Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH LATIHAN LAT PULL DOWN DAN KATROL DARAT TERHADAP

KEKUATAN LENGAN ATLET RENANG GAYA KUPU-KUPU KOP RENANG


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Disusun Oleh:
Alvia Azzahra Damayanti
1602619089

Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Seminar Proposal Skripsi

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...............................................................................................................................3
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................................................5
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................................................5
D. Perumusan Masalah......................................................................................................................6
E. Kegunaan Penelitian......................................................................................................................6
BAB II.........................................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI.............................................................................................................................................7
A. Deskripsi Konseptual.....................................................................................................................7
B. Kerangka Berpikir.........................................................................................................................11
C. Hipotesa Penelitian......................................................................................................................12
BAB III......................................................................................................................................................13
METODELOGI PENELITIAN.......................................................................................................................13
A. Tujuan Penelitian.........................................................................................................................13
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................................................13
C. Metode Penelitian.......................................................................................................................13
D. Populasi dan Sampel....................................................................................................................13
E. Instrumen Penelitian...................................................................................................................14
F. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................................................14
G. Teknik Pengelolaan Data..............................................................................................................14
H. Teknik Analisis Data.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan olahraga renang saat ini semakin menunjukan kemajuan, hal ini terbukti
dengan banyaknya peminat dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, dewasa hingga
lansia sesuai dengan tujuan masing-masing individu. Olahraga renang juga memiliki
manfaat yang besar diantaranya membentuk otot, karena pada saat berenang semua otot
dalam tubuh bergerak, pada saat bergerak dalam air, tubuh mengeluarkan energi yang lebih
besar karena harus melawan tahanan air sehingga dapat menguatkan dan melenturkan
persendian dalam tubuh. Olahraga renang dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan juga
bisa meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Menurut Badruzaman
(2015:3), dalam Rizkiyansyah dan Mulyana (2019, p. 113) Renang adalah “Upaya
mengapungkan atau mengangkat tubuh ke atas permukaan air”. Selanjutnya menurut
Solihin dan Sriningsih (2016, p. 5), berpendapat bahwa “Olahraga renang mengharuskan
seseorang untuk menggerakan tangan dan kaki sehingga dapat mengapung dan bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain”. Dengan demikian hampir seluruh komponen tubuh
bergerak mulai dari gerakan kaki, tangan dan pernafasan. Hal ini dapat menjadikan setiap
gerakan menjadi sebuah rangkaian sistematis yang lebih efektif dan efisien.
Renang menurut Teguh (2016:152) adalah olahraga yang melombakan kecepatan atlet
renang dalam berenang. Sedangkan menurut Akhmad olih sohlihin dan Sriningsih (2016:28)
Renang merupakan bagian dari olahraga air yang mengharuskan atletnya untuk melakukan
gerakan yang efektif dan efisien, hal tersebut dikarnakan cabang olahraga ini menuntut
kecepatan yang maksimal untuk menghasilkan catatan waktu terbaik hingga finish sama
