Anda di halaman 1dari 40

PERBANDINGAN LATIHAN HOPPING DAN TRIPLE TAKE-

OFF TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA


MAHASISWA KOP ATLETIK UNJ

NANDA RIZKY SAFITRI


1604619051

Proposal Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Nilai
Mata Kuliah Seminar Persiapan Skripsi

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
MARET, 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. Latar Belakang...........................................................................................2
B. Identifikasi Masalah...................................................................................4
C. Pembatasan Masalah..................................................................................4
D. Perumusan Masalah...................................................................................5
E. Kegunaan Penelitian ................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORETIK...............................................................................6


A. Deskripsi Konseptual.................................................................................6
1. Hakikat Lompat Jauh............................................................................6
2. Hakikat Latihan...................................................................................23
3. Hakikat Hopping.................................................................................27
B. Kerangka Berpikir....................................................................................31
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................31

BAB III METODOLOGI PENILITIAN...........................................................32


A. Tujuan penelitian.................................................................................... .32
B. Tempat dan waktu penelitian...................................................................32
C. Metode Penelitian....................................................................................32
D. Populasi dan Sampel ..............................................................................33
E. Instrumen Penelitian................................................................................34
F. Teknik Pengambilan Data........................................................................34
G. Teknik Analisis Data...............................................................................34
H. Hipotesis Statistika..................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan olahraga di Indonesia bisa dikatakan mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya minat

masyarakat untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, selain itu beberapa

influencer dari beberapa komunitas menjadikan olahraga sebagai gaya hidup,

sehingga menambah daya tarik masyarakat untuk terus berolahraga. Olahraga juga

mengalami perkembangan dari segi prestasi yang diraih, baik dari kancah nasional

maupun internasional. Ada banyak cabang olahraga yang mengukir prestasi di

kancah nasional maupun internasional, salah salah satu cabang olahraga yang

mengalami peningkatan prestasi adalah atletik.

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup tua yang telah

ada di dunia yang sudah dilakukan sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno sampai

sekarang. Bahkan dapat dikatakan sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik

sudah dilaksanakan dan dilakukan oleh manusia. Hal tersebut dikarenakan setiap

gerakan manusia mencakup gerakan dalam atletik seperti lari, jalan, lompat dan

lempar yang merupakan pengaplikasian dari gerak dasar pada manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Gerakan-gerakan yang dilakukan pada kebanyakan cabang

olahraga merupakan gerak dasar yang berasal dari gerakan atletik. Maka dari itu

atletik dikatakan sebagai induk dari semua cabang olahraga.


3

Pada cabang olahraga atletik ada beberapa nomor yang diperlombakan

salah satunya adalah lompat jauh. Secara umum rangkaian gerak lompat jauh

dibagi dalam empat tahap yaitu: awalan, tolakan, melayang dan mendarat. Awalan

dilakukan dengan berlari secepat mungkin dengan kecepatan yang optimal,

dilanjutkan dengan tolakan yang kuat dan tinggi, melayang di udara dan mendarat

yang sempurna.

Dari beberapa tahapan tesebut dapat diketahui bahwa pelompat harus

memiliki teknik yang sangat baik. Maka dari itu sangat diperlukan metode metode

latihan yang dapat mendukung dan memperbaiki teknik para pelompat. Dengan

memperhatikan prinsip prinsip latihan maka pelatih dapat membuat program

program yang dapat menunjang kemampuan teknik tersebut.

Teknik yang dimaksud adalah teknik dalam lompat jauh khususnya pada

saat melakukan tolakan. Pada melakukan tolakan pelompat harus membawa beban

tubuhnya dari kecepatan horizontal ke vertical dengan cepat dan kuat. Sehingga

sangat diperlukannya teknik menolak yang sangat baik.

Untuk dapat melakukan teknik tolakan yang baik maka harus melakukan

metode metode latihan yang tepat. Metode latihan tersebut seperti latihan

hopping, triple take-off dan lain lain. Dengan melaksanakan beberapa metode

latihan tersebut maka diharapkan dapat memperbaiki teknik dari para pelompat

jauh. Sehingga hasil lompatan akan semakin baik.

Salah satu pembinaan atlet lompat jauh terdapat pada KOP Atletik

Universitas Negeri Jakarta yang memiliki beberapa atlet yang dibinanya. Dari

sejumlah atlet tersebut masih banyak yang belum dapat memanfaatkan momentum
4

pada saat melakukan tolakan sehingga hasil lompatannya kurang maksimal. Selain

itu sudut tolakannya masih terlalu rendah sehingga belum maksimal dalam

menghasilkan sudut parabola. Terlepas dari latar belakang tersebut peneliti

bermaksud untuk meneliti tentang indeks massa tubuh dan panjang tungkai untuk

mengetahui seberapa besar hubungannya terhadap hasil lompat jauh terhadap

Mahasiswa KOP atletik Universitas Negeri Jakarta.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang

masalah, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Sebagian atlet lompat jauh mahasiswa KOP Atletik Universitas Negeri

Jakarta masih kurang dalam momentum pada saat menolak.

2. Belum maksimalnya melakukan tolakan pada saat lompat jauh sehingga

sudut parabolanya kurang optimal.

3. Dengan metode latihan yang tepat maka atlet lompat jauh dapat

memperbaiki teknik khususnya pada tolakan.

4. Tolakan menjadi salah satu permasalahan pada atlet lompat jauh

mahasiswa KOP Atletik Universitas Negeri Jakarta

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, untuk menghindari

meluasnya masalah penelitian ini, maka masalah penelitian ini dibatasi pada

Perbandingan Metode Latihan Hopping Dan Triple Take off Terhadap Hasil

Lompat Jauh Pada Mahasiswa Kop Atletik Universitas Negeri Jakarta.


5

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka penulis merumuskan beberapa masalah yaitu: Apakah terdapat

Perbandingan Metode Latihan Hopping Dan Triple Take off Terhadap Hasil

Lompat Jauh Pada Mahasiswa Kop Atletik Universitas Negeri Jakarta?

E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Jawaban atas pertanyaan yang ada dalam penelitian yang akan dilakukan,

yaitu untuk mengetahui Perbandingan Metode Latihan Hopping Dan

Triple Take off Terhadap Hasil Lompat Jauh Pada Mahasiswa Kop Atletik

Universitas Negeri Jakarta.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pembaca sebagai

bahan untuk memperluas wawasan dan sarana informasi mengenai metode

latihan.

3. Sebagai Referensi pelatih atletik dalam melatih atletnya khususnya nomor

lompat jauh dengan memperhatikan metode metode latihan.


BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Deskripsi Konseptual
1. Hakikat Lompat Jauh
a. Pengertian Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor atletik yang dilakukan

dengan melompat di bak pasir yang sudah ditentukan ukurannya dengan

menggunakan salah satu kaki yang kuat sebagai tumpuannya (Azhari et al.,

2017). Untuk melakukan lompatan sejauh-jauhnya, perlu dilakukan awalan

yang baik. Maka untuk dapat mencapai jarak lompatan itu dengan jauh,

terlebih dahulu harus memahami unsur-unsur pokok pada lompat.

Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke

titik yang lain yang lebih jauh dan tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau

lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki atau anggota

tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik (Puspitasari, 2016).

Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga

atletik yang populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas

dunia, seperti Olimpiade. Lompat jauh salah satu aktivitas pengembangan

akan kemampuan daya gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat

lainnya.

Gerakan motorik dasar meliputi lari, jalan, lompat, dan lempar.

Nomor-nomor lompat dalam atletik meliputi anatra lain: lompat jauh, lompat

jangkit, lompat tinggi, dan lompat galah. Tujuan melakukan lompatan adalah

6
7

memindahkan jarak horizontal titik berat badan pelompat sejauh mungkin

(lompat jauh dan lompat jangkit) dan memindahkan jarak vertikal titik berat

badan setinggi mungkin (Deswantara & Hakim, 2021).

Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat dengan

mengangkat kedua kaki ke depan atas dalam upaya membawa titik berat

badan selama mungkin melayang di udara yang dilakukan dengan cepat

melalui tolakan satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya (Aziz & Yudi,

2019).

Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan yang merupakan

rangkaian urutan gerakan yang dilakukan untuk mencapai jaarak sejauh-

jauhnya yang merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu

awalan ,dengan daya vertikal yang dihasilkan oleh kekuatan (Azhari et al.,

2017). Lompat jauh adalah gerak berpindah dari satu tempat ketempat

yang lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin.

Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang olahraga

atletik. Dalam perlombaan lompat jauh, seorang pelompat akan berusaha ke

depan dengan bertumpu pada balok tumpuan sekuat-kuatnya untuk mendarat

di bak lompat sejauh-jauhnya. Sebagai salah satu nomor lompat, unsur lompat

jauh yaitu awalan, tolakan, melayang dan mendarat. Merupakan suatu

kesatuan rangkaian gerakan lompat jauh yang tidak terputus.

Dari beberapa pengertian di atas, Lompat jauh merupakan bagian

dari olahraga atletik yang menekankan kepada keterampilan individu untuk

melakukan gerakan yang terkoordinasi dengan baik. Lompat jauh


8

keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu

kaki tolakan ke depan dan atas dalam usaha mempertahankan titik tubuh

selama mungkin di udara untuk mencapai jarak terjauh dan mendarat dengan

kaki atau anggota tubuh lain. Lompat jauh dalam pelaksanaan mempunyai tiga

gaya melayang di udara yaitu:

1) Gaya Jongkok

Gaya jongkok adalah dengan menggerakan badan melenting ke depan

kedua tanga lengan lurus ke depan kedua kaki rapat di depan.

2) Gaya Berjalan Di Udara

Pada gaya berjalan di udara badan melenting ke depan kedua lengan

mengayun seperti orang berlari kedua kaki mengayun seperti orang

berjalan.

3) Gaya Menggantung

Pada gaya menggantung badan melenting ke belakang kedua lengan lurus

ke atas di samping telinga kedua kaki hamper rapat di belakang badan, (2)

Gaya Menggantung, (3) Gaya Berjalan di udara (Asep Dedi Paturohman,

2018).

Gambar 2. 1 Arena Lompat Jauh


9

Sumber:https://4.bp.blogspot.com/ledSmjRRj1s/VzWIPeP_zbI/AAAPY/k

Pada nomor lompat, terletak pada kekuatan tolakan. Untuk melakukan

tolakan harus mempunyai dua faktor yang sangat penting yaitu:

a. Kecepatan horizontal, yaitu kecepatan yang timbul dari awalan

b. Kecepatan vertikal, yaitu kecepatan yang timbul dari kekuatan menolak.

(Shandi, 2019) menjelaskan bahwa unsur pokok dalam lompat jauh adalah

sebagai berikut:

1) Dapat membangkitkan daya momentum yang sebesar-besarnya.

2) Dapat memindahkan momentum gaya horizontal dan vertikal.

3) Dapat mempersatukan gaya tersebut dengan tenaga badan pada saat

melakukan tolakan.

4) Dapat menggunakan titik berat badan seefisien mungkin.

Kecepatan yang baik akan menghasilkan daya ledak yang besar.

Setelah itu menciptakan sudut tolakan yang baik untuk mendapatkan gerakan

melayang yang maksimal dan mencapai jarak terbaik saat melompat.

Gambar 2. 2 Rangkaian Gerak Keseluruhan Lompat Jauh


Sumber: https://materibelajar.co.id/wp-content/uploads/2019/09/image-9.png

Bentuk gerakan lompat jauh adalah gerakan melompat,

mengangkat kaki ke atas dan ke depan dalam upaya membawa titik berat
10

badan selama mungkin di udara. Unsur utama dari olahraga lompat jauh

adalah terdiri dari gerakan lari dengan awalan, gerakan bertolak, gerakan

melayang diudara, dan berakhir dengan mendarat (Hidayat, 2006).

Masing-masing unsur gerakan tersebut memiliki gaya tersendiri

dan memberikan sumbangan terhadap hasil lompatan yang berupa jarak.

Keempat gerakan tersebut harus dilakukan dalam rangkaian yang tidak

terputus-putus.

Dari beberapa prinsip di atas pada dasarnya lompat jauh adalah

meraih kecepatan awalan yang setinggi-tingginya sambil tetap mampu

melakukan tolakan yang kuat ke atas dengan satu kaki untuk meraih

ketinggian saat melayang yang memadai sehingga dapat menghasilkan jarak

lompatan. Untuk itu kondisi fisik dan teknik yang memadai perlu dimiliki oleh

seorang pelompat yang baik.

Hasil lompat jauh dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan,

kekuatan kaki tolak dan koordinasi gerakan serta waktu pendaratan. Melompat

dalam lompat jauh sebenarnya adalah perwujudan dari gabungan gerakan lari

dan menolak. Jadi hasil lompat akan jauh jika larinya cepat dan tolakan yang

dibuat pada balok tumpuan dilakukan dengan kuat. Oleh karena itu untuk

dapat mencapai hasil lompatan yang baik, maka seorang atlet lompat jauh

dituntut untuk melakukan suatu gerakan lari awalan dengan cepat dan langkah

yang benar agar dapat bertolak dengan kuat pada balok tolakan. Fase-fase atau

rangkaian lompat jauh terbagi dalam beberapa fase awalan, tolakan, melayang

dan mendarat Lompat Jauh Menurut (Haryanto & Fataha, 2021):.


11

1) Dalam fase awalan (approach), pelompat melakukan akselerasi dengan

kecepatan maksimal yang dapat dikontrol.

2) Dalam fase tolakan, lompatan menghasilkan kecepatan vertikal dan

meminimalisasi hilangnya kecepatan horizontal.

3) Dalam fase melayang, pelompat melakukan persiapan untuk mendarat.

Tiga teknik melayang dapat digunakan: teknik sailing, hang, dan walking

in the air.

4) Dalam fase mendarat, pelompat memaksimalkan jarak potensi pada jalur

melayang dan meminimalisasikan hilangnya jarak saat menyentuh dalam

pendaratan.

b. Teknik lompat jauh


Lompat jauh merupakan kegiatan atau aktivitas yang sangat

sederhana dari peristiwa-peristiwa yang paling mendasar, baik di lintasan

maupun di lapangan, di mana para atlet berlari dengan cepat kemudian

melompat sejauh mungkin yang dapat mereka lakukan (Kristina, 2018).

Lompat Jauh adalah salah satu nomor pada cabang atletik yang menuntut

kemampuan khusus karena pada nomor lompat jauh, seorang pelompat

dituntut untuk menguasai unsur-unsur gerakan lompat jauh, yang dipengaruhi

oleh empat unsur gerakan, yaitu kecepatan lari, awalan, kekuatan kaki

tumpuan, dan koordinasi waktu melayang di udara dan mendarat dengan baik

di bak lompat jauh. Keempat unsur tersebut merupakan urutan gerak yang

tidak terputus-putus. Dengan demikian hasil lompatan dapat dipengaruhi oleh

tahapan-tahapan gerakan, yaitu kecepatan saat berlari, kekuatan dan power

pada otot kaki pada saat melakukan tolakan, koordinasi, dan kelentukan pada
12

saat melayang di udara serta melakukan pendaratan yang baik di bak pasir.

Gerakan lompat jauh merupakan rangkaian atau gabungan antara kemampuan

untuk berlari cepat dan kemampuan untuk mendapatkan ketinggian dari

tolakan (Rahmat, 2014). Ketepatan tumpuan merupakan salah satu komponen

untuk mendapatkan kecepatan vertical yang optimal. Hal ini sangat berkaitan

dengan hukum Newton III. yaitu aksi dan reaksi dengan aksi yang besar,

maka secara langsung akan menghasilkan reaksi yang besar pula. Untuk

mendapatkan aksi yang besar diperlukan power pada otot tungkai melalui

latihan plyometric (Kristina, 2018). Teknik lompat jauh dipandang sebagai

rangkaian gerakan yang efektif dari awalan kemudian diteruskan pada

tumpuan dan melayang di udara untuk membuat gaya lompatan dan

dilanjutkan dengan persiapan dalam melakukan pendaratan.

Berdasarkan dari seluruh tahapan teknik gerakan dibentuk menjadi

satu pola rangkaian gerakan lompat yang dilakukan dengan cepat, tepat, dan

lancar dari mulai awalan sampai dilakukannya pendaratan di bak pasir.

Rangkaian gerakan tersebut harus tetap konsisten dan lancar, jangan sampai

terjadi adanya perubahan atau gangguan gerak, terutama pada saat menjelang

kaki tumpu melakukan tolakan pada papan tumpu. Pada saat seorang

pelompat melakukan tolakan pada papan tumpu dan melayang di udara, maka

pelompat dipengaruhi oleh kekuatan gravitasi bumi. Oleh karena itu, seorang

pelompat harus berusaha dengan kekuatan tolakan disertai dengan ayunan

tungkai dan lengan ke arah ayunan tungkai. Semakin kuat tolakan pelompat,

maka semakin manghasilkan jauhnya lompatan. Sedangkan (Kristina, 2018)


13

menyatakan bahwa, lompat jauh adalah suatu upaya untuk mengontrol

kecepatan horizontal tertinggi dan merubah kecepatan pada papan tolakan

menjadi kecepatan vertikal yang jauh dari pusat gravitasi.

Faktor atau komponen tolakan yang tepat pada papan tumpu, dalam

melakukan lompat jauh mempunyai peranan penting untuk melakukan

tolakan yang sangat kuat dan gerakan ini harus memiliki koordinasi mata dan

kaki yang baik, walaupun sebetulnya seorang pelompat harus sudah otomatis

untuk melakukan tolakan pada papan tumpu dengan tepat. Ada dua faktor

yaitu kecepatan horizontal pada saat melakukan lari awalan dan kecepatan

vertikal yang diperoleh dari kekuatan tolakan (Ridwan & Sumanto, 2017).

Kecepatan horizontal yang lebih besar, akan menghasilkan jarak yang lebih

jauh. Sedangkan kecepatan vertikal yang lebih kuat akan menghasilkan

ketinggian yang lebih tinggi, dengan harapan seorang pelompat memiliki

kesempatan untuk melakukan gaya lompatan untuk menghasilkan gerak

parabola dan pada gilirannya akan menghasilakan jauhnya lompatan. Adapun

uraian unsur-unsur dasar atau teknik dasar pada lompat jauh secara umum

sebagai berikut:

1) Awalan
Awalan adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan

kecepatan pada saat akan melakukan tolakan atau lompatan (Deswantara &

Hakim, 2021). Tujuannya adalah meraih kecepatan maksimal yang terkendali

untuk melakukan tolakan yang sekaut-kuatnya. Untuk mendapatkan hasil

lompatan harus selalu bertumpu pada papan tolakan dan menggunakan kaki

terkuat.
14

Cara melakukan awalan adalah sebagai berikut:

a) Lari awalan tergantung dari masing-masing kemampuan pelompat

b) Kecepatan berlari ditambah sedikit demi sedikit sebelum sampai pada

papan tolakan

c) Kecepatan lari dipertahankan tetap maksimal sampai papan tolakan

d) Pinggang turun sedikit pada satu langkah akhir lari.

Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan awalan pada sebelum

menolak, pada cabang lompat jauh, antara lain:

a) Jarak lari harus cukup panjang, sehingga memungkinkan peningkatan

kecepatan sedemikian rupa sesuai kebutuhan.

b) Dalam keadaan lari pelompat harus bisa mengontrol posisi tubuhnya agar

dapat melakukan tolakan yang efektif.

c) Gerakan lari harus dilakukan secara konsisten dan seirama sehingga

pelompat dapat mencapai titik tolakan dengan tepat.

Gambar 2. 3 Gerakan Awalan Lompat Jauh


Sumber: https://www.dosenpendidikan.co.id/lompat-jauh/

Pada gerak awalan pada lompat jauh sangat menentukan hasil yang

akan dicapai, maka pada saat melakukan awalan sebagai gerak linier, untuk
15

menghasilkan kecepatan horizontal (Kristina, 2018). Untuk itu harus

dilakukan seefektif mungkin. Gerakan ini dibagi menjadi tiga fase (tahap),

yaitu sikap berjalan, start untuk memulai lari sprint dan fase kedua

melakukan kecepatan dengan memfokuskan pikiran pada papan tumpu

dengan gerak kaki untuk menghasilkan ketepatan kaki pada saat melakukan

tolakan di atas papan tumpu, untuk menghasilkan kecepatan vertical. Pada

saat melakukan awalan terdapat tiga fase gerakan, fase pertama seorang

pelompat melakukan dengan gerakan jalan, atau sering disebut melakukan

ancang-ancang, fase kedua melakukan lari sprint untuk menghasilkan

kecepatan horizontal, dan fase ketiga memusatkan gerakmuntuk mendapatkan

ketepatan tumpuan di papan tumpu, guna menghasilkan kecepatan vertical.

Gambar 2. 4 Lari awalan pada lompat jauh gerak linier


Sumber: (Cicilia, 2018)

2) Tolakan
Tolakan adalah perubahan atau pemindahan gerakan dari gerakan

horizontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat (Candra et al.,

2017). Sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan


16

gerakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir hingga seluruh tubuh terangkat

ke atas melayang di udara. Cara melakukan tolakan atau tumpuan tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Ayunan paha kaki yang tidak digunakan untuk menumpu secara cepat ke

posisi horizontal dan dipertahankan.

b. Luruskan sedikit mata kaki, lutut, dan pinggang pada waktu melakukan

tolakan.

c. Tolakan dilakukan dengan arah ke atas (sudut tolakan 90 derajat). Dari

besarnya kekuatan kaki, dan pelompat dalam meluruskan kaki tumpu

selurus-lurusnya.

Bagi pelompat untuk melompat dengan kecepatan maksimal, harus

merendahkan pangkal paha atau panggul kaki menekuk di lutut dan paha.

Maksudnya, tidak dapat melompat dengan kaki yang lurus. Pelompat harus

cepat melakukan gerakan ini, tetapi mereka harus menggunakan kekuatan

yang maksimal dan kaki tolakan harus kuat dan cepat. Kesalahan yang sering

terjadi adalah ketika melakukan gerakan langkah tersebut, atlet langsung

berhenti dan kehilangan kecepatan sambil menjatuhkan pangkal paha.

Gerak tumpuan termasuk gerak vertical dan sangat berkaitan dengan

hukum Newton III, dimana besarnya aksi sama dengan besarnmya reaksi

(Kristina, 2018). Gerakan tumpuan sangat menentukan untuk melakukan

gerak parabola dalam membuat gaya-gaya. Karena dengan semakin tinggi

gerak parabola, maka seorang pelompat akan leluasa untuk membuat gaya-

gaya lompatan, karena gerak parabola dipengaruhi oleh gravitasi bumi, apa
17

bila gerak parabola tidak optimal maka sulit membuat gaya lompatan,

dimana tubuh akan cepat jatuh ketanah.

Gambar 2. 5 Hukum Newton III


Sumber: (Cicilia, 2018)

Tumpuan dalam lompat jauh adalah untuk memperoleh kecepatan

vertikal, dengan waktu yang sesingkat mungkin seluruh rangkaian gerakan

tolakan harus dilakukan dengan sempurna dimulai dari (1) meletakkan

telapak kaki bagian belakang di papan tumpu, (2) telapak kaki, dan (3) ujung

kaki untuk melakukan tolakan dengan sekuat-kuatnya, sedangkan sudut

tumpuan yang ideal adalah mendekati 45º (Mochammad Ainun Rokhim,

2018). Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. 6 Gerak vertikal untuk menghasilkan kecepatan vertical


Sumber: (Cicilia, 2018)
18

Rangkaian gerakan tumpuan ada beberapa gerakan yaitu: (1)

menempatkan kaki pada papan tumpu dengan tepat, (2) menggabungkan dan

mengkoordinasikan beberapa gerakan yang menunjang tolakan vertikal

menjadi lebih tinggi dan jauh seperti koordinasi antara tungkai dan lengan,

konsentrasi pada mata pada papan tumpu, (3) kecepatan horizontal tidak

boleh berubah apabila berubah langkah akan menghilangkan konsentarasi dan

keseimbangan berlari dan tolakan (Kristina, 2018). Oleh karena itu, kaki pada

papan tumpu harus kuat, cepat, dan tepat. Ketepatan tumpuan menjadi faktor

utama bagi seorang pelompat jauh. Teknik tumpuan yang benar akan dapat

memberikan gerakan yang sempurna yaitu sudut tolakan, kecepatan dan

kekuatan kaki tumpu pada saat tolakan di papan tolakan dibantu dengan

ayunan kedua tangan ke atas sehingga dapat menghasilkan gerakan dan

teknik yang benar dengan hasil yang sempurna. Untuk menghasilkan satu

pola gerakan dengan cepat dan tepat di atas papan tumpuan, tumpuan pada

lompat jauh dilakukan dengan waktu yang sangat cepat. Seorang pelompat

melakukan gerak tumpuan hanya membutuhkan waktu sekitar 0,12 sampai

0,13 detik, untuk mendapatkan kecepatan vertical (Taufik, 2020).

Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam latihan tolakan pada cabang

lompat jauh yaitu:

a) Perubahan gerakan maju ke depan menjadi gerakan bersudut didapat dengan

cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan melakukan

tolakan.
19

b) Pusat gaya berat si pelompat harus langsung jatuh di atas papan lompat

begitu kaki yang akan menolak menyentuh papan, dan sekali lagi pada

saat kaki atlet terlepas dari papan lompat tadi.

c) Kaki yang melakukan tolakan di letakkan di atas papan lompatan dengan

lutut sedikit diekuk untuk mendapatkan kekuatan.

d) Gerakan ke depan dan ke atas dilakukan dengan sekuat tenaga.

Gambar 2. 7 Fase Tolakan


Sumber: https://www.completetrackandfield.com/coaching-long-jump/
20

Gambar 2. 8 Fase Menolak Yang Tepat


Sumber: https://engoo.id/app/words/word/long-jump/zga0ELstQmCjlQADWCAg

Menurut gambar di atas menunjukan bahwa atlet melakukan tolakan tepat

pada papan, dan dianggap gerakan yang sangat baik , gerakan ini tepat karena

check mark dan tempo lari sesuai dengan frekuensi yang di tentukan. Sehingga

mendapatkan hasil jarak yang diukur sesuai.

Gambar 2. 9 Fase Tolakan Tidak Sah


Sumber: http://nchan757.blogspot.com/2013/11/how-to-long-jump.html

Menurut gambar di atas menunjukan bahwa atlet melakukan tolakan

terlalu jauh dari papan, dan ini dianggap tidak sah. Gerakan ini terjadi karena
21

kesalahan pada check mark atau tempo lari yang tidak stabil mengakibatkan

gerakan terlalu jauh kedepan pada papan tolakan dan mengakibatkan tolakan tidak

sah.

3) Melayang di udara
Sasaran pokok dari teknik melayang di udara adalah

a) Memelihara keseimbangan badan saat melayang

b) Mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin

c) Mengusahakan melayang di udara selama mungkin, dan

d) Menyiapkan letak kaki dalam posisi yang menguntungkan pada waktu

mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki ke depan.

Sehubungan dengan sasaran pokok teknik melayang di udara, maka

dikembangkan beberapa gaya dalam teknik melayang pada lompat jauh yaitu

gaya jalan di udara, gaya menggantung, dan gaya jongkok (Slamet et al.,

2015).

Gerak melayang di udara berkaitan dengan gerak parabola, yang

dihasilkaan dari tumpuan untuk menghasilkan kecepatan vertical, dengan

semakin kuat tumpuan akan semakin tinggi gerak vertical, maka akan

semakin jauh gerak parabola. Asalkan sudut gerak di bawah 45 derajat,

berbeda dengan nomor lompat tinggi, kalau nomor lompat tinggi sudut

gerakan harus di atas 45 derajat. Gerakan melayang adalah hasil kombinasi

antara kecepatan horizontal, kekuatan tumpuan, dan sudut tumpuan pada saat

melakukan tolakan pada papan tolak sehingga dapat menghasilkan kecepatan

vertikal (Kristina, 2018).


22

Gambar 2. 10 Gerakan melayang di udara


Sumber: (Cicilia, 2018)

Gerakan melayang udara pada lompat jauh akan dipengaruhi oleh

gravitasi dan perlawanan udara. Meskipun demikian, faktor-faktor yang

mendasar pada lompat jauh sangat ditentukan pada saat pelompat masih

berhubungan dengan tanah, yaitu awalan dan tolakan. Gerakan ini harus

dilakukan secara efektif, artinya melakukan gaya lompatan dengan sempurna.

4) Mendarat
Gerakan mendarat di bak pasir pada nomor lompat jauh

merupakan satu rangkaian atau kelanjutan dari gerak melayang di udara.

Gerakan pendaratan pada lompat jauh akhir dari suatu rangkaian gerak

lompatan. Adapun tujuan pendaratan adalah untuk mendapatkan suatu posisi

tubuh dengan sikap jongkok kedua kaki sejajar menyentuh pasir sejauh

mungkin ke depan pusat gaya berat badan dari pelompat dan dibantu oleh

kedua tangan di julurkan ke depan sejauh mungkin untuk menjaga tubuh

jangan jatuh ke belakang (Kristina, 2018).


23

Gambar 2. 11 Fase Mendarat


Sumber: https://www.indosport.com/lompat-jauh/20180827

Untuk melakukan pendaratan, kedua kaki tidak boleh tegang, harus

lentur, dengan posisi kedua kaki ditekuk dan usahakan pendaratan dilakukan

dari ujung kaki dengan cara mengeper (bounding) dengan kedua kaki dibuka

sejajar bahu. Hindari melakukan pendaratan dengan satu kaki atau dengan

kedua kaki berdiri tegak.

Untuk menghindari pendaratan dengan pantat, kepala di tundukkan dan

lengan diayunkan kedepan pada saat kaki menyentuh pasir. Titik berat badan akan

melampaui titik pendaratan kaki di pasir. Para atlet tidak boleh terburu-buru

ketika berada di udara. Jika atlet mendarat terlalu awal, kakinya akan terjatuh,

yang menyebabkan mereka kehilangan jarak tempuh yang jauh.

Posisi pangkal paha menunjukkan efisiensi pendaratan. Idealnya,

pangkal paha seharusnya turun ke tanah. Ketika sedang melakukan

pendaratan, para atlet perlu melenturkan pinggangnya, yang menyebabkan

kepala, pundak, dan lengan bergerak maju.

Gerakan ini menyebabkan reaksi dengan tubuh bagian bawah, batang kaki,

dan bola kaki menjulur ke depan tumit menyentuh pasir dan harus menekuk lutut
24

untuk memungkinkan pangkal paha bergerak ke depan, sementara itu kedua

lengan terayun turun dan ke belakang.

2. Hakikat Latihan
Latihan adalah suatu bentuk aktivitas untuk meningkatkan ketrampilan

(kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai

dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya (Sukadiyanto, 2011: 5).

Seperti, susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnya

berisikan sebagai berikut: (1) pembukaan/pengantar latihan, (2) pemanasan

(warming up), (3) latihan inti, (4) latihan tambahan (suplemen), dan (5)

penutup (cooling down). Sedangkan pengertian latihan dari kata training

menurut Martin dalam Nossek (1982) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2011:

6) adalah peningkatan dari suatu bentuk perencanaan untuk meningkatkan

kemampuan berolahraga yang berisikan materi, teori, praktek, metode, dan

aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa latihan merupakan suatu bentuk

aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan

secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah

ditentukan (Bompa, 1994: 4). Menurut Dikdik Zafar Sidik, dkk (2007: 1)

latihan merupakan proses yang sistematis digunakan untuk menyempurnakan

kualitas kinerja olahragawan berupa: kebugaran, keterampilan, dan kapasitas

energi dengan memperhatikan aspek pendidikan dan menggunakan

pendekatan secara ilmiah. Berdasarkan pada berbagai pengertian latihan di


25

atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu bentuk aktivitas olahraga

yang sistematik, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah

kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk meningkatkan

ketrampilan berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai

dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraga masing-masing.

Menurut (Bompa, 1994: 33) ada beberapa prinsip dari latihan agar

latihan mencapai hasil yang diinginkan, antara lain:

a. Prinsip aktif dan kesungguhan dalam melaksanakan latihan

Kesungguhan dan aktif berpartisipasi dalam latihan akan menjadikan latihan

maksimal dalam mencapai target yang diinginkan, selain itu diskusi dan

hubungan yang baik akan menghidupkan susana dalam latihan.

b. Prinsip pengembangan yang menyeluruh

Seorang pelatih harus mengembangkan latihan secara meluas, artinya

pengembangan fisik yang luas serta mendasar, khususnya persiapan fisik

secara umum merupakan salah satu dasar tuntutan yang penting untuk

mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi dari persiapan fisik dan

penguasaan teknik.

c. Prinsip spesialisasi

Prinsip ini mengarahkan pada spesialisasi di masing-masing cabang

olahraga yang diambil, spesialisasi yang dimaksudkan adalah latihan yang

khusus untuk satu cabang olahraga.


d. Prinsip individualisasi

Dalam merespon latihan yang diberikan setiap olahragawan tentu akan

berbeda-beda, maka dari pada itu sangat penting prinsip individualisasi ini

diterapkan dalam proses berlatih untuk keberhasilan latihan.

e. Prinsip variasi

Pemberian program latihan pada olahragawan haruslah bervariasi agar tidak

jenuh.

f. Prinsip model latihan

Pembuatan model latihan mengacu kepada spesifikasi suatu pertandingan

yang akan di ikuti dan sesuai dengan frekuensi, intensitas, time, tipe.

g. Prinsip penambahan beban latihan secara progresif

Latihan bersifat progresif, artinya dalam pelaksanaan latihan dilakukan dari

yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus,

bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dan dari kuantitas ke kualitas, serta

dilaksanakan secara ajeg, maju dan bekelanjutan.

Menurut Sukadiyanto (2011: 15) ada beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap kemampuan olahragawan dalam merespon beban latihan, antara lain:

a. Keturunan

Faktor yang berkaitan dengan keturunan di antaranya adalah keadaan fisik,

jenis otot, ukuran jantung dan paru.

b. Kematangan

Semakin matang kondisi seseorang semakin mampu menerima

intensitas beban latihan yang lebih tinggi.

26
27

c. Gizi

Latihan mengakibatkan perubahan jaringan dan organ-organ dalam tubuh,

dimana perubahan dalam tubuh tersebut memerlukan protein, lemak,

karbohidrat, dan nutrisi-nutrisi yang lain.

d. Waktu istirahat dan tidur

Olahragawan pada umumnya memerlukan waktu tidur kurang lebih 8 jam

sehari semalam.

e. Tingkat kebugaran

Atlet yang tidak bugar akan mudah lelah dalam menerima beban latihan,

maka dari itu pentingnya tingkat kebugaran dalam prinsip individual.

f. Pengaruh lingkungan

Faktor-faktor lingkungan baik secara fisik maupun psikis akan berpengaruh

terhadap kemampuan anak dalam merespon beban latihan.

g. Rasa sakit dan cedera

Pada saat olahragawan melakukan latihan dengan keras, keadaan dan

kemungkinan yang diakibatkan harus sudah di perhitungkan dan

dipertimbangkan oleh pelatih.

h. Motivasi

Olahragawan yang memiliki motivasi tinggi akan berlatih dan bertanding

dengan usaha yang keras sehingga mampu tampil baik.

Djoko Pekik (2002: 53) mengatakan ada beberapa komponen latihan

yang dipergunakan untuk menentukan takaran latihan, meliputi:

a. Volume
28

Merupakan ukuran kuantitas dalam latihan, misalnya : waktu tempuh,

jarak tempuh, jumlah beban, dan jumlah repetisi- set- seri.

b. Intensitas

Merupakan ukuran dari kualitas latihan meliputi, kinerja maksimum, detak

jantung maksimal, dan kadar Vo2 max.

c. Densitas

Merupakan ukuran derajat kepadatan latihan yakni perbandingan antara

kerja dengan istirahat

d. Kompleksitas

Merupakan tipe latihan atau keberagaman dalam latihan agar olahragawan

tidak jenuh dan dapat mencapai prestasi maksimal.

e. Frekuensi

Diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan waktu, seperti latihan

untuk meningkatkan kebugaran dilakukan 3-5 kali/minggu.

