Pengantar
Hlm. 3
Dampak
Penerapan
Complex Training Terhadap
Peningkatan
Kemampuan
Dinamis Anaerobik
Hlm. 81
Hlm. 48
ISSN 1411-0016
Diterbitkan oleh:
Bidang Bidang Sport Science & Penerapan Iptek Olahraga KONI Pusat
2|
ISSN 1411-0016
Pelindung:
Ketua Umum KONI Pusat
Penasehat:
Wakil Ketua Umum I, II, III, IV dan V KONI Pusat
Sekretaris Jenderal KONI Pusat
Penanggung Jawab:
Ketua Bidang Sport Science dan Penerapan Iptek Olahraga
Pemimpin Redaksi:
Lilik Sudarwati, Psi.
Tim Editor/Penyunting:
Dr. Rer. Nat. Chaidir, Apt.
Fotografer & Design Grafis:
Fajar Hardi Yudha & Aang Singgih Haryono
Sekretariat:
Dody Handoko & Kunti Handayani
Alamat Redaksi:
Bidang Sport Science & Penerapan Iptek Olahraga KONI Pusat
Jl. Pintu I Senayan Jakarta 10270
Telp
: (021) 5712594 (Direct)
(021) 5737494 (hunting), ext. 64
Email
: konipusat@yahoo.com
Homepage : http://www.koni.or.id
Facebook : KONI Pusat
Twitter
: @KONIPusat
JUARA
Pengantar
Salam Olahraga,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rakhmat dan Berkah-Nya sehingga Jurnal Iptek Olahraga
KONI Pusat dapat kembali diluncurkan.
Pertama-tama kami ucapkan Selamat Tahun Baru 2013, semoga kiranya
di tahun-tahun mendatang Prestasi Olahraga Nasional dapat lebih
membanggakan bagi Bangsa dan Negara.
Bidang Sport Science dan Penerapan Iptek Olahraga KONI Pusat mencoba
untuk meluncurkan kembali Jurnal Iptek Olahraga yang sempat tersendat.
Adapun judul Jurnal Iptek Olahraga KONI Pusat yang diluncurkan
kembali adalah Juara yang di dalamnya terdapat 6 (enam) artikel dari
berbagai disiplin ilmu.
Kiranya Jurnal Juara ini dapat memberikan manfaat bagi para Atlet,
Pelatih, dan Pembina Olahraga untuk menunjang peningkatan prestasi
Atlet di masa-masa yang akan datang.
Kami, menyadari Jurnal ini masih jauh dari sempurna untuk itu kami
mohon kritik dan saran dari pembaca untuk meningkatkan kualitas baik
secara materi maupun secara tampilan.
Terimakasih dan selamat membaca. PATRIOT!
Salam,
REDAKSI
4|
JUARA
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................ 3
1. Dampak Penerapan Complex Training Terhadap Peningkatan
Kemampuan Dinamis Anaerobik
Oleh: Dikdik Djafar Sidik, Dkk.......................................................... 7
2. Latihan Imagery
Oleh: Dr. Sapta Kunta Purnama........................................................ 34
3. Kebutuhan Nutrisi pada Masa Pemulihan Pertandingan
Oleh: Nurul Ratna Mutumanikam, dr.M.Gizi.................................... 48
4. Latihan Kekuatan untuk Atlet Muda
Oleh: Dr. Johansyah Lubis, M.Pd....................................................... 55
5. Dimensi Sosiologis dalam Manajemen Olahraga di Indonesia
Oleh: Neneng Nurosi Nurasjati.......................................................... 81
6. Humas dan Pemasaran Olahraga di Indonesia
Oleh: Ria Lumintoarso....................................................................... 101
6|
JUARA
Abstrak
SG 2005 Philipina
SG 2007 Thailand
SG 2009 Laos
Emas
Emas
Emas
Perak Prg.
Perak Prg.
Perak Prg.
(T)/(Ra)
(T)/(Ra)
(T)/(Ra)
Judo
3(16)/(4)
1(16)/(5)
1(18)/(6)
Karate
5(18)/(1)
2(18)/(3)
3(17)/(3)
5(13)/(1)
2(17)/(4)
Teakwondo
1(15)/(5)
1(16)/(6)
1(21)/(5)
Gulat
0(12)/(4)
1(9)/(2)
2(18)/(4)
Wushu
1(13)/(4)
1(15)/(7)
2(21)/(4)
Tinju
0(13)/(5)
10
0(17)/(6)
0(15)/(6)
Catatan
Menurun
signifikan
Meningkat tdk.
signifikan
Menurun
signifikan
Menurun
signifikan
Meningkat tdk.
signifikan
Meningkat tdk.
signifikan
Meningkat tdk.
signifikan
|9
Metode ini jarang atau bahkan belum pernah dilakukan dalam pelatihan
fisik di beberapa provinsi Indonesia yang disebabkan oleh beberapa hal,
seperti beberapa pelatih yang belum memahami manfaat dari Complex
Training, peralatan yang dirasakan sulit untuk menerapkan metode
latihan ini karena membutuhkan peralatan beban. Hal lain yang menjadi
permasalahan dalam praktik latihan adalah penerapan metode latihan
yang masih belum jelas karakter dari setiap metode tersebut. Keterbatasan
metode yang dipahami merupakan bagian dari keterbatasan pelatih dalam
menerapkan cara pelatihan.
Isu-isu tersebut yang menggugah untuk kemudian dijadikan sebagai
langkah-langkah strategis dalam upaya penelitian lebih lanjut. Oleh
karena itu, peneliti merasa terpanggil untuk mengkaji lebih dalam tentang
Penerapan pola pelatihan Complex Training yang diterapkan oleh para
talet elit internasional untuk diterapkan pada para atlet Indonesia sebagai
penambahan wawasan pelatihan bagi para pelatih di Indonesia.
