Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC TERHADAP KECEPATAN

RENANG GAYA DADA 25 M TERHADAP ATLET KELOMPOK UMUR


(KU) III, DAN VI DI CLUB BABEH SWIMMING SCHOOL

(PROPOSAL)

Oleh :

Mita Asrilia Khodijah


20114014

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN OLAHRAGA


FAKULTAS SASTRA DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TEKNOKRAT INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
2024
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 5
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
1.5 Batasan Masalah.................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Yang Relevan .................................................................... 6
2.2 Landasan Teori ................................................................................... 8
2.2.1 Pengertian Olahraga Renang ....................................................... 8
2.2.2 Manfaat Olahraga Renang........................................................... 12
2.2.3 Pengertian Renang Gaya Dada.................................................... 12
2.2.4 Teknik Renang Gaya Dada.......................................................... 15
2.2.5 Rangkaian Renang Gaya Dada.................................................... 19
2.3 Latihan ................................................................................................ 20
2.3.1 Pengertian Latihan....................................................................... 20
2.3.2 Prinsip Latihan............................................................................. 21
2.3.3 Plyometric.................................................................................... 21
2.3.4 Standing Jump And Reach........................................................... 26
2.3.5 Standing Long Jump.................................................................... 27
2.3.5 Kecepatan..................................................................................... 29
2.4 Kerangka Berfikir ............................................................................... 30
2.4 Hipotesis ............................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 32
3.2 Data Dan Sumber Data........................................................................ 32
3.2.1 Tempat Penelitian........................................................................ 32
3.2.2 Populasi Dan Sampel................................................................... 32
3.3 Variabel Penelitian.............................................................................. 33
3.3.1 Variabel Bebas............................................................................. 34
3.3.2 Variabel Terikat........................................................................... 34
3.4 Teknik Dan Pengumpulan Data........................................................... 38
3.4.1 Instrumen Penelitian.................................................................... 38
3.4.2 Uji Validitas................................................................................. 40
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 39
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................... 39
3.5.1 Uji Normalitas.............................................................................. 39
3.5.2 Uji Homogenitas Data.................................................................. 40
3.5.3 Uji Hipotesis ............................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan dengan tujuan

meningkatkan kebugaran jasmani tubuh, kesehatan, serta keterampilan seseorang.

Olahraga melibatkan gerakan tubuh yang terkoordinasi, intensitas yang berbeda, dan

dapat dilakukan secara individu atau dalam bentuk tim Hal ini didukung oleh

pendapat Mahfud & Fahrizqi (2020) Olahraga merupakan bentuk perilaku gerak

manusia yang dilakukan secara spesifik cabang olahraga nya yang memiliki arah dan

tujuan beragam sehingga olahraga merupakan fenomena yang relevan dengan

kehidupan social bermasyarakat untuk setiap orang. Olahraga juga merupakan bentuk

perkembangan pertumbuhan jasmani untuk memenuhi tugas perkembangan anak.

Oleh karena itu, peranan olahraga sangat pentinguntuk anak tentunya harus

dibutuhkan pembinaan yang baik dan berkesinambungan. Olahraga saat ini menjadi

sebuah trend atau gaya hidup bagi sebagian masyarakat, bahkan sudah menjadi

sebuah kebutuhan. Terutama melaksanakan aktivitas gerak sehari-hari. Olahraga itu

sendiri pada dasarnya merupakan serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana

untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan tubuh, serta bertujuan untuk

mempertahankan, dan meningkat kan kualitas hidup seseorang.

Renang adalah olahraga air yang melibtkan gerakan tubuh didalam air. Sejalan

dengan pendapat Prawira et al. (2021) Olahraga renang merupakan aktivitas air

dengan banyak macam gaya yang suduh dikenalkan sejak lama dan banyak memberi
2
manfaat kepada manusia. Ini adalah kegiatan yang populer di seluruh duni dan bisa

dilakukan untuk rekreasi kebugaran, atau sebagai olahraga kompetitif. Renang dapat

dilakukan diberbgai tempat seperti kolam renang, danau, sungi, bahkan laut. Ada

beberapa jeenis renang yang berbeda, termasuk gaya bebas (freestyle), gaya dada

(breaststroke), gaya punggung (backstroke), dan gaya kupu-kupu (butterfly). Setiap

gaya memiliki gerakan khas yang hars dilakukan oleh perenang. Selain itu, renang

juga dapat enjadi olahraga yang bagus untuk menjaga kebugaran dan kesehatan.

Aktivitas ini melibatkaan hampir semua otot tubuh dan membantu meningkatkan

kekuatan, daya tahan, dan flesibelitas. Renang juga memiliki dampak rendah pada

sendi, sehingga lebih mudah bagi orang-orang dengan masalah sendi untuk

berpartisipasi. Ditingkat kompotitif, renang menjadi olahrag olimpiade dan memiliki

banyak cara yang berbeda, mulai dari perlombaan individu serta berkelompok.

Menurut Kurniawan (2019) renang merupakan suatu kegiatan olah raga air yang

dilakukan dengan cara menggerakkan dan mengapungkan badan kepermukaan air

dengan menggunakan gerakan kaki dan tangan. Maka olahraga renang adalah salah

satu cabang olahraga yang sering di pertandingkan terutama di ajang tertinggi yaitu

Olimpiade. Prestasi olahraga renang secara umum menuntut diterapkannya prinsip-

prinsip latihan agar prestasi olahraga renang dapat meningkat, latihan haruslah

berpedoman pada teori serta prinsip latihan yang benar dan sistimatis karena apa bila

hal tersebut tidak dilakukan maka prestasi pun sulit dicapai.

Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh peneliti dari pelatih

kepala club Babeh Swimming School pada tanggal 06 Januari 2024 pukul 10:00 wib

di Kolam Renang UNILA (Universitas Lampung), para atlet masih perlu

membutuhkan latihan yang tepat khususnya atlet KU III& VI karena belajar dari

3
kegagalan di kejuaraan antar Kota di provisi Bandar Lampung, maka pelatih lebih

menekankan untuk para atlet lebih giat untuk berlatih ungkap pelatih renang Babeh

Swimming School Bpk Rusman, A.Md Para atlet sudah memiliki teknik renang yang

bagus akan tetapi dari pengamatan kecepatan masih perlu ditingkatkan.

Latihan plyometrics dalam cabang olahraga renang saat perenang mulai dari

teknik start kemudian masuk ke dalam air lalu melakukan rangkaian gerakan renang

gaya dada dengan tendangan ke belakang, Ketika saat gerakan tersebut dilakukan

membutuhkan otot tungkai dibutuhkan gerakan yang eksplosif, pada saat teknik start

kemudian melakukan rangkaian gerakan gaya dada para pelatih harus cermat

bagaimana seorang perenang melakukan gerakan tersebut dilakukan. Dari analisa

tersebut harus mempelajari bagaimana menemukan suatu metode yang sesuai dengan

gerakan dan karakteristik yang diperlukan, yaitu gerakan yang membutuhkan daya

ledak otot yang eksplosif. Menurut Mohammadi et al. (2014), menyimpulkan bahwa

pemilihan latihan plyometrics (bended knee jump, squat jump, jump to side, dept

jump) yang tepat untuk perenang gaya dada pada anak laki-laki berumur 10-14 tahun

dapat memperbaiki dan meningkatkan kecepatan renang gaya dada. Peneliti

mencoba mengatasi masalah kecepatan pada nomor renang gaya dada pada atlet

renang Babeh Swiming School salah satunya dengan memberi beberapa latihan yang

bisa dilakukan, yaitu dengan latihan plyomterics, adapun jenis plyometric exercise

yang akan diterapkan oleh peneliti adalah tipe jumping yaitu Standing JumpAnd

Reach dan Standing Long Jump. Berdasarkan uraian diatas, Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada Club Renang Babeh Swimming School dengan judul

penelitian “Pengaruh Latihan Plyometric terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 25

4
M Terhadap Atlet Kelompok Umur (KU) III dan VI Di Club Babeh Swimming

School”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut
1. Apakah ada pengaruh hasil latihan Plyometric terhadap kecepatan renang gaya
dadapada atlet di Club Babeh Swimming School ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun Batasan masalah yaitu, hanya membahas permasalahan tentang : “Pengaruh
Latihan Plyometric Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada 25 M Terhadap Atlet
Kelompok Umur (Ku) III, Dan VI Di Club Babeh Swimming School”

1.4 Tujuan Penelitian


Penelitin ini memiliki tujuan sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh latihan peguatan lower body plyometric terhadap kecepatan
renang gaya dada 25 meter di club babeh swimming school

1.5 Manfaat Penelitian


Peneliti berharap agar sekiranya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi beberapa pihak lain, sebagai berikut :
1. Bagi Atlet dapat dijaladikan ilmu pengetahuan tentang pengaruh latihan plyometric
terhadap kecepatan renang gaya dada dengan jarak 25 meter sebagai bahan
peningkatan prestasi
2. Bagi Pelatih, dan Pembina yang berada di lingkungan persatuan renang seluruh
indonesia tentang manfaat latihan plyometric.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk pelatih, dan
pembina untuk melatih kekuatan kaki dan melatih gerak tangan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian yang relevan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sumber referensi dari beberapa penelitian

terdahulu. Hal ini digunakan untuk mendukung dan membandingkan hasil penelitian

sebelumnya dengan penelitian ini. Peneliti telah meringkas empat penelitian yang relevan

dengan penelitian ini. Adapun penelitian tersebut yaitu,

1. Penelitian Pertama yang berjudul “latihan plyometrics dan panjang tungkai terhadap

kecepatan renang gaya dada atlet renang sumatera selatan” Dilakukan oleh (Shava et

al., 2017) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pengauh latihan

plyometric jump to box dan doubel tuck jump terhadap kecepatan renang gaya dada,

perbedaan pengaruh tungkai pajang dan tungkai pendek terhadap kecepatan renang

gaya dada, iteraksi antara latihan plyometric dan kecepatan tungkai terhadap

kecepatan renang gaya dada

2. Penlitian Kedua yang berjudul “pengaruh latihan plyometrik melompat terhadap

kemampuan power otot tungkai” Dilakukan Oleh (Amrizal et al., 2019)

Jenis penelitian adalah eksperimen semu (quasi eksperimen). Populasi dalam

penelitian ini yaitu atlet renang belibis Pekanbaru berjumlah 22 Orang. Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling, dalam hal

ini adalah sampel pada KU.III Umur 12-13 tahun atlet putera renang klub Belibis

Pekanbaru dengan jumlah 20 orang. Data dikumpulkan mengunakan tes standing

broad jump sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

6
Hasil penelitian dan analisisis data menunjukkan bahwa (1) Bentuk latihan plyometrik

melompat melewati rintangan dengan dua kaki & satu kaki ke depan berpengaruh

secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan power otot tungkai atlet Belibis

Pekanbaru sebesar 6,37, (2) Bentuk latihan menggunakan latihan plyometrik

melompat melewati rintangan dengan dua kaki & satu kaki ke samping berpengaruh

secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan power otot tungkai atlet Belibis

Pekanbaru sebesar 4,02, (3) Terdapat perbedaan pengaruh bentuk latihan latihan

plyometrik melompat melewati rintangan dengan dua kaki & satu kaki ke depan dan

latihan plyometrik melompat melewati rintangan dengan dua kaki & satu kaki ke

samping sebesar 1,91. Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hipotesis

diterima kebenarannya dengan nilai koefisien variabel normal dan homogen.

3. Peneliti Ketiga yang berjudul ”latihan single leg speed hop dan double leg speed hop

untuk meningkatkan power tungkai dan kecepatan renang gaya dada” Dilakukan oleh

(Ramadhan & Purnamasari, 2020).

Permasalahan yang pnulis ajukan pada penelitian ini mengenai pngaruh latihan single

leg speed hop dan double leg speed hop terhadap power tungkai dn kecepatan

renangan gaya dada. Metode penelitian yang diguakan adalah metode ekperimen.

Penelitian ini dilakukan di club renang Tirtamerta Bandung dengan melibatkan 19

orng menggunakan teknik pengambiln semple purposive sampling. Desin penelitian

yang digunakan adalah Pretest-Posttest Design. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah Sargent Jump Test dan tes renang tungkai gaya dada. Dari pengolahan data

penelitian maka di proleh hasil output uji paired sampels diketahui nilai Sig.(2-tailed)

0,005 dan 0,001 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan single leg speed hop dan double leg speed

7
hop terhadap power tungkai dan kecepatan renang tungkai gaya dada.

4. Penelitian Keempat yang berjudul “perbandingan pengaruh pelatihan calf raise, jump

rope, dan butt kick terhadap peningkatan kekuatan dan kecepatan otot tungkai dalam

olahraga renang” (Dewi et al., 2022)

Kekuatan dan kecepatan otot tungkai termasuk komponen penting untuk dimiliki

perenang dalam menunjang prestasi yang optimal. Studi ini dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui bagaimana beda pengaruh latihan calf raise, jump rope, serta butt

kick dalam mengembangkan kekuatan dan kecepatan otot tungkai perenang.

Penelitian kuantitatif ini dilaksanakan dengan metode penelitian quasi-experimental

dan menerapkan pendekatan non-randomized control group pretest post-test, yang

dilaksanakan pada 40 perenang remaja pada Klub Renang Jalak Bali Jembrana.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan melaksanakan tes lari 30 meter untuk

variabel kecepatan sedangkan back leg dynamometers untuk mengukur variabel

kekuatan otot tungkai.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengrtian Olahraga Renang

Renang adalah kegiatan fisik yang melibatkan pergerakan tubuh di dalam air. Dalam

renang, seseorang menggunakan gerakan lengan dan kaki untuk bergerak melalui air. Renang

dapat dilakukan di berbagai tempat seperti kolam renang, danau, sungai, atau laut. Selain

menjadi kegiatan olahraga, renang juga dapat menjadi sarana rekreasi, kompetisi, dan

keterampilan kehidupan. Keterampilan renang yang baik penting untuk keamanan pribadi di

sekitar air, dan juga dapat menjadi fondasi untuk cabang olahraga air lainnya seperti polo air,

selam, atau triathlon. Renang juga merupakan salah satu kegiatan rekreasi yang populer di

8
kalangan banyak orang. Dalam olahraga renang terdiri atas beberapa macam gaya, yaitu gaya

bebas, gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu-kupu. Dari berbagai macam gaya, gaya

bebas adalah gaya yang paling cepat dibandingkan gaya yang lain. Keuntungan lainnya

renang gaya bebas adalah gaya bebas merupakan basic dasar renang juga merupakan olahraga

yang kompetitif yang melibatkan peserta berkompetisi untuk mencapai hasil terbaik dalam

balapan atau lomba renang. Kompetisi renang biasanya diatur dalam berbagai jarak dan gaya

renang yang berbeda. Beberapa gaya renang yang umum di kompetisi adalah gaya bebas

(freestyle), gaya punggung (backstroke), gaya dada (breaststroke), dan gaya kupu-kupu

(butterfly). Selain sebagai olahraga kompetitif atau untuk menjaga kesehatan, banyak orang

menikmati berenang sebagai kegiatan rekreasi yang menyenangkan dan menyegarkan.

Hal ini didukung oleh Prawira et al. (2021) dengan pendapat lain yang mengatakan bahwa

olahraga renang adalah aktivitas air dengan banyak macam gaya yang sudah dikenalkan sejak

lama dan banyak memberi manfaat kepada manusia. Beberapa langkah yang perlu

dilakukan untuk mencapai haltersebut antara lain memperhatikan peningkatan pengadaan

sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana olahraga sangatlah penting dalam proses

kegiatan pembelajaran ataupun peningkatan presetasi altet/mahasiswa karena sarana dan

prasarana menjadi pilar utama dalam mendukung setiap kegiatan yang berhubungan

dengan aktivitas olahraga. Pada umumnya kegiatan renang dapat dilakukan oleh semua

kalangan usia, bukan hanya oleh orang dewasa tetapi juga oleh anak-anak. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya orang tua yang memasukkan anak-anaknya ke sekolah renang yang

mempunyai instruktur khusus.

Aktivitas renang padaanak dapat membantu perkembangan konsep diri untuk

meningkatkan adaptif perilaku anak. Sesuai yang diungkapkan oleh (Evans & Sleap,

2013:12). Sama seperti dalam olahraga renang, di dalam rekreasi renang juga penting untuk

9
mematuhi aturan keselamatan dan etika berenang. Memastikan kolam renang atau lokasi

berenang lainnya aman dan memiliki pengawasan yang memadai adalah hal yang penting

dalam menjalani kegiatan rekreasi ini. Rasyid et al. (2017) menjelaskan bahwa aktivitas

renang juga bermanfaat pada anak, terutama sebagai aktivitas sosial pada anak yang dapat

bersosialisasi dengan rasa aman dan percaya diri didalam air, meskipun banyak orang yang

lebih tua yang juga menekankan konteks yang memungkinkan secara sosial pada aktivitas

renang. Renang merupakan olahraga yang mengapung dan mengangkat tubuh keatas

pemukaan air agar dapat bernapas dan bergerak baik maju dan mundur. untuk menjadi

perenang yang baik, penting untuk memahami dan menguasai teknik-teknik renang yang

benar, teknik renang yang baik membantu meningkatkan kecepatan, efisiensi, dan

kenyamanan saat berenang.

Menurut Lucero (2013), ada beberapa teknik renang yang harus diperhatikan, agar

belajar renang menjadi mudah, antara lain:

a. Posisi tubuh, posisi tubuh harus rata-rata air ketika berada di dalam kolam renang.

b. Pukulan kaki, kemampuan kaki memukul air tergantung tingkat fleksibilitas kaki,

semakin fleksibel maka pukulan semakin baik.

c. Ayunan lengan, ayunan lengan harus kuat menarik air di dalam kolam, sehingga

menimbulkan daya tarik yang kuat.

d. Recovery, posisi lengan ketika recovery sedikit mungkin menimbulkan percikan

air, sehingga tidak mengganggu keseimbangan tubuh dalam air.

e. Bernafas, ketika bernafas maka harus menjadi bagian yang intregal dari gerak

lengan.

f. Koordinasi, kemampuan koordinasi ketika mengayun lengan,mengambil nafas

dan gerakan kaki akan memberikan kemampuan untuk berenang secara cepat.

10
Diperkuat oleh penelitian Gunawan et al. (2020) mengemukakan bahwa olahraga renang

berbeda dengan olahraga lainnya, dalam berenang ada aspek dan pola yang harus

diperhatikan seperti pola bernafas danotot yang bekerja pada saat berenang. Renang adalah

cabang olahraga yang populer di kalangan masyarakat pada umumnya. Olahraga renang di

Indonesia sendiri telah dikenal akrab oleh masyarakat bahkan sudah tidak memandang jenis

kelamin maupun usia. Olahraga renang juga dikenal sebagai salah satu olahraga air yang

menyenangkan serta menarik minat masyarakat (Prawira et al., 2021).

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa renang adalah olahraga yang

melibatkan anggota tubuh untuk bergerak didalam air seperti lengan tangan, tungkai kaki

dan kepala. Selain itu berenang juga memiliki manfaat bagi tubuh seperti melatih

kesehatan jantung, memberikan kesenangan, relaksasi, tantangan, persaingan, dan

kemampuan untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat di dalam air. Maka dari itu

renang merupakan olahraga yang sangat baik untuk peserta didik, Penting juga untuk

menghindari olahraga yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain, serta tidak

melampaui batas-batas yang diizinkan oleh ajaran Islam. Dengan menjalankan olahraga

secara benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, olahraga dapat menjadi cara yang baik

untuk menjaga kesehatan, mengembangkan disiplin diri, dan mendekatkan diri kepada Allah

dengan menjaga amanah-Nya Dalam pembelajaran renang tentunya banyak peserta didik

yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga ini menjadi tantangan bagi pelatih, guru,

atau dosen mata kuliah renang. Pelatih dalam mengajar renang harus memiliki metode

pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat memahami dan mempraktekan gaya dalam

renang.

11
2.2.2 Manfaat Olahraga Renang

Menurut Daniel Landers dalam Susanto (2010:43), profesorpendidikan olahraga dari

Arizona State University mengungkapkan empat manfaat olahraga renang :

1. Meningkatkan kemampuan otakLatihan fisik yang rutin dapat meningkatkan

konsentrasi, kreativitas ,dan kesehatan mental. Karena olahraga renang bisa

meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju

otak. Hasil penelitian yang telah dipublikasikan Proceeding on the National Academy

of Science menyebutkan bahwa manfaat olahraga renang secara benar dan teratur bisa

memacu pertumbuhan neuronyang telah rusak.

2. Mengurangi stress, Olahraga dapat mengurangi kegelisahan, bahkan lebih jauh

lagidapat membanm mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat meningkatkan

kemampuan jantung dan membuat mbuh lebih cepatmengatasi stress. Aktivitas seperti

jalan kaki, berenang, bersepeda, danlari merupakan cara terbaik mengurangi stress

3. Menaikkan daya tahan tubuh, Senang melakukan olahraga meski tak terlalu lama

namun seringdengan santai melakukainya, maka aktivitas itu bisa

meningkatkanhormon-hormon seperti adrenalin, serotonin, dopamin, dan

endorfin.Hormon ini berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Parapeneliti di

Duke University menemukan bahwa 60% orang depresi yang melakukan olahraga

selama empat bulan dengan frekuensi dengan wakatu seminggu dan setiap latihan

selama 30 menit bisa mengatasi gejala ini tanpa obat.

12
2.2.3 Pengertian Renang Gaya Dada

Renang gaya dada sering disebut juga renang gaya katak. Sebutan ini dikarenakan

renang gaya dada tersebut mirip sekali dengan gerakan katak pada waktu berenang. Gaya

dada dipakai sebagai terjemahan dari breast stroke.

Menurut Suryana (2012:24) Pedoman mengajar renang ada beberapa macam gaya

renang, salah satunya yaitu Gaya dada atau gaya katak adalah berenang dengan posisi dada

menghadap kepermukaan air, namun berbeda dari gaya bebas, batang tubuh selalu dalam

keadaan tetap. Kedua belah kaki menendang ke arah luar sementara kedua belah tangan

diluruskan di depan. Kedua belah tangan dibuka ke samping seperti gerakan membelah air

agar badan maju cepat ke depan. Gerakan tubuh meniru gerakan katak sedang berenang

sehingga disebut gaya katak. Pernapasan dilakukan ketika mulut berada di permukaan air,

setelah satu kali gerakan tangan-kaki atau dua kali gerakan tangan - kaki.

Sedangkan menurut Menurut Irawan & Nidomuddin (2017:52) gaya dada merupakan

gaya yang paling menarik karena tidak lekas melelahkan bila dibandingkan dengan gaya yang

lain, karena proses pernafasan yang berlangsung dengan mudah sehingga lebih mudah

dipergunakan dalam berenang jarak jauh dan santai. Sesuai bahasan sebelumnya mengenai

gaya dada yang menyerupai katak. Renang gaya dada sering juga disebut renang katak karena

gaya dada tersebut mirip sekali dengan gerakan katak pada waktu berenang. Sedangkan

menurut Seifer, Chollet, & Bardy (Oxford et al., 2017:1) :“Breaststroke swimming is

inherently an in-phase rhythmical movement that involves stable and flexible modesof coordi-

nation between the upper and lower limbs. Thesemovementsarise as a result of the

interactions between themechanical properties of the water and the intrinsic dynamics of

thebody.”
13
Menurut PRSI/ FINA mengenai batasan-batasan renang gaya dada yang dikutip oleh

Dumadi & Kasiyo (1992:104) Suatu gaya renang yang sejak dimulainya dayungan lengan

yang pertama sesudah start dan sesudah pembalikan badan harus telungkup dan kedua bahu

segaris dengan air. Semua gerakanlengan selamanya harus serempak dan dalam bidang

horizontalyang sama, tanpa gerakan bergantian. Kedua lengan harus didorongke depan

bersama-sama dari dada, lalu ditarik ke belakang dibawah permukaan air. Gerakan kedua

tungkai harus serempak dalam bidang horizontal yang sama. Pada waktu mendorong tungkai,

kedua tungkai harus diarahkan keluar pada saat ke belakang. Dalam satugerakan keseluruhan,

sebagian kepala harus memecah permukaanair pada saat kedua lengan ditarik ke belakang.

Selanjutnya mengenai definisi renang gaya dada menurut Armen & Meiriani

(2020:12) Gaya dada adalah gaya renang sangat populer untuk renang rekreasi dan gaya yang

mudah di ajarkan kepada pemula. Posisi tubuh stabil serta kepala bisa berada di luar air

dalam waktu yang lama.Gaya dada (gaya katak) yaitu berenang dengan posisi dada

menghadap ke permukaan air, tetapi tidak sama dengan gaya bebas, karena badan selalu

dalam keadaan tetap. Kedua tangan secara bersamaan menarik ke arah samping menujudepan

dada, kedua belah kaki menendang ke arah samping belakang layaknya gerakan membelah

air supaya badan maju lebih cepat ke depan, pernafasan dilakukan saat mulut ada di

permukaan air, setelah satu kali gerakan

tangan-kaki atau dua kali gerakan

tangan dan kaki.

14
Gambar 2.1 Renang Gaya Dada
Renang gaya dada memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan renang

gaya lain. Renang gaya dada biasadigunakan dengan waktu yang relatif lama dengan

pengeluaran energi yang sedikit. Renang gaya dada ini juga memungkinkan perenang melihat

ke depan untuk melihat jarak yang masih harus ditempuh dan teknik pernafasan yang cukup

sederhana. Selain dipertandingkan, gaya ini paling sering digunakan untuk memberikan

pertolongan, menyelam, berenang di air yang berombak dan juga untuk penyusupan renang

angkatan militer.

2.2.4 Teknik Renang Gaya Dada

Gerakan kaki merupakan unsur terpenting untuk mendapatkan hasil yang baik dalam
renang gaya dada. Gerakan lengan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti dengan
perbedaan pada gerakan menarik menjadi sedikit lebih panjang disebabkan kedua bahu
terangkat. Dalam olahraga renang, gerakan utamanya, yaitu: gerakan lengan dan gerakan
tungkai untuk menghasilkan tenaga dorong supaya tubuh secara keseluruhan bergerak dan
meluncur maju. Teknik renang gaya dada dibagi menjadi beberapa gerakan, yaitu : posisi
tubuh, gerakan lengan, gerakan tungkai, gerakan pengambilan napas, dan gerakan koordinasi.

Adapun uraian teknik dalam gerakan gaya dada menurut (Subagyo, 2018:64). Secara
runtut adalah sebagai berikut ini:

a) Posisi Badan
1 Posisikan badan serileks mungkin, sehingga tubuh tidakperlu mengeluarkan
tenaga yang tidak perlu ketika posismengapung.
2 Posisi badan sebisa mungkin dalam satu garis horisontal,dengan tujuan agar
hambatan terhadap air dapatdimimalisir sekecil mungkin.
3 Sewaktu meluncur ke depan, badan dalam posisi yangrelatif datar serta posisi
kepala 80% ada di dalam airdengan muka sedikit terangkat ke depan.
15
Gambar 2.1 Renang Gaya Dada

Sumber subagya 2018;44

b) Gerakan Kaki
Terdapat dua buah teori mengenai bagaimana teknik gerakankaki pada renang gaya
dada, teori yang dikenal yaitu gerakan bajidan gerakan cambuk.
1. Teori Gerakan Baji
Teori ini dikembangkan oleh Davis Dalton pada tahun 1907. Ia menyatakan bahwa
gerakan maju atau gerakan meluncur ke depan yang diperoleh dari gerakan kaki
karena gerakan meluruskan atau menyatukan kedua kaki dengan kuat(Setyawan et al.,
2022). Akibat dari gerakan itu air ditekan antara kaki-kaki dan mendorong tubuh
perenang maju ke depan. Teori ini bertentangan dengan teori hukum aksi-reaksi
Newton, yang menyatakan gerakan maju ke depan (luncuran ke depan) akibat dari
desakan ke belakang. Teori gerakan baji ini sudah jarang atau hampir tidak
dilakukanlagi saat ini.

2. Teori Gerak Cambuk


Teori ini pertama kali dilakukan oleh Chet Jastremski pada tahun 1961. Ia
menyatakan bahwa gerakan maju atau luncuran ke depan yang diperoleh dari gerakan
kaki ialah dari gerakan mendesak air ke belakang dengan telapak kaki(Yulianto,
2015). Teori ini didasari pada teori hukum aksi-reaksi Newton. Teori gerakan inilah
yang hingga saat ini masih terus dikembangkan dalam renang gaya dada. Gerakan
kaki pada teori gerakan cambuk adalah seperti berikut :

a. Lutut
Pertama – tama ditarik kebawh, antara lutut satu dengan yang lain terpisah selebar
ukuran pinggul.

b. Kaki Bawah
i. Sewaktu lutut telah ditarik kebawah, usahakan kaki bawah mendekatigaris
yang melalui luut
ii. Telapak kaki menghadapkeatas pada permukaan air dan sejajar dngan
permukaan air
16
iii. Telapak kaki diputar kesamping luar semaksimal mungkin dengan lentuk
untukmembuat cambukan telapak kaki
iv. Usahakan jarak dari kedua pergelangan kaki selebar mungkin,tapi masih
dalam kondisi yang rileks

Gambar 2.2 Renang Gaya Dada

sumber : OlahragaSport

c. Gerakan Pukulan
Pada grakan pukulan kaki, untuk pukulan kaki kiri, pertma – tama lutut kebawah
kemudian dilnjutan dengan tendangan kaki yang kuat. Usahakan tumit tinggi dengan
satu gerakan irkulair pada saat akhir dari tendangan. Untuk mendapatkan tendangan
cambuk dari telapak kaki secara maksimal perlu memperhatikan :

I. Usahakan agar lutut mencapai akhir tendangan


II. Pada akhir tendangan usahakn satu gerakan sirkulair yang ringan dari telapak
kaki yan diarahkan ke luar. Hal ini memungkinkan telapak kaki seakan – akan
memegang air sepertihalnya sepasang telapak tangan, kemudian melakukan
earah belakng
III. Selesai dengan gerakan menendang, keua kaki lurus dan pergelangan kaki
rapat. Posisi tubuh dalam posisi lurus horisontal dengan permukaan air
IV. Kaki harus bergerak dengn ritme yang konstan tanpa henti

17
Gambar 2.3 Renang Gaya Dada

Sumber Panduan teknik renang untuk pemula

d. Gerakan Lengan
Pada prinsipnya, gerakan lengan gaya dada dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1)
gerakan menarik dan (2) gerakan istirahat. Gerakan mendorong ditiadakan karena
pada akhir tarikan tangan, gerakan tendangan kaki harus segera dimulai. Gerakan kaki
ini tadak boleh ditunda karena pada gaya dada tendangan kaki mempunyai dorongan
maju (tenaga untuk meluncur kedepan) yang lebih besar apabila dibandingkan dengan
gerakan lengan. Urutan gelakan lengan gaya dada yaitu :

1. Gerkan Menarik
a) Gerakan diawali dengan menarik kedua telapak tangan ke luar (kearah
samping tubuh) hingga kira – kira berjarak 30 cm
b) Bengkokkan kedua siku dan lengan bagian atas diputar sedikit, kemudian
tariklah kedua telapak tangan kebelakang dengan kuat sampai segari dengan
bahu. Pada saat ini, posisi siku pada posisi ini berada pada posisi yng lebih
tinggi
c) Putar kedua telapak tangan kearah dalam hingga kedua telapak tangan
bertemu dibawh dada dibawah air.
d) Kedua siku mengikuti dan rapat dibwah daa. Gerakan lengan pada poin (i
18
hingga iii) dilakukan gengan kuat
2. Gerakan Istirahat
setelah kedua telapak tanggan dan kedua siku pada posisi rapat dibawah dada setelah
melakukan geran menarik, kedua tangan tersebut di dorong kedepan hingga lurus.
Usahakan kedu tangan dalam posisi rileks dn dalam posisi horisontal. Pada gerkan ini
merupakan saat dimana lengn berada pada fase istirahat.

3. Gerakan Pengambilan Nafas


Gerakan pengambilan nafas pada pada gaya dada dilakukan pada akhir gerakan
tarikan lengan, yaitu pada saat tangan siap di dorong ke depan. Pada posisi ini kepala
diangkat sampai batas mulut ke luar permukaan air dan perenang segera menghirup
udara melalui mulut dan hidung. Pada saat menghirup udara, badan diusahakan tetap
dalam posisi horisontal dan bahu jangan sampai keluar dari permukaan air. Proses
mengeluarkan udara sisa hasil pembakaran tubuh dilakukan pada saat recovery lengan, yaitu
pada saat tangan didorong ke depan hingga lurus, mulut dan hidung masuk ke permukaan air.
Segera setelah kepala kembali di air udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut dan
hidung.

2.2.5 Rangkaian Renang Gaya Dada


Koordinasi keseluruhan gerakan renang gaya dada baik gerkan kaki, lengan dan
pengambilan nafas dapat dilihat pada rangkainan berikut ini.

1. kaki pada posisi lurus ke belakang dan lengan lurus kedepan. Posisi telapak tangan
miring ke luar dan kepalakira-kira 80% masuk ke dalam air.
2. Kaki masih dalam posisi lurus ke belakang, kemudiankedua tangan mulai dibuka ke
samping selebar bahu.
3. Kaki masih dalam posisi lurus, kedua tangan mulaimenarik ke belakang. Jarak antara
kedua tangan sudah lebih lebar dari bahu dan telapak tangan menghadap ke belakang.
Perenang dapat mengeluarkan nafas secara perlahan-lahan
4. Setelah posisi lengan hampir pada bahu, siku-sikumulai dibengkokkan dan lengan
atas berputar. Pada saatini tangan dapat menarik dengan kuat ke belakang.
5. Seperti pada poin nomor 4, telapak tangan mulai diputar kea rah dalam dan kepala
mulai terangkat.
6. Posisi mengambil nafas dilakukan pada saat tangansiap didorong kembali ke depan.
7. Setelah proses pengambilan nafas selesai, tanganmulai digerakkan ke arah depan.
19
8. Leher dilemaskan agar kepala dapat masuk ke dalamair kembali. Pada saat ini posisi
kaki ditarik ke pantat,sedangkan posisi lengan terus bergerak ke depan sebagai akibat
diluruskannya kedua siku.
9. Saat kepala sudah merunduk di air, kaki berada dalamposisi “plantar flexed” dan
lengan sudah pada akhir posisilurus.
10. Kaki ditendangkan ke belakang dalam bentukmelingkar. Pada saat ini perenang
menahan nafas hinggasampai gerakan tarikan tangan selanjutnya.
11. Seperti pada poin ke 10, setelah menjejakkan kaki, kedua kaki mulai posisi rapat
kembali.
12. Pada saat ini lengan perenang sudah lurus di depan, perenang telah menyelesaikan
tendangan dan posisi kaki telah lurus. Selanjutnya, perenang dapat kembali memulai
gerakan seperti pada poin 1 dan seterusnya.

Gambar 2.4 Renang Gaya Dada 1.6

Sumber : pandaibelajar.com

2.3 Latihan

2.3.1 Pengertian Latihan


Menurut Bompa dalam Budiwanto (2012:55) mengemukakan pendapatnya bahwa
latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang,
ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi
fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas. Definisi dikemukakan Kent
dalam Budiwanto (2012:59), bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik yang
direncanakan untuk membantu mempelajari keterampilan, memperbaiki kesegaran jasmani
20
dan terutama untuk mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan penting. Menurut
pendapat (Fox, Bowers dan Foss dalam Budiwanto (2012:67), latihan adalah suatu program
latihan fisik untuk mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam menghadapi
pertandingan penting. Peningkatan kemampuan keterampilan dan kapasitas energi
diperhatikan sama. (Bowers dan Fox dalam Budiwanto (2012:62), mengemukakan bahwa
latihan adalah suatu program fisik yang direncanakan untuk memperbaiki keterampilan dan
meningkatkan kapasitas energi seorang atlet untuk suatu pertandingan penting. Pendapat
(Sharkey dalam Budiwanto, 2012:73) bahwa latihan adalah proses yang pelan dan halus,tidak
bisa menghasilkan dengan cepat. Dilakukan dengan tepat, latihan menuntun timbulnya
perobahan dalam jaringan dan sistem, perobahan yang berkaitan dengan perkembangan
kemampuan dalam olahraga. Menurut Venerando dalam Budiwanto (2012:152), latihan
dengan mengulang-ulang secara sistematik bertujuan mencapai keterampilan yang lebih baik.
Definisi latihan menurut Harsono dalam (Setyo Budiwanto, 2012:53), latihan adalah suatu
proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan beban latihan kian
hari kian bertambah. (Suharno dalam Budiwanto, 2012:54), menjelaskan bahwa latihan ialah
suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar untuk mencapai prestasi maksimal
dengan diberi beban fisik dan mental secara teratur, terarah, bertahap, meningkat dan
berulang-ulang waktunya.

2.3.2 Prinsip Latihan


Menurut Sukadiyanto & Muluk (2011:13) menyatakan bahwa “prinsip latihan
merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat
tercapai sesuai dengan yang diharapkan”. Tujuan utama dari latihan adalah untuk
meningkatan kinerja keterampilan (skill) keolahragaan atlet dan, pada akhirnya, level kinerja
pelatihan keolahragaan. Pemakaian secara tepat prinsip-prinsip latihan ini akan menghasilkan
program-program latihan yang superior dan proses pelatihan yang baik dan sesuai bagi atlet.
Adapun kualitas latihan dipengaruhi oleh tahap-tahap berikut : Program latihan untuk
kebanyakan cabang olahraga pada dasarnya dibagi dalam tiga tahap, yaitu; (a) tahap
persiapan (persiapan umum dan persiapan khusus), (b) tahap kompetisi (pra kompetisi dan
kompetisi utama), dan (c) Tahap transisi. Usaha untuk mencapai prestasi optimal dipengaruhi
oleh kualitas latihan. Kualitas latihan ditentukan oleh berbagai faktor antara lain, kemampuan
dan kepribadian pelatih, fasilitas dan peralatan, hasil- hasil penelitian, kompetisi dan
kemampuan atlet yang meliputi bakat dan motivasi, serta pemenuhan gizi atlet. Latihan yang
berkualiats memang sangat diharapkan untuk menghasilkan atlet-atlet yang berprestasi.
21
2.3.3 Plyometric
Menurut Chu & Myer (2013:35). Latihan plyometric adalah bentuk pelatihan populer
yang digunakan untuk meningkatkan kinerja atlet. Ini melibatkan peregangan unit otot tendon
segera diikuti oleh pemendekan unit otot. Proses otot ini diikuti oleh pemendekan cepat
selama siklus pemendekan peregangan atau stretch-shortening cycle (SSC) merupakan bagian
yang tidak bisa terpisahkan dari latihan pliometrik. Proses SSC secara signifikan
meningkatkan kemampuan tendon otot. untuk menghasilkan kekuatan maksimal dalam waktu
sesingkat-singkatnya. 3 hingga 4 minggu Manfaat latihan plyometric sebagai jembatan antara
kekuatan murni, kekuatan dan kecepatan yang berhubungan dengan olahraga.

Latihan plyometric didefinisikan sebagai kegiatan yang melibatkan dan


memanfaatkan mekanisme SSC untuk meningkatkan efisiensi produksi gaya pada sendi atau
untuk meningkatkan kinerja. Secara sederhana, plyometrics didefinisikan sebagai latihan
yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimum dalam waktu sesingkat
mungkin. Karena teknik pelatihan plyometric telah berkembang, pemaparan pelatihan ini dan
terminologi terkait telah mengalami perubahan bentuk. Karena istilah plyometrics adalah
ciptaan kemudian dalam literatur pelatihan Amerika, banyak penelitian fisiologis awal pada
jenis pelatihan dijelaskan dengan nama lain. Istilah yang digunakan oleh para peneliti di
Italia, Swedia, dan Uni Soviet untuk jenis aksi otot yang terlibat adalah siklus pemendekan
peregangan.

Menurut (Donald A. Chu, PhD dan Gregory D. Myer, PhD dalam bukunya bertajuk
Plyometrics 2013: 27) Penelitian telah menunjukkan bahwa angkat berat dengan resistensi
eksternal dan plyometrik sebagai metode pelatihan individu dapat secara efektif
meningkatkan output daya. Hal ini membuat orang berpikir bahwa dengan menggabungkan
kedua sistem, atlet mungkin menunjukkan peningkatan yang lebih besar. Dan ini terbukti
benar, terutama di bidang keterampilan khusus seperti lompat vertikal. Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah mengangkat untuk keluaran daya maksimal, berlawanan dengan
kekuatan maksimal, dapat bermanfaat bagi atlet.

A. Prinsip Latihan Plyometric


Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga,khususnya latihan fisik
secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk
latihan pliometrik. Selain mengikuti latihan olahraga secara umum, latihan pliometrik
juga mengikuti prinsip khusus.
22
Dalam pliometrik ada pedoman-pedoman khusus untuk melakukan latihan yang tepat
dan efektif yang harus diikuti sehingga latihan akan sesuai dengan yang diinginkan,
menurut (JC. Radclifedan Robert C. Farentinos yang diterjemahkan oleh M. Furqon H
dan Muchsin Doewes dalam Saifullah (2023:68) menyebutkan pedoman pelaksanaan
latihan pliometrik antara lain :
a. Pedoman 1 : Pemanasan dan Pendinginan (warm Up dan Warm Down).
Pliometrik membutuhkan kelenturan dan kelincahan, maka semua latihan harus
diikuti dengan periode pemanasan dan pendinginan yang tepat dan memadai. Jogging,
lari, peregangan dan kalistenik sederhana merupakan aktifitas yang sangat dianjurkan
sebelum dan sesudah latihan untuk memperoleh efek latihan yang optimal.

b. Pedoman 2 : Intensitas Tinggi


Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan pliometrik. Kecepatan pelaksanaan
dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal.
Kecepatan peregangan otot lebih penting dari pada besarnya peregangan. Respons
reflex yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-
latihan harus delakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), maka penting untuk
diberikan kesempatan beristirahat yang cukup di antara serangkaian latihan yang terus
menerus.

c. Pedoman 3 : Beban Lebih yang Progresif


Program latihan pliometrik harus diberikan beban lebih yangresistif, temporal dan
spatial. Beban lebih memaksa otot-otot bekerjapada intensitas yang tinggi. Beban
lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet,
beban yangdigunakan dan jarak tempuh. Beban lebih yang tidak tepat dapat
mengganggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cedera.Jadi, dengan
menggunakan beban yang melampaui tuntutan lebihyang resistif dari gerakan-gerakan
pliometrik tertentu dapat meningkatkan kekuatan tetapi tidak meningkatkan power
eksplosive. Beban yang dapat digunakan seperti bola medicine, dumbbell, atausekedar
berat tubuh.

d. Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya dan Meminimalkan Waktu

23
Gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam pliometrik dalam berbagai hal,
titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu dapat dilakukan. Misalnya
dalam nomor tolak peluru, sasaran utama adalah menggunakan gaya maksimum
selama gerak menolak. Makin cepat rangkaian aksi yang dilakukan, maka makin
besar gaya yang dihasilkan dan makin jauh jarak yang dicapai.

e. Pedoman 5 : Lakukan sejumlah Ulangan


Banyaknya ulangan atau repetisi berkisar antara 8 sampai 10 kali dengan semakin
sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk
latihan-latihan yang lebih ringan. Banyaknya ulangan tidak hanya ditentukan oleh
intensitas latihan, tetapi juga oleh kondisi atlet, pelaksanaan tiap ulangan dan nilai
hasil. Mengingat latihan tersebut untuk meningkatkan reaksi syaraf, otot,
keekplosifan, kecepatan dan kemampuan untuk membangkitkan gaya (tenaga) kea rah
tertentu.

f. Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup


Periode istirahat 1 – 2 menit disela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem
neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali.
Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pulih kembali. Periode yang cukup
juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligamen dan tendon.
Latihan pliometrik 2-3 hari perminggu tampaknya dapat memberikan hasil yang
optimal.

g. Pedoman 7 : Bangun Landasan yang Kuat Terlebih Dahulu


Karena landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam pliometrik, maka suatu
program latihan beban harus dirancang untuk mendukung dan bukannya menghambat
pengembangan power eksplosive.

h. Pedoman 8 : Program Latihan Individualisasi


Untuk menghasilkan hasil yang terbaik, program latihan pliometrik dapat
diindividualisasikan, sehingga kita harus tahu apa yang dapat dilakukan oleh tiap- tiap
atlet dan seberapa banyak latihan yang dapat membawa manfaat. Banyak pemuka
dibidang olahraga manyarankan adanya tes-tes yang sederhana guna dijadikan
landasan untuk mengindividualisasikan latihan tersebut, sekalipun misalnya tes
tersebut tidak berdasarkan temuan penelitian yang memadai.
24
B. Bentuk-Bentuk Latihan Plyometric
Pada pelatihan beberapa cabang olahraga, sering kali ditemui bentuk latihan
yang diberikan pelatih berupa latihan melompat-lompat (pliometrik). Latihan ini dapat
dilakukan tanpa menggunakan alat maupun dengan peralatan yang sederhana.
Berdasarkan pada fungsianatomi dan hubungannya dengan gerakan olahraga.
Radcliffe & Farentinos (2002:12), mengklasifikasikan latihan pliometrik menjaditiga
kelompok yaitu latihan untuk pinggul dan tungkai, latihan untuk batang tubuh/togok,
dan latihan untuk tubuh bagian atas”. Latihan pliometrik merupakan kombinasi
latihan isometrik dan isotonik (eksentrik atau memanjang dan konsentrik atau
memendek) dengan pembebanan dinamik.
Berdasarkan pernyataan ahli di atas maka penelitian ini akan berfokus pada bagian
bawah badan atau lower body. Peneliti mencoba untuk meningkatkan kekuatan
dengan menggunakan latihan plyometrics.

Pola gerakan pliometrik sebagian besar mengikuti konsep power chain (rantai
power) yang sebagian besar melibatkan otot pinggul dantungkai. Berkaitan dengan
bentuk-bentuk latihan pliometrik tersebut, terdapat kurang lebih 40 macam latihan
dan berbagai variasinya yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan melatih
power. Latihan pliometrik yang dilakukan untuk meningkatkan power otot tungka
iharus bersifat khusus yaitu latihan yang ditujukan untuk pinggul dantungkai
Beberapa bentuk latihan pliometrik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan anggota gerak bawah antara lain”bounds (meloncat-melambung), hops
(meloncat-loncat), jumps (melompat), leaps (melonjak), skips (melangkah-meloncat),
ricochets (memantul), jumping-in place, standing jump, multiple hop and jump, box
drill, bounding dan dept jump” (Radcliffe & Farentinos, 2015:12).

Salah satu bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan power
dalam latihan pliometrik adalah: jumps (melompat), merupakan bentuk latihan untuk
mendapatkan tinggi maksimal ke arah vertikal. Dalam penelitian ini gerakan
pliometrik yang dipilih adalah standing long jump dan standing jump and reach.
Seperti yang dikemukakan (Bompa, 1994: 132 dalam Ilham, 2016) yang menyatakan
bahwa ”bentuk latihan pliometrik seperti melangkah, melompat, meloncat dengan
satu kaki. Dalam latihan kekuatan otot tungkai menggunakan pliometrik, adabeberapa
25
hal bentuk latihan yang dapat digunakan, ini disesuaikan kekuatan otot yang akan
dilatih. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah untuk melatih kekuatan otot
tungkai yang berhubungan dengan renang gaya dada.

C. Syarat dan Ketentuan Latihan Plyometric


Menurut Chu & Myer (2013:37). Sejak atlet mulai menggunakan pelatihan
plyometric dalam pengembangan kemampuan atlet mereka, para peneliti telah berusaha keras
untuk mencoba memverifikasi efektivitas dan keamanan plyometrics. Seperti yang mungkin
diharapkan, hasildari Studi ini dikolaborasikan. Atlet dari berbagai olahraga dan tingkat
pengkondisian yang sama-sama bervariasi telah di bandingkan dengan atlet yang tidak
terlatih di bawah segala macam variabel dan kondisi.

karena itu, pelatihan plyometric harus dipertimbangkan dalam konteks usia atlet,
tingkat keterampilan, riwayat cedera, dan banyak variabel lain yang membentuk
perkembangan atletiknya. Dengan cara ini, melalui diterapkan penelitian, praktisi dapat
belajar untuk membangun harapan yang realistis. Aturan yang baik adalah bahwa pemula
tetapi secara fisik atlet sekolah menengah harus dapat melakukan jongkok punggung tiga kali
dengan resistensi yang sama dengan berat badan mereka. Pada saat itu, para atlet dapat
dengan aman melakukan kegiatan plyometric tingkat sedang. Ketika atlet mencapai di titik
ini, maka latihan pliometrik biasanya di implementasikan dalam program pelatihan dalam
kombinasi dengan program pelatihan neuromuskuler integrative.

Ada beberapa syarat untuk melakukan latihan pliometrik agar mendapat hasil yang
maksimal dan dapat menghindari terjadinya cidera yaitu:

a. adanya pelatih yang mengontrol latihan


b. harus sudah latihan kekutan sebelumnya
c. memiliki kekutan otot yang baik
d. melkukan pemanasan sebelum latihan
e. memulai latihn dari yang rendah meningkt ketinggi
f. mendrat dengan halus tanpa adanya hentakan keras

2.3.4 Standing Jump and Reach


Lompatan berdiri biasanya dimulai dari posisi tegak dan menekankan maksimal.
Upaya baik dalam arah horizontal atau vertikal. Upaya ini mungkin tunggal atau multiple,

26
dan atlet harus menggunakan ayunan lengan yang sepenuhnya memanjang untuk
mengembangkan sebanyak mungkin kekuatan ke dalam tanah. Lompatan ini sangat baik
untuk Mengembangkan kecepatan start dan akselerasi tubuh

Gambar 5 Standing Jump and Reach

Sumber : researchgate.ne

Cara Melakukan :

Awalan :

I. Posisikan diri berdiri tegak disamping dinding


II. Kedua kaki dilebarkan selebar bahu dan tangan disamping badan
III. Pandangan Kedepan

Lompatan :

I. Menggerakan badan menyerupai gerakan squat


II. Ayunkan kedua tangan kedepan dan kebelakang untuk tolakan
III. Ketika di udara kedua tangan berubah yang sebelumnya di belakang lalu pindah
ke atas.
IV. Posisikan kedua tangan ke atas agar mendapat lompatan yang lebih tinggi

Pendaratan : Menggunakan kedua kaki ketika mendarat seperti orang melakukan gerakan
Squat kembali, lalu berdiri kembali seperti gerakan awal.

2.3.5 Standing Long Jump


Tidak jauh berbeda dengan Gerakan standing jump and reach, gerakan standing long
jump juga hampir sama yang membedakan anatara dua gerakan pliometrik tersebut ialah
tempat dan alat yang di gunakan. Jika standing jump and reach menggunakan dinding sebagai
media nya. Maka di dalam gerakan pliometrik standing long jump menggunakan track dan
juga dalam gerakan ini orang yang memeragakan gerakan tersebut akan berpindah tempat
berbeda dengan standing jump and reach yang tidak berpindah tempat. Ada lagi yang
membedakan gerakan standing jump and reach dan standing long jump yaitu ialah gerakan

27
dalam melompatnya jika standing jump and reach gerakanya ke atas atau vertical maka dalam
gerakan standing long jump adalah horizontal. Selain perbedaan juga ada kesamaan antara
gerakan standing jump and reach dengan standing long jump yaitu pada alat.

Dalam gerakan standing jump and reach dengan standing long jump haruslah
menggunakan sepatu dikarenakan bila tidak memakai sepatu maka kemungkinan besar akan
tergelincir yang akan mengakibatkan adanya insiden yang tidak kita inginkan yang mengarah
ke cidera. Maka dalam latihan pliometrik ini harus lah menggunakan peralatan yang sesuai
agar maksimal dan meminimalisir cidera. Standing long jump mengandalkan ayunan pada
tangan untuk agar melompat lebih jauh. Selain tangan ialah tungkai yang merupakan
kekuatan utama dalam melakukan gerakan ini. Jika seseorang melakukan gerakan ini tidak
memperhatikan gerakanya dengan benar maka jarak lompatanya akan kurang jauh atau tidak
maksimal

Gambar 6 Standing Long Jump

Sumber : workoutlabs.com

Awalan :

I. Berdiri dan sejajarkan kedua kaki dengan bahu


II. Condongkn badan kedepan
III. Ayunkan kedua tangan kedepan lalu belakang
Lompatan :

I. Lakukan gerakan squat


II. Condongkan badan kedepan
28
III. Ayunkan kedua tangan ke depan dan belakang
IV. Lompat sejauh mungkin dengan kedua kak

Mendarat :

Melakukan penaratan dengan menggunkan kedua kaki

I. Sambil menggunkan kedua kaki dengan gerakan squat


II. Kedua tangan didepan atau di tekuk di depan seperti di gambar

2.3.6 Kecepatan
Dalam cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang penting.
Kecepatan menjadi faktor penentu dalam cabang olahraga seperti renang. Menurut
Harsono (2018:145) “Kecepatan (speed) adalah kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya”. Dalam nomor-nomor pendek kecepatan sangat dibutuhkan. Tinggi
rendahnya kemampuan renang atlet dapat dipengaruhi oleh kecepatan. Latihan
kecepatan dapat diberikan setelah atlet memiliki kekuatan, fleksibilitas dan daya tahan
yang baik. Macam-macam latihan kecepatan,diantaranya : interval training,
akselerasi-deselerasi, sprint training. Pada cabang olahraga renang, kecepatan
anggota tubuh seperti lengan atau tungkai sangat berpengaruh dalam memberikan
daya dorong yang lebih cepat. Kecepatan juga sebagai kemampuan bergerak dengan
kemungkinan kecepatan tercepat. Menurut (Ismaryati dalam Hanief, 2012:66),
“Kecepatan kemampuan dasar mobilitas system saraf pusat dan perangkat otot untuk
menampilkan gerakan-gerakan pada kecepatan tertentu”. Gerakan–gerakan kecepatan
dilakukan melakukan perlawanan yang berbeda-beda, misalnya berat badan, berat
besi, air dan sebagainya. Pada renang perlawanan yang dilakukan adalah di air
dilakukan perenang untuk gerak secepat mungkin agar mendapat waktu yang lebih
cepat. Menurut (Pesurnay dan Sidik dalam Hanief, 2012:78), Kecepatan dalam
olahraga ada dua yaitu:
a. Kecepatan adalah kemampuan untuk bereaksi secepat mungkinterhadap
rangsangan. Kecepatan tersebut dinyatakan sebagai waktu reaksi hasilnya adalah

29
kecepatan reaksi.
b. Kemampuan membuat gerak (gerakan) melawan tahanan gerak yang berbeda-
beda dengan kecepatan yang setinggi-tingginya. Kecepatan tersebut di artikan
sebagai kecepatan maksimal yang siklis dan/atau kecepatan maksimal yang asiklis

Menurut (Jarver dalam Hanief, 2012:44), Mengelompokkan faktor-faktor yang


mempengaruhi kecepatan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal seperti umur, tinggi badan, panjang tungkai, dan kebugaran jasmani. Faktor eksternal
seperti suhu dan kelembaban.

2.4 Kerangka Berfikir


Berdasarkan teori di atas dapat digunakan sebagai kerangka berfikir, dalam renang
gaya dada harus mempunyai kemampuan gerakan kaki dan tangan yang baik dan saling
berkesinambungan agar terciptanya renang gaya bebas yang di inginkan. Maka dari
itumelalui metode latihan menggunakan metode plyometricdapat meningkatkan gerakan
kaki dan tangan dalam pengaruh renang gaya bebas. Hal ini dapat dijelaskan pada table
kerangka berfikir sebagai berikut:

Table 2.1 Kerangka Berfkir

Atlet Club Babeh Swimming School


KU III, dan VI

Pre Test

Treatment Latihan Plyometric Standing


Jump and Reach, dan Standing Jump

Post Test

30
Apakah ada pengaruh Latihan plyometric
terhadap atlet renang gaya dada 25M
Hipotesis

Berdasarkan kajian kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :

Ha : Adanya pengaruh bentuk latihan plyometric standing jump and rich, dan standing
long jump terhadap kecepatan renang gaya dada 25M pada Atlet di Club Babeh
Swimming School

Ho : Tidak adanya pengaruh bentuk latihan plyometric standing jump and rich, dan
standing long jump terhadap kecepatan renang gaya dada 25M pada Atlet di Club Babeh
Swimming School

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketat untuk


mengetahui hubungan sebab akibat diantara variable. Tujuan penelitian eksperimen
adalah untuk menyelidiki kemungkinan ada tidaknya hubungan sebab akibat diantara
variable yang diteliti. Peneliti ini menggunakan bentuk latihan plyometric yaitu standing
jump and reach dan standing long jump yang akan diberikan kepada kelompok
eksperimen.

Tabel 3 Pre-test dan Post-test One Group Design Sugiyono (2012)

Group Pre-Test Treatment Post-Test

Experiment O1 X O2

Catatan:

O1 : Tes awal

O2 : Post-test

3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian yaitu bertempat di Kolam renang Universitas

Lampung (Unila), Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro no. 1, Gedong Meneng, Kec.

Raja Basa, Kota Bandar Lampung. Pada hari Sabtu dan Minggu pagi pada pukul 08.00

WIB sampai dengan selesai.

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian

32
Populasi adalah bidang umum yang terdiri dari objek/topik dengan kualitas dan

karakteristik tertentu, yang peneliti terapkan untuk penelitian dan menarik kesimpulan

(Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah atlet KU III dan

VI di Club Renang Babeh Swimming School.

Menurut (Sugiyono, 2017) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, maka pemneliti dapat menggunakan sampel itu, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

betu-betul represensatif (mewakili). Peneliti menggunakan salah satu teknik sampling

yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sample. Hal ini sering dilakukan bila jumlah

popiulasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin yang ingin

membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. (Sugiyono, 2017).

Tabel 3.2 Sampel Penelitian


Jenis Kelamin
NO Kelompok Umur (KU) Total
Putera Puteri
1 KU IV. 10 Tahun ke bawah 7 3 10
2 KU III. Usia 11 – 12 tahun 6 4 10
Total 20
Sumber : Pelatih Club Babeh Swimming School Lampung

3.3 Variabel Penelitian

Variabel ditentukan oleh peneliti apapun bentuknya untuk memperoleh informasi

yang relavan dan kemudian menarik kesimpulan (Sugiyono, 2015). Adapun menurut
33
(Arikunto, 2014) Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian, dalam pengertian ada hubungan ketergantungan antar variabel. Dalam

penelitian ini terdapat variabel bebas dan terikat. Variabel dalam penelitian ini yaitu

pengaruh . Memiliki definisi yaitu suatu dorongan atau ketertarikan siswa dari dalam

diri atau luar dalam megikuti pembelajaran metode latihan menggunakan media papan

luncur dan pull buoy terhadap teknik renang gaya bebas pada Kelompok Umur (Ku) III

dan VI di club renang babeh swimming school.

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi atau nilai yang jika

muncul maka akan memunculkan (mengubah) kondisi atau nilai yang lain. Menurut

(Sugiyono, 2017). Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

menyebabkan perubahan atau munculnya suatu variabel dependen (variabel dependen).

Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang

menjadi penyebab atau memiliki kemungkinan teoritis berdampak pada variabel lain.

Variabel bebas umumnya dilambangkan dengan huruf X. (Purwanto, 2019).

Penelitian ini memiliki variabel bebas yaitu: Latihan plyometric

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang secara struktur berpikir

keilmuan menjadi variabel yang disebabkan oleh adanya perubahan variabel lainnya.

Variabel tak bebas ini menjadi primary interest to the researcher atau persoalan pokok

bagi si peneliti, yang selanjutnya menjadi objek penelitian. Dengan demikian, variabel

dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Sehingga variabel ini merupakan variabel terikat yang

besarannya tergantung dari besaran variabel indpenden ini, akan memberi peluang
34
terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan

dalam variabel independen. Artinya, setiap terjadi perubahan sekian kali satuan varibel

dependen, diharap akan menyebabkan variabel dependen berubah sekian satuan juga.

Sebalikanya jika terjadi diharapkan akan menyebabkan perubahan (penurunan) variabel

dependen sekian satuan juga. Dengan demikian variabel dependen mempunya ciri:

 Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain

 Asepek tingkah laku yang diamati dari suatu organiseme yang dikenai stimulus

 Faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh.

3.4 Teknik dan Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian Sugiono (2015:148) adalah alat untuk mengukur fenomena

sosial dan alam yang diamati. Hal ini dapat mempermudah untuk mengetahui tingkatan

yang di teliti sehingga akan menghasilkan sebuah hasil. Instrumen penelitian adalah

alat atau sarana yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data, dalam arti yang

lebih akurat, lengkap dan sistematis, pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

sehingga lebih mudah diolah Arikunto (2014:136).

35
Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Renang Gaya Dada
SKOR
No GERAKAN YANG DIAMATI
5 4 3 2 1
A Posisi tubuh
1 Posisi lengan, kepala, bahu, panggul, dan
Kaki
2 Perbandingan posisi tungkai dengan lengan
3 Arah pandangan
B Gerakan Lengan
1 Posisi awal lengan
2 Gerakan membuka lengan
3 Gerakan menarik (pull)
4 Gerakan mengapit kedua sikut
5 Gerakan mendorong lengan (push)
C Gerakan Kaki
1 Gerakan menarik kedua tungkai
2 Gerakan memutar pergelangan kaki
3 Gerakan dorongan telapak kaki
4 Gerakan meluruskan dan merapatkan
Tungkai
D Gerakan Pernafasan
1 Fase menghirup udara
2 Fase membuang udara (meniupkan nafas)
E Gerakan Koordinasi
1 Koordinasi gerakan lengan dan bernafas
2 Koordinasi gerakan tungkai dan bernafas
3 Koordinasi gerakan lengan, tungkai, dan
Bernafas
Jumlah

Keterangan:
5 = Baik sekali, 4 = Baik, 3 = Sedang, 2 = Kurang, dan 1 = Kurang sekali (Cahyana, 2015).
Format penilaian ini dibuat berdasarkan kajian teori tentang teori teknik renang gaya dada
(teori dari posisi tubuh, teori dari gerakan lengan, teori dari gerakan kaki, teori dari
pernafasan, dan teori dari koordinasi gerak) dan kesimpulan konsep teknik renang gaya
bebas pada kajian teori. Untuk memberikan pemahaman dan penafsiran yang sama bagi
penilai (judgement) terhadap point tersebut maka dapat dibuat petunjuk penentuan point
sebagai berikut :

36
Tabel 3.4 Petunjuk Penentuan Point Penilaian
Point Keterangan
Jika testee dapat melakukan gerakan secara sempurna (tanpa ada
5
kesalahan)
4 Jika testee melakukan 1 kesalahan untuk setiap gerakan
3 Jika testee melakukan 2 kesalahan untuk setiap gerakan
2 Jika testee melakukan 3 kesalahan untuk setiap gerakan
1 Jika testee melakukan lebih dari 3 kesalahan untuk setiap gerakan

Tabel 3.5 Norma Penilaian


Interval Kelas
Kategori
Persentase Skor (%)
81 – 100 Baik sekali
61 – 80 Baik
41 – 60 Sedang
21 – 40 Kurang
00 – 20 Kurang sekali
Sumber : Arikunto (2010:42)

3.4.2 Uji Validitas

Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, maka terlebih dahulu

dilakukan uji coba instrumen di lapangan. Hal ini dilakukan agar mengetahui validitas

dan reliabilitas instrumen ini akan diketahui butir soal yang sahih dan butir yang gugur.

Butir soal yang gugur tidak disertakan penelitian sebenarnya. Menurut Sugiyono (2015:

172) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul

dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Suatu instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid

berarti berarti memiliki validitas rendah. Uji validitas adalah prosedur pengujian untuk

memeriksa apakah instrumen dapat mengukur dengan benar. Validitas adalah derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan kemanjuran yang

37
dilaporkan oleh peneliti, jadi data yang valid adalah data yang tidak memiliki

perbedaan antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sebenarnya

terjadi pada objek penelitian. Instrumen penelitian yaitu soal tes literasi numerasi

terlebih dahulu dilakukan validasi sebelum dilakukan penelitian. Rumus yang

digunakan untuk menghitung validitas tes adalah korelasi product moment (Lestari dan

Yudhanegara, 2015).

Validitas merupakan indeks yang menunjukan bahwa alat ukur itu memberikan

hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran atau benar-benar

mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dilakukan jika variabel yang

digunakan dalam penelitian adalah variabel laten. Variabel laten merupakan variabel

yang tidak dapat dihitung secara langsung sehingga dibutuhkan sebuah variabel

manifes yang digunakan untuk mendapatkan nilai dari sebuah variabel laten. Variabel

manifes merupakan komponen dari sebuah konsep yang dapat memberikan indikasi

terhadap variabel laten. Variabel manifes sering disebut dengan indikator. (Sukendra &

Atmaja, 2020)

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017) bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian

yang dapat di artikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Lalu metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.

Metode penelitian eksperimen ini juga sebagai bagian dari metode kuantitatif yang

memiliki ciri khas tersendiri, terutama adanya kelompok kontrolnya. Berdasarkan

definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian eksperimen

38
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu

treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen

adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu

perlakuan/treatment terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada

tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes melakukan Passing. Data

yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data pre-test melakukan tes

passing ke papan sebelum sampel diberikan perlakuan/treatment, dan data post-test

setelah sampel diberikan perlakuan/treatment dengan menggunakan metode latihan

Small Sided Games. Program latihan yang dilakukan oleh peneliti selama satu

bulan, latihan dilakukan empat kali pertemuan dalam satu minggu, yaitu hari Senin,

Selasa mulai pukul 15.00 – 17.00 WIB. Dan Sabtu dan Minggu mulai pukul 08.00

– 10.00 WIB.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan data deskriptif kuantitatif.

Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan setelah mengumpulkan data dari seluruh

responden (Sugiyono, 2013). Sebelum masuk pada uji hipotesis, maka perlu

melaksanakan uji prasyarat terlebih dahulu. Pengujian data dalam hasil pengukuran

pada saat penelitian dimaksudkan untuk membantu meningkatkan pencarian hasil

penelitian agar menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilanjutkan

dengan uji normalitas dan uji homogenitas data.

3.5.1. Uji Normalitas

Sebelum di berlangsungkan uji-t, syarat yang perlu peneliti penuhi, yaitu data

yang akan dianalisis pada program spss harus berdistribusi normal, oleh karena itu

39
perlu dilakukan uji normalitas, yang tidak lain adalah uji sebaran normal dari data

menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov Test dapat dianalisis menggunakan bantuan

SPSS .

3.5.2. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan untuk menemukan dua atau lebih kelompok data

sampel dari suatu populasi dengan variansi yang sama. Jika nilai signifikansi > 0,05

maka distribusi data adalah homogen sedangkan nilai signifikansi < 0,05 maka

distribusi data tidak homogen.

3.5.3. Uji Hipotesis

Pengujian ini dilakukan dengan bantuan SPSS dengan cara melihat berapa selisih

dari pre-test dan post-test berpengaruh atau tidak terhadap kemampuan gerakan kaki

dan tangan pada renang gaya bebas . Peneliti akan menggunakan uji t dalam bantuan

SPSS . Uji t nilai signifikansi < 0.05 serta nilai t hitung > nilai t tabel. Jika nilai t-

hitung lebih kecil dari t-tabel maka Ha ditolak atau penelitian tidak berhasil dan jika t-

hitung lebih besar dibanding t-tabel maka Ha diterima atau penelitian berhasil.

40
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal, Damrah, & Umar. (2019). Pengaruh Latihan Plyometrik Melompat Melewati
Rintangan Dengan Dua Kaki & Satu Kaki Ke Depan Dan Latihan Plyometrik
Melompat Melewati Rintangan Dengan Dua Kaki & Satu Kaki Ke Samping Terhadap
Kemampuan Power Otot Tungkai. Jurnal Pendidikan Rokania, 4(2), 198–208.
Anastain. (2012). Sumbangan Kekuatan Otot Tungkai pada Jauhnya Luncuran dalam
Renang. JPUNESA: Jurnal UNESA Library, 1(2), 10–19.
Arikunto, S. (2016). Proses Penelitian Suatu Pendekatan (8th ed.). PT Asdi Mahasatya.
Armen, & Meiriani. (2020). Teori Pembelajaran Renang Dasar. Padang: LPPM Universitas
Bung Hatta.
Becker, A. D., Masoud, H., Newbolt, J. W., Shelley, M., & Ristroph, L. (2015).
Hydrodynamic Schooling of Flapping Swimmers. Nature Communications, 6(1), 1–
11.
Budiwanto, S. (2012). Metodologi Latihan Olahraga. Malang: UM Press.
Chu, D. A., & Myer, G. (2013). Plyometrics. United State of America: Human Kinetics.
Dewi, K. A. K., Rusmayani, N. G. A. L., Indrawan, I. K. A. P., & Hita, I. P. A. D. (2022).
Perbandingan Pengaruh Pelatihan Calf Raise, Jump Rope, Dan Butt Kick Terhadap
Peningkatan Kekuatan Dan Kecepatan Otot Tungkai Dalam Olahraga Renang. Jurnal
Kejaora (Kesehatan Jasmani Dan Olah Raga), 7(1), 56–63.
Dumadi, D., & Kasiyo. (1992). Renang Materi Metode Penilaian. Jakarta: Depdikbud.
Evans, A. B., & Sleap, M. (2013). “ Swim for Health”: Program Evaluation of a Multiagency
Aquatic Activity Intervention in the United Kingdom. International Journal of
Aquatic Research and Education, 7(1), 24–38. https://doi.org/10.25035/ijare.07.01.04
Gunawan, A. P., Achmad, I. Z., & Resita, C. (2020). Tingkat Pemahaman Aktivitas Renang
Pada Siswa. Jurnal Pendidikan Olahraga, 9(2), 155–169. https://doi.org/10.31571/
jpo.v9i2.1899
Hanief, Y. N. (2012). Pengaruh Latihan Pliometrik Dan Panjang Tungkai Terhadap
Kecepatan Renang Gaya Dada 50 M Pada Mahasiswa Pembinaan Prestasi Renang
JPOK FKIP UNS Tahun 2012 (Studi Eksperimen Latihan Knee-Tuck Jump dan
Double Leg Box Bound di Pembinaan Prestasi Renang JPO. Surakarta: UNS (Sebelas
Maret University).

41
Harsono. (2018). Latihan Kondisi Fisik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

Ilham, I. (2016). Latihan Poliometrik Terhadap Kemampuan Dan Keterampilan Shooting Fre
Throw Bolabasket (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Fik Univ. Jambi). Jurnal
Performa Olahraga, 1(02), 187–204. https://doi.org/10.24036/JPO86019
Irawan, D., & Nidomuddin, M. (2017). Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dan Otot Tungkai
Dengan Prestasi Renang Gaya Dada 50 Meter. JP. JOK (Jurnal Pendidikan Jasmani,
Olahraga Dan Kesehatan), 1(1), 48–56.
Kurniawan, I. (2019). Peta Konsep Materi Renang. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Lucero, B. (2013). 100 More Swimming Drills. Aachen: Meyer & Meyer Verlag.
Mahfud, I., & Fahrizqi, E. B. (2020). Pengembangan Model Latihan Keterampilan Motorik
Melalui Olahraga Tradisional Untuk Siswa Sekolah Dasar. Sport Science and
Education Journal, 1(1), 31–37.
Maksum, A. (2012). Metodologi Penelitian. Surabaya: Unesa University.
Mohammadi, R., Sadeghi, H., & Barati, A. H. (2014). The Effect of Plyometric Exercises On
The Selected Biomechanical Parameters Of Breaststroke Among Male Swimmers
Aged 10-14. International Journal of Sport Studies, 4(3), 277–283.
Narlan, A., & Juniar, D. T. (2020). Pengukuran Dan Evaluasi Olahraga (Prosedur
Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran Dalam Olahraga Pendidikan Dan Prestasi).
Yogyakarta: Deepublish.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan II). Jakarta: Rineka
Cipta.
Nugraha, E. (2013). Didaktik Metodik Pengajaran Renang. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Oxford, S. W., James, R. S., Price, M. J., Payton, C. J., & Duncan, M. J. (2017). Changes In
Kinematics And Arm-Leg Coordination During A 100-M Breaststroke Swim. Journal
of Sports Sciences, 35(16), 1658–1665.
https://doi.org/10.1080/02640414.2016.1229012
Pemerintah RI. (2022). Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan
T.E.U. Indonesia. Jakarta: Pemerintah RI.
Pratama, A. B., & Rahayu, S. (2014). Pengaruh Viskositas Air Kolam Renang Terhadap
Kecepatan Renang Gaya Crawl. Journal of Sport Science and Fitness, 3(2), 17–24.

42
https://doi.org/10.15294/jssf.v3i2.6217
Prawira, A. Y., Prabowo, E., & Febrianto, F. (2021). Model Pembelajaran Olahraga Renang
Anak Usia Dini: Literature Review. Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(2), 300–308.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i2.995
Sugiyono, D. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan

R&D.Sugiyono, F. X. (2017). Neraca Pembayaran: Konsep, Metodologi Dan

Penerapan (Vol. 4). Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (Ppsk) Bank

Indonesia.

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik, 6115(1), 196–
215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554
Radcliffe, J. C., & Farentinos, R. C. (2002). Plyometric: Untuk Meningkatkan Power. United
State of America: Human Kinetics Publisher Inc.
Radcliffe, J., & Farentinos, R. (2015). High-Powered Plyometrics, 2E. United State of
America: Human Kinetics.
Ramadhan, T. M., & Purnamasari, I. (2020). Dampak Latihan Single Leg Speed Hop dan
Double Leg Speed Hop terhadap Power Tungkai dan Kecepatan Renang Gaya Dada.
Jurnal Kepelatihan Olahraga, Universitas Pendidikan Indonesia, 12(2), 101–108.
Retrieved from https://ejournal.upi.edu/index.php/JKO/article/view/25675
Rasyid, H., Setyakarnawijaya, Y., & Marani, I. N. (2017). Hubungan Kekuatan Otot Tungkai
Dan Kekuatan Otot Lengan Dengan Hasil Renang Gaya Bebas 50 Meter Pada Atlet
Millennium Aquatic Swimming Club. Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education,
1(1), 71–85.
Roesdiyanto. (2019). Kepelatihan Dalam Kegiatan Olaharaga. Malang: Wineka Media.
Saifullah, A. M. (2023). Pengaruh Latihan Plyometrics Terhadap Kecepatan Renang Gaya
Dada 25 Meter. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sarie, F., Sutaguna, I. N. T., Suiraoka, I. P., Darwin Damanik, S. E., Efrina, G., & Sari, R.
(2023). Metodelogi penelitian. Surabaya: Cendikia Mulia Mandiri.
Setiawan, A. (2015). Tingkat Pemahaman Orang Tua Atlet Renang Kelompok Umur Empat
(KU IV) tentang Gizi di Klub Renang Indonesia Star Aquatic Jakarta Timur. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
43
Setyawan, F. O., Luthfi, O. M., Yamindago, A., Asadi, M. A., & Dewi, C. S. U. (2022).
Teknik Renang Tingkat Pemula: Gaya Bebas dan Gaya Dada. Malang: Universitas
Brawijaya Press.
Shava, I., Kusuma, D. W. Y., & Rustiadi, T. (2017). Latihan Plyometrics Dan Panjang
Tungkai Terhadap Kecepatan Renang Gaya Dada Atlet Renang Sumatera Selatan.
Journal of Physical Education and Sports, 6(3), 266–271.
Subagyo. (2017). Pendidikan Olahraga Renang Dalam Perspektif Aksiologi. Yogyakarta:
LPPM UNY.
Subagyo. (2018). Belajar Berenang Bagi Pemula. Yogyakarta: LPPMP UNY.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kualitatif (4th ed.). Bandung: Alfabeta.
Sukadiyanto, & Muluk, D. (2011). Pengantar Teori Dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung:
Lubuk Agung.
Suryana, S. (2012). Kontribusi Kekuatan Lengan Dan Daya Ledak Tungkai Terhadap
Kemampuan Renang Gaya Dada Pada Mahasiswa FIK UNM. Makassar: Universitas
Negeri Makassar.
Susanto, E. (2010). Manfaat Olahraga Renang Bagi Lanjut Usia. Medikora, 2(1), 53–64.
https://doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4669
Yulianto, F. (2015). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Renang Gaya Dada Melalui
Penerapan Gaya Mengajar Inklusi Pada Siswa Kelas XTBA SMK Negeri 2 Surakarta
Tahun Ajaran 2014/2015. Surakarta: UNS (Sebelas Maret University).

44

Anda mungkin juga menyukai