halnya dengan cabang olahraga atletik nomor lari. Bersama-sama dengan loncat indah,
renang indah, renang perairan terbuka, dan polo air peraturan perlombaan renang ditetapkan
oleh badan dunia bernama Federasi Renang Internasional (FINA). Persatuan Renang
Seluruh Indonesia (PRSI) adalah induk organisasi cabang olahraga renang di Indonesia.
Gaya renang yang diperlombakan adalah gaya bebas, gaya dada, gaya kupu-kupu, gaya
punggung dan Menurut Teguh (2016:153). Renang gaya bebas adalah renang yang
dilakukan dengan sikap tubuh telungkup dan gerakan kedua kaki menyerupai gerakan katak
untuk berenang diperlukan penguasaan teknik dasar. Renang gaya dada adalah disebut juga
denagan renang gaya katak, definisi gaya dada adalah cara berenang dengan posisi dada
menghadap ke permukaan air, batang tubuh selalu dalam keadaan tetap, sedangkan kedua
belah kaki menendang ke arah luar dan kedua belah tangan diluruskan ke depan. Kedua
belah tangan dibuka kesamping seperti gerakan membelah air. gerakan tubuh meniru
gerakan katak sedang berenang sehingga disebut gaya katak. Pernapasaan dilakukan ketika
mulut berada dipermukaan air, setelah satu kali gerakan tangan kaki atau dua kali gerakan
iii
tangan kaki. Renang gaya punggung pada saat melakukaan renang gaya punggung, atlet
atau perenang berenang dengan posisi punggung menghadap ke permukaan air. Renang
gaya kupu-kupu disebut juga disebut dengan gaya lumba-lumba, renang gaya kupu-kupu
merupakan salah satu gaya berenang dimana posisi dada menghadap ke permukaan air.
Kemudian kedua belah lengan ditekan kebawah secara bersamaan dan digerakkan kearah
luar sebelum diayunkan kedepan. sedangkan untuk kedua belah kaki menendang kebawah
secara bersamaan ke atas seperti gerakan sirip ekor ikan atau lumba-lumba untuk
mengambil nafas. Sedangkan menurut Solihin dan Sriningsih (2016, p. 105)
mengungkapkan bahwa “Renang gaya bebas merupakan salah satu gaya yang dianggap
paling mudah dipelajari dan memiliki tingkat kompleksitas serta hambatan paling rendah
dibandingkan dengan ketiga gaya lainnya”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
renang gaya bebas ialah gerakan yang cepat, seimbang, koordinasi yang baik, dorongan
yang besar, serta mempunyai hambataan yang minim yang bisa membuat tubuh melaju
lebih cepat di air.
Olahraga renang bagi olahraga prestasi yaitu olahraga yang melombakan kecepatan
pada saat berenangnya, kecepatan merupakan tolak ukur dalam perlombaan renang.
Keberhasilan seorang atlet ditentukan oleh kecepatan berenang saat perlombaan. Menurut
Harsono (2018, p. 147), “Kecepatan menjadi faktor penentu dalam hampir semua cabang
olahraga, terutama dalam cabang olahraga seperti nomor-nomor sprint (lari, renang, balap
sepeda) dan lainlainnya”. Selanjutnya Solihin dan Sriningsih (2016), mengungkapkan
“Renang merupakan bagian dari olahraga air yang mengharuskan atletnya untuk melakukan
gerakan yang efektif dan efesien, hal tersebut dikarenakan dalam cabang olahraga ini
menuntut kecepatan yang maksimal untuk menghasilkan catatan waktu terbaik hingga finish
sama halnya dengan cabang atletik nomor lari”. Dari kutipan tersebut jelas bahwa renang
merupakan olahraga air yang menuntut kecepatan pada saat perlombaan karena kecepatan
merupakan tolak ukur dalam setiap perlombaan renang, untuk melatih kecepatan tentunya
diperlukan latihan yang menunjang tercapainya kecepatan yang maksimal. Latihan
dikatakan efektif apabila dalam proses latihannya setiap elemen latihan berfungsi secara
keseluruhan, atlet merasa senang, puas dengan hasil latihan, membawa kesan, materi dan
cara latihan yang baik dari pelatih.
Latihan adalah merupakan suatu jenis aktivitas fisik yang membutuhkan perencanaan,
terstruktur, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan maksud untuk meningkatkan atau
mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran jasmani, (Werner, 2011).
Sukadiyanto (2009), mengatakan bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan
kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik, menggunakan metode dan
aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana
dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai tepat pada waktunya. Dari pendapat di
atas dapat dikatakan bahwa latihan merupakan suatu proses yang sistematis, terencana,
terprogram, terukur, teratur dan dilakukan secara berulang-ulang, serta memilki suatu tujuan
untuk meningkatkan atau mempertahankan satu atau lebih dari komponen kebugaran
jasmani dalam waktu yang tepat. Latihan menurut Badriah (2013, p. 70), “Merupakan upaya
sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan
fungsional tubuh sesuai dengan tuntutan penampilan cabang olahraga itu”. Dengan

iv
demikian, latihan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Tanpa latihan, atlet tidak akan mampu mencapai prestasi
yang diharapkan. Latihan harus dilakukan dengan sistematis dan berulang-ulang dengan
waktu yang ditentukan untuk mencapai tujuan tertentu, termasuk pula atlet di cabang
olahraga renang Universitas Negeri Jakarta.
Salah satu elemen penting dalam kebugaran fisik adalah kekuatan dan daya tahan otot.
Memiliki kekuatan otot prima merupakan dasar untuk sukses dalam olahraga dan
optimalisasi kemampuan fisik lainnya termasuk kelincahan, power, kecepatan dan
ketahanan otot. Shahidi, (2012) menyatakan bahwa kekuatan otot dianggap sebagai salah
satu aspek yang paling penting kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan dan
kebugaran (health related physical fitness) dan kinerja fisiologis pada anak-anak dan orang
dewasa. Kekuatan otot menjadi fondasi yang sangat penting dalam pengembangan biomotor
yang lain (Bompa:1999). Kekuatan merupakan unsur kondisi fisik yang sangat penting
dalam pengembangan teknik, taktik, strategi dan mental. Kekuatan membentuk postur
menjadi ideal. Kekuatan otot akan mengurangi risiko cedera ketika berlatih maupun
bertanding. Kekuatan otot memberi kontribusi dalam meningkatkan percaya diri. Kekuatan
otot menjadi kunci sukses dalam menghadapi pertandingan. Latihan kekuatan adalah sarana
berolahraga yang disusun dan direncanakan dengan resistensi tepat sehingga atlet secara
bertahap berkembang menjadi kuat (Faigenbaum & Westcott, 2009: 5).
Lat pull down (kependekan dari latissimus dorsi pull down) adalah salah satu latihan paling
populer yang digunakan untuk memperkuat otot-otot punggung.Meskipun ada lebih sedikit
penelitian yang menyelidiki pulldown lat dibandingkan dengan latihan yang lebih populer seperti
squat atau bench press, ada banyak bukti yang menggambarkan efektivitasnya untuk menargetkan
banyak otot punggung dan lengan (Lusk et al., 2010; Synder & Lintah, 2009; Sperandei et al., 2009;
Signorile, Zink, & Szwed, 2002). Ada beberapa variasi latihan pull down lat termasuk pull down
close-grip, pulldown pegangan lebar, pull down reverse-grip (supination), dan pull down neutral-
grip (untuk beberapa nama). Latihan pull down adalah latihan kekuatan yang dirancang untuk
mengembangkan otot latissimus dorsi. Ini melakukan fungsi rotasi ke bawah dan depresi
skapula dikombinasikan dengan adduksi dan ekstensi sendi bahu.
Ada berbagai metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan
lengan untuk menunjang kecepatan gaya kupu-kupu baik menggunakan alat bantu pada
lengan di darat menggunakan katrol. Alat katrol yang digunakan yaitu sepasang tali lentur
dengan cara ditarik secara bersamaan, latihan ini lebih ideal dan lebih ekonomis untuk
digunakan, selain itu lebih mudah diperoleh atau dibuat sendiri. Sedangkan di air
menggunakan paddle dan pull boys yaitu sebagai alat bantu pada saat latihan renang di air.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
suatu penelitian tentang “Pengaruh Latihan Lat Pull Down dan Katrol Darat Terhadap
Kekuatan Lengan Atlet Renang Gaya Kupu-Kupu Kop Renang UNJ.”
B. Identifikasi Masalah
1. Kurangnya kekuatan lengan pada saat renang gaya kupu-kupu.
2. Variasi model latihan mengg unakan katrol darat dan lat pull down yang masih kurang
di gunakan

v
3. Anggapan bahwasannya latihan katrol darat hanya untuk workout biasa dan tidak dapat
digunakan untuk melatih kekuatan otot lengan pada saat berenang

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dan agar permasalahan tidak meluas, maka permasalahan hanya
dibatasi pada seberapa besar hubungan latihan lat pull down dan katrol darat terhadap
kekuatan lengan atlet renang gaya kupu-kupu KOP Renang Universitas Negeri Jakarta.

vi
D. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang tepat dari uraian di atas, sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan kekuatan lengan atlet renang setelah diberikan
latihan lat pull down?
2. Apakah terdapat perbedaan kekuatan lengan atlet renang setelah diberikan
latihan katrol darat?
3. Apakah terdapat perbedaan kekuatan lengan atlet renang antara perlakuan latihan
lat pull down dan latihan katrol darat?

E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat dalam beberapa aspek seperti :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan perkembangan pengetahuan dan gambaran tentang melatih lat pull
down dan katrol darat terhadap kekuatan lengan atlet renang gaya kupu-kupu kop
renang Universitas Negeri Jakarta.
b. Penelitian ini dapat di jadikan kajian peneliti selanjutnya agar hasil yang di dapat
lebih bagus.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk memperluas pengetahuan dan
wawasan baru tentang renang.
b. Dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa dan pelatih renang.
c. Bagi instansi dan perguruan tinggi, maka hasil penelitian ini sebagai bahan
informasi untuk meningkatkan kemampuan renang. Mudah-mudahan skripsi ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk latihan bagi guru pendidikan jasmani,
atlet, atau masyarakat luas yang berkeinginan untuk meningkatkan prestasi dalam
renang.

vii
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
1. Hakikat Latihan
Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa inggris yang dapat mengandung
beberapa makna seperti: practice, exercise, dan training. Pengertian latihan yang
berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan
(kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan cabang olahraga (Sukadiyanto, 2011: 7). Pengertian latihan
yang berasal dari kata exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian
untuk meningkatkan kualitas fungsi organ tubuh manusia, sehingga mempermudah
olahragawan dalam penyempurnaan geraknya (Sukadiyanto, 2011: 8). Sukadiyanto
(2011: 6) menambahkan latihan yang berasal dari kata training adalah suatu proses
penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktik,
menggunakan metode, dan aturan, sehingga tujuan dapat tercapai tepat pada
waktunya.
Latihan merupakan cara seseorang untuk mempertinggi potensi diri, dengan
latihan, dimungkinkan untuk seseorang dapat mempelajari atau memperbaiki gerakan-
gerakan dalam suatu teknik pada olahraga yang digeluti. Singh (2012: 26)
menyatakan latihan merupakan proses dasar persiapan untuk kinerja yang lebih tinggi
yang prosesnya dirancang untuk mengembangkan kemampuan motorik dan psikologis
yang meningkatkan kemampuan seseorang.
Kemudian Lumintuarso (2013: 21) menjelaskan latihan adalah proses yang
sistematik dan berkelanjutan untuk meningkatkan kondisi kebugaran sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Irianto (2002: 11) menyatakan latihan adalah proses
mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi
maksimal dengan diberi beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan
berulang-ulang waktunya. Pertandingan merupakan puncak dari proses berlatih
melatih dalam olahraga, dengan harapan agar atlet dapat berprestasi optimal. Untuk
mendapatkan prestasi yang optimal, seorang atlet tidak terlepas dari proses latihan.
Berdasarkan pada berbagai pengertian latihan di atas, dapat disimpulkan
bahwa latihan adalah suatu bentuk aktivitas olahraga yang sistematik, ditingkatkan
secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan
psikologis manusia untuk meningkatkan keterampilan berolahraga dengan
viii
menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang
olahraga masing-masing. Dari beberapa istilah latihan tersebut, setelah diaplikasikan
di lapangan memang nampak sama kegiatannya, yaitu aktivitas fisik. Pengertian
latihan yang berasal dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan
harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga
mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Keberhasilan seorang
pemain dalam mencapai prestasi dapat dicapai melalui latihan jangka panjang dan
dirancang secara sistematis.

a) Prinsip latihan
Dalam suatu pembinaan olahraga hal yang dilakukan adalah pelatihan
cabang olahraga tersebut. Sebelum memulai suatu pelatihan hal yang harus
diketahui oleh seorang pelatih adalah prinsip dari latihan tersebut. Prinsip-prinsip
latihan adalah yang menjadi landasan atau pedoman suatu latihan agar maksud
dan tujuan latihan tersebut dapat tercapai dan memiliki hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau
dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan
(Sukadiyanto, 2011: 18).
Sukadiyanto (2011: 18) menyatakan prinsip latihan antara lain: prinsip
kesiapan (readiness), prinsip individual, prinsip adaptasi, prinsip beban lebih
(over load), prinsip progresif, prinsip spesifikasi, prinsip variasi, prinsip
pemanasan dan pendinginan (warm up dan cool-down), prinsip latihan jangka
panjang (long term training), prinsip berkebalikan (reversibility), dan prinsip
sistematik. Berikut ini dijelaskan secara rinci masing-masing prinsip-prinsip
latihan menurut Sukadiyanto (2011: 19), yaitu:
1) Prinsip kesiapan (Readiness)
Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan
usia dan tingkatan olahragawan. Sebab kesiapan setiap olahragawan
akan berbeda antara yang satu dengan yang lain meskipun di antaranya
memiliki usia yang sama.
2) Prinsip kesadaran (Awareness)
Dalam prinsip kesiapan, pelatih mendidik atlet untuk dapat menyadari
betapa pentinggnya berlatih selain karena tuntutan kompetisi yang
diikuti atau yang akan diikuti, dan juga kesadaran tentang kreativitas

ix
sehinga dapat berpartisipasi aktif dalam pelatihan itu sendiri.
3) Prinsip individual
Antara atlet yang satu dan atlet yang lain memiliki tingkat kemampuan
yang berbeda-beda. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan
terhadap kemampuan seseorang dalam merespon beban yang diberikan
oleh pelatih, di antaranya adalah faktor keturunan, kematangan, gizi,
waktu istirahat dan tidur, lingkungan, sakit cedera, dan motivasi.
4) Prinsip adaptasi
Pemberian latihan sangat perlu memperhatikan prinsip adaptasi, tidak
bisa semata-mata pelatih memberikan latihan yang terlalu keras dan
mendadak karena akan menyebabkan over traning pada atlet. Latihan
harus bertahap dan terus ditingkatkan melalui proses latihan agar tubuh
dapat beradaptasi dengan baik pada program latihan yang diberikan
pelatih.
5) Prinsip beban lebih (Overload)
Prinsip beban lebih dapat dicapai dengan cara pembebanan berada pada
atau sedikit di atas ambang rangsang atlet agar tercipta super kompensasi
bagi atlet. Pembebanan yang terlalu berat akan mengakibatkan tubuh
tidak dapat beradaptasi dengan baik, dan bila beban terlalu ringan maka
tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas seseorang.
Pembebanan diungkapkan Sukadiyanto (2011: 19) berkaitan dengan tiga
faktor, yaitu frekuensi, intensitas, dan volume. Penambahan frekuensi
dapat dilakukan dengan cara menambah sesi latihan. Untuk intensitas
latihan dapat dilakukan dengan penambahan beban latihan. Untuk durasi
dapat dilakukan dengan cara menambah jumlah jam latihan dalam satu
sesi.
6) Prinsip progresif
Prinsip progresif artinya pelaksanaan latihan dilakukan secara bertahap
dari mudah ke sukar, dari sederhana ke kompleks, dari umum ke khusus,
dari bagian ke keseluruhan, dari ringan ke berat, dan dari kuantitas ke
kualitas yang dilakukan secara ajeg, maju, dan berkelanjutan.
7) Prinsip spesifikasi (kekhususan)
Setiap cabang olahraga memiliki cara kerja dan karakter masing-masing.
Oleh karena itu pemberian latihan akan berbeda-beda sifatnya antara

x
cabang olahraga yang satu dan yang lain dengan pertimbangan: (1)
spesifikasi kebutuhan energi; (2) spesifikasi bentuk dan gerak latihan;
(3) spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan; dan (4)
waktu dan periodisasi latihan
8) Prinsip variasi
Latihan yang baik merupakan latihan yang disusun secara variatif agar
atlet yang dilatih tidak mengalami kejenuhan, kebosanan, dan kelelahan
secara psikologis lainnya. Hal ini bertujuan agar atlet tertarik berlatih
sehingga tujuan dari latihan tersebut dapat tercapai.
9) Prinsip latihan jangka panjang (Long term training)
Meraih prestasi yang optimal dalam suatu cabang olahraga dibutuhkan
proses latihan yang konsisten dalam waktu yang panjang. Pengaruh dari
beban latihan yang diberikan oleh pelatih tidak serta merta dapat
diadaptasi mendadak tapi memerlukan waktu dan dilakukan dalam
proses yang bertahap dan berkelanjutan. Selain itu untuk dapat meraih
prestasi yang optimal diperlukan latihan gerak yang berulang-ulang
dalam proses yang panjang untuk mendapatkan gerakan yang otomatis.
10) Prinsip berkebalikan (Reversibility)
Prinsip berkebalikan (reversibility) artinya bila olahragawan berhenti
dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu yang lama, maka
kualitas organ tubuh akan mengalami penurunan fungsi secara otomatis.
Hal ini ditandai penurunan tingkat kebugaran rata-rata 10% setiap
minggunya. Selain itu pada komponen biomotorik kekuatan (strength)
akan mengalami penurunan secara bertahap yang diawali pada proses
pengecilan otot (atropi). Untuk itu kemampuan olahragawan harus terus
dipelihara melalui latihan yang konsisten dan kontinyu.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
prinsip latihan antara lain; prinsip kesiapan (readiness), prinsip
kesadaran (awareness) prinsip individual, prinsip adaptasi, prinsip beban
lebih (over load), prinsip progresif, prinsip spesifikasi, prinsip variasi,
prinsip latihan jangka panjang (long term training), prinsip berkebalikan
(reversibility), prinsip sistematik, dan prinsip kejelasan (claritrity).
2. Hakikat Lat Pull Down
Pull down adalah latihan yang sangat baik untuk melatih otot punggung
xi
Latissimus Dorsi (juga dikenal sebagai lats). Ini adalah fakta yang
sedikit diketahui, tetapi ada cara dapat secara dramatis meningkatkan
efektivitas latihan ini dengan melakukan satu gerakan sederhana
sebelum setiap repetisi. Banyak orang mengalami kesulitan merasakan
lats mereka bekerja ketika mereka melakukan pull-down, Bisep
mungkin memiliki kecenderungan untuk mengambil alih gerakan.
Beberapa orang sama sekali tidak merasakan apa pun di punggung
mereka.
3. Hakikat Katrol Darat
Latihan dryland cords atau katrol karet yang di lakukan di darat
merupakan weght traning yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan
otot lengan. Latihan dryland cords merupakan bentuk latihan yang
memakai alat bantu. Menurut Harsono (1988 : 185) “weight training
atau latihan beban adalah latihan-latihan yang sistematis dimana beban
hanya dipakai sebagai alat utuh menambah kekuatan otot lengan agar
melakukan kotraksi yang berturut-turut dalam waktu yang lama guna
mencapai berbagai tujuan tertentu”.
4. Hakikat Renang
Berenang adalah olah raga air yang sangat popular dan digemari oleh
siapapun karena semua gerakan melibatkan hampir semua otot tubuh,
sehingga sangat bermanfaaat bagi kesehatan dan menjaga tubuh tetap
bugar. Dari zaman batu sura Mesir 2000 SM pada tahun 1538, Nicolas
Wynman, profesor bahasa anak Jerman, menulis buku pertama tentang
renang. Renang pertandingan di Eropa bermula pada sekitar tahun 1800,
kebanyakan meggunakan gaya dada, gaya rangkak depan, ketika iyu di
panggil gaya trudgen, diperkenalkan pada tahun 1873 oleh Jhon Arthur
Trudgen selepas menirunya dari orang-orang asli Amerika (Novita
Ludvy, 2009: 2). Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang
diakui dan diminati oleh masyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan
masuknya cabang olahraga renang dalam berbagai kejuaraan, antara lain
pada (1) Tingkat Daerah, yang sering disebut dengan PORDA (Pekan
Olahraga Daerah) (2) Tingkat Nasional atau disebut PON (Pekan
Olahraga Nasional) (3) dan Tingkat Internasional seperti SEA GAMES,
dll (Kurniawan, 2005: 1).
xii
B. Kerangka Berpikir
A. Hubungan antara latihan lat pull down dan katrol darat dengan kekuatan otot
lengan atlet renang gaya kupu-kupu
Dalam latihan renang, seorang atlet ditutut dapat melakukan gerakan secara
maksimal. Latihan kekuatan menggunakan alat lat pull down dan katrol darat
dapat digunakan sebagai pilihan latihan dikarenakan fleksibilitas sepasang tali
lentur dengan cara ditarik secara bersamaan, latihan ini membuat atlet harus bisa
memaksakan tangan nya untuk menarik alat tersebut secara bersamaan. Latihan ini
semakin sering dilakukan maka akan membantu membentuk kekuatan otot lengan
atlet renang gaya kupu-kupu
B. Hubungan kekuatan lengan ini akan menunjang performa yang optimal untuk para atlet
renang gaya kupu-kupu
Kemampuan kekuatan lengan yang kuat dapat menunjang performa atlet dalam
pertandingan lebih baik. Kekuatan lengan perenang gaya kupu-kupu yang optimal akan
membantu memperbaiki performanya dalam mencatatkan hasil yang terbaik
C. Hipotesa Penelitian
Bedasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikit maka dapat diajukan hipotesiss
penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan kekuatan lengan atlet renang gaya kupu-kupu setelah diberikan latihan
lat pull down.
2. Terdapat peningkatan kekuatan lengan atlet renang gaya kupu-kupu setelah diberikan latihan
katrol darat.
3. Terdapat perbedaan kekuatan lengan atlet renang gaya kupu-kupu antara perlakuan lat pull
down dan katrol darat.

xiii
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui terdapat perbedaan kekuatan lengan atlet renang setelah diberikan


latihan lat pull down
2. Mengetahui terdapat perbedaan kekuatan lengan atlet renang setelah diberikan
latihan katrol darat

B. Tempat dan Waktu Penelitian


3. Tempat
Tempat dilakukan di kolam renang arcici dan ruang gym GOR UNJ Untuk mengukur
1RM atlet renang Universitas Negeri Jakarta.
4. Waktu
Waktu penelitian dilakukan
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode eksperimen. Bentuk design penelitian
menggunakan “(Pre – Test Post – Test Two Group Design) ”. Adapun yang menjadi Variabel
bebas (X1) adalah Latihan Lat Pull Down dan Variabel bebas (X2) adalah Latihan Katrol Darat.
Sedangkan menjadi variabel terikat adalah kekuatan lengan atlet renang gaya kupu-kupu pada
atlet renang renang Universitas Negeri Jakarta.
D. Populasi dan Sampel
5. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek yang diteliti. Berangkat dari pengertian
tersebut, didapatlah dipahami bahwa populasi merupakan individu – individu atau
kelompok atau keseluruhan subyek yang akan diteliti dalam suatu penelitian.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa atlet KOP
Renang UNJ yang Berjumlah 51 populasi.
6. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya henda diteliti.
Sedangkan mengenai jumlah sampe yang akan diambil, maka penelitian
mendasarkan kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa,
“Apabila subyek penelitian nya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil
semuanya, sehingga penelitian adalah populasi” Akan tetapi, bila subyeknya lebih
dari 100 orang, maka diperbolehkan untuk mengambil sampel 10% - 15% dan 20%
- 25% atau Lebih. Memingat jumlah subyek yang diteliti kurang dari 100 orang

14
maka peneliti menggunakan penelitian populasi. Artinya yang menjadi obyek
penelitian adalah mahasiswa atlet KOP Renang UNJ yang berjumlah 20 orang.

E. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode
pengumpulan data (Suharsimi Arikunto, 2013 : 101). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan 1RM (One Repetition Maximum), instrument yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
7. Lat Pull Down Machine
8. Katrol Darat
9. Kolam Renang

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara – cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto 2013 : 100). Teknik pengambilan data dilaksanakan
dengan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran merupakan bagian yang integral dalam proses
penilaian hasil belajar mahasiswa, dengan melalui tes dan pengukuran kita akan memperoleh
data yang objektif (Nurhasan 2001 : 13).
G. Teknik Pengelolaan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik – teknik sebagai berikut:
10. Observasi
Untuk mengetahui secara langsung terhadap subjek penelitian yang akan diteliti
sehingga dalam pengolahan data tidak direkayasa.
11. Kepustakaan
Cara perpustakaan dipergunakan untuk mencari teori – teori penunjang yang sesuai
dengan tujuan permasalahan penelitian ini.
12. Tes dan Pengukuran
Untuk mengetahui data secara langsung melalui suatu rangkaian pre-tes yang
dilakukan kepada para atlet.
a. Pre-tes, yaitu tes awal yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan
awal renang gaya kupu-kupu sebelum diberikan program latihan.
b. Post-tes, adalah tes akhir yang dilaksanakan sesudah diberikan program
latihan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kekuatan lengan atlet
renang gaya kupu-kupu.

H. Teknik Analisis Data


Teknik yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah:
13. Analisa Deskriptif

15
Menurut Sugiyono (2004:169) Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam hal ini hasil dari data akan
dijelaskan atau digambarkan melalui penjelasan.

14. Analisa Kuantitatif


Analisis data kuantitatif adalah tentang menganalisis data berbasis angka (yang
mencakup data kategorik dan numerik) menggunakan berbagai teknik statistik. Dua
cabang utama statistik adalah statistik deskrptif dan statistik inferensial.

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai