Anda di halaman 1dari 40

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN

OTOT KAKI DENGAN KETEPATAN SMASH BULUTANGKIS


KLUB OLAHRAGA PRESTASI UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA

JASMINE SYAHIRA
1604619059

Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Metode Penelitian Olahraga

PROGRAM STUDI KEPELATIHAN KECABANGAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
NOVEMBER, 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya sehingga dapat

menyelesaikan proposal ini yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA

KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT KAKI DENGAN KETEPATAN

SMASH BULUTANGKIS KLUB OLAHRAGA PRESTASI UNIVERSITAS

NEGERI JAKARTA”.

Proposal ini di tulis sebagai tugas akhir Metode Penelitian Olahraga

Fakultas Ilmu Olahraga Univesitas Negeri Jakarta. Dan juga terima kasih yang

telah membantu menyelesaikan tugas ini.

Dalam kesempatan ini tidak lupa ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tidak pernah henti hentinya
memberikan hikmat sehat wal-alfiat dan memberikan segala kemudahan-
kemudahan, serta kepada semua pihak yang telah membatu secara langsung
maupun tidak langsung hingga selesai nya proposal ini.

Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang


kurang berkenan dan mohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan proposal ini di waktu yang akan datang. Akhir kata semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 06 Januari 2022

Jasmine Syahira
NIM. 1604619059

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................5
A. Latar Belakang Masalah.................................................................5
B. Identifikasi Masalah.......................................................................8
C. Pembatasan Masalah......................................................................8
D. Perumusan Masalah.......................................................................9
E. Kegunaan Hasil..............................................................................9

BAB II KAJIAN TEORITIK....................................................................11


A. Kerangka Konseptual...................................................................11
B. Kerangka Berpikir........................................................................23
C. Hipotesis Penelitian......................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................25


A. Tujuan Penelitian.........................................................................25
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................25
C. Metode Penelitian.........................................................................26
D. Populasi dan Sampel....................................................................27
E. Instrumen Penelitian.....................................................................28
F. Teknik Pengumpulan Data...........................................................33
G. Teknik Analisis Data....................................................................35
H. Hipotesis Penelitian......................................................................36

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................37

iii
Lampiran 1
Pernyataan Orisinalitas

PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Makalah ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
nilai akademik mata kuliah Metode Penelitian Olahraga, Universitas
Negeri Jakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2. Makalah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Dalam makalah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipubikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan niali
yang telah diperoleh karena makalah ini, serta sanksi lainnya sesuai
dengan norma yang berlaku di Unversitas Negeri Jakarta.

Jakarta, 6 Januari ,2022


Yang membuat pernyataan,

Jasmine Syahira
No. Reg. 1604619059

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang selalu melakukan aktifitas

jasmani, aktifitas itu berupa gerak yang membutuhkan keaktifan setiap

anggota badan sesuai denan fungsinya masing-masing. Manusia sadar dengan

berolahraga dapat memelihara, mengembangkan dan meningkatkan fungsi

organ tubuh atau kesegaran jasmani.

Olahraga merupakan suatu aktifitas fisik manusia yang terdiri dari

berbagai unsur yang meliputi segala kegiatan atau usaha untuk mendorong,

membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmani

maupun rohani pada setiap manusia.

Dari uraian di atas, sangat jelas bahwa kegiatan olahraga selain sebagai

kegiatan fisik atau prestasi juga bisa digunakan untuk mendidik budi pekerti

dan jiwa seseorang untuk bertindak jujur, pantang menyerah, berani dan

sportif. Sehingga sangatlah tepat jika pemerintah memasukan kegiatan

olahraga dalam kurikulum sekolah.

Banyaknya kegiatan-kegiatan olahraga yang dilakukan pada saat ini mulai

dari jalan, lari dan olahraga permainan. Dapat terlihat bahwa kegiatan

olahraga akan dapat meningkatkan fungsi organ serta kesegaran

jasmani.dalam olahraga tersebut terdapat dua jenis olahraga yaitu: olahraga

5
yang diperlombakan misalnya: renang, atletik dan olahraga yang

dipertandingkan seperti: tinju, tenis, sepak bola, bulutangkis dan sebagainya.

Olahraga yang dipertandingkan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

olahhraga secara individu dan kelompok atau beregu, seperti halnya tinju,

gulat adalah olahraga secara individu, sedangkan sepak bola, bola voli, bola

basket adalah olahraga yang dilakukan secara kelompok atau beregu. Akan

tetapi olahrga bulutangkis dapat digolongkan kedalam olahraga individu

maupun kelompok (beregu), seperti Thomas Cup, Uber Cup, Piala Sudirman.

Sedangkan untuk individu antara lain kejuaraan All England dan Grand Prix.

Bulutangkis merupakan olahraga permainan yang cepat dan membutuhkan

gerak reflek yang baik dan tingkat kebugarannya yang tinggi. Untuk dapat

bermain bulutangkis dengan baik, maka dituntut untuk banyak melakukan

latihan, mempelajari dan memahami unsur-unsur fisik, teknik, taktik maupun

mental. Karena tidak mungkin dapat bermain dengan baik jika teknik yang ada

dalam permainan bulutangkis belum diketahui dan tidak dipahami.

Penguasaan ketrampilan bulutangkis diperoleh melalui proses belajar pada

umumnya. Belajar ketrampilan gerak harus mengikuti kaidah proses belajar

pada umumnya. Belajar merupakan suatu fenomena atau gejala yang tidak

dipahami secara langsung. Gejala tersebut hanya bisa diduga atau diketahui

dari tingkah laku atau penampilan seseorang.