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
JUARA
| 11
| No. 1
JUARA
Glycogen
Glucose
Pyrucic
Acid
Insufficleni
Oqygen
Lactic
Acid
ADP+P
| 13
ATP
| No. 1
JUARA
| 15
| No. 1
| 17
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
3,60
7,91
1,90
50,00
50,00
0,09
0,68
0,21
10,00
7,92
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
25,94
40,94
17,48
50,00
50,00
1,36
1,80
1,78
10,00
6,18
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
3,49
7,41
2,09
50,00
50,00
0,12
0,39
0,11
10,00
9,31
Nilai Rata-rata
Simpangan Baku
25,67
29,65
18,85
50,00
50,00
1,13
1,14
1,35
10,00
5,80
Simp. Baku
Gabungan
0,009
0,467
0,042
100
62,80
Simp. Baku
Gabungan
1,84
3,24
3,16
100
38,23
Simp. Baku
Gabungan
0,014
0,153
0,012
100
86,66
Simp. Baku
Gabungan
1,28
1,31
1,82
100
33,6
| No. 1
2. Agility:
JUARA
| 19
3. Power:
| No. 1
4. Maximum Strength
JUARA
| 21
5. Speed Endurance:
| No. 1
7. Power Endurance:
JUARA
| 23
4,46
- 1,72
1,72
8. Strength Endurance:
| No. 1
9. Anaerobik Alaktasid:
JUARA
| 25
11. Anaerobik:
| No. 1
F. Diskusi Penemuan
Pelatihan complex ini sangat efektif untuk membantu meningkatkan
kemampuan kecepatan speed. Hal ini diperlihatkan dengan meningkatkan
nya kemampuan ini sebesar rata-rata 0,11 detik (rata-rata kemampuan
awal 3,60 menjadi rata-rata kemampuan akhir 3,49 detik). Catatan waktu
ini sangat bermakna jika terjadi pada suatu perlombaan seperti nomor
sprint 100 meter, yang perbedaan antara atlet satu dengan yang lainnya
hanya terpaut 0,01 detik.
Peningkatan ini merupakan indikasi kebermaknaan dari pelatihan
kekuatan dengan memanfaatkan metode latihan kompleks yang
menggabungkan pelatihan kekuatan maksimal dengan pelatihan kekuatan
yang ekplosif cepat. Sehingga pelatihan ini cukup penting jika diterapkan
untuk cabang olahraga yang membutuhkan speed.
JUARA
| 27
| No. 1
| 29
repetisinya yaitu mencapai jumlah 1224 untuk beban maksimal dan 180
kali lompatan.
Untuk kemampuan anaerobik bersifat laktasid yang menggabungkan
kemampuan speed endurance, agility endurance, power endurance, dan strength
endurance nampak pada perubahan peningkatan masing-masing anggota
sampel yang memiliki kelebihan pada satu komponen namun masih lemah
pada komponen lain sehingga akumulasi kemampuan menjadi berubah.
Hal ini sejalan dengan prinsip individualisasi yang menyatakan bahwa
setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda dan kemampuan
anaerobik yang laktasid sangat dipengaruhi oleh kemampuan aerobik
terutama manfaat pemulihan dan ketikan menghindari cepat datangnya
kelelahan.
Seperti terlihat pada grafik 13 bahwa terdapat 6 sampel yang mengalami
penurunan kemampuan setelah dijadikan skor gabungan. Hal ini yang
luput dari pemantauan adalah variabel lain seperti dasar kemampuan
aerobiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan anaerobik yang
hendak ditingkatkan secara eksklusif harus memenuhi syarat kemampuan
aerobik yang sudah cukup baik.
Begitu juga dengan skor gabungan yang diperoleh dari hasil kemampuan
anaerobik yang alaktasid dengan anaerobik yang laktasid menunjukkan
perubahan peningkatan yang belum signifikan. Hal ini disebabkan
karena nilai gabungan anaerobik laktasid yang tidak signifikan sehingga
berpengaruhi terhadap kemampuan anaerobik secara keseluruhan. Temuan
lain dari kemampuan ini adalah meyakinkan bahwa kemampuan anaerobik
dipengaruhi oleh kemampuan yang bersifat daya tahan (aerob).
Hal lain yang menjadi temuan penelitian adalah tentang aspek
psikologis yaitu adanya kepercayaan diri yang cukup tinggi dari setiap
atlet/pemain ketika melakukan pergerakan dalam kecabangan olahraga
(dalam hal ini permainan futsal), seperti ketika mereka melakukan sikap
tumpuan untuk melakukan gerakan shooting bola ke gawang. Nilai
positif lain yang dirasakan adalah kemampuan kualitas otot menjadi lebih
padat (muscle density) sehingga menjadi lebih kokoh saat melakukan
pergerakan. Namun perubahan kemampuan aerob perlu dicermati untuk
ditindaklanjuti melalui kajian penelitian berikutnya.
| No. 1
| 31
| No. 1
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor O. (1999). Theory and Methodology of Training; the Key
to Athletic Performance. Dubuque, Iowa: Kendall/Hunt Publishing
Company.
Duthie. complex, contrast and traditional training (http://www.pponline.
co.uk/encyc/complex-training.html)
Gamble, Paul. (2010). Strength & Conditioning for Teams Sports: SportsSpecific Physical Preparation for High Performance. Routledge, Taylor &
Francis Group. London & New York.
Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga; Fungsi Tubuh Manusia
pada Olahraga, edisi 7. Bandung: Buku Ajar FPOK UPI.
Gordon, Dan. (2009). Coaching Science. Learning Matters. British Library.
Grego. Brad Mc. Complex Training. (http://www.pponline.co.uk/encyc/
complex-training.html)
Pesurnay, P. Levinus, danSidik, D. Zafar.(2007). MateriPenataranPelatihFisik
Tingkat Nasional Se-Indonesia.KoniPusat.
Janssen, Peter, 2001. Lactate Threshold Training. Canada: Human Kinetics
Publisher
Sudjana, 1990. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sidik. Dikdik Zafar. Periodisasi Latihan Kekuatan. www.koni.or.id
Fitnessvenues.(2009). Strength training and complex training methods.
http://www.fitnessvenues.com/uk/complex-strength-training.
[27
September 2011].
