Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Perilaku Hubungan
Antar Parameter Hidrolis Air Loncat Melalui Pintu Sorong Pada Saluran Air Terbuka ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Drs.
Djoni Irianto, MT. selaku Dosen mata kuliah Mekanika Fluida yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Biomekanik adalah studi tentang kekuatan dan pengaruhnya terhadap sistem kehidupan.
- Peningkatan performa.
2. Tujuan utama dari latihan dan olahraga biomekanik adalah peningkatan kinerja dalam
latihan atau olahraga
- Perbaikan Teknik.
3. Pelatih dan guru menggunakan biomekanik untuk menentukan tindakan apa yang dapat
meningkatkan kinerja.
- Perbaikan Peralatan
- Peningkatan Pelatihan.
4. Analisis kekurangan teknik atlet dapat membantu Pelatih atau guru dalam
mengidentifikasi jenis pelatihan yg dibutuhkan atlet untuk peningkatan.
5. Beberapa percaya bahwa pencegahan dan rehabilitasi cedera harus menjadi tujuan utama
dari latihan dan olahraga biomekanik.
Tolak peluru merupakan salah satu nomor perlombaan atletik. Nomor ini diperlombakan
untuk kategori pria dan wanita. Berat peluru untuk kategori wanita adalah 4 kilogram dan
untuk kategori pria 7,26 kilogram. Peluru terbuat dari besi keras, kuningan atau logam lain
dan tidak boleh lebih lunak dari kuningan, atau kulit metal yang keras diisi dengan timah atau
materil lain.
Dalam perlombaan tolak peluru, gerakan-gerakan atlit dalam usahanya untuk melaksanakan
tolakan harus dilakukan di dalam sebuah lapangan yang dibatasi oleh sebuah lingkaran
dengan garis tengah 2,135 m. Peluru harus jatuh di dalam sebuah sektor yang dibatasi oleh
dua garis lurus yang ditarik dari pusat lingkaran ke ujung-ujung bususr pada lingkaran
dengan besar sudut 40 derajat.
Dalam tolak peluru terdapat gerakan awalan mengatur posisi kaki, salah satu kaki
ditempatkan di muka batas belakang lingkaran, kaki lainnya diletakkan di samping kiri
selebar badan segaris dengan arah lemparan. Bersamaan dengan ayunan kaki depan, kaki
belakang menolak ke arah lemparan dan mendarat di tengah lingkaran. Sewaktu kaki terkuat
mendarat, badan dalam keadaan makin condong ke samping tangan pelempar. Bahu sisi
tangan pelempar lebih rendah dari bahu lainnya. Lengan lainnya membantu mempelihara
keseimbangan pada sikap semula. Dari sikap penolakan peluru, tanpa berhenti harus segera
diikuti dengan gerakan menolak peluru. Jalannya dorongan atau tolakan pada peluru harus
lurus satu garis. Sudut lemparan kurang dari 45o. Sesudah menolak peluru, membuat gerak
lompatan untuk menukar kaki kanan ke depan. Bersamaan dengan mendaratnya kaki kanan,
kaki kiri di tarik ke belakang demikian pula dengan lengan kiri untuk memelihara
keseimbangan.
Selanjutnya gerakan dalam lempar lembing dapat dianalisis dan dihubungkan dengan
prinsip-prinsip dalam biomekanika.
Gerakan Keseluruhan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Peluru siap dipegang dan diletakkan pada pangkal leher (dengan tangan kanan).
2. Sikap pemula berdiri membelakangi arah tolakkan. Kaki kanan tegak, kaki kiri terjulur
agak lurus dan rileks kebelakang berpijak pada ujung kaki. Barat badan sebagian besar
berada pada kaki kanan. Pandangan kebawah atau kedepan (sekitar 5-10 meter). Pada
posisi ini seluruh bagaian badan rileks, sambil berkonsentrasi dan mengatur pernapasan.
3. Secara bersamaan, badan dicondongkan kedepan dan kaki kiri diangkat rileks
keatas hampir datar dengan tanah, lengan kiri turun-lurus-lemas kedepan-bawah.
Kemudian lutut kanan dan lutut kiri sama-sama ditekuk, sehingga paha kanan hampir
menyentuh dada.
4. Dari posisi ini, lutut kiri segera diluruskan/dijejakkan/diayunkan cepat kebelakang
dengan disertai tolakkan kaki kanan (lutut samping lurus). Tolakkan kaki kanan
kebelakng ini harus rendah saja dan secepat mungkin agar gerakkan meluncur gerakkan
ini berjalan lancar dan tidak melambung. Selama meluncur kebelakang badan tetap
rendah dan condong kedepan serta masih membelakangi arah tolakkan.
5. Akhir dari luncuran kebelakang tadi diawali dengan mendaratnya kaki kanan terlebih
dahulu kira-kira pada pusat lingkaran, disusul kaki kiri berpijak agak disebelah kiri dan
garis tengah, bagian ujung kaki hampir atau sedikit menyentuh bidang dalam balok
penahan. Pada saat kaki ini berpijak, disinilah terjadi sikap/posisi menolak.
6. Dari sikap/posisi menolak ini, peluru segera ditolakkan.
- M. Coracobrachiali
O = processus coracoideus
I = pertengahan humerus
- M. Supraspinatus
O = fossa supraspinata scapulae
I = tuberculum majus humeri bagian atas
Jenis Pengungkit Ke 3
Gerakan ini memiiki gaya yg ter letak antara beban peluru dan sumbu putaran badan
2. Posisi Punggung
Pada saat tahap awal posisi punggung membungkuk untuk menahan berat peluru yang
dibawahnya.
Sendi yang berfungsi :
- Articulatio lumbalo sacralis
Otot yang digunakan :
- M. Psoas Minor
- M. Psoas Mayor
3. Posisi Tungkai
Posisi lutut saat tahap persiapan fleksibel sehingga memudahkan untuk gerakan
selanjutnya.
Sendi yang berfungsi :
- Articulatio Genue
- Articulatio Coxae
Otot yang digunakan :
- M. Bicep Femoris
b. Tahap Pelaksanaan
1. Gerakan kaki
Kaki kiri diayunkan ke depan dan ke belakang untuk membuat lecutan terbaik untuk
persiapan menolak peluru.
Sendi yang berfungsi :
- Articulatio Coxae
Sendi ini di bentuk oleh caput femoralis dan acetabulum.- M. Gluteus Maximus
- M. Iliacus
Sumbu : Frontal
Bidang : Sagital
Gerakan : Abduksi
Jenis Pengungkit ke 1
2. Gerakan Melangkahkan Kaki
Setelah Peluru dilepas kaki kanan dilangkahkan kedepan untuk membuat gerakan
selanjutnya.
Sendi yang berfungsi :
- Articulatio Coxae
- Articulatio Genue
Otot yang digunakan :
- M. Quadricep Femoris
- M. Rectus femoris
Sumbu yang dibuat oleh kaki : Lateral
Bidang tubuh yang dihasilkan : sagital
Gerakan lanjutan badan setelah peluru lepas dari tangan : Abduksi
Terdapat pengungkit jenis 1 yang di;akukan saat melakukan gerakan lanjutan.
C. Analisa Gerak Tolak Peluru ditinjau dari External Force
Kekuatan eksternal adalah kekuatan yang bekerja pada suatu benda sebagai hasil dari
interaksi lingkungan sekitar. Kita dapat mengklasifikasikan kekuatan eksternal sebagai kontak
langsung atau kekuatan kontak tidak langsung. Sebagian besar kita berpikir tentang kontak
kekuatan langsung. Yaitu ketika terjadi objek menyentuh bidang satu sama lainnya (Peter M.
McGinnis : 22).
Menurut pandangan Biomekanika, tolak peluru termasuk jenis keterampilan yang diklasifikasikan
dalam : Melontarkan objek untuk mencapai jarak horisontal maksimal. Selain tolak peluru, termasuk
dalam klasifikasi ini adalah , lempar cakram, lempar lembing, lontar martil dan lompat jauh.
Melontarkan peluru berarti menggerakkan benda/objek, dan agar objek bergerak ke suatu jarak tertentu
diperlukan tenaga (force). Tenaga (force) ini diperlukan untuk melawan gaya grafitasi yang bekerja pada
setiap benda yang berada di bumi. Gaya gravitasi atau gaya tarik bumi ini bekerja menarik setiap benda
kea rah pusat bumi. Untuk menggerakkan sebuah benda makin menjauhi pusat bumi maka makin besar
juga tenaga yang harus dikerahkan. Lintasan peluru dalam tolak peluru dalam konsep biomekanika bisa
disebut sebagai proyektil dalam olahraga. Atau bisa juga disebut sebagai gerak parabola.
Berdasarkan keterangan di atas Faktor-faktor yang mempengaruhi jauhnya tolakan dalam tolak peluru :
1. Besarnya kecepatan awal peluru pada saat lepas dari tangan,
2. Besarnya sudut tolakan
3. Ketinggian peluru saat lepas dari tangan.
Untuk memperjelas hal ini, berikut disajikan gambar faktor-faktor yang berhubungan dengan jarak
horisontal benda yang menjalani gerak parabola.
a. Jika peluru atau benda ditolak dengan kecepatan yang sama, tetapi pada saat lepas dari tangan dengan
ketinggian yang berbeda (h1 dan h2), maka akan menghasilkan jarak horisontal yang berbeda (h2 > h1).
Perbedaan ketinggian saat peluru lepas dari tangan terutama tergantung pada postur tubuh atau tinggi
badan atlit dan teknik menolak.
Untuk membuktikan hal tersebut berikut ini diberikan contoh soal; Dalam tolak peluru, diketahui
kecepatan awal peluru saat lepas dari tangan (Vo)= 10m/d, sudut tolakan = 450
Dan percepatan grafitasi g= 10m/d2. Tolakan pertama ditolak pada ketinggian 1.70 m dan tolakan kedua
pada ketinggian 2 m, maka jarak yang terjauh dari kedua tolakan adalah pada ketinggian?
Pada ketinggian 1.70 m
- Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x
V02 Sin 2 102 Sin 90 100
Xh = = = = 5 m
2g 2 x 10 20
- Mencari jarak vertical dari ketinggian tolak (1.70m) sampai puncak parabola.
Vo2 Sin2 102 X 0.5 100 x 0.5 50
Yh = = = = = 2.5
2g 2 x 10 20 20
- t = 2 ( Y + Yh ) = 2 (2 + 2.5) = 0.95 dt
g 10
- t = 2 ( Y + Yh ) = 2 (2 + 5.6) = 1.23 dt
g 10
- Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah
Pada gambar c. Jika peluru ditolak dari ketinggian yang sama dengan kecepatan awal sama, maka jarak
horisontalnya ditentukan oleh sudut elevasinya, yaitu sudut yang dibentuk oleh arah tolakan dengan
bidang horisontal.
Sudut elevasi yang akan mengahsilkan jarak horizontal terjauh dari suatu benda yang bergerak menurut
lintasan parabola tergantung pada letak bidang tempat mendaratnya. Ada tiga model tempat mendarat
dalam gerak lintas parabola :
1. Tempat mendarat sama tinggi atau satu bidang horisontal dengan titik lepas benda. Sudut yang paling
baik adalah 45 derajat dengan bidang horisontal.
2. Tempat mendarat lebih rendah dari titik lepas benda atau sama tinggi dengan bidang tempat melempar
maka sudut yang paling baik adalah 40 derajat.
3. Tempat mendarat lebih rendah dari pada tempat tumpuan pelempar, maka sudut yang paling tepat
adalah 30 derajat. Lihat gambar berikut :
Analog dengan Contoh di atas dengan ketinggian tolak 2 m pada sudut tolakan 40 derajat.
- Mencari jarak tolak (X) sampai puncak parabola dalam sumbu x
V02 Sin 2 102 Sin 80 100x0.98
Xh = = = = 4.9 m
2g 2 x 10 20
- t = 2 ( Y + Yh ) = 2 (2 + 2 ) = 0.89 dt
g 10
- Mencari jarak tolak (X) dari puncak parabola sampai tanah
4. Momen Inersia
Momen Inersia merujuk pada sebuah kecenderungan untuk mempertahankan posisinya. Benda
dalam keadaan diam cenderung susah untuk bergerak tetapi jika sudah bergerak maka susah untuk
menghentikannya. Momen inertia ini terjadi pada fase persiapan dan fase gerak lanjutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Ke depan, fungsi dan peranan biomekanika adalah sangat penting. Tidak hanya untuk membuat
gerakan semakin efektif tetapi juga sebagai kontrol suatu kebenaran gerak melalui pendekatan
scientifik.