Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

PROFIL KEBUGARAN JASMANI SISWA PUTRA IPA SMA NEGERI 1


BUNGARAYA KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU

Oleh

INDRA TRI HANDOKO


NIM. 14086052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

1
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................... i
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah........................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah....................................................................... 5
D. Perumusan Masalah........................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian.......................................................................... 5
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori.................................................................................... 7
1. Pengertian Profil....................................................................... 7
2. Pengertian Tes dan Pengukuran................................................ 8
a. Pengertian Tes..................................................................... 8
b. Pengertian Pengukuran....................................................... 8
c. Kriteria memilih Tes........................................................... 9
3. Kebugaran Jasmani................................................................... 10
a. Pengertian Kebugaran Jasmani........................................... 10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani..... 15
c. Komponen Kebugaran Jasmani.......................................... 18
d. Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani............................ 20
B. Kerangka Konseptual ..................................................................... 23
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis, Tempat dan Waktu penelitian............................................... 25
B. Populasi dan Sampel....................................................................... 25
C. Jenis dan Sumber Data.................................................................... 27
D. Tekhnik Pengumpulan Data ........................................................... 27
E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 27
F. Tekhnik Analisis Data..................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan tubuh untuk melakukan

aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki

cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lainnya. Klasifikasi

kebugaran jasmani menurut organisasi kesehatan dunia diartiakan sebagai

sehat dan bugar, sehat adalah adalah terbebasnya baik fisik maupun mental

dari segala penyakit, sedangkan bugar adalah kemampuan seseorang untuk

melakukan aktivitas sehari-hari secara maksimal dan masih mempunyai

cadangan tenaga tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.

Kebugaran jasmani tidak hanya menggambarkan tentang kesehatan

tetapi lebih cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari-hari. Ada

tiga hal penting dalam kebugaran jasmani, yaitu: Fisik, fungsi organ, respon

otot. Fisik yaitu berhubungan dengan otot, tulang dan bagian lemak, fungsi

organ yaitu berhubungan dengan efisiensi sistem jantung, pembuluh darah dan

paru-paru, sedangkan respon otot yaitu: berhubungan dengan kecepatan,

kelentukan, kekuatan, daya tahan.

Menurut (Gusril:2004). Silva (dalam efwillza, 2002:9) menyatakan

kebugaran jasmani adalah:

“Kebugaran jamani adalah suatu kemampuan untuk melakukan


kegiatan sehari-hari yang normal dengan giat dan penuh dengan kesiap
siagaan,tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai
cadangan energi untuk menikmati kegiatan waktu senggang serta
kejadian darurat yang datang secara tiba-tiba”.

1
2

Berdasarkan kutipan yang di kemukakan diatas, berarti kebugaran

jasmani merupakan gambaran dari kemampuan fungsi serta sistem-sistem

dalam setiap aktivitas fisik. Kebugaran jasmani sangat di butuhkan setiap

siswa untuk memperoleh ketangkasan, kesanggupan serta kemampuan belajar

yang tinggi, salah satu untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran

jasmani dengan melakukan olahraga secara teratur dan aktivitas fisik sehari-

hari yang bermanfaat untuk kesehatan di sekolah.

Siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang baik ditandai dengan

tidak mudah lelah, selalu aktif bergerak, memiliki ketahanan kardiovaskuler

yang baik sedangkan Siswa yang tidak memiliki kebugaran ditandai dengan

sering mengantuk saat belajar, mudah lelah saat berolahraga, dan otot terasa

nyeri setelah berolah raga, tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap

pembelajaran penjasorkes disekolah.

Tingkat kebugaran jasmani siswa akan dapat diukur melalui unsur-

unsur kondisi fisik diantaranya lari cepat 60 meter, angkat tubuh (pull up)

selama 60 detik putra, Baring duduk (sit up) selama 60 detik, Loncat tegak

(vertikal jump), lari atau 1200 meter putra. Kriteria ini dimaksutkan untuk

mengukur item-item tes Kriteria pengukuran tingkat kebugaran jasmani. Jika

dilaksanakan dengan baik, oleh guru-guru olahraga dapat meningkatkan

kesegaran jasmani siswa SMA.

Kebugaran jasmani tidak terlepas dari berbagai faktor asupan gizi yang

diperoleh, karena dengan asupan gizi yang baik maka akan sangat menunjang

untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Asupan gizi yang baik di perlukan


3

oleh tubuh sebagai sumber energi dalam melakukan aktifitas, serta sebagai

metabolisme tubuh, dan pembangun sel-sel tubuh.Jadi untuk menjaga tingkat

kesegaran jasmani konsumsi makanan yang seimbang dan cukup energi serta

vitamin, mineral, dan lain-lain.

Disamping itu faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebugaran

jasmani seseorang adalah aktifitas fisik siswa, usia, genetik (keturunan),

asupan gizi, status gizi. kegiatan pendidikan jasmani yang diberikan oleh guru

disekolah serta ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran disetiap

materi yang akan diajarkan, khususnya dalam mengerjakan berbagai

keterampilan gerak dan olahraga dalam pembelajaran penjasorkes.

SMA 1 Bungaraya ini adalah salah satu sekolah yang terletak

dikecamatan Bungaraya Kabupaten Siak tepatnya didaerah yang jauh dari

perumahan penduduk, dan berjarak sekitar 30 km dari pusat kota, perjalanan

untuk bisa ke SMA Negeri 1 Bungaraya menghabiskan waktu sekitar 20

menit.

