air yang bagus

untuk kesehatan dan untuk melatih pernapasan

2. Macam-Macam Gaya dalam Renang

Berdasarkan pendapat Sutanto (2016:153-155) ada empat macam

gaya renang di perlombakan baik perlombaan tingkat nasional maupun

perlombaan tingkat internasional. Di antranya yaitu renang gaya bebas,

renang gaya dada, renang gaya punggung, dan renang gaya kupu-kupu.
a. Gaya Bebas

Renang gaya bebas adalah renang yang dilakukan dengan

sikap tubuh telungkup dan gerakan kedua kaki menyerupai gerakan

katak. Untuk berenang diperlukan penguasa teknik dasar. Misalnya,

meluncur, menggerakan lengan dan tukai, serta pengambilan napas.

Ciri khas gaya bebas adalah seluruh anggota badan dalam satu garis

lurus. Gerakan kedua lengan berada pada permukaan air. Gaya ini

merupakan gaya tercepat dalam renang.

b. Renang Gaya Dada

Renang gaya dada disebut juga dengan renang gaya katak. Bila

didefinisikan, gaya dada adalah cara berenang dengan posisi dada

menghadap ke permukaan air, batang tubuh selalu dalam keadaan

tetap, sedangkan kedua bela kaki menedang kearah luar dan kedua

belah tangan diluruskan di depan. Kedua tangan dibuka ke samping

seperti gerakan membelah air. Maksud dari gerakan ini adalah agar

badan maju lebih cepat ke depan. Gerakan tubuh meniru gerakan

katak sedangkan berenang sehingga disebut gaya katak. Pernapasan

dilakukan ketika mulut berada di permukaan air, setelah satu kali

gerakan tangan-kaki atau dua kali gerakan tangan-kaki.

c. Gaya Punggung

Saat melakakan renang gaya punggung, atlet atau perenang

berenang dengan posisi punggung menghadap kepermukaan air.


Sedangkan, untuk posisi wajah berada di atas air oleh karena itu

perenang dapat dengan mudah mengambil napas. Tetapi, pada gaya

ini perenang hanya dapat melihat ke atas dan tidak dapat melihat ke

depan. Saat dalam perlombaan, perenang memperkirakan dinding

tepi kolam renang dengan cara menghitung jumlah gerakan yang

dilakukan. Dalam renang gaya punggung, gerakan kaki dan lengan

sama dengan gaya bebas, tetapi dengan posisi tubuh telentang di

permukaan air.

d. Gaya Kupu-Kupu

Renang gaya kupu-kupu juga disebut dengan gaya lumba-

lumba, renang gaya kupu-kupu merupakan salah satu gaya

berenang dimana posisi dada menghadap ke permukaan air.

Kemudian kedua belah lengan ditekan ke bawah secara bersamaan

dan digerakan ke arah luar sebelum diayunkan ke depan.

Sedangkan untuk kedua bela kaki menendang ke bawah secara

bersamaan dan ke atas seperti gerakan sirip ekor ikan atau lumba-

lumba. Untuk mengambil nafas, hal yang dilakukan adalah udara

dihembuskan dengan kuat-kuat dari mulut dan hidung sebelum

kepala muncul dari air, dan udara dihirup lewat mulut ketika kepala

berada di luar air.


3. Renang Gaya Dada

Ada Beberapa macam gaya renang, salah satunya yaitu Gaya dada

Gaya dada atau gaya katak adalah berenang dengan

posisi dada menghadap ke permukaan air, namun berbeda dari gaya

bebas, batang tubuh selalu dalam keadaan tetap. Kedua belah kaki

menendang ke arah luar sementara kedua belah tangan diluruskan di

depan. Kedua belah tangan dibuka ke samping seperti gerakan

membelah air agar badan maju lebih cepat ke depan. Gerakan tubuh

meniru gerakan katak sedang berenang sehingga disebut gaya katak.

Pernapasan dilakukan ketika mulut berada di permukaan air, setelah

satu kali gerakan tangan-kaki atau dua kali gerakan tangan-kaki.

Gaya dada merupakan gaya berenang paling populer untuk renang

rekreasi. Posisi tubuh stabil dan kepala dapat berada di luar air dalam

waktu yang lama. Dalam pelajaran berenang, perenang pemula belajar

gaya dada atau gaya bebas. Di antara ketiga nomor renang resmi yang

diatur Federasi Renang Internasional (FINA), perenang gaya dada

adalah perenang yang paling lambat.

Manusia sudah berenang gaya dada sejak Zaman Batu seperti

digambarkan dalam lukisan di Gua Perenang, dekat Wadi Sora, Mesir

barat daya. Gerakan kaki gaya dada diperkirakan meniru gerakan

berenang katak. Di lukisan dinding yang dibuat orang Assyria dan

lukisan relief yang ditemukan di Babilonia


Pada tahun 1538, seorang profesor ilmu bahasa berkebangsaan

Jerman bernama Nicolas Wynman menerbitkan buku berenang yang

pertama, Colymbetes. Tujuannya menulis buku bukan untuk

mempromosikan berenang, melainkan untuk mengurangi bahaya

tenggelam. Meskipun demikian, buku tersebut berisi cara belajar gaya

dada.

Pada tahun 1696, pengarang Perancis Melchisédech Thévenot

menulis buku The Art of Swimming yang menjelaskan berenang gaya

dada yang serupa dengan gaya dada sekarang ini. Salah seorang dari

pembacanya adalah Benjamin Franklin.

Lomba renang dimulai di Eropa sekitar tahun 1800. Sebagian besar

perenang memakai gaya dada. Dalam lomba renang tahun 1844 di

London, sejumlah perenang suku Indian ikut serta. Perenang Inggris

menggunakan gaya dada sementara perenang suku Indian berenang

gaya bebas. Hingga tahun 1873, orang Inggris lebih senang berenang

gaya dada.

Pada tahun 1875, Kapten Matthew Webb berhasil mencatatkan diri

sebagai orang pertama yang berenang menyeberangi Selat Inggris. Selat

selebar 34,21 km itu diseberanginya dengan berenang gaya dada selama

21 jam 45 menit.

Olimpiade St. Louis 1904 adalah Olimpiade yang pertama kali

mempertandingkan nomor gaya dada secara terpisah untuk jarak 440


yard (402 m). Pada waktu itu diperlombakan nomor gaya dada, gaya

punggung, dan gaya bebas.

Gaya dada adalah gaya renang pertandingan yang pertama

berkembang. Mulai popular ketika pada tahun 1875 perenang

MATTHEW WEBB dengan menggunakan gaya dada, menjadi orang

pertama merenangi teluk Channel(Kanal)di inggris. Sejak tahun 1930

mulai dipisahkan antara gaya dada dengan gaya kupu-kupu dada yang

kemudian menjadi cikal bakal renang gaya kupu-kupu. 

Berenang dibawah air pada waktu itu merupakan ketentukan yang

diperbolehkan dan bangsa Jepang mengadakan suatu studi yang intensif

terutama dalam rangka mengebangkan renang gaya kupu-kupu . Seperti

hasilnya Jepang mencapai sukses pada tahun 1953 dan gaya renangan di

bawah air secara kontinyu dapat mengembangkan bermacam-macam

interprestasi . Bentuk variasi berenang dengan secara utuh dibawah air

digunakan oleh TEOFILO LIDOFONSO pada Olmphiade tahun 1928,

ia memodesikasi teknik mengambil nafas setelah melakukan satu

gerakan di bawah air . Begitu pula perenang rusia yang bernama

Lounitchev meniru juara Olmphiade 1956 Masarufukara dari Jepang. 

Gerakan gaya di bawah permukan air ternyata menambah gerak maju

dan dilarang FINA sejak tahun 1957. peraturan dapat mengembangkan

gaya dada dengan posisi diatas permukan air, sekarang berorentasi dan

berpikir denganbanyak membuat efiesiengerak tangan, sebagai

modikasi dari keyakinan bahwa kaki memberi dorongan.


Perenang Amerika Chaet jastremskitampil berperan pada awal

tahun 1960 dengan POWER BREASSTROKE (kekuatan gaya dada).

Catie Ballmemperoleh sukses ketika ia mempekondinasikan pergantian

dati tangan dengan sangat cakapnya menggunakan tendangan kaki dan

untuk beberapa saat Amerika serikat memegang supremasi pada gaya in

Awal tahun 1966, perenang Rusia . Nikolai pankiri mulai

mengembangkan gerak gaya dengan mana dapat menambahkan

kecepatan gerak tangan melakukan fase istirahat, menghilangkan sikap

dimana tangan akan kembali bersama sama di bawah dada. Hal ini

merupakan pembaharuan menambah irama dari gaya dan memukinkan

agak sedikit menunda posisi ambil nafas . Pengembangan ini berperan

penting dan kini disebut gaya dada eropa, yang mana beberapa hal

berbeda dengan gaya dada Amerika Serikat .

Awal tahun 1970, Walter kusch dari Eropa barat menggunakan aksi

dolphin pada gaya renangannya . Juara dunia dari inggris . David

Wilkie yang menjuarai 200meter gayadada Olphiade tahun 1976 ,

menggunakan cara ini dengan membiarkan gerakan tubuh banyak

keatas pada gayanya , dengan demikian membawa bahu dan bagian

punggung atas keluar dari permukan air . Cara yang dilakukan Davit

Wilkie kemudian menggundang para ahli Rusia untuk mengadakan

studi penelitian setelah Olmpiade Montreal.


Pendekatan ilmiah serta keuntungan dari gerak ini dimanfaatkan

mendominasi dengan rangking dunia pada gaya dada . 