Spellwin.G.(2009). Complex Training New Method for Amazing Muscle
JUARA
| 33
| No. 1
Latihan Imagery
Dr. Sapta Kunta Purnama
A. Pendahuluan
alam membina atlet sekarang ini masih banyak para pelatih yang
tidak melaksanakan latihan khusus untuk meningkatkan kualitas
mental atlet. Kecenderungan pelatih hanya menitik beratkan pada latihan
fisik atau latihan yang nyata dapat dilakukan dengan gerakan badan atau
anggota tubuh, bahkan banyak pelatih yang tidak tahu tentang pelaksanaan
latihan selain latihan yang nampak nyata dalam peragaan fisik. Memang
salah satu metode terbaik untuk meningkatkan keterampilan gerak adalah
latihan yang secara langsung mempelajari kegiatan/aktivitas keterampilan
gerak tersebut dengan praktek secara berulang-ulang, karena dengan
praktek berulang-ulang seseorang akan memperoleh pola otomatis dari
teknik keterampilan gerak yang dipelajarinya.
Apakah ada latihan yang tidak tampak nyata? Dalam latihan mental
(mental training) ada istilah latihan imajeri, mental rehearsal dan imagery.
Istilah tersebut sebenarnya sama yaitu; suatu latihan dengan cara
membayangkan, memikirkan atau menggambarkan situasi tertentu. Jenis
latihan ini umumnya belum dilaksanakan oleh pelatih dalam program
latihan untuk atlet atau anak didik mereka. Hal ini disebabkan masih
banyak para pelatih yang asing mengenai konsep teknik latihan imajeri.
Latihan Imagery
| 35
pusat awal pembinaan atlet-atlet usia dini dan menjadikan salah satu
strategi paling mendasar dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga. Oleh
karena itu, pembinaannya harus dilakukan secara berencana, teratur, dan
sistematis dengan memberdayakan semua aspek pendukung terciptanya
prestasi setinggi mungkin, terutama aspek terkait dengan proses latihan,
baik aspek kemampuan fisik, keterampilan teknik dan taktik bermain,
maupun keterampilan psikologis secara simultan.
Kondisi faktual menunjukkan bahwa pembinaan prestasi olahraga
saat ini terutama di tingkat klub dan sekolah, khususnya pembinaan aspek
keterampilan psikologis merupakan latihan yang sangat penting dalam
pembinaan olahraga. Kesabaran, keberanian, sportivitas, kepercayaan
diri, motivasi, pengelolaan emosi, termasuk penetapan tujuan dan imajeri
mental merupakan aspek-aspek psikologis yang sangat penting dalam
pembinaan olahraga dan harus dilatihkan sejak usia dini seperti halnya
latihan fisik atau teknik.
Pelaksanaan latihan imajeri di lapangan bukan berarti bahwa latihan
ini sepenuhnya dapat menggantikan latihan yang nyata tampak dalam
peragaan fisik, tetapi kedua-duanya harus diberikan dalam satu kesatuan
atau harus saling mengisi untuk mengoptimalkan/memaksimalkan
pencapaian prestasi atlet.
Setiap pertandingan selesai, banyak orang berkomentar tentang faktor
kemenangan dan kekalahan. Ada yang mengatakan, pemain A memiliki
kelebihan dalam hal teknik, ada yang mengatakan kelebihan dalam hal fisik
dan tidak jarang yang mengatakan, karena pemain B sebelum bertanding
sudah kalah mental. Dalam hal ini dapat disimpulkan sebenarnya
penampilan atlet yang berprestasi tertentu merupakan hasil akumulasi
(gabungan) dari berbagai faktor. Faktor mental merupakan bagian yang
turut menentukan keberhasilan dalam pertandingan olahraga. Oleh
karena faktor mental menjadi salah satu yang penting dalam keberhasilan
atau peningkatan prestasi atlet, maka perlu adanya latihan mental.
Latihan mental adalah terjemahan dari kata mental practice, mental
training, mental rehearsal atau cognitive rehearsial. Singer (1980) menyebutkan
latihan mental dengan istilah mental training atau latihan image, yaitu
konseptualisasi yang menunjukkan pada latihan tugas dimana gerakangerakannya tidak dapat diamati. Magil (1980) mengistilahkan latihan mental
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
Latihan Imagery
| 37
| No. 1
Latihan Imagery
| 39
mental dilakukan seperti halnya pada latihan fisik, yang perlu dilatih dan
perlu dipersiapkan jauh hari sebelumnya, bahkan dapat dimulai sejak usia
dini sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Pelaksanaan latihan mental
dapat dilakukan secara serempak atau dilibatkan langsung pada saat latihan
fisik, atau dilakukan secara tersendiri.
Bentuk-bentuk latihan mental dapat berupa relaksasi, konsentrasi,
imagery, dan lain sebagainya.
1. Relaksasi
| No. 1
Latihan imagery adalah suatu latihan dalam alam fikiran atlet, dimana
atlet membuat gerakan-gerakan yang benar-benar melalui imajinasi dan
setelah dimatangkan kemudian dilaksanakan.
Latihan imagery dapat berarti tiga hal, yaitu: yang dapat dilihat atau
visual, dapat didengar atau auditory dan dapat dirasakan atau kinesthetic
(Poster dan Foster, 1986).
Bagaimana prosedur yang dapat menjadi pegangan para pelatih untuk
melaksanakan latihan imagery ini? Tekanan pokok dalam latihan imagery
adalah: semua atlet harus sudah memperoleh pengertian mengenai keterampilan
dan bagaimana cara serta pola gerak yang akan dilakukan dalam keterampilan
nyata. Pertama, atlet diberi gambaran mengenai teknik yang akan
dilatihkan (apabila tujuan latihan adalah tentang penguasaan teknik).
Adapun gambaran tentang teknik tersebut dapat berupa demontrasi
pelatih, contoh gambar atau rekaman video dan lain-lain. Kedua, atlet
diminta untuk mengingat kembali teknik yang dilatih tersebut, kemudian
atlet membayangkan dirinya melakukan gerakan teknik tersebut sambil
menutup mata. Dengan menutup mata dapat membantu para atlet dalam
berkosentrasi terhadap apa yang sedang dilakukannya.
JUARA
Latihan Imagery
| 41
| No. 1
JUARA
Latihan Imagery
| 43
C. Kerangka Pemikiran
Latihan imajeri mental mempengaruhi belajar dan penampilan karena
memungkinkan individu mengulang rangkaian gerak dengan membuat
komponen-komponen simbolik dalam otak yang dibutuhkan untuk
memfasilitasi performa keterampilan yang akan dilakukan, dan dapat
menguatkan hubungan stimulus respon.
Ketika atlet membayangkan atau menvisualisasikan secara gamblang
saat sedang latihan dan membayangkan dirinya menunjukkan penampilan
sempurna, kegiatan tersebut sebenarnya mengirim impuls syaraf yang
halus dari otak ke otot yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Ketika atlet
membayangkan keberhasilan secara berturutan terjadilah proses belajar
yang sebenarnya dan atlet tersebut telah menggoreskan gambaran tepatnya
gerakan tubuh yang seharusnya terjadi, sehingga dapat mencapai prestasi
yang optimal.
Ada alasan lain mengapa latihan imajeri sangat penting dilakukan
sebagai pelengkap latihan yang nyata yaitu: konseptualisasi keterampilan
gerak yang akan dipelajari secara imajeri, secara tidak langsung mengasah
kemampuan kognitif dan kemampuan seseorang untuk berfikir.
Dari alur pemikiran tersebut di atas menggambarkan bahwa
harmonisasi keterampilan seseorang akan meningkat jika mereka sering
memvisualisasikan gerakan tersebut. Dengan visualisasi atau imagery secara
langsung mengasah kemampuan kognitif seseorang untuk melakukan
gerakan yang seharusnya dilakukan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh
latihan imagery terhadap variabel terikatnya. Secara operasional penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang pengaruh
program latihan imagery terhadap peningkatan keterampilan bulutangkis.
E. Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka dalam penelitian ini
digunakan metode eksperimen, yaitu suatu metode yang sistematis dan logis
untuk menjawab pertanyaan; apakah yang terjadi, jika sesuatu dilakukan
| No. 1
JUARA
Latihan Imagery
| 45
1. Uji Normalitas
SD
Lhitung
Lt 5%
K1
30
13
2,771157
0,1251
0.161
K2
32
14
2,711237
0,1142
0.160
Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada K1 diperoleh nilai L hitung
= 0,1251 dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada
taraf signifikansi 5% yaitu 0,161. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data pada K1 termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil
uji normalitas yang dilakukan pada K2 diperoleh nilai Lhitung = 0,1142
dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf
signifikansi 5% yaitu 0,160. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data pada K2 termasuk berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
SD2
Fhitung
Ft 5%
K1
K2
30
32
0,012
0,011
1,0909
2.34
| No. 1
db
t hitung
t tabel
30
4,3533
1.67
Keterangan
Signifikan
JUARA
Latihan Imagery
| 47
| No. 1
| 49
| No. 1
| 51
dan hiperglikemia.1
B. Kebutuhan Protein
Otot rangka pada padah tubuh massanya amat besar, terutama pada
atlet, dan merupakan tempat utama pembentukan dan penguraian protein.
Selama kondisi olahraga yang berkepanjangan, dimana terjadi kondisi stres
katabolik, terjadi penguraian protein otot rangka dan pembebasan asam
amino rantai bercabang (AARB).4
Asam amino rantai bercabang (isoleusin, leusin, dan valin) memiliki
peran khusus di dalam otot rangka, karena merupakan asam amino yang
dapat dimetabolisme di jaringan luar hati. Jalur metabolisme tersebut
bermanfaat menghasilkan energi untuk otot rangka, atau disebut
adenosine triphosphate (ATP).4 Selain itu, protein juga bermanfaat untuk
meningkatkan keseimbangan protein positif, perbaikan jaringan otot
rangka yang rusak akibat olahraga berkepanjangan atau pertandingan, dan
proses adaptasi pembentukan protein baru.1
Pada kondisi pasca olahraga atau pertandingan terjadi penguraian
AARB secara berlebihan. Agar tubuh dapat menyimpan asam amino
kembali untuk membentuk protein otot baru diperlukan konsumsi
makanan atau minuman tinggi protein. Setelah mengonsumsi makanan
atau minuman tinggi protein, tubuh memerlukan bantuan hormon insulin
untuk meningkatkan penyerapannya. Peningkatan kadar hormon insulin
dilakukan salah satunya dengan mengonsumsi makanan atau minuman
tinggi karbohidrat.4 Oleh karenanya, konsumsi tinggi karbohidrat beserta
protein, yaitu salah satunya AARB amat penting dilakukan pada masa
pemulihan pasca pertandingan.1
Salah satu jenis AARB, leusin, memiliki manfaat positif dalam
membentuk protein otot selama masa pemulihan. Kombinasi konsumsi
karbohidrat dengan IG tinggi bersama dengan protein hidrolisat dan leusin
lebih bermanfaat meningkatkan kadar hormon insulin dibandingkan
dengan konsumsi karbohidrat IG tinggi saja. Pemberian protein (protein
hidrolisat maupun leusin) bermanfaat dalam mendeposit protein otot,
memperbesar ukuran otot rangka (hipertrofi otot) dan meningkatkan
kekuatan otot rangka. Hal tersebut dikarenakan, protein hidrolisat
merupakan komponen protein yang ikatannya lebih sederhana, sehingga
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
JUARA
| 53
1. Palatabilitas cairan
| No. 1
3 Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Dalam: Advanced Nutrition and Human
Metabolism. edisi ke-5. 2009. Belmont: Wadsworth. hal.63-104.
muscle anabolism: the search for the optimal recovery drink. Br J Sports
Med 2006;40:900-05.
JUARA
A. Pendahuluan
The American College of Sport Medicine (ACSM) berpendapat bahwa
latihan kekuatan dapat menjadi efektif dan aman bagi kelompok umur
tersebut. Asalkan program tersebut dirancang dengan tepat dan dengan
pengawasan yang baik (Feigenbaum dan Michell, 1998). Bagaimanapun
juga penampilan fisik termasuk pembinaan olahraga pada anak-anak dan
remaja selalu dinilai dari sudut pandang proses pertumbuhannya (Brooks
dan Fahey, 1985).
Sebuah referensi yang dilakukan oleh Asosiasi Strength dan Conditioning
National, Komunitas Orthopedik Amerika menyatakan bahwa anak-anak
dan remaja banyak mendapat manfaat jika diikutsertaan dalam program
latihan dengan pengawasan yang ketat. Manfaat yang utama adalah:
a. Meningkatkan kekuatan otot
b. Meningkatkan daya tahan otot lokal.
c. Mencegah cedera selama berolahraga dan aktivitas berkenaan dengan
rekreasi, dan
55
| 57
Pertimbangan - pertimbangan
7 atau kurang
8-10
| No. 1
14-15
16 atau lebih
Pertimbangan - pertimbangan
Ajar semua teknik-teknik latihan yang dasar; lanjutkan pemuatan
progresif dari tiap latihan; tekankan teknik-teknik latihan; perkenalkan
latihan-latihan lebih yang dikedepankan dengan yang kecil atau tanpa
pembalasan.
Kemajuan kepada yang muda lebih maju memprogram di dalam
latihan pembalasan; tambahkan olahraga komponen spesifik; tekankan
teknik-teknik latihan; volume peningkatan
Anak diberikan gerakan orang dewasa tingkat awal memprogram
bagaimana pun pengetahuan dasar sudah dikuasai dan suatu
pengalaman pelatihan tingkatan dasar sudah diperoleh.
Catatan: Jika suatu anak dari setiap usia mulai suatu program tanpa adanya
pengalaman yang sebelumnya, mulai anak pada dia baik pria maupun wanita tingkatantingkatan dan gerakan yang sebelumnya kepada tingkatan-tingkatan
| 59
| No. 1
a. Kekuatan Umum
Kekuatan Umum mengacu pada kekuatan seluruh sistem otot.
Kekuatan ini merupakan dasar untuk program latihan kekuatan
dan harus dikembangkan untuk mencapai performance yang
optimal. Jika pengembangan kekuatan umum tidak memadai,
kemajuan atlet akan terhambat.
b. Lekuatan Spesifik
Kekuatan spesifik berhubungan dengan pola gerakan pada
sekelompok otot.Atlet biasanya menggunakan kekuatan spesifik
pada akhir tahap fase persiapan.
c. Kekuatan yang berhubungan dengan kecepatan
Kekuatanyang berhubungan dengan kecepatan adalah kemampuan
untukmengembangkan kekuatan yang cepat dan pada kecepatan
yang tinggi.Kekuatanyang berhubungan dengan kecepatansangat
penting dalam hampir semua cabang olahraga, terutama olahraga
beregu.Jenis kekuatan inisangat baikdikembangkan selama fase
persiapan khusus dan selama fase kompetisi.
d. Kekuatan Maksimum
Kekuatan maksimum mengacu pada kemampuan tertinggi dari
sistem neuromuskularsehinggadapat menghasilkan kontraksi
maksimum.Kekuatan maksimal ditunjukkan padabeban tertinggi
yang dapat diangkat oleh seorang atlet.Kekuatan maksimal
berhubungandengan faktor daya tahan otot, performance ketika
mengangkat beban, serta kecepatan.
e. Daya Tahan Otot
Daya tahan otot adalah kemampuan sistem neuromuskular untuk
menghasilkan kekuatansecara berulang-ulang selama periode
tertentu. Jumlah total pengulangan mengangkatbeban tertentu
merupakan kapasitas daya tahanan otot.
f. Kekuatan Absolut
Kekuatan absolut mengacu pada jumlah tenaga yang dapat
dihasilkan tanpamemperhatikan berat badan. Dalam beberapa
cabang olahraga seperti American football, angkatbesi dan gulat
kelas berat dan super berat, atlet harus mencapai tingkat kekuatan
JUARA
| 61
| No. 1
| 63
| No. 1
JUARA
| 65
9. Rangsangan Listrik
| No. 1
a. Intensitas
Intensitas latihan atau beban latihan berhubungan dengan jumlah
berat beban atau besarnya resistensi yang digunakan. Intensitas
latihan dapat dihitung dengan membagi volume beban dengan
jumlah pengulangan. Beban yang digunakan dalam latihan resistensi
dinyatakan sebagai persentase dari 1 RM. Beberapa profesional
menyarankan untuk menggunakan pengulangan sampai gagal dalam
zona repetisi maksimum (misalnya, 1-3RM) sebagai metode untuk
menentukan intensitas latihan. Namun, latihan dengan menggunakan
pengulangan sampai gagal untuk pengembangan kekuatan maksimal
tetap dipertanyakan dan dinyatakan sebagai metode yang tidak
optimal untuk mengembangkan kekuatan. Pendapat ini didukung
oleh penelitian oleh Izquierdo dan rekan-rekan, mengatakan bahwa
metode latihan pengulangan sampai gagal hanya memperlihatkan
sedikit pengembangan kekuatan dibandingkan dengan cara lain.
Dengan demikian, tampaknya beban latihan kekuatan yang terbaik
ditentukan dalampersentase 1RM. Kekuatan maksimal kemungkinan
besar ditekankan dengan beban 80% dari 1RM atau lebih, sedangkan
daya tahan otot ditekankan dengan beban antara 20% sampai 80%
dari IRM. Muscular power dapat telihat dengan beban antara 30% dan
80% dari 1RM tergantung pada jenis latihan.Intensitasantara 100%
dan 125% dari 1RM diklasifikasikan sebagai bebansupermaximal.
b. Pengulangan
Jumlah pengulangan yang dapat dilakukan biasanya tergantung
dengan beban yang digunakan (tabel 10.5). Semakin tinggi beban,
makin rendah jumlah pengulangan yang dapat dilakukan. Namun,
sulit untuk membuat definisi antara persentase dari 1RM dan jumlah
pengulangan, karena tampaknya bahwa status latihan, massa otot,
gender, dan jenis latihan dapat mengubah jumlah pengulangan pada
beban yang diberikan.
c. Order of Exercises
Order of exercisesdalam program latihan kekuatan secara signifikan
dapat mempengaruhi efektivitas sesi latihan. Latihan yang melibatkan
kelompok otot besar, latihan yang melibatkan banyak sendi harus
dilakukan pada awal sesi pelatihan, karena latihan-latihan ini
JUARA
| 67
| No. 1
JUARA
| 69
| No. 1
JUARA
| 71
Shoulder Shrug
Gerakan.
Tanpa menekuk siku, atlet menaikkan atau
mengangkat bahu, mencoba bahu untuk
menyentuh ke telinga. Kemudian dengan cara
yang terkontrol kembali ke posisi awal.
Untuk variasi latihan, dapat menarik bahu ke
belakang sejauh mungkin, berusaha bahu untuk
menyentuh telinga, membawa bahu ke depan
sejauh mungkin, dan kemudian menurunkan
mereka kembali keposisi awal. Gerakan ini harus
dilakukan dengan lambat, terus menerus,dan
bergantian
Shoulder Shrug
Gerakan.
Tanpa menekuk siku, atlet menaikkan atau meng
angkat bahu, mencoba bahu untuk menyentuh ke
telinga. Kemudian dengan cara yang terkontrol
kembali ke posisi awal.
Untuk variasi latihan, dapat menarik bahu ke belakang
sejauh mungkin, berusaha bahu untuk menyentuh
telinga, membawa bahu ke depan sejauh mungkin,
dan kemudian menurunkan mereka kembali ke posisi
awal. Gerakan ini harus dilakukan dengan lambat,
terus-menerus, dan bergantian
| No. 1
JUARA
| 73
French Press
Gerakan
Posisi awal,atletmemegangdumbel di atas kepala dengan
lengansepenuhnya diperpanjang.Tanganharusterpisah6 inciatau
kurang.Atlet berdiri tegak dengankakisekitarselebar bahu.
Gerakan. Menjaga keseimbangan bahu dan lengan, perlahan-lahan
menurunkan dumbel dengan menekuk lengan pada siku sampai dumbel
menyentuh bagian belakang leher.
Lengan atas menjaga keseimbangan atlet dengan mengangkat dumbel
ke posisi awal dengan meluruskan siku. Atlet tidak harus menggunakan
kaki atau kembali ke awal dumbel bergerak kembali keposisi awal.
Siku harus tetap dekat dengan kepala selama seluruh gerakan dan
lengan atas harus tetap diam.
Dari posisi ini pembantu atlet dapat membantu pengulangan atau
mengambilkan dumbel.
Pastikan memegang dumbel dengan tepat. Karena dumbel
diangkat di atas kepala. Anak-anak sering kesulitan untuk
menyeimbangkandumbeldalam latihan ini.
Dumbbell Kickback
Gerakan
Posisi. awal Dengan kaki tetap selebar bahu,
sedikit membungkuk, mengangkat dumbel di atas
pinggang sampai pada tubuh bagian atas sejajar
dengan lantai.
Atlet memegang dumbel disatu tangan dengan
telapak menghadap tubuh dan menjaga lengan
atas sejajar dengan lantai. Siku dibengkokkan pada
sudut 90 derajat sehingga lengan bawah tegak lurus
ke lantai. Atlet dapat menempat kantangan yang
satu di atas kursi atau bangkuuntuk membantu
keseimbangan dan memberikan dukungan.
Atlet perlahan meluruskan siku sampai lengan
benar-benar lurus, lalu perlahan-lahan menekuk
sikukembali keposisi awal. Hanya siku harus
bergerak, kaki atau kembali tidak harus membantu
dalam menggerakkan dumbel selama setiap
bagian dari gerakan.
| No. 1
Gerakan
Posisi awal, atlet tidur tertelentang di bangku datar (bangku
untuk melakukan bench press) dan memegang dumbel dengan
posisi lengan panjang di atas dada. Kaki yang datar di lantai,
dan lebar kedua tangan sekitar 6 inci.
Bergerak hanya pada siku, atlet menurunkan dumbel sampai
menyentuh di atas kepala atau melewati atas kepala. Sekali lagi
bergerak hanya pada siku, atlet kembali ke posisi awal. Lengan
atas tetap diam sepanjang latihan ini.
Karena gerakan dumbel arah kepala, pendamping harus
memperhatikan setiap saat. Jika anda menetapkan ke tempat
anak lain, pastikan bangku cukup kuat untuk tempat atlet.
Pastikan bahwa beban digunakan adalah cukup ringan dan
latihan dapat dilakukandengan aman.
Gerakan
Posisi dudukdi bangku, atlet menggenggam
satu dumbel dengan telapak tangan kanan
menggunakan pegangan. Siku kanan lurus dan
bertumpu pada bagian dalam paha kanan. Atlet
menempatkan tangan kiri di atas paha kiri untuk
dukungan atau di belakang dan lengan kanan di
atas paha kanan untuk membantu menstabilkan
lengan kanan.
Gerakan menjaga kembali setegak mungkin,
atlet flexes siku kanan sampai barbell menyentuh
area bahu kanan. Dalam cara yang terkontrol,
atlet menurunkan kembali dumbel ke posisi
awal. Setelah pengulangan yang diinginkan
telah selesai, atlet melakukan latihan dengan
lengan kiri.
JUARA
| 75
Gerakan.
Posisi awal, Atlet berdiri tegak dengan kaki
selebar bahu dan lutut sedikit ditekuk dan
menangkap sebuah barbell dengan pegangan
tinju, posisi tangan lebarbahu atau sedikit
lebih jauh terpisah. Barbell bersandar pada
paha, kepala, dan punggung lurus. Atlet juga
dapat melakukan latihan sambil berdiri dengan
punggung ke dinding. Hal ini membantu
menghilangkan dorongan yang membuat
goyang dan membebani punggung bawah.
Atlet mengangkat barbell sampai menyentuh
daerah dada, kemudian dengan cara yang
terkontrol kembali ke posisi awal. Gerakan
harus dilakukan hanya pada siku.
Atlet tidak harus menggunakan kembali atau
kaki bergerak untuk mendapatkan berat badan,
karena ini dapat membuat cidera punggung
bawah.
| No. 1
Variasi: Latihan ini adalah versi yang lebih sulit dari ekstensi.
Atlet terletak di perutnya di lantai dengan lengan di depan
tubuh. Pendamping tidak diperlukan untuk menahan kaki.
Atlet perlahan-lahan mengangkat kepala, bahu, dada, dan
kaki dari tanah pada waktu yang sama. Kondisi badan seperti
di udara dan dari depan tubuh atlet tampak seperti super hero
terbang. Posisi awal kemudian perlahan mengulangi lagi.
JUARA
| 77
Bench Dip
Gerakan
Atlet menempatkan tangan di tepi bangku dan kemudian
menempatkan kedua kakinya di atas bangku, kedua siku
yang bengkok dan bokong menyentuh lantai, atau blok.
Push Up
Gerakan
Kedua tangan selebar bahu atau sedikit lebih luas terpisah
dan secara langsung di bawah bahu. Semakin lebar tangan,
semakin besar keterlibatan dada dan kurang keterlibatan
belakang lengan atas.
Gerakan menjaga punggung lurus, atlet menurunkan tubuh
dengan cara yang terkontrol dengan menekuk di siku sampai
dada menyentuh lantai. Atlet kemudian mengangkat tubuh
kembali keposisi awal.
Bagian belakang harus tetap lurus pada setiap waktu selama
latihan.
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
5.
6.
7.
8.
| 79
kata lain, otot yang kuat dan bertenaga akan meningkatkan kecepatan
lari.
kekuatan otot dan power juga merupakan faktor penting bagi
olahraga dengan komponen daya tahan yang besar, seperti lari jarak
jauh atau cross country. Mengingat sedemikian pentingnya kekuatan
otot dan power dalam suatu cabang olahraga, maka sebaiknya
pelatih dan atlet mengerti bahwa pengembangan kekuatan dan
power dapat mempengaruhi performance atlet. Pelatih dan atlet perlu
memahami prinsip-prinsip yang terkait dengan latihan resistensi untuk
meningkatkan performance.
Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik yang khas, meski ada
kemiripan namun masing-masing memiliki esensi yang berbeda.
Sekalipun dalam satu cabang olahraga yang sama, namun apabila
nomor pertandingannya berbeda, maka kekhasan itu sendiri akan
berbeda. Misalnya pada cabang olahraga atletik, untuk nomor lari dan
jalan cepat saja sudah ada beberapa perbedaan disana, apalagi berbeda
cabang olahraganya.
Perbedaan ini dapat terlihat dari: sistem energi yang dipergunakan
(predominan aerob atau an-aerob), namun ada juga cabang olahraga
yang dominan terhadap unsur kekuatan atau power saja, bahkan ada
juga cabang olahraga yang sangat dominan dengan kelentukan dan
sebagainya. Namun semua cabang olahraga sangat terkait dalam
kebutuhan biomotorik antara satu dengan yang lainnya.
Kemampuan biomotorik meliputi: kekuatan (strength), daya tahan
(endurance) dan kecepatan (speed), yang masing-masing harus dibangun
melalui tahapan-tahapan latihan pada masing-masing periodisasinya.
| No. 1
JUARA
A. Pendahuluan
tlet adalah pelaku penting dalam kegiatan olahraga. Dalam sebuah
industri olahraga, atlet memiliki peran besar sebab merupakan
salah satu dari empat hati (core) dalam industri olahraga. Empat elemen
utama (core) yang dikategorikan event experience dalam produk olahraga
(sports product) adalah atlet, aturan pertandingan, peralatan, dan tempat
pertandingan (sports properties).3
KOI
Judul Makalah.
Kandidat Doktor. Program Pascasarjana Pendidikan Olahraga (POR)/S3. Member of NOA-
Bernard J. Mullin, Stephen Hardy, dan William A. Sutton, Sports Marketing Second Edition
(Illinois: Human Kinetics: 2000), hlm. 117.
81
4 Fortune says Jordan rules, SBD 31 Juli 1998 dikutip sebagian dalam Bernard J. Mullin,
Stephen Hardy, dan William A. Sutton, Sports Marketing Second Edition (Illinois: Human Kinetics:
2000), hlm. 122
JUARA
| 83
Duane Bemis, M.Ed., The road to success comes through hard work, determination, and personal
sacrifice,The Sport Journal Volume4, Number3,Summer 2001
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
| 85
| No. 1
| 87
obyek formalnya adalah hubungan antar manusia, dan proses yang timbul
dari hubungan manusia dalam masyarakat. Konsepsi masyarakat (society)
dibatasi oleh unsur-unsur:
Manusia yang hidup bersama.
Hidup bersama dalam waktu yang relatif lama.
Mereka sadar sebagai satu kesatuan.
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang mampu
melahirkan kebudayaan.
Secara khusus, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat
dipandang dari aspek hubungan antara individu atau kelompok. Hubungan
yang terjadi karena adanya proses sosial dilakukan oleh pelaku dengan
berbagai karakter, dilakukan melalui lembaga sosial dengan berbagai fungsi
dan struktur sosial. Keadaan seperti ini ternyata juga terdapat dalam dunia
olahraga sehingga sosiologi dilibatkan untuk mengkaji masalah olahraga.
Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapan, yaitu kajian sosiologis
pada masalah keolahragaan. Proses sosial dalam olahraga menghasilkan
karakteristik perilaku dalam bersaing dan kerjasama membangun suatu
permainan yang dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata yang sudah
melembaga. Kelompok sosial dalam olahraga mempelajari adanya tipetipe perilaku anggotannya dalam mencapai tujuan bersama, kelompok
sosial biasanya terwadahi dalam lembaga sosial, yaitu organisasi sosial dan
pranata. Beragam pranata yang ada ternyata terkait dengan fenomena
olahraga.
2. Peran Manajemen Olahraga
Kunci sukses sebuah usaha di zaman modern tidak bisa terlepas dari
manajemen. Manajemen olahraga di Indonesia masih belum sepenuhnya
berjalan dan merupakan titik lemah dalam pembangunan keolahragaan
secara nasional. Manajemen bukanlah sekadar soal pengelolaan, tetapi
lebih jauh lagi ke pangkalnya yaitu melihat ke filosofi olahraga itu sendiri,
yaitu pandangan bangsa Indonesia terhadap olahraga.
Prestasi olahraga di pentas internasional akan membuka mata para
wakil rakyat di DPR dan MPR sehingga mereka semakin tergugah dan
semakin menyadari pentingnya olahraga dalam kehidupan bermasyarakat
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
Fritz E. Simandjuntak,Olahraga dalam GBHN 1993-1998, Kompas, Sabtu, 12 Juni 1993, p.4
7 Jay Coacley, Sport in Society. Issues & Controversies. Eight Edition. International Edition 2003.
Singapore =.,p. 37
JUARA
| 89
Ibid., p.40.
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
JUARA
Ibid., p. 53
| 91
| No. 1
10
| 93
12
| No. 1
13
14
Media Scene 2004/05 Advertising Expenditure by product category print and television
Harian Kompas, KONI Sesalkan DPR, Dana Dipangkas Rp 56 Miliar, Selasa 1 November
2005
JUARA
| 95
Kedua ruang terbuka atau ruang publik yang dimiliki suatu daerah yang
dapat diakses untuk kegiatan olahraga masyarakat.
Ketiga tingkat kebugaran fisik masyarakat. Dalam teori kritis, bahwa olahraga
adalah tempat sosial (situs) dimana masyarakat dan budaya diproduksi
15
Ibid.,p. 43
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
Ibid.,p.49
Drs. Agus Kristiyanto, M.Pd, Menakar Kemajuan Pembangunan Olahraga Nasional
ringkasan Makalah yang telah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Hasil Pengkajian Sport
Development Index (SDI) Se Indonesia di Jakarta 23-24 Pebruari 2006.
17
JUARA
| 97
2) ruang terbuka atau ruang publik yang dimiliki daerah memadai dari sisi
jumlah, luas dan variasinya
3) masyarakatnya memiliki kebugaran jasmani yang bagus
4) daerah tersebut memiliki sumber daya manusia yang secara kualitas
dan kuantitas amat memadai untuk memajukan olahraga.
Menakar kemajuan pembangunan olahraga melalui pengkajian Sport
Development Index (SDI) akan dapat memberikan orientasi yang lebih
lurus tentang arah pembangunan umum jangka panjang, terutama dalam
sektor keolahragaan yang lebih mengakar dan terkait dengan pembangunan
sektor lain. Mendeskripsikan angka-angka aktual dimensi SDI dapat
menjadi cermin evaluasi diri (self evaluation) bagi tiap-tiap daerah untuk
selalu berbenah menyongsong kemajuan pembangunan yang lebih cerah
di masa mendatang.
5. Pentingnya Manajemen Proses
| No. 1
18
JUARA
| 99
| No. 1
JUARA
A. Pendahuluan
| 103
| No. 1
| 105
public opinion; defines and emphasizes the responsibility of management to serve the
public interest; helps management to keep abreast of and effectively utilize change,
serving as an early warning system to help anticipate trends, and used research and
sound and ethical communication techniques as its principal tools
| No. 1
JUARA
Selling
Product
Advertising
Place
Sales Promotion
Price
Direct marketing
Promotion
Publicity
Sponsorship
| 107
Exhibition
Corporate Identity
Packaging
Point-of-sale and Merchandising
Word of Mouth
The Communications Mix (The Promotions mix) (Sumber:Smith:1993:18)
| No. 1
| 109
| No. 1
| 111
dalam waktu yang cukup panjang. Dari kondisi aktifitas humas yang
seperti sekarang ini, masih sulit bagi humas untuk menempatkan diri
sebagai posisi kunci peningkatan citra olahraga Indonesia. Kecuali bila
organisasi olahraga mampu mengaktifkan kegiatan humasnya secara
menyeluruh dan terencana.
4. Melalui analisis cluster, ditemukan tiga kelompok organisasi dengan
pola kerja kehumasan yang masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu.
Kelompok pertama disebut sebagai Kelompok Amatir yang merupakan
kelompok paling lemah dalam aktifitas humas dan pengaruhnya sangat
kecil terhadap kinerja organisasi. Pola kerja pada kelompok ini masih
sangat jauh dari prinsip kerja professional dan bekerja hanya bila perlu
dan ada kesempatan. Pada organisasi olahraga di Indonesia kelompok
ini ada 10 organisasi.
Kelompok kedua disebut sebagai Kelompok Birokrat yang mempunyai
struktur cukup baik tetapi belum mampu memberikan keputusan yang
dapat mewarnai dan membawa arah jalannya organisasi, kegiatan
yang dilakukan masih kurang terencana dan masih bersifat insidental,
mereka belum dapat menjadi tulang punggung organisasi. Kelompok
ini memerlukan personal yang tepat dan perencanaan program yang
lebih baik agar dapat meningkatkan kinerjanya. Anggota kelompok ini
ada 10 organisasi.
Sedangkan kelompok ketiga yang disebut Kelompok Professional
merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menjadikan humas
sebagai kunci pengembangan organisasi menuju organisasi yang
mandiri. Humas pada kelompok ini memiliki personal yang berkualitas
dan aktif dalam mencari peluang terhadap hubungan dengan pihak
luar. Humas pada kelompok inilah yang menjadi humas ideal untuk
organisasi olahraga Indonesia saat ini. Kelompok professional ini terdiri
dari 12 organisasi.
| No. 1
Cluster 2 (Birokrat)
PASI
ISSI
PODSI
PGSI
PJSI
PERPANI
POSSI
PERSEROSI
PERSETASI
PBWI
Cluster 3 (Profesional)
POBSI
PBVSI
PERBASI
PORDASI
PERBASASI
PERCASI
PGI
FORKI
PSSI
PSASI
PBTI
PELTI
| 113
Daftar Pustaka
Barkin, O. & Aronoff, C. 1992. Public Relation: The Profession and the
practice. Madison, WI: Brown & Benchmark.
Beard, Mike. 2001. Running a Public Relation Department. London. The
Institute of Public Relation. Kogan Page Ltd.
Belch, George E, Belch Michael A. Michael.1999. Advertising and Promotion.
An Integrated Marketing Communications Perspective. Boston. Irwin Mc
Graw Hill.
Bidang Organisasi KONI Pusat. 2000. Kalender Kegiatan Induk Organisasi
Cabang Olahraga dan Badan Keolahragaan Fungsional Tahun 2000.
Jakarta. KONI Pusat.
Brody, E.W. 1988. Public Relations Programming and Production. New York:
Preager.
Caywood L. Clarke. 1997. The handbook of Strategic Public Relation and
Jurnal Iptek Olahraga, Volume I
| No. 1
JUARA
| 115
Ruslan, Rosady. 1995. Praktek dan Solusi Public Relations dalam Suatu Krisis
dan Pemulihan Citra, Seri Management Public Relations 1. jakarta. Ghalia
Indonesia.
Ruslan, Rosady. 1998. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi.
Jakarta. CV. Remaja Karya.
Seitel, Fraser P. 2001. The Practice of Public Relation. New Jersey. Prentice
Hall, Inc, Upper Saddle River.
Shimp, Terence A. 1997. Advertising, promotion, and Supplemental. Aspect
of Integrated marketing Communications. United States of America. The
Dryden Press.
Smith, PR. 1996. Marketing Communications, An Integrated Approach.
London. Kogan Page Limited.
| No. 1
116