Teknik dalam cabang olahraga akan selalu berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman. Perkembangan fisik dan teknik mempunyai tujuan ke

arah pencapaian prestasi semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan

6
tersebut maka latihan fisik haruslah mendapat prioritas utama dalam suatu

program latihan, apabila fisik dari pemain tersebut baik, barulah dilanjutkan

dengan latihan teknik. Teknik adalah ketrampilan khusus yang dikuasai oleh

pemain bulutangkis dengan tujuan untuk dapat mengembalikan shuttle cock

dengan sebaik-baiknya.

Dalam permainan bulutangkis terdapat banyak macam pukulan, antara

lain:

1) Pukulan dengan ayunan raket dari bawah.

2) Pukulan dengan ayunan raket mendatar (Drive)

3) Pukulan dengan ayunan raket dari atas (Over Head)

Untuk pukulan over head terdiri dari:

1) Lob tinggi (back hand, fore hand)

2) Lob menyerang (back hand, fore hand)

3) Drop shot (back hand, fore hand)

4) Smash (back hand, fore hand)

Adapun untuk mencapai kemampuan smash pada permainan bulutangkis

memerlukan kekuatan fisik yang baik juga harus dapat menguasai teknik-

teknik yang baik pula. Dalam kaitannya dengan masalah diatas, maka salah

satu faktor kemungkinan berpengaruh terhadap kemampuan smash dalam

permainan bulutangkis adalah kekuatan otot lengan dan kekuatan otot kaki

yang dapat dijadikan obyek dalam penelitian ini. Untuk itu, dengan

memperkirakan faktor kekuatan lengan dan kekuatan otot kaki sebagai faktor

7
yang mempengaruhi kemampuan smash dalam permainan bulutangkis maka

perlu diadakan suatu penelitian tentang hal ini.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ternyata unsur fisik dibutuhkan dalam

permainan bulutangkis. Selain itu berdasarkan pokok pikiran diatas permainan

bulutangkis memerlukan penelitian secara efektif dan efisien, sehingga

masalah yang timbul dapat di identifikasi sebagai berikut:

1) Masih belum diketahui volume power kekuatan dalam permainan

bulutangkis

2) Kurangnya pemahaman mengenai unsur fisik dalam permainan

bulutangkis

3) Masih ada yang belum memahami unsur taktik dalam permainan

bulutangkis

4) Belum teridentifikasi pukulan ayunan raket menentukan kekuatan otot

lengan dalam permainan bulutangkis.

5) kurangnya latihan fisik antara otot lengan dan otot kaki untuk

ketepatan smash dalam permainan bulutangkis.

6) Belum diketahui latihan ketepatan smash terhadap hasil pukulan

dalam permainan bulutangkis.

7) Belum teridentifikasi latihan antara otot lengan dan kekuatan otot kaki

dengan ketepatan smash pada permainan bulutangkis.

C. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan di atas, peneliti

telah membatasinya, maka penelitian ini hanya akan membahas tentang

8
hubungan antara otot lengan dan otot kaki terhadap ketepatan smash dalam

permainan bulutangkis.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pilihan serta memperhatikan variabel-variabel yang diambil

yaitu kekuatan otot lengan dan kekuatan otot kaki sebagai variabel bebas serta

ketepatan smash sebagai variabel terikat, maka aspek-aspek yang diteliti dapat

dirumuskan sebagai pernyataan sebagai berikut:

1) Apakah hubungan antara kekuatan otot lengan dengan ketepatan

smash dalam permainan bulutangkis?

2) Apakah hubungan antara kekuatan otot kaki dengan ketepatan smash

dalam permainan bulutangkis?

3) Apakah otot lengan dan otot kaki, secara bersama-sama mempunyai

hubungan dengan ketepatan smash?

E. Kegunaan Hasil
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ataupun

kegunaan tersebut antara lain:

1) Bagi penulis

a. Penulis dapat secara langsung menerapkan ilmu pengetahuan

sesuai dengan bidangnya selama mengikuti kegiatan perkuliahan.

b. Menambah pengetahuan penulis tentang unsur-unsur kondisi yang

diperlukan oleh para atlet pada permainan bulutangkis.

2) Bagi mahasiswa

Menambah ketrampilan dan mengetahui pentingnya unsur-unsur

kondisi fisik yang diperlukan pada permainan bulutangkis.

9
3) Bagi institusi

Dapat dijadikan kepustakaan dan menambah sumber informasi

sebagai bahan untuk penelitian yang akan datang.

4) Bidang olahraga

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya wawasan yang dapat

menambah perbendaharaan teori-teori yang telah berkembang dalam

dunia olahraga.

10
BAB II
KAJIAN TEORETIK

A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual ini sebagai landasan terhadap masalah dalam proses

penelitian. Disini tentunya terdapat norma-norma khusus yang harus dipenuhi

dalam menyelesaikan penulisan akhir nanti. Dalam hal ini semuanya telah

dikemukakan oleh beberapa orang tentang kerangka konseptual, salah satunya

adalah membahas teori yang menjadi topik pembicaraan, seangkan teori

menurut Neumen (2003) adalah sebagai berikut:

“Seperangkat konsep, definisi dan proporsi yang berfungsi untuk melihat


fenomena secara sistematik atau melalui hubungan antar variabel, sehingga
dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena,”. (Dr.
Sugiyono, 2008:79).

Jadi dari ugkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori merupakan

sebuah konsep yang berisi tentang hubungan sebab akibat yang berkaitan

dimana hal itu memberikan gambaran tentang gejala sosial yang akan diteliti.

Teori ini digunakan sebagai pegangan pokok secara umum untuk

mengungkapkan masalah-masalah sosial yang ada. Sedangkan hipotesa

dipakai sebagai penjelasan problematik yang dicari pemecahannya. Dalam

penelitian ini perubahan masalah yang akan dibicarakan dititik beratkan pada:

11
“Hubungan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot kaki dengan

ketepatan smash pada permainan bulutangkis”.

Sesuai dengan hal diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang

akan dibicarakan adalah:

1) Ketepatan Smash

Ketepatan smash adalah pukulan yang cepat dan tepat, diarahkan

kebawah dengan kuat,tajam, untuk mengembalikan bola pendek yang telah

dipukul keatas. Arti penting dari pukulan smash adalah pukulan ini hanya

memberikan sedikit waktu pada lawan untuk bersiap-siap atau

mengambalikan setiap bola pendek yang telah mereka pukul keatas.

Pukulan smash digunakan secara ekstensif dalam partai ganda.

Sinematografi gerakan yang berkecepatan tinggi telah memperlihatkan

bahwa pukulan smash overhead kehilangan kira-kira dua pertiga dari

kecepatan awalnya pada bola mencapai lawan pada sisi lapangan lainnya.

Semakin tajam sudut yang dibuat, semakin sedikit waktu yang dimiliki

lawan untuk bereaksi. Selain itu semakin akurat smash-nya, semakin luas

lapangan yang harus ditutupi oleh lawan.

Ketepatan smash ini dapat dilakukan apabila shuttlecock yang

dikembalikan oleh lawan yang di lambungkan ke atas, sehingga membuat

eksistensi para pemain untuk mengembalikan shuttlecock dengan pukulan

smash tepat pada sasaran.

Ketepatan smash dilakukan oleh pemain yang mendapatkan

kesempatan memukul sesuai datangnya arah bola, kesempatan memukul

12
hanya sekali, apabila hasil pukulan smash masih dapat dikembalikan oleh

lawan, maka ketepatan smash tadi masih kurang dan dapat dilakukan

kembali ketika dapat bola lambung.

Ketepatan smash ini sangat diperlukan karena salah satu pukulan yang

mematikan dalam permainan bulutangkis adalah pukulan smash dan jarang

dapat dikembalikan oleh lawan. Ketepatan smash yang dimaksud juga

ketepatan arah jatuhnya bola, sehingga lawan susah menjangkau smash

yang diberikan sehingga dapat menghasilkan point sedikit demi sedikit.

Untuk melakukan sebuah smash bukan suatu hal yang mudah dan

perlu adanya latihan. Untuk melakukan smash juga ada tahapannya, ada

tiga tahapan dalam melakukan gerakan smash:

a. Fase Persiapan

 Posisi menunggu atau menerima.

 Memutar bahu dengan kaki yang diangkat dibagian belakang.

 Menggerakkan tangan yang memegang raket keatas dengan

kepala raket mengarah keatas.

 Membagikan berat badan secara seimbang pada bagian depan

telapak kaki.

Gambar 2.1 Fase Gerakan Persiapan

13
Sumber:https://www.google.com/search?
q=fase+persiapan+smash+bulutangkis

b. Fase Pelaksanaan

 Meletakkan berat badan pada kaki yang berada dibelakang.

 Mengerakkan tangan yang tidak dominan keatas untuk menjaga

keseimbangan.

 Gerakan backswing menempatkan pergelangan tangan pada

keadaan tertekuk.

 Lakukan forward swing keatas untuk memukul bola pada posisi

bola setinggi mungkin.

 Melempar raket keatas dan dengan permukaan raket mengarah

kebawah.

 Tangan kiri menambah kecepatan rotasi bagian atas tubuh.

 Kepala raket mengikuti arah bola.

Gambar 2.2 Fase Gerakan Pelaksanaan


Sumber:https://www.google.com/search?
q=fase+persiapan+smash+bulutangkis

c. Fase Follow-Through

 Tangan mengayun kedepan melintas tubuh.

14
 Gunakan gerakan menggunting dan dorong tubuh dengan

menggunakan kedua kaki.

 Gunakan momentum gerakan mengayun untuk kembali ke

bagian tengah lapangan.

Gambar 2.3 Fase Gerakan Follow Through


Sumber: https://www.google.com/search?q=fase+persiapan+smash+bulutangkis

Untuk sasaran smash dapat dilihat gambar dibawah:

Gambar 2.4 Lapangan Bulutangkis.


Sumber: https://perpustakaan.id/ukuran-lapangan-bulu-tangkis/

Keterangan:

Daerah yang hijau adalah daerah sasaran smash

Didalam batasan keberhasilan pukulan smash pemain tingkat pemula

dan menengah sering memperlihatkan teknik yang kurang benar serta

15
pukulan yang jelek didalam melakukan smash. Latihan dan pengulangan

akan akan memperkuat penentuan waktu, keseimbangan, dan keberhasilan

dalam melakukan smash.

2) Kekuatan Otot Lengan

kekuatan otot lengan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot lengan untuk mengerahkan

daya semaksimal mungkin guna mengatasi sebuah tahanan atau beban.

Kekuatan otot menggambarkan kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh

otot-otot atau kelompok otot.

Kekuatan adalah kemampuan otot-otot mengeluarkan tenaga untuk

menggerakkan sesuatu, (Martini, 2008:34).

Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk membangkitkan tegangan

terhadap suatu tahanan, (Drs. Harsono, 1988:177).

Pada kontraksi otot memendek tergantung pada beban yang ditahan.

Mula-mula otot melakukan tanpa pemendekan (isometrik) sampai

mencapai tegangan yang seimbang (equal) dengan beban, kemudian

terjadilah kontraksi dengan pemendekan, perlu ditekankan bahwa pada

kekuatan otot yang diukur adalah kekuatan maksimal. Kontraksi maksimal

dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan hasil yang diperoleh

bergantung pada koordinasi otot organist dan antagonist serta sistem

penyakit yang terlibat.

Kekuatan berasal dari sebuah otot atau gabungan dari otot-otot yang

digabungkan secara langsung pada penampang melintang otot tersebut.

16
Harsono (1988:177) menjelaskan kekuatan otot adalah komponen yang

sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik seseorang tentang

kemampuannya dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima beban

sewaktu bekerja (M. Sajoto, 2004:8). Oleh karena itu untuk memiliki

kekuatan, orang harus membangun otot dalam olahraga agar punya

cadangan untuk mengatasi keadaan darurat. Sudah selayaknya otot

memperoleh kekuatan yang lebih besar lagi dari pada yang diperlukan

untuk melakukan aktivitasnya.

Kekuatan otot lengan pada atlet bulutangkis dilakukan setiap kali

lawan mengembalikan bola. Pukulan-pukulan yang dihasilkan itu

merupakan adanya kekuatan otot yang dikeluarkan untuk memukul

shuttlecock. Berfungsi untuk melewati net sehingga shuttlecocki

dikembalikan kepada lawan. Pendapat lain mengemukakan kekuatan otot

adalah kapasitas dari otot yang merupakan gerakan otot-otot dari

pergerakan pertamannya sampai jarak pergerakan sepenuhnya dan

mengulangi kemampuan tersebut terhadap perlawanan sedapat mungkin

mendekati ketahanannya pada tekanan yang maksimal (Uram Paul,

2000:3).

Seorang atlet harus memiliki tubuh yang sehat dan kuat, terutama pada

atlet cabang olahraga bulutangkis, dimana seorang atlet dituntut untuk

bermain dengan performa yang luar biasa. Performa tubuh seorang atlet

bulutangkis sangat mempengaruhi permainan terutama saat gerakan yang

sangat menguras tenaga ekstra yaitu pukulan smash. Seorang atlet

17
bulutangkis memiliki kekuatan pada otot dibagian lengan, otot lengan

yang digunakan pada cabang olahraga bulutangkis yaitu, biceps brachii,

triceps brachii dan forearm.

Unsur penting dalam program latihan kondisi fisik adalah kekuatan.

Alasannya karena kekuatan merupakan daya gerak sekaligus pencegah

cidera. Disamping itu kekuatan juga merupakan faktor utama untuk

mencapai prestasi yang optimal. Dan kekuatan merupakan faktor pertama

yang mendukung keberhasilan pukulan yang baik. Lengan adalah bagian

tubuh yang digunakan untuk melakukan pukulan smash. Dijielaskan pula

tentang kenyatan oleh Sadoso Sumarsadjuno (1986:144) mengatakan “jika

seseorang bertambah tua maka ukuran otot akan berkurang”.

Berkurangnya ukuran otot disebabkan kurangnya protein dan juga karena

berkurangnya jumlah dan besar serabut otot. Untuk memperbesar serabut-

serabut otot tersebut bisa diwujudkan bila otot mendapat latihan yang rutin

serta makan makanan yang cukup gizi.

Berhubungan dengan kekuatan, Drs. Harsono (1988:177) menjelaskan

“Strength” bisa digunakan untuk meningkatkan kondisi fisik secara

keseluruhan karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas

fisik serta memegang peranan penting dalam melindungi atlit dari

kemungkinan cidera”. Berdasarkan kegunaan Strength dapat dibedakan

menjadi tiga macam yaitu:

18
a. Kekuatan maksimal adalah kemampuan dalam otot kontraksi

maksimal serta dapat melawan atau menahan beban yang

maksimal pula.

b. Kekuatan daya ledak adalah kemampuan sebuah otot atau

segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan

kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh.

c. Power endurance (kekuatan atau daya tahan) adalah kemampuan

tahan lama kekuatan otot untuk melawan tahanan yang tinggi

intensitasnya.

Adapun cara meningkatkan kekuatan yang paling baik dan juga

populer dibidang olahraga adalah dengan latihan-latihan. Ciri-ciri latihan

kekuatan otot adalah perangsangan utama untuk mengembangkan yang

bersangkutan didalam mengatasi bebanya. Sedangkan bentuk latihan yang

mengembangkan otot adalah:

a. Latihan mengatasi berat badannya sendiri, latihan mengatasi berat

badan temannya atau alat senam.

b. Latihan dengan penambahan berat beban yang dibawah misalnya

push -up.

c. Latihan menghentakkan dengan alat yang ringan beratnya disertai

pula untuk gerakan menarik atau mendorong alat tersebut.

Sedangkan kekuatan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah

kekuatan otot lengan akan diukur dengan kemampuannya untuk

melakukan push up selama 30 detik.

19
3) Kekuatan Otot Kaki

Kekuatan menurut Mochamad Sajoto (1988: 16) adalah komponen

kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot

untuk menerima beban sewaktu bekerja. Sedangkan menurut Suharno

(1985: 21) kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi

tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas.

Didalam olahraga kekuatan mutlak harus dimiliki oleh setiap atlet,

salah satunya adalah kekuatan otot kaki. Karena dalam olahraga seorang

atlet selalu dituntut untuk melakukan gerakan yang kesemuannya

memerlukan kerja otot yang sangat besar terutama pada otot kaki.

Berikut ini adalah beberapa pandangan para ahli tentang kekuatan:

“Merupakan kemampuan suatu otot untuk mendesakkan tekanan terhadap


suatu perlawanan.” (Iskandar Z.A, 2000:55).

Pendapat lain menyebutkan bahwa kekuatan adalah komponen yang

sangat penting guna meningkatkakn kondisi fisik sedara keseluruhan.

Kekuatan otot kaki atlet berperan penting dalam meningkatkan

frekuensi langkah bagi atlet, karena frekuensi langkah adalah perkalia

antara kekuatan otot kaki dan kecepatan otot dalam melangkah. Seorang

atlet bulutangkis harus memiliki kaki yang kuat, paha yang kuat, lutut

yang kuat dan pergelangan kaki yang kuat agar dapat memikul badan

ketika sedang bergerak, Harsono. (1988). Dalam ketepatan smash

bulutangkis, kekuatan otot kaki sangat berpengaruh. Karena otot kaki

merupakan faktor pendukung kemampuan seseorang untuk koordinasi

20
dengan gerakan tubuh dan gerakan tangan yang menghasilkan pukulan

yang baik.

Pendapat lain mengemukakan kekuatan otot adalah kapasitas dari otot

yang merupakan gerakan otot-otot dari pergerakan pertamannya sampai

jarak pergerakan sepenuhnya dan mengulangi kemampuan tersebut

terhadap perlawanan sedapat mungkin mendekati ketahanannya pada

tekanan yang maksimal (Uram Paul, 2000:3).

Untuk mendapatkan kekuatan otot kaki yang baik seorang atlet

harus melakukan latihan kekuatan otot kaki secara rutin dengan prinsip-

prinsip:

a. Prinsip urutan pengaturan suatu latihan

Latihan beban hendaknya diatur sehingga kelompok otot

besar mendapat giliran terlebih dahulu sebelum otot yang lebih

kecil. Ini dimaksudkan agar tidak mengalami kelelahan lebih

dahulu sebelum otot besar mendapat latihan.

b. Prinsip peningkatan beban

Otot yang menerima beban latihan berlebihan atau overload

kekuatannya akan bertambah dan apabila kekuatannya akan

bertambah maka program latihan berikutnya harus ada

penambahan beban. Penambahan beban itu dilakukan dikit demi

sedikit dalam setiap latihan.

c. Prinsip penambahan beban

21
Dengan prinsip pada overload, maka kelompok otot akan

berkembang secara efektif. Penggunaan beban overload dapat

merangsang penyesuaian secara fisiologis dalam tubuh yang

mendorong peningkatan kekuatan otot.

d. Prinsip kekhususan program latihan

Latihan beban untuk meningkatkan kekuatan sesuai dengan

program latihan beban pada cabang olahraga tersebut. Kekuatan

dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menambah

banyaknya tenaga atau gaya yang ditimbulkan dari kualitas fisik

yang prima. Analisis ini menunjukkan bahwa besarnya tenaga

ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan

kontraksi serabut otot.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot antara lain:

1) Besar kecilnya melintangnya otot

2) Besar rangka atau struktur tubuh

3) Jumlah fibril otot yang ikut bekerja dan melawan beban yang

diberikan

4) Kandungan kimia dalam otot

5) Umur dan jenis kelamin

6) Faktor bio mekanik (Sajoto, 1988:108)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah kekuatan otot untuk

membangkitkan tegangan terhadap suatu tekanan, oleh sebab itu latihan-

latihan yang cocok untuk mengembengkan kekuatan adalah latihan-latihan

22
tahanan (resistence exercises). Dimana kita harus mengangkat,

mendorong, atau menarik suatu beban. Beban itu biasanya beban anggota

tubuh kita sendiri atau beban atau bobot dari luar (external resistence) agar

efektif hasilnya. Latihan-latihan tahanan hendaknya dilakukan sedemikian

rupa sehingga atlet harus mengeluarkan secara maksimal atau hampir

maksimal untuk menahan beban tersebut. Demikian pula beban tersebut

haruslah dikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot

terjamin. Oleh karena itu latihan-latihan ketahanan tidak berhenti pada

suatu berat atau bobot beban tertentu. Oleh sebab itu pada penelitian ini

penulis menggunakan test dengan melakukan gerakan squat jump dengan

mengukur berapa kali test dapat melakukan lompatan dalam waktu 60

detik.

B. Kerangka Berfikir

Bertolak dari uraian diatas, maka disini akan diuraikan mengenai

keterkaitan antara kekuatan otot lengan dengan kekuatan otot kaki

terhadap kemampuan smash anggota KOP (Klub Olahraga Prestasi)

bulutangkis Universitas Negeri Jakarta.

Usaha mencapai prestasi didalam olahraga tentunya dapat faktor yang

menunjang sekaligus mempunyai peranan penting seperti faktor teknik,

fisik, mental yang matang selain itu harus ada kemampuan dari dalam diri

sendiri, tekun berlatih, disiplin, tidak mudah putus asa, adanya sarana

prasarana yang memadai bahkan sampai makanan yang dikonsumsi

seorang atlet haruslah bergizi tinggi serta melihat dan meninggikan

23
selalupetunjuk dari seorang pelatih. disamping itu seorang atlet harus

meningkatkan kondisi fisik dasar yang harus diberikan sebelum program

khusus. Latihan dasar yang sangat pokok meliputi latihan peningkatan

kekuatan, kecepatan, daya ledak, kelenturan dan daya tahan khusus serta

umum. (Drs. M. Sajoto.1995).

Pada dasarnya untuk melakukan smash dalam permainan bulutangkis

membutuhkan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot kaki, sebab

keduanya sangat menunjang didalam tercapainya suatu keberhasilan

smash didalam permainan.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang lemah kebenarannya, oleh

karena itu perlu diuji kebenarannya (Sutrisno Hadi, 1983:257).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diajukan beberapa hipotesis yang akan

diuji kebenarannya melalui penelitian. Dalam hipotesis penulis bertolak

dari pola hubungan tiga variabel antara lain:

 X1 : Variabel bebas (kekuatan otot lengan)

 X2 : Variabel bebas (kekuatan otot kaki)

 Y : Variabel terikat (ketepatan smash)

Berdasarkan pola-pola hubungan variabel diatas maka diajukan

dipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang berarti antara kekuatan otot lengan dengan

ketepatan smash bulutangkis klub olahraga prestasi Universitas Negeri

Jakarta.

24
2. Terdapat hubungan yang berarti antara kekuatan otot kaki dengan

ketepatan smash bulutangkis klub olahraga prestasi Universitas Negeri

Jakarta.

3. Terdapat hubungan yang berarti antara kekuatan otot lengan dan

kekuatan otot kaki dengan ketepatan smash bulutangkis klub olahraga

prestasi Universitas Negeri Jakarta.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian adalah untuk mengetahui:

1. Kekuatan otot lengan dapat meningkatkan ketepatan smash dalam permainan

atlet bulutangkis Klub Olahraga Prestasi Universitas Negeri Jakarta.

2. Kekuatan otot kaki dapat meningkatkan ketepatan smash dalam permainan

atlet bulutangkis Klub Olahraga Prestasi Universitas Negeri Jakarta.

3. Otot lengan dan otot kaki dapat meningkatkan ketepatan smash dalam

pemainan atlet bulutangkis Klub Olahraga Prestasi Universitas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Pembuatan proposal dan pembuatan laporan hasil penelitian dilakukan di

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta. Sedangkan untuk

pengambilan data penelitian dilaksanakan di lapangan bulutangkis hall A

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta.

25
2. Waktu Penelitian
Pengajuan proposal penelitian dan dosen pembimbing dilakukan pada bulan

januari 2022. Untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2022.

Pengambilan data dilakukan dengan sesi jam latihan, yaitu: Selasa, Rabu dan

Kamis, pukul: 18.00 – 20.30 WIB. Setelah pengambilan data, dilakukan proses

pembuatan laporan penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2022.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian asosiatif. Dimana, menurut (Sugiyono, 2014:55) penelitian asosiatif

adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

atau lebih, mencari peranan, pengaruh dan hubungan yang bersifat sebab-akibat,

yaitu antara variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel yang

terdiri dari variabel kekuatan otot lengan dan kekuatan otot kaki (x) dengan

ketepatan smash (y).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode survei dan

teknik koreasional. Variabel terikat adalah Y dan variabel-variabel bebas adalah

X1 dan X2.

X1
Y
X2 26
Gambar 3.1 Desain dua variabel bebas dan satu variabel terikat
Keterangan : Variabel terikat adalah Y, variabel bebas adalah adalah X1 dan X2.
D. Populasi dan Sampel
1. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. (Arikunto, 2006). Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian disimpulkan. (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini

adalah atlet Klub Olahraga Prestasi Bulutangkis Universitas Negeri Jakarta

berjumlah 50 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri – ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti, (Riduwan, 2007). Sedangkan menurut

Gulo, sampel sering juga disebut “contoh” yaitu himpunan bagian/ subset dari

suatu populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi,

(Gulp, 2010). Dan menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah “Sebagian

atau wakil populasi yang diteliti”. (Arikunto, 2006) berdasarkan definisi di

atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang

diteliti dan dapat memberikan gambaran.

Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang

ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil

27
dari populasi itu. Cara mengambil sampel dari populasi di sebut dengan

teknik pengambilan sampel (sampling). Menurut Riduwan teknik sampling

adalah suatu cara mengambil sampel yang representative dari populasi,

(Riduwan, 2007).

E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 98) instrumen penelitian adalah alat atau tes yang

digunakan untuk mengumpulkan data guna mendukung dalam keberhasilan suatu

penelitian. Adapun instrumen yang digunakan sebagai berikut:

a. Tes kekuatan Otot lengan


Pengukuran kekuatan otot lengan dilakukan dengan menggunakan alat neraca

pegas. Tes kekuatan otot lengan memiliki validitas sebesar 0,860 dan reliabilitas

sebesar 0,910 (dalam skripsi Jhati Asmoro, 2012). Adapun prosedur pelaksanaan

sebagai berikut:

1) Alat dan Fasilitas: Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot

lengan adalah neraca pegas. Blanko hasil pengukuran, sabuk pegangan,

dan alat tulis.

2) Peserta berdiri tegak menempel tembok dengan kedua tungkai sedikit

terbuka

a. Peserta memegang neraca pegas dengan tangan terkuat

b. Peserta melakukan tarikan neraca pegas secara eksplosif, yaitu

melakukan sekuat dan secepat mungkin

c. Suatu ukuran dinyatakan dalam kilogram.

28
3) Skor: Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, hasil yang terbaik

digunakan sebagai data penelitian.

Gambar 3.2 Neraca Pegas

b. Tes Kekuatan Otot Kaki


Pengukuran kekuatan otot kaki menggunakan Leg Dynamometer. Tes

kekuatan otot kaki memiliki validitas sebesar 0,837 dan reliabilitas sebesar

0,892 (dalam skripsi Bondan Nurcahya, 2013: 37).

1) Tujuan: Tes ini bertujuan untuk mengukur daya power tungkai 49

2) Alat dan fasilitas

- Papan berskala sentimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang

pada dinding atau tiang, jarak antara lantai dengan angka nol pada skala

yaitu 150 cm.

- Serbuk kapur.

- Alat penghapus.

3) Petugas tes: Pengamat dan pencatat hasil.

4) Menyusun pedoman pelaksanaan tes.

- Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur.

29
- Peserta berdiri tegak di dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada di

samping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat dinding

diangkat lurus ke atas telapak tangan ditempelkan pada papan berskala,

sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.

- Kemudian peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut,

salah satu kaki menekuk lutut ke belakang atas sehingga hanya

menggunakan satu kaki untuk tumpuan, kedua lengan diayunkan ke

belakang, kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk

papan berskala dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas.