Pada tahun 1978, lina kashushite dari Rusia keluar sebagai Juara dunia

dengan sikap tubuh tinggi dan meluncur kedepan dengan ‘’streamline’’.

a. Versi Amerika Utara; saat kedua lengan lurus di depan sebagian

besar darim kepala di bawah permukaan air , pasisi bahu dan

pinggul sedikit berada diatas permukaan air (sikap tubuh hampir

datar atau streamline) . Saat mengambil nafas , dimana kedua

lengan melakukan rangkaian gerak sapuan keluar, hingga kembali

keposisi istirahat untuk lurus kedepan mengambil udara dari atas

permukaan air cukup dengan mengangkat bagian kepala dengan

leher. Diputar

b. Versi Eropa Timur; saat kedua lengan lurus mdi depan , seluruh

kepala , bahu , lengan atas berada di permukaan air ditambah

sedikit bagian pinggul agak terangkat naik.

4. Teknik Renang Gaya Dada

1. Gerakan kaki (Kicking)

a. Gerak kaki pada gaya dada saat ini adalah gerakan kaki yang

cenderung membentuk gerak kaki dolpin (whip kick) , dimana pada

saatfase istirahat yaitu fase ketika kedua tungkai kaki bagian bawah di

tarik serentak mendekati pinggul dan kemudian setelah fase itu di

kerjakan pergrlangan kedua kaki diputar mengarah keluar hingga


membentuk sudut +50’’ , kemudian dari posisi ini kedua kaki

melakukan gerak menginjak dan diakhiri dengan menendang sehingga

kedua kaki bertemu lurus kebelakang .Gerak ini sering disebut dengan

istilah propeller , dimana pergelangan kaki dan tungkai kaki bagian

bawah berfungsi sebagai alatnya .

b. Beberapa perenang ada yang melakukan akhir dari gerakan kaki

menginjak dan menendang itu hingga tumit kaki sedikit naik keatas

permukan air, hal ini disebabkan kaki yang bersangkutan sangat lentur

(flexible) .

c. Keuntungan yang diperoleh oleh perenang yang mempunyai

kelenturan kaki tinggi, biasanya dimanfaatkan pada akhir dari ledutan

dengan membuat gerak kaki dolpin di bawah permukan air .

d. Usahakan pada saat kedua kaki ditarik mendekati pinggul dilakukan

semaksimal mungkin , sehingga sikap ini dapat melakukan rangkaian

gerak berikutnya dengan lebih kuat. Apabila pada waktu melakukan

gerak menarik tungkaikaki bawah agak berat dilakukan , maka gerak

itu dikerjakan dengan bantuan sediokit kedua belah paha dibuka .

e. Meningkatkan kecepatan padasaat melakukan gerak kaki adalah

sangat diperlukan dan penting . Kaki akan mendapat akselerasi dan

mencapai tingkat kecepatan maksimum, hanya karena kedua kaki

setelah mengerjakan tendangan dan menutup lurus di belakang . Gerak

yang dilakukan kaki itu akan memperoduksi tenaga gaya angkat (lift

force )ke arah depan .


Beberapa bentuk latihan :

1) Di tepi kolam renang dengan memegang pari/tepi , dilakukan

rangkaian gerak secara berjenjang

2) Bila menggunakan papan latihan sambil jalan di kolam dangkal.

3) Tanpa menggunakan papan latihan , kedua lengan lurus kedepan.

4) Bisa diberikan dengan sikap terlentang , lakukan rangkaian gerak

kaki gaya dada.

2. Pernafasan (Breathing)

Bentuk bentuk latihan

a) Di kolam dangkal : membelakangi dinding atau menghadap dinding

kedua lengan di lipat di belakang punggung , lakukan irama

mengambil nafas dari permukaan air melalui mulut dengan sikap

pandangan kedepan , di mana dada sedikit di angkat, kemudian

masukan bagian muka ke permukaan air dengan menundukan

kepala. Buanglah sisa-sisa pembakaran di bawah permukaan air

melalui hidung.  Latihlah rangkaian gerak ini hingga menjadi

terbiasa, dan biasanya apabila sudah terlatih dengan gaya kupu-

kupu , latihan tidak dikerjakan sebab langsung dapat menguasai.

b) Untuk memperoleh gerak pernafasan baik pada gaya dada, cukup di

kombinasikan dengan kaki.