3. Hakikat Hopping
Gambaran umum hopping adalah melompat ke depan seperti skipping di

mana kedua tungkai berada di udara dan salah satu darinya diangkat melangkah ke

depan. Latihan ini akan menguatkan otot tungkai dan otot kaki yang nantinya

berperpengaruh pada kekuatan melontarkan tubuh dan selanjutnya dapat

meningkatkan ketinggian serta jarak lompatan Setelah posisi tubuh siap, ambi

dua langkah ke depan, mulai dengan tungkai kanan diangkat maju seperti

layaknya orang berlari, sedangkan tungkai menumpu dengan menggunakan bola

kaki dan kaki kanan berperan menjadi kaki ayun. Saat tungkai kanan berada

diudara, tungkai kiri harus dalam keadaan lurus. Setelah itu mendarat dengan kaki
29

tumpu yaitu tungkai kiri. Jika kaki kanan melangkah, maka tangan ayun berada di kiri

demikian sebaliknya. Pada tahap ini posisi kepala, dagu, dan leher diayun ke

belakang dan ke depan. Pada tahap ini pisisi vertebra juga lurus. Lihat gambar berikut:
30

Gambar 2. 12 Gerakan Hopping


Sumber: The Secret Power Of Mind And Body Unification (Garuda Indonesia

Perkasa – Jakarta, 2012) Hal-93

4. Hakikat Triple Take off


Triple take off adalah perubahan dan perpindahan gerak dari gerakan 3

langkah secara horizontal kegerakan vertical yang dilakukan secara cepat. Dimana

sebalumnya atlet lompat jauh sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan

sekuat-kuatnya pada langkah terakhir sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas

dan melayang di udara, seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 2.13. Gerakan Triple Take off


Sumber :(IAAF. 2000:37)
31

B. Kerangka Berfikir

Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan pada rumusan masalah

dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:

Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan dari awalan, tolakan, melayang

di udara dan pendaratan. Sehingga dibutuhkan teknik yang sangat kompleks untuk

melakukan rangkaian rangkaian tersebut. Untuk dapat menguasai teknik dengan

baik maka diperlukannya metode latihan yang tepat untuk mendukung

kemampuan lompat jauh. Salah satu metode latihan untuk mendukung dan

memperbaiki tolakan yang menjadi salah satu rangkaian dari lompat jauh adalah

metode latihan triple take off dan metode latihan hoping

Dari kedua metode tersebut memiliki beberapa perbedaan dalam

gerakannya. Pada metode latihan hoping, pelompat secara langsung melakukan

selayaknya take off secara berkelanjutan dengan menolak dan mendarat dengan

kaki yang berbeda sehingga setiap gerakannya dapat dilakukan dengan kaki yang

berlawanan. Sedangkan pada triple take off pelompat melakukan take off dengan

diawali dengan 3 langkah sebagai awalannya, yang dilanjutkan dengan take off

dan dilakukan secara berkelanjutan. Namun pada triple take off kaki yang

digunakan tetap sama karena langkah yang digunakan berjumlah ganjil.

Dilihat dari tahapan pelaksanaanya maka terdapat perbedaan dari kedua

metode tersebut. Sehingga peneliti ingin mengetahui apakah terdapat

perbandingan antara Metode Latihan Hopping Dan Triple Take off Terhadap Hasil

Lompat Jauh Pada Mahasiswa Kop Atletik Universitas Negeri Jakarta


32

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan teori-teori di atas maka dapat dirumuskan

hipotesis

sebagai berikut :Diduga terdapat perbandingan antara Metode Latihan Hopping

Dan Triple Take off Terhadap Hasil Lompat Jauh Pada Mahasiswa Kop Atletik

Universitas Negeri Jakarta


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang akan di capai adalah untuk

mengetahui Perbandingan Antara Metode Latihan Hopping Dan Triple Take

off Terhadap Hasil Lompat Jauh Pada Mahasiswa Kop Atletik Universitas

Negeri Jakarta

B. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Sabtu, 13 November 2022 di Stadion

Atletik Rawamangun.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah eksperimen semu, penelitian ini adalah

penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok yang mendapatkan perlakuan

berbeda. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, penelitian eksperimen

ini menggunakan dua kelompok yang memperoleh perlakuan yang berbeda

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 207) penelitian eksperimen merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu

yang dikenakan pada subjek selidik.

Pretest Treatment Posttest

Pengaruh perlakuan (treatment) di sini adalah pemberian metode latihan

hoping dan triple take off. Sebelum diberikan perlakuan dilakukan pretest untuk

mengetahui kemampuan lompat jauh awal atlet sebelum diberi latihan, setelah itu

diberi perlakuan sebanyak 16 kali sesuai panduan metode latihan hoping dan

33
34

triple take off, kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui apakah ada

peningkatan hasil lompat jauh atau tidak.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Sugiyono, 2013). Dalam

penelitian ini yang menjadi populasi adalah anggota KOP Atletik

Universitas Negeri Jakarta yang berjumlah 64 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pada penelitian

ini, peneliti mengambil sampel yang di ambil dari populasi dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling

dilakukan berdasarkan pemilihan dari kriteria kritera yang dibuat. Artinya

siapa saja subjek dari populasi yang memenuhi kriteria akan dijadikan

sebagai sampel. Pada sampel penelitian ini memiliki kriteria sebagai

berikut:

a) Berjenis kelamin laki laki

b) Mahasiswa KOP Atletik Universitas Negeri Jakarta angkatan 2018-

2022

c) Atlet nomor lompat jauh

Dengan demikian berdasarkan kriteria tersebut didapatkan sampel dengan

jumlah sebanyak 20 orang.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dengan cara


35

melakukan beberapa tes atau pengukuran. Beberapa tes atau pengukuran yang

akan dilakukan seperti:

1. Tes Lompat Jauh


Tes keterampilan lompat jauh diambil dari hasil lompatan terjauh.

Ketentuan pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:

a) Tiap sampel diberi kesempatan dua kali kesempatan melompat

b) Urutan lompatan sesuai dengan nomor urut pada formulir absen

c) Hasil dari dua lompatan dicatat dengan lengkap

d) Hasil yang dijadikan data penelitian adalah hasil lompatan terjauh

Tabel 3. 1 Format Tes Lompat Jauh Gaya


Lompatan
No Nama Hasil
1 2
1

dst

F. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan observasi lapangan dengan melakukan tes secara langsung. Untuk

mendapatkan data yang valid yaitu melakukan pengukuran hasil lompat jauh

dengan dilakukan tes lompat jauh sebanyak dua kali.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari Dampak pemberian Metode terhadap Variabel

2. Mencari Thitung
36

Thitung =

= Jumlah pengurangan antara data tes awal dikurang data tes akhir

Sd = Standar Deviasi (Simpangan Baku)

N = Jumlah Sampel

K = Jumlah Koefesien

Dengnan membandingkan nilai Thitung dengan Ttabel dengan syarat Thitung

harus lebih besar dari Ttabel. Untuk mencari Ttabel dirumuskan dengan :

Ttabel =n–k

3. Membandingkan Nilai Signifikansi

Pada program SPSS versi 28.0.0.0 memiliki keterangan signifikansi dengan

menggunakan analisis Paired Sample Test. Digunakan derajat koefesien

sebesar a = 0,05. Maka, hasil signifikansi harus lebih kecil dari derajat

koefesien

H. Hipotesis Statistika
Pada penelitian ini terdapat beberapa hipotesis yang disajikan dalam

bentuk statistika diantaranya sebagai berikut:

𝐻0 : ρy1 = 0

𝐻1: ρy1 ≠ 0

Keterangan:
37

𝐻0 : Tidak terdapat perbandingan antara metode latihan hoping dan

metode latihan triple take off

𝐻1: Terdapat perbandingan antara metode latihan hoping dan

metode latihan triple take off


38

DAFTAR PUSTAKA

Asep Dedi Paturohman, D. M. I. N. H. (2018). Hubungan Antara Kecepatan Lari


Dan Power Otot Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada
Siswa Kelas V Sd Negeri Ciwiru Kecamatan Dawuan. Jurnal Ilmiah, 4(1),
9.
Azhari, M. Y., Sujiono, B., & Widyonarto, R. (2017). Hubungan Kecepatan Lari
Dan Daya Ledak Otot Tungkai Dengan Hasil Lompat Jauh Gaya
Menggantung Pada Mahasiswa Kuliah Olahraga Prestasi Atletik Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Ilmiah Sport
Coaching and Education, 1(2), 38–51. https://doi.org/10.21009/jsce.01204
Aziz, M. A., & Yudi, A. A. (2019). Perbedaan Pengaruh Latihan Pliometrik Dan
Kecepatan Lari Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok.
Jurnal Patriot, 1(3), 1239–1246.
Candra, A. R. D., Setyawati, H., & W, I. S. C. W. (2017). Alat Sensor Getaran
Pendeteksi Kegagalan pada Papan Indikator Lompat Horizontal. Journal
of Physical Education and Sports, 6(3), 1–7.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes
Deswantara, Y. G., & Hakim, A. A. (2021). Analisis Gerak Tangan dan Kaki pada
Lompat Jauh Gaya Jongkok menggunakan Ayunan Tangan Terbuka pada
Atlet Dunia Jeff Henderson saat Olimpiade Men’s Long Jump di Rio De Je
Niero Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Olahraga, 9(1), 15–22.
Haryanto, A. I., & Fataha, I. (2021). Korelasi Panjang Tungkai, Power Otot
Tungkai Dan Kecepatan Lari Dengan Hasil Lompat Jauh. Jambura Health
and Sport Journal, 3(1), 42–50. https://doi.org/10.37311/jhsj.v3i1.9890
Hidayat, A. (2006). PENINGKATAN TEKNIK LOMPAT JAUH GAYA
JONGKOK MELALUI MODIFIKASI SARANA DAN PRASARANA SDN
223 PALEMBANG. 3, 83–92.
Kristina, P. C. (2018). GERAK PADA PEMBELAJARAN NOMOR LOMPAT
JAUH GAYA JONGKOK (Konsep gerak biomekanik yang terdapat pada
lompat jauh). Universitas PGRI Palembang, 49.
Mochammad Ainun Rokhim. (2018). PENGARUH ARAH SUDUT DAN LAMA
PERENDAMAN SERAT RAMI PADA LARQUTAN KOH TERHADAP
KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN BENDING KOMPOSIT
DENGAN MATRIK EPOXY. Universitas Negeri Surabaya.
Puspitasari, R. N. (2016). Pengaruh permainan tradisional karetan terhadap
pembelajaran motorik kasar atletik lompat jauh. Jurnal PG- - PAUD
Trunojoyo, Volume 3, Nomor 1, April 2016, Hal 1-75 10, 3(1), 9–18.
Rahmat, Z. (2014). Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan
39

Lompat Jauh Gaya Berjalan Diudara Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 11
Banda Aceh. Jurnal Penjaskesrek, I(2), 23–31.
Ridwan, M., & Sumanto, A. (2017). Daya Ledak Otot Tungkai, Kecepatan Dan
Kelentukan Dengan Kemampuan Lompat Jauh. Jurnal Performa
Olahraga, 2(01), 69–81. https://doi.org/10.24036/jpo67019
Shandi, S. A. (2019). Analisis Gerak Motorik Kasar Pada Permainan Lompat Tali
Terhadap Prestasi Siswa Putra Dalam Lompat Jauh Pada Kelas Viii Smp
Negeri 2 Palibelo. Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2), 46.
https://doi.org/10.24114/jik.v17i2.12301
Slamet, Mandan, A., Juita, A., & Sinurat, R. (2015). Kontribusi Explosive Power
Otot Tungkai Terhadap Hasil Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada
Mahasiswa Putra Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Semester II
Universitas Riau. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(2),
72. https://doi.org/10.33578/jpfkip.v2i2.2820
Taufik. (2020). ANALISIS PHYSICAL FITNESS TERHADAP KEMAMPUAN
LOMPAT JAUH PADA SISWA SMA DI KABUPATEN BARRU.
STKIP Muhammadiyah, 3.

Anda mungkin juga menyukai