50 Gambar 12. Tes Vertical Jump (Depdikbud, 2000: 19)

- Ulangi loncatan ini sampai 2 kali berturut-turut

5) Penilaian

- Hasil loncatan tersebut diperoleh dari hasil raihan loncatan dikurangi

raihan tegak

- Ketiga selisih raihan dicatat dan diambil nilai yang terbaik.

d. Tes Ketepatan Smash


Tes kemampuan smash oleh Saleh Anasir (2010: 27) memiliki validitas

0,926 dari criterion round robin tournament dan reliabilitas 0,90 dari test-retest.

Berikut adalah langkah-langkahnya:

1) Tujuan: Mengukur tingkat ketelitian dan ketetapan testee di dalam melakukan

smash.

2) Alat /faslitas /pelaksana

- Raket

30
- Net

- Lapangan bulutangkis

- Shuttlecock

- Alat tulis dan blangko penilaian

- Pelaksana

- Seorang pencatat nilai

- Seornag pengawas jatuhnya shuttlecock pada sasaran

- Seorang pengumpan

- Seorang pengambil

3) Pedoman Pelaksanan

- Sebelum tes dimulai, pemain diberi penjelasan dan contoh mengenai tes

yang akan diberikan, yaitu dengan mencoba 2 kali pukulan smash lurus

dan silang kemudian baru melakukan tes. Setiap testee melakukan

pukulan smash, petugas akan mencatat hasil yang diperoleh testee sesuai

dengan jatuhnya shuttlecock ke dalam tabel.

- Testee menempatkan posisi yang telah ditentukan.

- Testor yang telah melambungkan shuttlecock ke belakang dan testee

bergerak ke belakang melakukan smash dan testee menempatkan kembali

di posisi semula.

- Testee melakukan smash setelah diberi umpan oleh testor dengan service

forehand panjang.

31
- Setelah menerima umpan, testee melakukan smash. Sasaran ditunjukan

dari kanan ke posisi kanan lawan dan sasaran dari kiri 52 ke posisi kiri

lawan dengan ketentuan daerah sasaran mempunyai nilai sama

- Hasil smash yang jatuh di daerah sasaran atau di atas garis belakang area

long service line for single, dianggap sah dan dianggap mendapat nilai,

sedangkan untuk pukulan yang jatuh di luar daerah sasaran dan diluar

lapangan mendapat nilai 0 (nol). Berikut adalah kriteria penilaian jika

shuttlecock masuk ke daerah lapangan lawan:

1. Bila shuttlecock jatuh pada garis samping untuk tunggal atau (side

line for single) pada jarak 1,98 m dari net dengan lebar 35 cm, maka

sekor yang diperoleh 1 (satu).

2. Bila shuttlecock jatuh pada service count right atau left pada jarak

1,32 m dari short service line, maka skor yang diperoleh 2 (dua).

3. Bila shuttlecock jatuh pada service count pada jarak 1.32 m sampai

2,64 m, maka skor yang diperoleh 3 (tiga)

4. Bila shuttlecock jatuh pada service count pada jarak 2,64 m sampai

3,96 m, maka skor yang diperoleh 4 (empat).

5. Bila shuttlecock jatuh pada long service line for single, maka skor

yang diperoleh 5 (lima).

6. Bila shuttlecock jatuh pada garis antara dua sasaran smash, maka

skor yang diperoleh diambil yang terbesar.

32
7. Bila testor memberikan umpan, namun testee tidak memukul

shuttlecock, maka testee tetap dianggap telah melakukan pukulan

dan mendapat nilai 0 (nol).

8. Bila testor memberikan umpan shuttlecock buruk, testee

diperbolehkan menolak untuk memukul dan umpan shuttlecock

dilakukan perulangan.

4) Kesempatan melakukan adalah sebanyak 40 kali, dengan cara 20 kali dari

sebelah kanan dan 20 kali dari sebelah kiri kemudian dijumlahkan.

Gambar 3.3 Lapangan untuk Tes Ketepatan Smash


Sumber: (Saleh Anasir, 2010:27)

F. Teknik Pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan

dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap petanyaan

penelitian. Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah

dibutuhkan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabel-

variabel yang ada dalam hipotesis. Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah

ditentukan sebelumnya.

33
Menurut Riduwan “data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga

menghasilkan infromasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang

menunjukkan fakta”. (Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian,

2009) Ditinjau dari aspek cara memperolehnya, data digolongkan menjadi dua,

yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dan

diolah langsung dari obyeknya atau sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah

data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, hasil dari pengumpulan dan

pengolahan pihak lain.

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adapun cara melakukan

tes ini adalah:

1. Testee berdiri di tengah lapangan

2. Testee bermain skipping sebanyak 200 lompatan tanpa henti

3. Kemudian testee squat selama 5 menit

4. Testee melakukan smash sebanyak 10x kegaris tengah lapangan dengan

sempurna

5. Tes ini dilakukan masing masing 5 kali.

Pelaksanaan tes ini memiliki pedoman pelaksanaan yang harus

diperhatikan. Pedoman pelaksanaannya adalah:

1. Jumlah loncatan gagal tidak dihitung.

2. Lompatan yang gagal/ tersangkut sebanyak 50x dicatat gagal.

3. Testee melakukan squat tanpa henti

4. Testee melakukan smash tepat ditengah garis lapangan

34
Untuk mengetahui kekuatan otot lengan dan otot kaki terhadap ketepatan

smash dari tes yang dilakukan adalah dengan jumlah shuttlecock yang dapat

menyentuh tepat pada garis tengah lapangan. Adapun penilaian tes kekuatan

otot lengan, kaki dan ketepatan smash ini adalah jika:

1. Testee berhasil melompat dengan 200 lompatan

2. Testee mampu menahan posisi squat dalam 5 menit

3. Testee mampu melakukan smash dengan tepat ke garis tengah

lapangan sebanyak 30x maksimal.

Data yang diperoleh saat menghitung ketepatan smash dengan

memasukannya ke dalam format tes. Berikut adalah format pengambilan

data:

SKOR
NO NAMA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

G. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari penelitian ini dilanjutkan dengan menganalisis

data kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan statistik deskriptif

Adapun teknik analisis data meliputi:

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif. Statistik ini bertujuan untuk mengumpulkan data,

menyajikan data, dan menentukan nilai. Data yang didapat dari tiap tes tersebut

35
merupakan data awal dari tiap butir tes yang telah dicapai oleh Mahasiswa. Untuk

memberikan makna dari nilai itu harus disesuaikan dengan 5 batasan norma

penilaian dari Anas Sudijono (2001: 453) yang memberikan penilaian menjadi

lima kategori. Kategori tersebut antara lain;

No Rentang Norma kategori


1 sangat baik
2 baik
3 cukup baik
4 kurang baik
5 sangat kurang baik

Sumber; (Anas Sudijono,2001: 453)

1. Analisis Deskriptif

Untuk menganalisis data diperlukan suatu cara atau metode analisis

data hasil penelitian agar dapat diinterprestasikan sehingga laporan yang

dihasilkan mudah dipahami. Dalam penelitian ini, digunakan amalisis data

sebagai berikut:

a. Mean (rata-rata)

Menghitung mena dapat dilakukan dengan rumus:

Keterangan : (Sugiyono, 2007:54)

Me : Mean untuk data bergolong


Σfi : Jumlah data/sampel
Σfixi : Produk perkalian antara fi pada tiap interval data dengan tanda
kelas (xi)

H. Hipotesis Penelitian

36
1. Hipotesis Pertama

H0: py1 = 0

H1: py1 ≠ 0

2. Hipotesis Kedua

H0: py2 = 0

H1: py2 ≠ 0

3. Hipotesis Ketiga

H0: py.12 ≠ 0

H1: py.12 ≠ 0

37
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmad. 1986, Metode Khusus Pendidikan. Bandung: CV. Amrico,


Amung Ma’mun& Yudha M. Saputra. 2000, Perkembangan Gerak dan Belajar
Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Anderson, J. R. 1995. Learning and Memory. NewYork: John Willey & Son Inc.
Anne & Marjorie. 1995, “Motor Control” Teori & Practical Applications,
Baltimore
Ballou, Ralph B. 1998. Badminton for Beginners, 2nd ed. Colorado: Morton
Publishing Co.
Cecile Reynaud, 2011, Coaching Volleyball Technical and Tactical Skills
(Technical and Tactial Series), American Sport Science Program,
Dhedhy Yuliawan dan FX. Sugiyanto. 2014. Pengaruh Metode Latihan Pukulan
dan Kelincahan terhadap Keterampilan Bermain Bulutangkis Atlet Tingkat
Pemula. Jurnal Keolahragaan, Volume 2 – Nomor 2.
Djoko Pekik Irianto. 2002, Dasar Kepelatihan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Keolahragaan.
2004. Pedoman Praktis Berolahraga Untuk Kebugaran Dan Kesehatan.
Yokyakarta: Andi Ofset,
Fischman, M. G, and Oxendine, J. B. 1993. Motor Skill Learning for Effective
Coaching and Performance. In Williams, J.M. Applied Sport Psychology,
Personal Growth to Peak Performance. London: Mayfield Publishing
Company.
Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo.
Hariono, 2006, Metode Melatih Dalam Pencak Silat, Yogyakarta: UNY Press.
Herman Subardjah. 2000. Bulutangkis. Bandung: Pioner Jaya.
Icuk Sugiarto, 1983, Olahraga Pilihan Bulutangkis. Manahan Solo: Setyaki Eka
Anugra,
Imam Hidayat, 1996, BIOMEKANIKA, (Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga), h.5 - 6
James Pole. 2008, Belajar bulu tangkis, Bandung: Pionir Jaya.
. 1986, Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Jaya.
Kerlinger. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
M. Furqon, 2015, Teori Umum Latihan, Surakarta: Universitas Sebelas Maret,

38
Magill, Richard A. 2001. Motor Learning: Consepts and Applications 6th ed.
New York: Mc. Graw-Hill Companies.
Nana Sudjana. 2001, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Rahantoknam, B Edward. 1988, Belajar Motorik Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Ditjen
Dikti Depdikbud.
Riduwan, 2003, Dasar – dasar Statistika, Bandung: Alfabeta.
2009, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta.
2007. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rusli Lutan, 2001 Pembaruan Pendidikan Jasmani di Indonesia, Indonesia:
Depdiknas.
Sadoso Sumodisardjono, 1990, Pengetahuan Praktisi Kesehatan dan Olahraga,
PT. Gramedia, Jakarta
Schmidt, R. A. 1988. Motor control and learning: A behavioral emphasis (2nd
ed.). Human Kinetics Publishers.
Singer, Robert N, and Walter, Dick. 1980. Teaching Physical Education: A
System Approach. Boston: Houghton Miffin Company.
Sudrajat Prawirasaputra. 2000. Sepak Takraw. Jakarta: Depdiknas Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sugiyanto. 1993. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta. Derpartemen
Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta,
2000. Pengaruh Metode Latihan dan Koordinasi terhadap Kemampuan
Lob Bulutangkis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suharjana. 2007. Latihan Beban. Yogyakarta: FIK UNY
Suharno, HP. 1993. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung. PT. Karya Ilmu,
Suharsimi Arikunto, 2011, Prosedur penelitian, kualitatif, dan R&D, Bandung:
CV Alfabeta.
2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.

39
40

Anda mungkin juga menyukai