3. Kordinasi kaki-nafas

Kordinasi gerak antara kaki dengan nafasw dikerjakan dengan dua

pendapat, ada yang mengerjakan kepala sebagai kendali , dimana kepala

diangkat kedua kaki mengikuti dengan menarik kearah pinggul dan

kepala kembali masuk permukaan air, kedua kaki melalui sikap kedua

pergelangan kaki mengarah keluar mengerjakan injakan dan tendangan

hingga berakhir lurus ke belakang . Pendapat lain dan juga banyak di

kerjakan yaitu, saat kedua kaki mengerjakan proses menginjak dan

menendang hingga lurus ke belakang, kepala di angkat dan selanjutnya

kepala masuk kepermukaan air justri kedua kaki ditarik mendekati

pinggul (saat melakukan fase istirahat)

Beberapa bentuk latihan

a. Di kolam dangkal ; kedua tangan memegang tepi atau parit kolam

lakukan rangkaian gerak dengan mengguankan prinsip gerak tersebut

di atas.

b. Dengan menggunakan papan latihan kedua tangan memegang papan

latihan gunakan rangkaian gerak baik menurut pendapat pertama

maupun mengikuti pendapat kedua.

c. Untuk memperoleh kordinasi yang baik bisa di berikan tanpa

menggunakan papan latihan kedua tangan berada lurus di samping

tubuh , prinsip yang sama seperti mengguanakan papan latihan dapat

di lakukan di sini.
d. Bisa juga tanpa menggunakan papan , kedua lengan tidak lus di

samping, tetapi di lipat di punggung . Hal ini di kerjakan terutama

untuk menghindarkan tangan melakukan gerak ekstra untuk

membantu tubuh maju sehingga latihan yang di kerjakan tidak

efektif lagi.

4. Rotasi tangan (Hand Rotation)

a. Rotasi gerak pada Versi Amerika Utara; tidak menggunakan push

(Outward and catch – pull recovery atau fase membuka atau

menangkap – fase menarik –mfase istirahat).

b. Rotasi gerak Versi Eropa Timur; menggunakan fase mendorong

(push), dengan rangkaian fase membuka dan menangkap – fase

menarik –fase mendorong – fase istirahat atau Outward and catch –

pull – push –recivery.

c. Pelatih renang asal Canada, memodifikasi gerak gaya dada Versi

Eropa Timur dengan sedikit mengubah pada saat tangan akan

melakukan fase mendorong di ubah menjadi fase menyapu kedalam

(in ward sweep) dimana sapuan dari telapak tangan itu bertemu di

depan hingga lengan membentuk paru lembing.

d.  Kedalam lengan atau tangan / lengan di bawah permukaan air ketika

melakukan fase istirahat sekitar 15-20 cm, bagi Versi Amerika

Utara.

e.  Kedalaman lengan /tangan di bawah permukaan air ketika

melakukan fase istirahat sekitar 25-30 cm. Bagi Versi Eropa Timur.
Pada dasarnya rotasi tangan terdiri dari:  VERSI AMERIKA UTARA

e. Fase istirahat (recovery), saat kedua lengan lurus di depan.

f. Fase membuka keluar (Outward), saat kedua tangan membuka

keluar hingga lebih lebar dari perpanjangan garis bahu.

g. Fase menangkap (cetch) , fase ini di lakukan setelah akhir dari

melakukan fase membuka , dimana saat mengerjakan fase ini

usahakan sikut tinggi (high elbow) untuk memutar pergelangan

tangan .

VERSI EROPA TIMUR

a. Fase istirahat (recovery) , saat kedua tangan lurus di depan

b. Fase membuka keluar (Outward)m , saat dimana kedua tangan

membuka kesamping hingga memperpanjang garis bahu sudut yang di

bentuk antara telapak tangan dengan permukaan air pada saat menyapu

keluar adalah 30-45.Dan sudut yang di bentuk antaraa lengan bawah

dengan tangan pada pergelangan adalah 15-30.

c. Fase mendorong kedalam (push) fase ini di lakukan setelah berakhirnya

fase membuka keluar, di mana saat melakukan fase mendorong kedua

telapak tangan saling berhadapan serentak dengan menutup telapak

tangan hingga bertemu , kedua siku dengan juga menutup keduanya

bertemu pada saat garis lurus di bawah dagu.


VERSI CANADA

Versi ini berkembang dari Versi Eropa Timur, sehingga beberapa fase

yang di kerjakan pada versi Eropa Timur juga di kerjakan pada versi Canada.

Fase istirahat dan fase membuka keluar tetap sama dan perbedaanya terletak

pada fase mendorong, fase menutup kedalam (Inward sweep) di lakukan

setelah berakhirnya fase membuka keluar di lanjutkan dengan melakukan

sapuan atau ayunan dimana kedua belah siku tidak perlu bertemu dan cukup

hanya kedua telapak tangan.Agar diperhatikan pada saat melakukan sapuan

ke dalam posisi telapak tangan dengan air membentuk sudut antara 30-45.

atau rata-rata 40.

5. Kordinasi nafas- tangan

a. Pada Versi Amerika Utara ambil nafas di lakukan pada saat

tangan melakukan akhir fase menarik.

b. Pada versi Eropa Timur ambil nafas di lakukan pada saat

melakukan fase mendorong.

c. Sama seperti pada versi Eropa Timur, maka versi Canada

mengambil nafas di lakukan pada saat melakukan sapuan tangan

kedalam (Inward sweep) .

Beberapa bentuk latihan

a. Dengan menggunakan papan latihan, lakukan kordinasi gerak

antara tangan dengan nafas seperti halnya latihan tangan .


b. Berpasangan di mana saat satu rekanya melakukan rangkaian

korinasi tangan dengan nafas, maka rekan lainya mengepit kedua

kaki dan memegang pinggul atau paha yang bersangkutan.

6. Renang lengkap ( kordinasi kaki- nafas- tangan)

Beberapa bentuk latihan

a. Dapat di berikan dengan bentuk latihan Catc – up .

b. Pada saat tertentu di usahakan tidak banyak menggunakan papan .

7. Perbaikan gaya

Seperti pada gaya renangan lain-lainya , maka beberapa bentuk

kesalahan sering terjadi pada gaya dada. Adapun bentuk-bentuk

kesalahan yang terjadi seperti:

a. Posisi lutut turun , akibatnya pinggul naik:

Apabila terjadi kasus seperti ini, upaya penanggulanganya adalah

berlatih dengan menggunakan papan latihan dengan prisip gerakan

dikerjakan yaitu saat melakukan fase istirahat pada kaki yaitu saat

dimana kedua tungkai kaki bawah di lipat hingga mendekati pinggul,

bentuk-bentuk di kerjakan dengan konsep tidak membentuk sudut

sebagai akibat lutut yang di turunkan kebawah, melainkan sebagai

akibat lipatan tunkai kaki bawah ke atas hingga mendekati

kepinggul.
b. Mengambil nafas terlalu dini:

Bila terjadi semacam ini dilakukan bentuk perbaikan dengan

mengulang kembali rangkaian gerak pada kordinasi nafas dengan

tangan.

c. Kaki tidak mampu maksimal melakukan lipatan dan membuka ke

samping.

Penanggulangan dengan melatih kaki dengan menggunakan

papan atau mengambil sikap terlentang untuk mengerjakan kaki gaya

dada, di mana saat melipat , lakukan gerak kaki menarik ke arah

pinggul dan bukan gerakan melipat itu di lakukan sebagai akibat

turunya lutut.

d. Melakukan tarikan terlalu dalam;

Melakukan tarikan terlalu dalam pada gaya dada , bisa berakibat

terhentinya gerakan di saat akhir tarikan . Selain itu bentuk, tarikan

ini tidak saja menjadi tahanan bagi daya luncur renangan, tetapi yang

jelas hal semacam ini akan mengurangi akselerasi dari renang yang

bersangkutan.
5. Peralatan Renang

a. Pakaian Renang

Gambar 2. Pakaian Renang


(Suber: Pramana, 2012:12:03)
Pakaian renang menjadi hal yang sangat penting, mengingat dalam

olimpiade, setiap perenang menggunakan pakaian renang dengan merek

yang telah disetujui oleh pihak Federasi Renang Internasional

(Rahmani, 2014:30).

b. Celana Renang

Bagi para kaum lelaki, sebaiknya menggunakan celana renang yang

didesain khusus agar memperlancar gerakan renang. Ada berbagai

macam celana renang, celana renang model segitiga, celana renang

pendek, dan celana renang panjang. Ada juga celana renang yang

menyatu dengan pakaian renang bagian atas (Ari, 2017:01).


Gambar 3.Celana Renang
(Sumber: Ari, 2017:01)
c. Kacamata Renang

Gambar 4. Kacamata Renang


(Sumber: Pramana, 2012:12:03)

Perenang yang memiliki mata minus (kurang jelasnya penglihatan)

boleh mengenakan kacamata yang sudah dilengkapi dengan lensa minus

(Rahmani, 2014:30).
Gambar 5. Penutup Kepala
(Sumber: Ari, 2017:01)

Fungsinya adalah dapat menimbulkan penampilan rambut perenang

terutama wanita yang berambut panjang, sehingga leluasa melakukan

gerakan renang (Rahmani, 2014:30). Seorang perenang umumnya

memiliki perlengkapan khusus untuk berenang. Hal itu mencakup

pakaian dan beberapa item yang lain. Perenang dibolehkan memakai

topi renang dan kacamata renang. Perenang berkacamata dapat memilih

untuk mengenakan kacamata renang minus, atau mengenakan lensa

kontak bersama kacamata renang normal (Sutanto, 2016:156).

Berdasarkan pendapat Thomas (2007:3-4) peralatan-peralatan berikut

ini akan digunakan dalam Renang Tingkat Lanjutan: langkah-langkah

menuju keberasilan:

1) Papan Pelampung

2) Sabuk pelampung

3) Pelampung kaki

4) Masker
5) Snorkel

6) Kacamata renang

7) Penjepit hidung

8) Sepatu katak dan kaos kaki atau sepatu boot

9) Stopwatch atau penghitung waktu

10) Tali lentur atau selang oper

Gambar 6. Peralatan Renang


(Sumber: Thomas, 2007:4)

Berdasarkan pendapat Rahmani (2014:30-31) dalam cabang

olahraga ini, tidak banyak peralatan yang dibutuhkan. Perenang

mengenakan pakaian renang yang sesuai, kacamata renang, dan jika

diperlukan dapat menggunakan sepatu katak yang dapat membuat


dorongan pada kaki lebih cepat. Hanya saja fasilitas atau tempatnya

yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, seperti kolam renang dan

tali pembatas sebagai batas lintasan. Kolam renang berskala olimpiade

harus dilengkapi dengan alat pengukuran waktu dan papan blok untuk

start.

d. Kolam Renang

Gambar 8.Kolam Renang


(Sumber: Fimey, 2017:02:24)
Kolam renang yang dibutuhkan untuk kepentingan Olimpiade

memiliki kriteria, yaitu panjang kolam 50 meter dan lebar kolam 25

meter. Kolam renang Olimpiade memiliki kedalaman paling dangkal

sedalam 1,35 meter (Rahmani, 2014:30).


1) Lintasan

Lintasan dibatasi dengan menggunakan tali yang berbahan dasar

plastik tebal dan kuat seperti pelampung berbentuk bulat dan berukuran

kecil. Bentuknya ini memungkinkan dapat berputar atau bergerak

mengikuti riak air kolam.

Gambar 9. Lintasan
(Sumber: Fimey, 2017:02:24)

Gambar 10. Papan Waktu


(Sumber: Fimey, 2017:02:24)
Dalam perlombaan Internasional atau perlombaan yang penting,

papan sentuh pengukur waktu otomatis dipasang dikedua sisi dinding

kolam, tebal papan sentuh ini hanya 1 meter (Kurniawan, 2011:6).


2) Balok Start

Disetiap blok start terdapat pengeras suara untuk menyuarakan

tembakan pistol start dan sensor pengukur waktu yang memulai

mencatat waktu ketika berenang meloncat dari blok start (Kurniawan,

2011:7).

Gambar 11. Blok Start


(Sumber: Fimey, 2017:02:24)

Berdasarkan pendapat Rahmani (2014:32) pada saat kejuaraan

berlangsung, harus ditetapkan sebuah ketentuan atau peraturan. Begitupun

dengan cabang olahraga renang, dimana setiap perlombaan memiliki

peraturan yang harus diperhatikan dan dipatuhi oleh setiap elemen dalam

perlombaan renang tersebut, tidak terkecuali atlet dan para pengurusnya.Salah

satunya adalah peraturan mengenai awalan atau start. Selain peraturan start,
beberapa petugas atau kepanitia perlombaan perluh diperhatikan jumlah dan

kepentinganya.

Peraturan renang gaya kupu-kupu, gaya dada, dan gaya bebas perenang

melakukan posisi start di atas balok start. Badan dibungkukkan ke air

dengan lutut sedikit di tekuk (Kurniawan, 2011:10).

Berdasarkan pendapat Imansyah (2016:95) peraturan renang dibagi

menjadi dua yakni peraturan umum dan peraturan khusus:

a. Peraturan Umum

1) Panitia Pelaksana

a) Perlombaan renang dilaksanakan oleh panitia peleksana

(PANPEL) perlombaan dari Pengurus Besar Persatuan Renang

Seluruh Indonesia (PRSI)/Pengurus Provinsi.

b) Wasit dan juri yang bertugas telah mendapat rekomendasi dari

pengurus besar PRSI/Pengurus Provinsi.

2) Peraturan Khusus

a) Persyaratan umur dan sekolah lihat ketentuan umum.

b) Perserta merupakan atlet terbaik Provinsi.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Penelitian yang dilakukan oleh Aan Irawan .(2013) Yang berjudul.

Pengaruh Latihan Push-Up Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada

50 Meter Pada Atlet Renang Noren Tirta Buana Kabupaten Musi

Rawas. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi

exsperimental). Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan

Kepelatihan Olahraga yang mengambil matakuliah renang

Pendalaman pada semester JuliDesember 2012 yang berjumlah 21

orang yang terdiri dari 17 orang putera dan 4 orang puteri.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu

mahasiswa putera saja yang berjumlah 17 orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara melakukan tes awal kecepatan renang 50 meter

gaya dada, kemudian sampel diberi perlakuan latihan Pliometrik dan

Push Up dan tes akhir kecepatan renang 50 meter gaya dada.

Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis dengan

menggunakan rumus uji beda mean (uji t) dengan taraf signifikan α =

0,05.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Aldo Darma Putra. (2017). Yang

berjudul “Perbedaan Pengaruh Modifikasi Latihan Pull Up dan Push

Up Terhadap Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas” Jenis

penelitian yang dilakukan adalah penelitian Eksperimen Semu (Quasi

Eksperimen), dengan rancangan two groups pre test-post test. Populasi

Penelitian adalah atlet perkumpulan renang Tirta Kaluang Padang


yang berjumlah 23 orang, terdiri dari atlet kelompok prestasi 16 orang

(12 putera dan 4 puteri) dan kelompok lanjutan 7 orang (4 putera dan

3 puteri). Sampel penelitian adalah atlet putera kelompok prestasi

sebanyak 12 orang dengan teknik penarikan sampel purposive

sampling. Untuk mengukur Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas

maka dilakukan pengukuran kecepatan berenang gaya bebas nomor 50

meter dengan menggunakan alat stopwatch. Teknik analisis data

menggunakan analisis komparasi dengan rumus Uji Beda Mean atau

Uji t.

C. Kerangka Berfikir

kecepatan yang dimiliki atlet dapat membantu untuk

mendapatkan catan waktu yang terbaik atau yang tercepat. Meskipun

perenang mempunyai keterampilan teknik renang yang baik, tetapi

kurang didukung dengan kecepatan dan power yang baik akan

menyulitkan untuk mendapatkan catatan waktu yang terbaik. kecepatan

dalam renang harus dilakukan dengan lincah disertai keterampilan power

otot lengan untuk mendorong kecepatan dalam melakukan renang gaya

dada agar mendapatkan waktu yang diinginkan.jika waktu yang dimiliki

kurang maksimal dikarenakan kurangnya keterampilan otot lengan yang

dimiliki oleh atlet dan kurang teknik dasar yang diterapkan dalam

melakukan renang gaya dada.


Push up merupakan jenis senam yang berfungsi untuk

menguatkan otot bisep maupun trisep. Langkah-langkah dalam

melakukan senam kekuatan ini, posisi awal tidur tengkurap dengan

tangan di sisi kanan kiri badan. Kemudian badan didorong ke atas dengan

kekuatan tangan. Posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap. Kemudian

barulah turunkan badan anda, namun dengan tetap menjaga kondisi

badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa menyentuh lantai atau

tanah.

Pengertian kecepatan menurut Harsono (2001:36), adalah

kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara

berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk

menempuh suatu jarak dalam waktu yang cepat. Abdul Kadir Ateng

(1997:67), menyatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan individu

untuk melakukan gerakan yang sama berulang-ulang dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya. Selanjutnya menurut Dick (1989) dalam Yunyun

Yudiana,dkk (2011:10), kecepatan adalah kapasitas gerak dari anggota

tubuh atau bagian dari sistem pengungkit tubuh atau kecepatan

pergerakan dari seluruh tubuh yang dilaksanakan dalam waktu yang

singkat.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.


1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang

signifikan latihan push-up terhadap kecepatan renang gaya dada 50

meter pada atlet renang putra usia 15-17 Kabupaten Karimun tahun

2017 dari ujit diperoleh thitung = 5,26 > t tabel =2,77. Karena latihan

push-up ini merupakan latihan kekuatan otot lengan sebagai sumber

utama untuk dijadikan atau memperoleh power adalah gabungan dari

kecepatan dan kekuatan yang merupakan salah satu kondisi fisik dan

disebut sebagai bagian penting dari semua gerakan aktifitas olahraga,

dengan latihan push-up ini dapat meningkatkan kecepatan renang gaya

dada 50 meter pada atlet renang putra Kabupaten Karimun. Hal ini

dilihat dari peningkatan waktu rata-rata dari hasil pretest dan posttest

sebesar 0,5 dari latihan push-up yang diberikan kepada atlet renang

Kabupaten Karimun.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitain kuantitatif dengan

metode eksperimen atau pre-experimental. Menurut Sugiyono (2017)

“metode eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendali” (hlm.72). Jadi metode eksperimen ini

digunakan untuk mengetahui hasil pengaruh latihan menggunakan alat

bantu fins terhadap kecepatan renang kaki gaya bebas pada renang

lanjutan. Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan One group pre test – post test design.

Menurut Sugiyono (2017) “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan” (hlm.80). Sedangkan sampel menurut Arikunto (2013)

“sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (hlm.174).


Populasi dalam penelitian ini adalah perenang atlet di noren tirta

buana yang berjumlah 10 orang. Pada pelaksanaanya. Penelitian ini

mengambil sampel yang berjumlah 10 orang karena jumlah perenang atlet

di noren tirta buana kurang dari 30 orang. Dengan demikian teknik

pengambilan sampel yang digunakan penelitian ini adalah sampling jenuh

atau total sampling. Guna mendapatkan data yang diperlukan, penulis

menggunakan alat ukur sebagai media pengumpulan data. Penelitian ini

menggunakan instrumen teknik tes yang dapat mengukur kecepatan

renang kaki gaya bebas, karena untuk memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian.

Menurut Arikunto (2013) tes adalah “serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok” (hlm.193).

Maka penelitian ini melakukan tes awal dan tes akhir kecepatan

pada renang gaya dada dengan jarak 50 meter menggunakan stopwatch.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, mencari

rata-rata dan standar deviasi, uji normalitas data dengan pendekatan uji

liliefors, uji homogenitas dengan pendekatan uji F, dan pengujian hipotesis

menggunakan uji t.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Club Atlet Noren Tirta Buana (NTB)

yang terletak di Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan sebagai

tempat yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini dilakukan pada waktu

siang hari dan akan dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2021.