Dilihat dari tata ruang sekolah, Usia, di SMA Negeri 1 Bungaraya

memiliki tempat dan tanah yang cukup luas. Dilihat lagi dari kondisi

lingkungan dan aktifitas fisik yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Bungaraya

yang berada di pedesaan, meskipun tata letak sekolah berada dipedesaan dan

akses kesekolah yang begitu jauh umumnya siswa untuk pulang pergi sekolah

dengan menggunakan kendaraan, baik kendaraan pribadi maupun diantar

jemput. Dengan akses kesekolah yang jauh dari pemukiman penduduk dan

jalan yang sepi serta jauhnya jarak dari rumah menuju sekolah membuat
4

kebanyakan siswa malas untuk berjalan kaki kesekolah yang berhubungan

dengan kegiatan fisik, siswa lebih memilih untuk menggunakan kendaraan

karena akses yang mudah, efisien dan lebih cepat untuk mencapai tujuan.

Kurangnya kegiatan fisik atau gerak siswa juga di pengaruhi kemajuan

teknologi yang ada karena semakin pesat teknologi tersebut yang memberikan

kemudahan dalam kemudahan dalam segala bidang untuk menjadikan setiap

aktifitas lebih murah, ringan, dan nyaman.

Dari pengamatan yang penulis lakukan secara langsung di SMA

Negeri 1 Bungaraya Kabupaten Siak, bahwa penulis melihat masih rendahnya

tingkat kebugaran jasmani siswa. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran

penjasorkes, banyak siswa yang kurang semangat, cepat lelah, tidak fokus,

lesu.padahal tingkat kebugaran jasmani dapat mempengaruhi kegiatan belajar

siswa, sehingga tujuan dari pembelajaran kurang tercapai dengan baik.

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang masalah dan teori para

pakar, maka penulis ingin melakukan penelitian yang mengacu kepada “Profil

Kesegaran Jasmani Siswa Putra IPA SMA Negeri 1 Bungaraya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang dikemukakan diatas maka,

didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Aktifitas fisik

2. Lingkungan geografis

3. Usia

4. Status Gizi
5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, serta keterbatasan waktu,

pendanaan, tenaga dan mengingat banyaknya variabel yang berpengaruh

terhadap permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis membatasi masalah

ini pada “Kebugaran Jasmani Siswa Putra IPA SMA Negeri 1 Bungaraya

Kabupaten Siak”

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, identifikasi masalah dan latar

belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

Bagaimana Profil Kebugaran Jasmani Siswa Putra IPA SMA Negeri 1

Bungaraya Kabupaten Siak ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka dapat diteliti

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat

Kebugaran Jasmani Siswa Putra IPA SMA Negeri 1 Bungaraya Kabupaten

Siak”.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kegunaan penelitian ini

adalah:

1. Peneliti, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang

2. Bagi siswa agar dapat meningkatkan semangat untuk melaksanakan

aktivitas kebugaran jasmani


6

3. Guru mata pelajaran penjasorkes, sebagaia bahan masukan dalam

penyelenggaraan dan pelaksanaan pembelajaran

4. Pihak sekolah, sebagai bahan masukan dan pedoman dalam mengambil

kebijakan dalam pelaksananaan mata pelajaran penjasorkes di SMA

Negeri 1 Bungaraya Kabupaten Siak

5. Sebagai bahan bacaan dan literature diperpustakaan Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Padang.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Profil
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:256) profil berarti

pandangan dari samping (tentang orang), lukisan (gambar) orang dari

samping, sketsa geografis dan penampang (tanah, gunung, dan sebagainya),

grafik atau itisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

menurut Alsyahbana, Murdha (2012:3) dalam jurnal profil tinggi badan, daya

ledak (power) otot tungkai, kelincahan (agility) dan daya tahan (endurance)

pemain bulu tangkis PB Surya Baja Surabaya usia 12-16 tahun profil adalah

tampang muka, raut muka dan wujud suatu barang.


Profil dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang atau aktifitas yang

dilakukan sehari-hari. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi profil

seseorang diantaranya adalah antara lain makanan yang dikonsumsi dan

aktifitas sehari-hari. Jadi, dapat disimpulkan bahwa profil adalah gambaran,

kedudukan, atau keadaan seseorang atau sesuatu yang baik dalam bentuk

diagram, grafik atau pun tulisan.


Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan profil adalah gambaran

atau keadaan Kesegaran Jasmani yang dimiliki oleh siwa Putra IPA di SMA

Negeri 1 Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak yang berkaitan dengan aspek

kesegaran jasmani yang dalam hal ini berdasarkan hasil obervasi peneliti

diduga memiliki kesegaran jasmani yang rendah.


2. Pengertian Tes dan Pengukuran
a. Pengertian Tes
Testadalah salah satu alat atau prosedur yang diperlukan untuk

mengumpulkan data seseorang, benda atau objek tertentu melalui pengukuran

7
8

dan aturan-aturan tertentu. Ada beberapa istilah yang kata dasarnya testnamun

memiliki arti yang berbeda, diantaranya yaitu:


1) Testing adalah saat atau waktu test itu dilaksanakan, dapat juga dikatakan

testing adalah saat pengambilan test.


2) Testee adalah responden atau orang yang sedang mengerjakan test, orang

inilah yang akan dinilai, diukur kemampuannya sesuai dengan tujuan test.
3) Tester adalah oaring yang diserahi untuk melaksanakan test terhadap para

responden yang akan ditest.


b. Pengertian Pengukuran
Scriven (1981) mengartikan pengukuran sebagai determinan atau

perbedaan dari besaran atau pentingnya sebuah kuantitas. Menurut Gronlund

(1985), pengukuran adalah suatau kegiatan atau proses untuk memperoleh

deskripsi numerik dari tingkatan atau derajat karakteristik khusus yang

dimiliki oleh individu. Hopskin dan Stanley (1987), pengukuran adalah

suatau proses yang menggunakan peralatan yang berbeda-beda. Sedangkan

Moh Nazir (1988), mengartikan pengukuran sebagai prosedur yang sistematis

dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Sutrisno Hadi (1987)

mengartikan pengukuran sebagai suatu kegiatan yang ditujukan untuk

mengidentifikasi besar-kecilnya objek atau gejala.Dikatakan pula, bahwa

untuk mengidentifikasikan besar kecilnya suatu obyek atau gejala yang dapat

dilakukan melalui alat-alat yang telah ditera atau tanpa menggunakan alat

yang ditera. Menurut safrith dan Wood (1989), pengukuran adalah proses

pemberian angka-angka dari suatu obyek, seseorang atau lainnya dengan

mengikuti berbagai aturan. Senada dengan itu, singarimbun dan Effendi

(1995) mengartikan bahwa pengukuran menunjukan angka-angka pada

variabel yang telah ditentukan.


9

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pengukuran adalah suatu

proses untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan

menggunakan alat ukur (test) yang baku.


c. Kriteria Memilih Tes
kriteria adalah standar atau azas-azas dasar atau pedoman yang

dijadikan bahan pegangan dalam melakukan test dan pengukuran. Suatu test

sebagai alat evaluasi dikatakan memenuhi persyaratan jika memenuhi criteria

antara lain:
1) Valid
Adalah sahih, suatu test dikatakan valid apabila test itu mengukur apa

yang seharusnya ditest, contohnya mengetest panjang lengan seseorang

akan valid bila digunakan meter, tetapi tidak valid jika menggunakan

gram.
2) Reliabel
Adalah terpercaya, suatu testdikatakan reliabel apabila test itu dapat

mengukur secara tepat apa yang seharusnya diukur.


3) Objektiv
Adalah keterbukaan suatu test dalam mengukur, suatu tes dikatakan

objektiv apabila test itu mengukur secara sama atau hampir sama apabila

dilakukan oleh dua orang yang berbeda dalam mengukur objek yang

sama.
4) Ekonomis
Ekonomis dan efisien, suatu test dikatakan ekonomis apabila dalam

mengukur test itu ekonomis dalam: waktu pelaksanaan, tenaga pelaksana,

peralatan yang digunakan, tempat yang dibutuhkan, biaya yang

diperlukan
5) Punya norma penilaian atau patokan
6) Punya petunjuk pelaksanaan
7) Test harus berbentuk duplikasi dari keterampilan
8) Test harus cukup menyenangkan bagi testee
9) Test harus mengandung unsur-unsur pendidikan
10

3. Kebugaran Jasmani
a. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari

dengan penuh vitalitas dan kesiagaan tanpa mengalami kelelahan yang berarti

dan mempunyai cukup energy untuk beraktifitas pada waktu senggang dan

menghadapi hal-hal yang bersifat darurat (emergency). (Nurhasan, dkk.

2005:17).
Sedangkan menurut (Maksum, dkk., 2004:23), mengatakan

bahwasannya “di samping kebugaran merupakan general faktor dari tiga pilar

bangunan olahraga, ia (kebugaran) juga merupakan persyaratan bagi seseorang

untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara produktif”


Lebih lanjut (Cholik dan maksum, 2007:51), menjelaskan bahwa

kebugaran jasmani adalah “kesanggupan tubuh untuk melakukan aktivitas

tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Orang yang bugar berarti ia dapat

mengerjakan pekerjaan sehari-hari secara optimal. Tidak malas atau bahkan

berhenti sebelum waktunya”.


Howley dan Franks dalam Suharjana (2013:3) mendefinisikan dalam

konteks sederhana kebugaran jasmani dapat diartikan sebagai kemampuan

fisik yang optimal dalam hidup seseorang, dengan ditandai oleh pencapaian

nilai tes kebugaran jasmani dalam tingkat tertentu, dan terhindarkan dari

masalah-masalah kesehatan. Dengan demikian kebugaran jasmani dapat

diartikan sebagai kesanggupan seseorang untuk menjalankan hidup sehari-hari

tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih memeiliki

kemampuan untuk mengisi pekerjaan ringan lainnya.


Ditinjau dari segi ilmu faal (fisiologi), kebugaran jasmani merupakan

kesanggupan dan kemampuan tubuh dalam melakukan penyesuaian (adaptasi)


11

terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya (kerja) tanpa mengalami

kelelahan yang berarti (Moeloek, 1984). Pembinaan kebugaran jasmani

merupakan bagian dari kondisi fisik, istilah kebugaran jasmani berasal dari

Physical Fitnes. Phsical berarti jasmani, dan fitness berarti kemampuan (fit =

cocok, layak, atau mampu). Jadi Physical Fitness berarti kemampuan

jasmaniah.
Sutarman dalam Apri Agus (2012:23) mengemukakan

bahwa,“Kebugaran Jasmani adalah suatu aspek yaitu aspek fisik dari

kebugaran yang menyeluruh (total fitness), yang memberikan kesanggupan

kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat

menyesuaikan diri pada tiap-tiap pembebanan fisik (physical stress) yang

layak”.
Berdasarkan kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa kebugaran

jasmani merupakan cermin dari kemampuan fungsi sistem-sistem dalam tubuh

yang dapat mewujudkan suatu peningkatan kualitas hidup dalam dalam setiap

aktivitas fisik. kebugaran jasmani merupakan kemampuan fisik yang dapat

berupa kemampuan aerobik dan anaerobik. Kemampuan fisik tersebut dapat

dilatih melalui program latihan. Kemampuan aerobik dapat diketahui dari

kemampuan sistem kardiorespirasi untuk menyediakan kebutuhan oksigen

sampai kedalam mitro kondria, sedangkan kemampuan anaerobik dapat diukur

dengan kemampuan ambang anaerobik dan kekuatan kontraksi otot (Fox,

Bower, Foss, 1998).


Jadi, dapat dikatakan bahwa kebugaran jasmani adalah kesanggupan

seseorang dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap

kemampuan pembebasan fisik yang diberikan kepadanya (dari kerja yang


12

dilakukan sehari-hari) tanpa mengalami kelelahan yang berarti maksudnya

ialah setelah seseorang melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, masih

mempunyai cukup semangat dan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya

dan untuk keperluan-keperluan lainnya yang mendadak.


Kemampuan kerja seseorang yang mempunyai tingkat kebugaran yang

tinggi tidak sama dengan orang yang memeiliki tingkat kebugaran yang

rendah. Pada orang yang memiliki tingkat kebugaran yang tinggi akan mampu

bekerja selama 8 jam dengan kemampuan kerja 50% dari kapasitas aerobik,

sedangkan pada orang dengan tingkat kebugaran yang rendah hanya mampu

mengguanakan 25% dari kapasitas aerobik. Dengan demikian dapatlah

dikatakan bahwa kebugaran jasmani yang tinggi dapat menunjang gairah

kerja, (Sharkey, 2003).


Kebugaran jamani juga tidak dapat lepas dari faktor gizi (bahan

makanan), karena bahan makanan diperlukan tubuh untuk sumber energi,

pembangun sel-sel tubuh komponen biokatalisator, dan metabolisme.Makanan

harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh baik secara kuantitatif

maupun kualitatif. Kuantitatif maksudnya adalah perbandingan antara

karbohidrat, lemak dan protein yang dimakan harus sesuai dengan aktifitas

seseorang. Pada orang yang normal karbohidrat diberikan 55-60%, lemak

diberikan 20-30% dari total kalori dan protein dibutuhkan 1 gram/berat badan,

sedangkan pada atlet diberikan 10-15% dari total kalori. Selanjutnya secara

kualitatif maksudnya bahan-bahan yang selalu ada dalam makanan

(karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) dan jumlahnya dapat

diberikan lebih banyak jika diperlukan (Lamb,1984)


13

Ruang lingkup kebugaran jamani, meliputi:


1) Anatomical Fitness
2) Physiological Fitness
3) Physicologicsl Fitness
Sesorang yang mempunyai Anatomical Fitness untuk melakukan usaha

atau kegiatan apabila ia memenuhi persyaratan kelengkapan anggota-anggota

yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan (memiliki bentuk tubuh yang

baik).
Jika seseorang dikatakan mempunyai Physiological Fitness adalah

apabila ia dapat melakukan pekerjaan dengan efisien, tanpa timbul kelelahan

yang berarti dan dapat pulih kembali (recovery) dengan cepat kalau timbul

kelelahan akibat melakukan kegiatan tersebut. Semua kegiatan memerlukan

kegiatan otot, walaupun tidak samauntuk bermacam-macam kegiatan. Secara

singkat Physicological Fitness adalah kemauan tubuh untuk dapat berfungsi

secara maksimal.
Selanjutnya Sadoso dalam Apri Agus (2012:25-26) mengemukakan,

kebugaran jasmani lebih menitik beratkan pada Physilogical Fitness yaitu

kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas

fisiologis terhadap keadaan lingkungan (ketinggian, kelembaban, suhu, dan

sebagainya). Kebugaran jasmani harus dipandang dari sesuatu yang berlanjut

dan bertingkat, dimulai dari tingkat yang sangat rendah sampai ketingkat

maksimal. Kebugaran jasmani yang rendah adalah kesanggupan melakukan

tugas sehari-hari tetapi dengan kesukaran dan mengalami kelelahan dan

kekurangan energi.
Johnson (1977), mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki

kebugaran jasmani yang berada di bawah standar adalah:


1) Kemampuan fisik yang berada di bawah efisien (physical Inefficiency).
2) Emosi yang tidak stabil.
3) Mudah lelah.
14

4) Tidak sanggup mengatasi tantangan fisik dan emosi.


Sedangkan Cooper dan Brown (1985), mengemukakan bahwa ciri-ciri

seseorang yang memiliki kebugaran jasmani yang berada di bawah standar

adalah:
1) Menguap ditempat kerja
2) Perasaan malas dan mengantuk sepanjang hari.
3) Cenderung bertingkah marah
4) Merasa lelah dengan kerja fisik yang minimal.
5) Terlalu capek untuk melakukan aktivitas di waktu senggang.
6) Penggugupan di waktu kerja
7) Sukar rileks.
8) Mudah cemas dan sedih
9) Mudah tersinggung.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani
Pate dalam Apri Agus (2012:27-28) mengemukaka bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi volume oksigen maksimal seseorang adalah salah satu

dari ukuran tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah aktivitas, keturunan,

usia. Volume oksigen maksimal merupakan salah satu indikator untuk

mengemukakan mengenai tingkat kebugaran jasmani seseorang. Dimana

semakin baik pula tingkat kebugaran jasmaninya.


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani

seseorang adalah sebagai berikut:


1) Umur
Kesegaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai

maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan

kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun,

tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai

separuhnya. Dan antara orang dewasa dengan orang tua juga terdapat

perbedaan tingkat kesegaran jasmaninya dikarenakan kemampuan

fungsional organ tubuhnya terutama orang telah tua tidak lagi berjalan

secara efektif dan efisien.


2) Genetik (keturunan)
15

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor genetik

sangat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang. Genetik ini

berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas,

hemogoblin atau sel serat otot. Baru-baru ini Malina dan Bauchard (1990)

telat memperkirakan bahwa hereditas bertanggung jawab 25 hingga 40%

dari perbedaan V O2 Max. dengan demikian untuk mencari calon atlet

daya tahan lihatlah kedua orang tuanya.


3) Aktivitas fisik
Istirahat selama 3 minggu akan menurunkan daya tahan kardio

vaskular sebesar 17-27%. Efek latihan 8 minggu setelah itirahat tersebut

memperlihatkan daya tahan kardio vascular sebesar 62%.Kegiatan

olahraga yang biasa dilakukan sangat mempengaruhi kebugaran jasmani

seseorang.
Suharjana (2013:9) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang yaitu:


1) Mengatur makan
Manusia memerlukan energy untuk melakukan aktivitas tiap hari.

Energi dapat diperoleh dari makanan prorpotsi: karbohidrat 60%, lemak

25%, dan protein 15%.


2) Istirahat secara teratur
Istirahat diperlukan manusia untuk memberikan recovery sehingga

dapat melakukan kerja sehari-hari dengan baik. Istirahat digunakan tubuh

untuk membubag asam laktat sehingga, tubuh bisa segar kembali. Istiahat

yang baik bagi orang dewasa adalah tidur selama 7-8 jam setiap hari,

meskii hanya beberapa saat saja. Secara fisiologis tidur siang dapat

memberikan kenyamanan terhadap fisik untuk melanjutkan pekerjaan di

siang hari.
16

3) Berolahraga secara rutin


Olahraga merupakan salah satu alternatife paling efektif dan aman

untuk memperoleh kebugaran. Olahraga mempunyai manfaat antara lain:

dapat meningkatkan kebugaran jasmani, dapat membuat orang tahan

terhadap stress, dan dapat menghargai diri sendiri dan orang lain.

c. Komponen Kesegaran Jamani


Secara umum menurut Bouchard (2012:29-30), komponen kebugaran

jasmani itu ada yang berkaitan dengan nilai-nilai kesehatan dan kemampuan

motorik. Kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, meliputi:


1) Daya tahan jantung (cardiovascular)
Daya tahan kardio vaskular adalah kebugaran sistem jantung, paru,

paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan

istirahat dan kerja dalam mengambil oksigen dan menyeluruh kebagian

yang aktif sehinnga dapat dipergunakan pada proses metabolisme tubuh


2) Kekuatan otot (strength)
Kekuatan otot adalah kemampauan badan dalam menggunakan

daya. Serabut otot akan memberikan respon apabila diberi beban atau

tahanan dalam latihan. Tanggapan atau respon ini membuat otot lebih

efisien dan mampu memberikan respon lebih baik kepada sistem syaraf

pusat.
3) Daya tahan otot (ketahanan muskulator)
Daya tahan otot adalah kemampuan atau kapasitas sekelompok

otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang

terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu.


4) Kelentukan (flexibilitas)
Kelentukan merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan

persendian melalui jangkauan gerak yang luas.

5) Komposisi tubuh
17

Komposisi tubuh ini digambarkan berat badan dengan

pertumbuhan yang seimbang.


Sedangkan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan nilai-nilai

motorik, meliputi:
1) Kelincahan (agility)
Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah secara

bagian tubuh tanpa mengalami gangguan keseimbangan.


2) Kecepatan (speed)
Kecepatan merupakan kemampuan untuk bergerak dari satu tempat

ketempat yang lain dengan sangat cepat. Kecepatan menurut kemampuan

biomotor dapat dirinci menjadi dua tipe yaitu: kecepatan terkontrol dan

kecepatan maksimal.
3) Keseimbangan (balance)
Keseimbangann\ merupakan kemampuan mempertahankan sikap

tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangannya.


4) Koordinasi (coordination)
Koordinasi merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan

dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan dengan efisien dan

penuh ketepatan.
5) Daya ledak (power)
Daya ledak adalah kemampuan seseorang mempergunakan

kekuatan maksimum yang dikerahkan pada waktu yang sesingkat-

singkatnya.
Sedangkan Moeloek dalam Apri Agus(2012:31-32), mengemukakan

unsur-unsur kebugaran jasmani, yaitu:


1) Daya tahan kardiovascular (respiratory)
2) Kekuatan otot (muscle strength)
3) Daya tahan (muscle explosivepower)
4) Kelentukan (flexibility)
5) Kecepatan (speed)
6) Kelincahan (agility)
7) Keseimbangan (balance)
8) Koordinasi (coordination)
9) Ketepatan (accuracy)
18

Berdasarkan keterangan di atas dapat dilihat bahwa kebugaran jasmani

meliputi kemampuan dari sistem jantung, darah dan peredaran darah serta

pernafasan. Disamping itu, juga kemampuan atau keterampilan gerak dasar.

Hal ini berarti kebugaran jasmani tidak hanya dipusatkan kepada

perkembangan kemampuan organ tubuh dalam menerima beban saat latihan.

d. Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani


Cara meningkatkan kebugaran jasmani seseorang adalah dengan

latihan. Latihan latihan merupakan aktivitas olahraga secara sistematik dalam

waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang bertujuan

atau mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya melalui latihan

seseorang dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Bompa (1990)

mengemukakan bahwa seseorang melakukan latihan untuk mengejar tujuan

perbaikan fungsi sistem organ untuk mengoptimalkan prestasi dan

penampilannya dalam olahraga.


Latihan merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan

kebugaran jasmani seseorang. Latihan fisik ini juga dapat mempengaruhi

fungsi organ tubuh seseorang terutama sekali fungsi organ jantungnya. Akibat

dari latihan ini maka denyut nadi istirahatnya akan lebih baik dibandingkan

dengan seseorang yang jarang melakukan latihan (Jhonson dan Nelson, 1986).
Latihan akan meningkatkan prestasi kerja, dan peningkatan itu

dipengaruhi oleh pemberian beban, pengaturan frekuensi, istirahat, dan durasi

atau lamanya latihan (Astrand dan Rodhal, 1986).


Dalam melakukan latihan maka interval latihan harus diperhatikan, hal

ini untuk memberikan waktu bagi tubuh kita istirahat setelah melakukan

latihan. Fungsi istirahat dalam latihan mempunyai tiga tujuan, yaitu:


19

1) Memberikan kesempatan kepada tubuh untuk kembali kepada keadaan

semula.
2) Memberikan kesempatan untuk resintesa asam laktat menjadi glikogen

untuk membentuk energi baru.


3) Meningkatkan rangsangan untuk melakukan kerja kembali. (Fox, 1988).
Dalam interval ini tidak semata-mata hanya mementingkan interval

latihannya saja, tetapi interval istirahat tidak boleh diabaikan baik durasi

maupun bentuk latihannya.Interval istirahatnya dapat berbentuk istirahat pasif

maupun istirahat aktif. Dan durasi interval istirahat dinyatakan dengan

perbandingan antara waktu latihan dengan waktu istirahat. Untuk interval

kerja lama dan intensitas ringan maka rasio interval adalah 1:1, pada interval

kerja yang sedang maka rasio menjadi 1:2, dan pada interval kerja yang

singkat dengan beban yangberat rasio menjadi 1:3 (Fox,1988).


Selain interval latihan, yang juga sangat mempengaruhi adalah

pemberian beban latihan yang terdiri dari intensitas latihan, durasi latihan,

frekuenssi latihan, serta lama latihan adalah menunjukkan seberapa besar atau

beratnya latihan yang dilakukan. Berat ringannya latihan akan berpengaruh

terhadap pengembangan sistem energi utamanya, karena glikolisis anaerobik

segera terhenti jika kebutuhan oksigen tidak mencukupi. Dalam menentukan

intensitas latihan agar mencapai zona latihan yang sesuai dengan tujuan

latihan yang ingin dikembangkan maka denyut nadi yang menjadi ukuranya

dan ini disebut denyut nadi latihan (training heart rate).Dan untuk latihan

aerobik dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani maka zona

latihan adalah sekitar 70%-80% dari Denyut Nadi maksimal (DN Max.220-

usia).
20

Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan kualitas kebugaran

jasmani seseorang, maka disarankan untuk memilih cabang olahraga aerobik

yang disenangi. Kedua, tentukan intensitas latihan dengan rumus 70-85% dari

denyut nadi maksimal. Ketiga lama latihan paling kurang antara 30-45 menit

tiap kali latihan. Keempat frekuensi latihan seminggu dilakukan antara 3-4

kali dengan hari yang berbeda.

B. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dengan

tingkat kebugaran jasmani yang baik akan dapat membantu seseorang

menyelesaikan pekerjaan atau aktifitas yang perlu dilakukan tanpa mengalami

kelelahan yang berarti. Oleh sebab itu kebugaran bagi setiap orang sangat

berarti apalagi siswa, dimana mereka melewati hari demi harinya duduk

dibangku sekolah mendengarkan dan mengikuti proses belajar mengajar

dikelas, dan bermain bersama teman-temannya dan mengerjakan tugas-tugas

yang diberikan oleh guru, dibutuhkan kebugaran jasmani yang sangat prima.

Untuk memperjelas tentang gambaran kebugaran jasmani tersebut, maka dapat

disusun kerangka konseptual sebagai berikut:

Kebugaran
Jasmani

Siswa Putra IPA SMA


Negeri 1 Bungaraya
Kabupaten Siak Provinsi
Riau
Kecepatan Kekuatan Tenaga Daya
Eksplosive Tahan
21

Bagan Kerangka Konseptual

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah

dikemukakan di atas, maka ditinjau dari unsur kecepatan, kekuatan, dan daya

tahan, dapat diajukan pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana kebugaran

jasmani siswa Putra IPA SMA Negeri 1 Bungaraya Kabupaten Siak?


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk memaparkan

data secara sistematis terhadap populasi tertentu, dan juga menggambarkan

keadaan objek penelitian berdasarkan fakt-fakta yang ada.

Menurut Sudjana (1989:64) Penelitian deskriptif adalah “Penelitian

yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala-gejala, peristiwa, kejadian yang

terjadi pada saat sekarang”.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1

Bungaraya Kabupaten Siak.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017 -

Desember 2017.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiono (2002:57) memberikan pengertian bahwa: “Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah

keseluruhan anggota kelompok yang dijadikan target penelitian.

Populasi Penelitia ini adalah siswa putra IPA kelas X, XI dan XII

yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 40 orang laki-laki. Berikut rincian

dari masing-masing kelas tersebut yaitu: siswa kelas X IPA 1 berjumlah 9

orang, kelas X IPA 2 berjumlah 8 orang, kelas XI IPA 1 berjumlah 7orang,

22
23

kelas XI IPA 2 berjumlah 6 orang, kelas XII IPA 1 berjumlah 5 orang,

kelas XII IPA 2 berjumlah 5 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

tabel 1. Dibawah ini:

Tabel 1.
Populasi Penelitian
Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki
X IPA 1 9 9
X IPA 2 8 8
XI IPA 1 7 7
XI IPA 2 6 6
XII IPA 1 5 5
XII IPA 2 5 5
Jumlah 40 40
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Bungaraya Kabupaten Siak Riau

2. Sampel

Menurut Sugiono (2013:63) bahwa “sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populai tersebut”, maka yang

disajikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X IPA,

siswa putra kelas XI IPA, siswa putra kelas XII IPA dengan jumlah kelas 6

kelas, yaitu dengan jumlah 40 siswa.

Menurut Arikunto (1990:43) “Menyimpulkan bahwa populasi yang

kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya jadi sampel. Apabila

populasi lebih dari 100 maka bisa diambil sampel 10-20%, 20-25%, 30-

35% dan seterusnya.

Dari uraian diatas, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini

menggunakan teknik Total Sampling. Total Sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat tabel 2 Dibawah ini:


24

Tabel 2.
Sampel Penelitian
Jenis Kelamin
Kelas Jumlah
Laki-laki
X IPA 1 9 9
X IPA 2 8 8
XI IPA 1 7 7
XI IPA 2 6 6
XII IPA 1 5 5
XII IPA 2 5 5
Jumlah 40 40
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 1 Bungaraya Kabupaten Siak Riau

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

saat melakukan tes kesegaran jasmani. Data sekunder yaitu data yang diambil

melalui dokumen-dokumen yang ada di SMA Negeri 1 Bungaraya Kabupaten

Siak.

Data penelitian ini bersumber dari siswa-siswa yang dipilih menjadi

penelitian dari sekolah tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah Tes Kesegaran

Jasmani Indonesia (TKJI) anak Sekolah Menengah Atas dengan usia 16-19

tahun untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani siswa.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui profil kebugaran jasmani bagi anak yang berumur

16-19 tahun dilakukan dengan 5 macam tes yaitu terdiri dari:


25

1. Lari cepat 60 meter.

2. Tes gantung angkat tubuh untuk putra

3. Baring duduk selama 60 detik.

4. Loncat tegak.

5. Lari 1200 meter

Adapun tujuan dari pelaksanaan tes kesegaran jasmani ini adalah

mengukur kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang siswa dan petunjuk

pelaksanaannya yakni sebagai berikut:

1. Peserta

a. Tes ini memerlukan tenaga oleh sebab itu peserta harus benar-benar

dalam keadaan sehat dan siap melaksanakan tes

b. Diharapkan sudah makan sedikitnya 2 (dua) jam sebelum

melaksanakan tes

c. Disarankan memakai pakaian olahraga lengkap

d. Hendaknya mengerti dan memahami cara pelaksanaan tes

e. Diharapkan melakukan pemanasan lebih dulu sebelum melakukan tes.

f. Jika tidak dapat melaksanakan salah satu jenis tes atau lebih

dinyatakan gagal atau tidak mendapat nilai.

2. Petugas

a. Harap memberikan pemanasan lebih dahulu

b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mencoba gerakan-

gerakan
26

c. Harap memperhatikan perpindahan pelaksanaan butir tes satu butir

berikutnya secepat mungkin

d. Harap memberikan nomor dada yang jelas dan mudah dilihat petugas

e. Bagi peserta yang tidak dapat melakukan satu butir tes atau lebih tidak

diberikan nilai.

f. Untuk mencatat hasil tes dapat mempergunakan formulir tes

perorangan atau gabungan.

3. Petunjuk pelaksanaan tes

1. Lari 60 meter

a. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan

b. Alat dan fasilitas

1) Lintasan datar, tidak licin, jarak 60 meter

2) Bendera start

3) Pluit

4) Tiang pancang

5) Stopwatch

6) Serbuk dapur

7) Alat tulis

c. Petugas tes

1) Petugas keberangkatan

2) Pengukur waktu merangkap pencatat hasil

3) Pencatat hasil
27

d. Pelaksanaan

1) Sikap start dilakukan dengan start berdiri aba-aba “bersedia”

peserta tes sudah siap di belakang garis start.

Gambar 1. Lari 60 meter

a) Gerakan

(1) Pada aba-aba “SIAP” peserta berkonsentrasi dan siap untuk berlari.

(2) Pada aba-aba “YA” peserta lari secepat mungkin menuju garis

finish, menempuh jarak 60 meter.

(3) Lari bisa diulang apabila

b) Pelari mencuri start

(1) Pelari tidak melewati garis finish

(2) Pelari terganggu dengan pelari lain

c) Pengukur waktu

Pengukuran waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai

pelari melintasi garis finish.

d) Pencatat hasil

(1) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk

menempuh jarak 60 meter dalam satuan waktu detik

(2) Waktu dicatat satu angka di belakang koma.


28

2. Tes Gantung Angkat Tubuh Putra

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dan otot bahu.

b. Alat dan fasilitas

1) Palang tunggal

2) Stopwatch

3) Serbuk kapur

4) Alat tulis

c. Petugas tes

1) Pengamat waktu

2) Penghitung gerakan

3) Pencatat hail

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di bawah palang tunggal kedua tangan

berpegang pada palang tunggal selebar bahu, pegangan telapak tangan

menghadap ke arah kepala.

2) Gerakan

Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta mengangkat badan

ke atas sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di

atas palang tunggal, kedua kaki lurus sikap tersebut dipertahankan

selama mungkin.
29

3) Pencatat hasil

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta

untuk mempertahankan sikap tersebut di atas dalam satuan waktu

detik.

Gambar 2. Tes gantung siku tekuk Putra

3. Baring duduk 60 detik

Tujuan: tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut.

a. Alat dan fasilitas

1) Lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih

2) Stopwatch tulis

3) Alas/matras

b. Petugas tes

1) Pengamat waktu

2) Penghitung gerakan

3) Pencatat hasil

c. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan
30

a) Berbaring telentang di lantai atau rumput kedua lutut ditekuk

dengan sudut ±90 kedua tangan jari-jarinya di kepala dan

diletakkan disamping telinga

b) Petugas memegang atau menekan kedua pergelangan kaki agar

kaki tidak terangkat saat melakukan gerakan

2) Gerakan

a) Gerakan aba-aba “YA” peserta bergerak mengambil sikap duduk,

sampai kedua sikunya menyentuh kedua paha kemudian kembali

ke sikap permulaan.

b) Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat

selama 60 detik.

3) Pencatat hasil

a) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan berbaring

yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 60 detik.

b) Peserta yang tidak mampu melakukan tes berbaring duduk ini,

hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

Gambar 3. Tes Baring Duduk 60 Detik


31

4. Loncat Tegak

a. Tujuan tes ini adalah untuk mengukur Tenaga Explosive

b. Alat dan fasilitas

1) Papan berskala centimeter, warna gelap, berukuran 30 x 50 cm,

dipasang pada dinding yang rata atau tiang jarak antara lantai dengan

angka 0 (nol) pada skala 150 cm.

2) Serbuk kapur

3) Alat penghapus papan tulis

4) Alat tulis

c. Petugas Tes

Pengamat dan pencatat hasil

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

2) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi kapur atau

magnesium karbonat

3) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan berskala berada

disamping kiri atau kanannya, kemudian tangan yang dekat dinding

diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan

berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.

4) Gerakan

a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan

kedua lengan diayunkan ke belakang kemudian peserta meloncat

setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang

terekat sehingga menimbulkan bekas.


32

b) Ulangi loncat ini sampai 3 kali berturut-turut dengan selang

istirahat 5-10 detik.

c) Mencatat hasil

Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak

Gambar 4. Tes Loncat Tegak

5. Lari 1200 meter

a. Tujuan: tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung peredaran

darah dan pernapasan.

b. Alat dan fasilitas

1) Lintasan lari 1200 meter

2) Stopwatch

3) Bendera start

4) Pluit

5) Tiang pancang

6) Alat tulis

c. Petugas tes

1) Petugas keberangkatan
33

2) Pengukur waktu

3) Pencatat hasil

4) Pembantu umum

d. Pelaksanaan

1) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

2) Gerakan

a) Pada aba-aba “SIAP” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk

lari.

b) Pada aba-aba “YA” peserta menuju garis finish menempuh jarak

1200 meter.

Catatan:

Lari akan diulang apabila ada pelari yang mencuri start, dan lari diulang

bilamana pelari tidak melewati garis finish.

Gambar 5. Tes Lari 1200 meter


e. Pencatat hasil

1) Pengambilan waktu dilakukan dari saat bendera diangkat sampai pelari

tetap melintasi garis finish.


34

2) Hasil yang dicatat adalah waktu dicapai oleh pelari untuk menempuh

jarak 1200 meter,waktu di catat dalam satuan menit dan detik, contoh

penulisan seorang pelari dengan hasil waktu 3 menit 12 detik ditulis,

3,12”.

Cara penilaian Keseluruhan Tes

a. Hasil kasar yang masih merupakan satuan ukuran yang

berbeda beda tersebut, perlu diganti dengan ukuran yang sama. Satuan

ukuran ini adalah “NILAI”

b. Setelah hasil kasar tiap butir tes di ubah menjadi nilai,

langkah berikutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai dari kelima

butir tes tersebut untuk menentukan klasifikasi kesegaran jasmani

peserta.

Tabel.3 Penilaian TKJI


(Untuk Putra Usia 16-19 Tahun)
Lari Gantung Baring Loncat Lari
Nilai Nilai
60 meter angkat tubuh duduk tegak 1200 meter
5 S.d – 7,2” 19 – Keatas 41 – Keatas 73 Keatas s.d – 3’14” 5

4 7.3” – 8,3” 14 – 18 30 – 40 60 – 72 3’15” – 4’25” 4

3 8,4” – 9,6” 9 – 13 21 – 29 50 – 59 4’26” – 5’12” 3

2 9,7” – 11,0” 5–8 10 – 20 39 – 49 5’13” – 6’33” 2

1 11,1” dst 0–4 0–9 38 dst 6’34” dst 1

Sumber:(evaluasi pendidikan jasmani dan olahraga)


35

Tabel.4 Norma Klasifikasi Tingkat Kebugaran

No. Jumlah Nilai Klasifikasi


1 22-25 Baik Sekali (BS)
2 18-21 Baik (B)
3 14-17 Sedang (S)
4 10-13 Kurang (K)
5 5-9 Kurang Sekali (KS)
Sumber: TKJI 2010

B. Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif maka data

yang terkumpul akan di analisis menggunakan teknik analisis statistik

deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan data dan menyajikan data tersebut

dalam bentuk distribusi frekuensi.

Untuk mencari nilai persentase yaitu dengan menggunakan rumus

sebagai berikut: Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

f
P= x 100
n % (Sudjana, 1989:129)

Keterangan:
P = Jumlah Persentase Jawaban
f = Frekuensi
n = Jumlah responden

Untuk menentukan acuan klasifikasi tingkat pencapaian responden

digunakan klasifikasi menurut Nana Sudjana (1989;129)sebagai berikut:

90 – 100 % = Sangat Baik

80 – 89 % = Baik

65 – 79 % = Cukup

55 – 64 % = Kurang
36

0 – 54 % = Kurang Sekali
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Apri. (2012). Olahraga Kebugaran Jasmani Sebagai Suatu Pengantar.


Padang: Suka Bina Press.

Alsyahbana, Mardha. 2012. “Profil Tinggi Badan, Daya Ledak (Power) Otot
Tungkai, Kelincahan (Agility), Dan Daya Tahan (Endurance) Atlet
Bulutangkis PB Surya Baja Surabaya Usia 12-16 Tahun”. Skripsi:
UNESA

Arsil.(2015). Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Padang: Wineka


Media.

Arsil.(1999). Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: Sukabina Press.

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan, Jilid I. Jakarta Bimatama Raya

Gusril.(2004). Perkembangan Motorik pada masa Anak-anak.Dirjen Olahraga


Departemen Pendidikan Nasional.

Sugiono. (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi.


Yogyakarta.Alfabeta.

Suharjana.(2015). Kebugaran Jasmani. Yogyakarta: Jogja Global Media.

Suwirman.(2016). Buku Ajar Penelitian Dasar. Padang: Suka Bina Press.

Tim Mata Kuliah. 2016. Silabus dan Handout Mata Kuliah Statistik 2. Padang:
FIK UNP.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003.Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:


Sinar Grafika.

UNP. 2008.Pedoman Penulisan Skripsi. Padang

______________. (2010). Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir/Skripsi


Universitas Negeri Padang. Padang: UNP

Riduwan.2008. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Penelitian


Pemula. Bandung: Alfabeta.

37

Anda mungkin juga menyukai