Gambar 4. Peta Kota Lubuklinggau

(Sumber : Google)

C. Populasi dan dan sempel

1. Populasi

Populasi merupakan suatu kumpulan data yang bersifat kuantitatif

dan kualitatif. Populasi merupakan sumber data dan keseluruhan objek

yang diteliti serta memiliki kualitas dan karakteristik tertentu kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi dalam penelitian ini

adalah air kolam renang yang berada di Kabupaten Probolinggo.

2. Sampel
Sampel merupakan objek yang diteliti dengan kualitas dan

karakter tertentu yang digunakan sebagai perwakilan dari suatu

keseluruhan objek yang akan diteliti. Sampel yang diambil yaitu atlet

kolam renang tirta buana. Sampel diambil saat waktu latian pada sore

hari pukul 15:00 saat atlet melakukan renang.

D. Teknik pengumpulan data

Arikunto (2006: 134) menyatakan instrumen penelitian adalah alat

bantu yang digunakan dan dipilih peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah. Instrumen tes yang digunakan untuk pengukuran awal

(pretest) maupun pengukuran akhir (posttest) menggunakan tes dengan

melakukan gerakan selama 3 set selama 10 menit. Untuk Inttrumen yang

di gunakan adalah menggunakan alat seperti handgrip untuk mengukur

kekuatan otot lengan. Demontrasi ini dilakukan secara bergantian serta

dengan cara yang baik dan benar.

E. Teknik analisis data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

Uji-t (t-test), mendapatkan hasil yang baik perlu dilakukan pengujian

normalitas, dan normal juga harus homogen. Sampel-sampel yang berasal

dari satu populasi dan diperkirakan sama, belum tentu demikian

keadaannya. Apabila dua atau lebih sampel diperiksa dengan teknik

tertentu dan ternyata homogen, maka dapat dikatakan bahwa sampel-

sampel itu berawal dari populasi yang sama (Suharsimi Arikunto, 2010:
357). Maka untuk menguji keabsahan sampel perlu dilakukan uji

normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran data dimaksudkan untuk menguji apakah distribusi

yang diobservasi tidak menyimpang sacara signifikan dari frekuensi yang

di harapkan.Uji normalitas variable dilakukan dengan menggunakan Kai

Kuadrat.

Penghitungan normalitas sampel adalah pengujian terhadap normal

tidaknya data yang dianalisis.Pengujian normalitas sebaran data

menggunakan Chi kuadrat.

x =∑ ¿
2 ∫ 0−¿ ∫ h ¿
∫h
Keterangan:

x 2 : Chi Kuadrat

∫ o : Frekuensi yang diobservasi


∫ h : Frekuensi yang dihitung
Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu sebaran

adalah apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (signifikan > 0,05),
maka normal dan apabila nilai signifikan kurang dari 0,05 (signifikan <

0,05) dikatakan tidak normal (Jonathan Sarwono, 2010: 25).

2. Uji homogenitas

Pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel, perlu

kiranya peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas)

beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel

yang diambil dari populasi yang sama (Suharsimi Arikunto, 2010: 363).

F= Variabel Terbesar dibagi Variavel Terkecil Uji homogenitas dilakukan

untuk mengetahui kesamaan variansi atau untuk menguji bahwa data yang

diperoleh berasal dari populasi yang homogen. Kriteria pengambilan

keputusan diterima apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (signifikan

> 0,05) (Jonathan Sarwono, 2010: 86).

3. Uji-t

Kaidah yang digunakan untuk mengetahui berbeda tidaknya suatu sebaran

adalah apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (signifikan > 0,05),

maka tidak berbeda dan apabila nilai signifikan kurang dari 0,05

(signifikan < 0,05) dikatakan berbeda (Jonathan Sarwono, 2010: 120).

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali. 2011. Sumbangan Kekuatan Otot Lengan dan Otot Tungkai

Terhadap Kecepatan Renang Gaya Crawl 50 Meter Tahun 2011.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta

: P.T. Rhineka Cipta.

Adang, Suherman.2000. Dasar-dasar penjaskes. Jakarta: depdikbud.direktorat

Jendral Pendidikan dasar dan menengah bagian proyek penataan guru

SLTP Setara D-III. Adisasmita,Yusuf. 1992. Olahraga Pilihan Atletik.

Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Didik Zafar. 2010. Mengajar dan melatih Atletik. Bandung: Rosdakarya

Eddy Purnomo. 2007. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Eko Yulianto. 2016. Pengaruh Kecepatan Dan Kekuatan Otot Kaki Terhadap

Prestasi Menggiring Bola Ditinjau Dari Kelentukan Tubuh Pada Siswa


Putra SDN Mlandangan 2 Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk Tahun

2016

Garis-garis Besar Haluan Negara, 2003. TAP MPR No 11/MPR/2003, Jakarta:

Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai