Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REPORT

CHRISTOFER FRANSISKUS AMBARITA


6203311030
PJKR VI F 2020
PENJAS ADAPTIF

Dr.SABARUDDIN YUNIS BANGUN, S.Si., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
akhirnya saya bisa mengerjakan dan menyelesaikan tugas Critical Book Review dengan baik.

Pertama kali Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada bapak Dr.SABARUDDIN YUNIS
BANGUN, S.Si., M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah penjas adaptif yang telah
memberikan tugas ini, sehingga dengan adanya tugas ini saya banyak mempelajari tentang
pendidikan jasmani dan olahraga. Terimakasih juga kepada teman-teman dan keluarga yang
telah mendukung saya dalam menyelesaikan tugas ini.

Dengan critical book ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi saya dan para pembaca.

Saya harap critical book yang saya buat ini dapat memberikan manfaat bagi orang yang
membacanya. Jika ada kekurangan dalam penulisan saya meminta maaf dan saya ucapkan
terimakasih.

Medan, 25 Mei 2023,

CHRISTOFER FRANSISKUS AMBARITA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................3

1.1 Latar belakang.............................................................................................................................. 3

1.2 Tujuan Critical Book Riview.....................................................................................................3

1.3 manfaat Critical Book Riview...................................................................................................3

1.4 Identitas buku................................................................................................................................ 3

BAB II RINGKASAN BUKU..........................................................................................................4

BAB III PENILAIAN BUKU..........................................................................................................5

3.1 Kelebihan Buku............................................................................................................................ 5

3.2 Kekurangan Buku........................................................................................................................ 5

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................................6

4.1 Kesimpulan..................................................................................................................................... 6

4.2 Saran................................................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembinaan olahraga sebaiknya dimulai sejak anak usia dini, berkesinambungan, dan
mempertimbangkan kondisi anak atau disesuaikan dengan dunia anak, Aktivitas fisik atau
olahraga yang sesuai untuk anak usia dini disesuaikan dengan karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam setiap tahap/periode umur usia dini baik fisik, mental, dan
emosional Sarana prasarana yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini. Olahraga usia dini merupakan bagian yang penting dari masyarakat Keberadaan
sekarang menentukan masa depan Pengalaman yang positif memiliki peran penting dimasa
dewasa Referensi mencatat bahwa, banyak anak yang tidak melakukan olahraga setelah 10
tahun, mereka menjadi kurang tahan terhadap aktifitas fisik setelah dewasa. Banyak anak-anak
yang menyatakan bahwa mereka tidak berolahraga (bosan) dikarenakan kegiatanya tidak
menyenangkan.

Pendidikan usia dini adalah usia emas yang memerlukan didikan dan bimbingan belajar untuk belajar,
kini anak kecil juga sangat perlu olahraga agar badan sehat jasmani selain itu juga anak akan
berkembang berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasarnya maupun halus,
berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional. Tujuan melibatkan anak
dalam aktifitas olahraga adalah sebagai pengenalan pengalaman olaharaga, meningkatkan ketrampilan
fisik, membangun percaya diri dan tentunya sangat menjaga kesehatan tubuh sendiri

1.2 Tujuan Critical Book Riview


1. Untuk memenuhi salah satu tugas individu yang diberikan kepada mahasiswa untuk mata
kuliah Olah Raga Anak Usia Dini.
2. Untuk menganalisis dan mengkritik buku yang relevan dengan mata kuliah Olah Raga
Anak Usia Dini
3. Mengatahui penting nya mempelajari buku dimensi pendidikan jasmani dan olahraga
1.3 Manfaat Critical Book Riview
1. Menambah wawasan bagi para pembaca
2. Mengasah otak untuk teliti dalam menilai karya orang lain
3. Mengetahui Kelebihan dan kelemahan buku

1.4 idemtitas buku utama

Judul Buku : Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan

Olahraga Penulis : Winarmo, M. E.


Penerbit : Laboratorium Jurusan Ilmu Keolahragaan, FIP Univ. Negeri Malang
Tahun Terbit : 2006
Tebal Buku :-

ISBN : 979-24-7014-X
:
BAB II
RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB 1 MENINGKATKAN EFEKTIFITASPEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


DISEKOLAH A. HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI
Menurut Bennet (1983) pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan, dan
melaksanakan kegiatan untuk menjamin seluruh perkembangan kualitas fisik dan moral anak-
anak di sekolah dalam menyiapkan kehidupannya, bekerja dan mempertahankan negaranya.
Secara lebih khusus pendidikan jasmani akan meningkatkan kesehatan, perkembangan
keterampilan fisik, potensi organ-organ tubuh, keterampilan gerak fungsional dan
menanamkan kualitas moral seperti patriotisme, kerjasama, keberanian, ketekunan, dan
keyakinan diri.Pendidikan Jasmani di SMU Tujuan utama program pendidikan jasmani di
sekolah lanjutan Menurut Lawson dan Placek (1981) adalah untuk :
1. memberi kesempatan siswa belajar bergerak secara terampil dan cekatan,
2. memberi kesempatan siswa untuk memahami berbagai pengaruh dan akibat keterlibatan
mereka dalam kegiatan jasmani yang menggembirakan,
3. membantu siswa untuk memadukan keterampilan baru yang dibutuhkan dengan pengetahuan
yang telah dipelajari sebelumnya,
4. meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka
secara rasional. Kondisi Pengajaran Pendidikan JasmaniKeberhasilan pengajaran pendidikan

jasmani di SMU salah satunya ditentukan oleh kondisi pengajaran, baik syarat kuantitas maupun
kualitas. Kondisi pengajaran yang dimaksud diantaranya adalah:
1. adanya guru pendidikan jasmani yang memenuhi syarat akademik dan profesional,
2. tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitas,
dan
3. situasi lingkungan yang mendukung pembelajaran pendidikan jasmani.

B. EFEKTIVITAS PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI


Soemosasmito (1988) mengemukakan bahwa efektivitas pengajaran pendidikan jasmani
dapat dianalisis melalui tingginya rata-rata waktu belajar yang tepat, diikuti dengan rendahnya
waktu menunggu. Dua faktor tersebut dinilai sebagai faktor utama yang membedakan antara
pengajaran yang baik dan pengajaran yang buruk. Pengajaran yang baik adalah pengajaran
yang tinggi ketepatan waktu belajarnya. Sedangkan pengajaran yang buruk, adalah pengajaran
yang rendah waktu kegiatannya dengan waktu menunggu yang tinggi.

C. MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGAJARAN


Melengkapi Sarana dan Prasarana Sesuai KebutuhanPenambahan sarana dan prasarana
pendidikan jasmani yang seimbang dengan jumlah siswa, akan meningkatkan frekuensi siswa
melakukan kegiatan selama PBM.Disajikan Diluar Jam Beberapa SMU di Malang sudah ada
yang menyajikan mata pelajaran pendidikan jasmani diluar jam pelajaran, yang dimaksud
diluar jam pel- ajaran adalah apabila SMU masuk pagi, maka khusus untuk mata pelajaran
pendidikan jasmani disajikan pada sore hari,, sehingga jam pelajaran lebih longgar, baik untuk
melakukan persiapan, melaksanakan dan mengakhiri kegiatan.Disajikan pada Jam I dan II
Salah satu yang

membedakan pengajaran pendidikan jasmani dengan mata pelajaran lain adalah tempat
kegiatan. Menyajikan Materi GandaPenyajian materi ganda dapat diterapkan s ebagai
alternatif dalam
meningkatkan efektifitas pengajaran pendidikan jasmani. Upaya ini ditempuh karena SMU
tertentu memiliki sarana dan prasarana yang tidak seimbang dengan jumlah siswa, sehingga
aktifitas siswa sangat rendah. Untuk meningkatkan aktifitas siswa selama PBM maka dapat
dilakukan dengan menyajikan materi ganda. Penyajian materi tersebut dimaksudkan untuk
menambah jumlah sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan siswa, sehingga selama
mengikuti pelajaran siswa lebih banyak bergerak.

BAB 2 PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI DAN


OLAHRAGA DI SEKOLAH DASAR A. RASIONAL

Pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes) merupakan salah satu mata pelajaran
yang disajikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini seharusnya memiliki kedudukan yang
setara dengan mata pelajaran pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan
mata pelajaran lain yang disajikan di SD. B. RUANG LINGKUP KAJIAN 5 Fokus kajian kali
ini ditik beratkan pada pengembangan instrumen evaluasi Penjaskes di SD, yang menurut penulis
belum banyak disentuh oleh guru Penjaskes SD. Pengembangan instrumen evaluasi tersebut

meliputi: (1) menilai proses belajar dan (2) menilai hasil belajar. C. TUJUAN PENDIDIKAN
JASMANI Annarino (1980) yang mengembangkan taksonomi tujuan pendidikan jasmani yang
meliputi: (1) domain fisik; kekuatan, daya tahan, dan kelentukan, (2) domain psikomotor;
kemampuan perseptual-motorik, dan keterampilan gerak dasar, (3) domain kognitif atau
perkembangan intelektual yang terdiri dari; pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
intelektual, dan (4) domain afektif meliputi perkembangan personal, sosial dan emosional.

D. EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI


Evaluasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan guru Penjaskes SD.
Evaluasi Penjaskes dapat mengacu pada proses belajar dan product (hasil) belajar. Untuk dapat
melakukan evaluasi dengan baik, maka diperlukan instrumen tertentu. Dalam pendidikan jasmani
instrumen evaluasi tersebut dapat berbentuk tes dan non tes. a. Pengertian Tes Menurut
Kirkendall (1980) tes adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
individu atau objek. Dengan demikian tes merupakan instrumen atau alat yang digunakan
untuk

mengumpulkan data yang berupa pengetahuan maupun keterampilan seseorang. b. Pengertian


Pengukuran Menurut Verducci (1980) pengukuran merupakan aspek kuantitatif untuk
menentukan informasi tentang sifat atau perlengkapan secara tepat. Kirkendall, (1980)
menyatakan pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi. Menurut Arikunto (1991)
mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu, dan pengukuran bersifat
kuantitatif. c. Tujuan Pengukuran dan Evaluasi Safrit (1981) dan Verducci (1980) menyatakan
tujuan pengukuran dan evaluasi meliputi: (1) mendiagnosis kelemahan, (2) pengelompokan
siswa sesuai dengan kemampuan, (3) mengarahkan siswa sesuai dengan program, (4)
memprediksi tingkat kemampuan, (5)menentukan prestasi siswa, 6 (6) mengetahui kemajuan
siswa, (7) memotivasi siswa, (8) penentuan kelas, (9) mengevaluasi efektifitas pengajaran, (10)
melakukan perbaikan program administrasi, dan (11) mengevaluasi kurikulum.

E. PRINSIP-PRINSIP PENGUKURAN DAN EVALUASI


Pengukuran dan evaluasi Penjaskes di SD, harus mengacu pada prinsip-prinsipprinsip
tertentu, apabila guru pendidikan jasmani ingin berhasil dalam program evaluasi, maka guru
tersebut harus tahu pasti prinsip-prinsip evaluasi. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya
adalah:Pengukuran harus dilakukan secara obyektifEvaluasi Dilaksanakan Sebelum, Selama dan

Setelah Proses Belajar MengajarPrinsip KontinyuitasPrinsip Menyeluruh (Komprehensif)


F. PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI PENJASKES
Pengembangan instrumen evaluasi Penjaskes harus selalu berorientasi kepada tujuan
Penjaskes. Penjaskes disajikan di SD memiliki tujuan untuk mengembangkan individu secara
organis, neuromuskuler, intelektual, dan emosional.

BAB 3 PENGEMBANGAN PROFESI GURU PENDIDIKAN JASMANI


A. Definisi Dan Syarat Profesi Pada saat ini di Indonesia banyak bermunculan profesi-
profesi baru dalam bidang olahraga, profesi-profesi tersebut berkembang selaras dengan
kebutuhan masyarakat, dan seiring dengan majunya ilmu dan teknologi. Berkembangnya
profesi baru tersebut juga menjangkau pada bidang olahraga masyarakat, dan salah satu
profesi tersebut adalah profesi guru pendidikan jasmani. a. Profesi Guru Pendidikan Jasmani
Penyajian mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah bertujuan membantu anak didik
menuju kearah kedewasaan. Intensitas pendidikan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani
menurut Rijsdorp

(1975) meliputi empat pokok pikiran: (1) pembentukan gerak, (2) pembentukan prestasi, (3)
pembentukan sosial, dan 7 (4) pembentukan badan.Pengembangan Profesi Guru Pendidikan
JasmaniProfesi guru pendidikan jasmani dapat dikembangkan secara optimal, apabila syarat-
syarat tertentu dipenuhi. b. Persiapan Profesi Melalui Pendidikan Hudoyo (1991) menyatakan
bahwa, guru yang mandiri secara akademik dan profesional adalah guru yang mampu dan
mau mengembangkan ilmu yang dipelajari dan terampil merancang, mengelola, melaksanakan
dan mengembangkan kegiatan belajar. Menurut Djiwandono (1991) guru lulusan LPTK
dituntut memiliki kemandirian akademik dan profesional. c. Latihan secara Profesional Guru
pendidikan jasmani sebagai sebuah profesi harus memberikan kesempatan kepada calon-calon
guru pendidikan jasmani untuk melakukan latihan (magang) di lembaga pendidikan. Latihan
yang dilakukan dimaksudkan agar calon-calon guru pendidikan jasmani memperoleh pengetahuan
dan memiliki pengalaman praktis yang cukup memadai sebelum calon guru tersebut memasuki
profesi menjadi guru mata pelajaran pendidikan jasmani. d. Penelitian sebagai Penunjang
Profesi Upaya meningkatkan mutu pendidikan jasmani di Indonesia, salah satunya dapat
dilakukan dengan peningkatkan sumber daya manusia. Makin baik kualitas guru pendidikan
jasmani, maka akan makin baik hasil pendidikan yang dilakukan.
BAB 4 PENGELOLAAN TES KETERAMPILAN GERAK SECARA SEDERHANA A.
RASIONAL

Tes keterampilan olahraga yang baik, harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
tinggi. Selain valid dan reliabel, maka suatu tes keterampilan gerak harus dapat dilakukan
secara sederhana, mudah, murah, dan memiliki standar pengukuran yang sama, namun
memperoleh hasil yang relatif konsisten.

B. PENGERTIAN PENGUKURAN Menurut Verducci (1980) pengukuran merupakan


aspek kuantitatif untuk menentukan informasi tentang sifat atau perlengkapan secara tepat.
Kirkendall, (1980) menyatakan pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi.
Menurut Arikunto (1991) mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran
tertentu, dan pengukuran bersifat kuantitatif
C. PENGERTIAN TES

8 Menurut Kirkendall (1980) tes adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan
informasi tentang individu atau objek. Dengan demikian tes merupakan instrumen atau alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa pengetahuan maupun keterampilan seseorang.
D. TUJUAN PENGUKURAN DAN EVALUASI Safrit (1981)
dan Verducci (1980) menyatakan tujuan pengukuran dan evaluasi meliputi: (1)
mendiagnosis kelemahan, (2) pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan, (3)
mengarahkan siswa sesuai dengan program, (4) memprediksi tingkat kemampuan, (5)
menentukan prestasi siswa, (6) mengetahui kemajuan siswa, (7) memotivasi siswa, (8)
penentuan kelas, (9) mengevaluasi efektifitas pengajaran, (10) melakukan perbaikan program
administrasi, dan (11) mengevaluasi kurikulum.

E. PRINSIP-PRINSIP PENGUKURAN DAN EVALUASI


Pengukuran dan evaluasi Penjaskes di SD, harus mengacu pada prinsip-prinsipprinsip
tertentu,apabila guru pendidikan jasmani ingin berhasil dalam program evaluasi, maka guru
tersebut harus tahu pasti prinsip-prinsip evaluasi.
F. MODEL PENGELOLAAN TES BAKAT
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pelaksanaan pengambilan data identifikasi

bakat olahraga, maka dua model berikut dapat digunakan dalam pelaksanaan di lapangan.
Penyusunan model tersebut didasarkan pada pertimbangan, bahwa pengambilan data identifikasi
bakat olahraga tersebut dapat dilakukan sendiri (satu orang guru misalnya), namun dapat juga
dilakukan secara masal oleh beberapa orang petugas.

BAB 5 KONSTRUKSI TES KESEGARAN JASMANI UNTUK SISWA SEKOLAH


DASAR

A. RASIONAL 9
Salah satu tujuan penting penyelenggaraan Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar
adalah meningkatkan Kesegaran Jasmani Anak. Peningkatan kesegaran jasmani akan diketahui
melalui suatu alat ukur yaitu tes kesegaran jasmani. Sampai saat ini diketahui sudah banyak tes
kesegaran jasmani telah disusun baik standar internasional, standar Asia maupun standar
Nasional

B. KESEGARAN JASMANI
Yang dimaksud dengan kesegaran jasmani (Physical Fitness) adalah kemampuan
seorang anak untuk bekerja dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan
masih memiliki cadangan energi untuk menggunakan waktu luangnya. Unsur-unsur kesegaran
jasmani dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
kesehatan (Healt Releted Fitness) dan (2) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
keterampilan (Skill Related Fitness/Motor Fitness).
C. PENYUSUNAN TES KESEGARAN JASMANI
Pada saat ini beberapa batterry tes kesegaran jasmani baik yang berstandar
Internasional telah tersedia. Namun untuk keperluan tes yasng akan kita gunakan, seluruh tes
tersebut belumlah 100% cocok. Oleh karena itu perlu penyusunan ulang dengan cara
mengurangi butir tes atau memodifikasi butir tes yang telah ada.

BAB 6 IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA BERBASIS SEKOLAH IDENTIFIKASI


BAKAT (TALENT IDENTIFICATION)

Identifikasi bakat merupakan screening yang dilakukan pada anak-anak dan remaja
dengan menggunakan tes fisik, fisiologis dan keterampilan motorik sebagai instrumen seleksi,

untuk melakukan identifikasi terhadap anak-anak yang berbakat olahraga, sehingga diperkirakan
anak tersebut akan berhasil dalam mengikuti proses latihan, dan dapat meraih prestasi puncak.
(Menpora, 1998: 4). SELEKSI BAKAT (TALENT SELECTION) Seleksi bakat merupakan
screening yang dilakukan pada atlet-atlet muda yang berpartisipasi pada cabang olahraga
tertentu. Instrumen untuk melakukan seleksi adalah dengan menggunakan tes fisik, fisiologis dan
keterampilan motorik. Instrumen tersebut digunakan untuk mengiden-tifikasi kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki atlet, sehingga atlet tersebut dimungkinkan akan sukses dalam
menekuni cabang olahraga tersebut.
10 PENGEMBANGAN BAKAT (TALENT DEVELOPMENT)
Pengembangan bakat merupakan tindak lanjut dari identifikasi dan seleksi bakat atlet.
Pada tahap ini dilakukan intervensi berbentuk perlakuan, untuk mengembangkan bakat atlet
secara optimal.
STRUKTUR PEMANDUAN BAKAT
Struktur program pemanduan bakat olahraga yang telah dikembangkan oleh Aussie sport

meliputi tiga fase: 1. Identifikasi Bakat (screening dilakukan di sekolah) 2. Identifikasi Bakat
atau seleksi bakat (tes dilakukan sesuai dengan cabang olahraga) 3. Pengembangan Bakat.
INSTRUMEN IDENTIFIKASI BAKAT
Pemanduan bakat (talent search) merupakan program identifikasi dan pengembangan
bakat olahraga yang diprakarsai oleh Aussie Sport bekerja sama dengan Australian Olympic
Committee, organisasi olahraga pusat dan daerah, Institut dan Akademi Olahraga, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, dan Jurusan Pendidikan Olahraga dan Rekreasi. Dalam melakukan
identifikasi bakat, Aussie sport menggunakan 10 butir tes dan pengukuran, yang meliputi: (1)
tinggi badan,
(2) berat badan, (3) tinggi duduk, (4) panjang rentang lengan, (5) lempar tangkap bola tenis, (6)
lempar bola basket, (7) lompat tegak, (8) lari bolak balik, (9) lari 40 meter, dan (10) lari multi
tahap
IDENTIFIKASI BAKAT MELALUI SEKOLAH
Berdasarkan uraian di depan, maka sasaran identifikasi bakat olahraga adalah anak usia
11-16 tahun. Anak-anak pada usia tersebut, populasi yang paling banyak berada di sekolah (SD
dan SLTP), sehingga akan sangat tepat apabila “basis” identifikasi bakat dilakukan di sekolah..

BAB 7 PANDUAN TES DAN PENGUKURAN IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA

PENDAHULUAN
Bakat anak dalam bidang olahraga dapat dideteksi secara dini oleh guru-guru
pendidikan jasmani di SD dan SMP dengan melakukan identifikasi bakat olahraga. Dua hal 11
penting sebagai kriteria adalah dengan melakukan pengukuran antropometrik dan melakukan
tes kemampuan motorik anak-anak usia 11-16 tahun. Identifikasi bakat olahraga ini diadopsi
dari alat ukur yang telah dikembangkan oleh Australian Sport Commission (Aussie Sport) yang
merupakan suatu badan yang menangani olahraga di Australia.
PETUNJUK PELAKSANAAN TES
1. TINGGGI BADAN a. Tujuan: Untuk mengetahui tinggi badan testi. Diukur mulai
dari lantai tempat berdiri, sampai dengan kepala bagian atas. b. Alat: Stadiometer atau pita
berskala yang ditempel ditembok. c. Prosedur: Anak berdiri tegak lurus tanpa alas kaki, kedua
tumit rapat, pantat dan bahu merapat menempel pada tembok, serta kedua lengan lurus ke
bawah, dengan pandangan lurus ke depan. d. Penskoran: Catat tinggi badan dengan satuan cm,
dengan ketepatan 0,1 cm.

2. BERAT BADAN a. Tujuan: Untuk mengetahui berat badan testi. b. Alat: Timbangan
yang dapat mengukur dengan tingkat ketelitian sampai dengan 0,5 Kg. c. Prosedur: Anak
berdiri
di atas timbangan tanpa menggunakan alas kaki, atau pakaian yang memberatkan. Pada saat
menimbang, usahakan petunjuk timbangan (jarum penunjuk) dalam posisi nol. d. Penskoran:
Catat berat badan dengan satuan Kg, dengan ketepatan 0,1 Kg.
3. TINGGGI DUDUK a. Tujuan: Untuk mengetahui tinggi tubuh bagian atas, yang
meliputi: panjang togok, leher dan kepala. Tinggi duduk merupakan jarak vertikal antara
tempat duduk sampai pada bagian atas kepala. 40 cm.b. Alat: (1) Stadiometer dan (2) Bangku
dengan ketinggian c. Prosedur: Letakkan bangku di atas lantai rata dan menempel di tembok.
Pantat, punggung, bahu, dan kepala bagian belakang testi merapat pada tembok. d. Penskoran:
Catat tinggi duduk menggunakan satuan cm, dengan ketepatan pengukuran 0,1 cm.
4. RENTANG LENGAN a. Tujuan: Untuk mengukur lebar rentang kedua lengan testi. 12
b. Alat: (1) Pita berskala dengan panjang minimal 3 cm. dan (2) penggaris. c. Prosedur: Anak
berdiri tegak lurus. Tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel rapat
pada tembok. Rentangan kedua lengan harus datar. Kedua telapak tangan menghadap ke depan.
Kedua lengan harus direntangkan secara maksimal. Pengukuran dilakukan pada rentangan terjauh,
yaitu ujung jari tengah kedua lengan. d. Penskoran: Catat rentang lengan dengan satuan cm.
dengan ketepatan pengukuran 0,1 cm.
5. LEMPAR TANGKAP BOLA a. Tujuan: Untuk mengukur koordinasi mata-tangan. b.
Alat: (1) Kapur atau pita untuk membuat garis. (2) Sasaran berbentuk bulan dari karton atau
kertas, yang berwarna kontras dengan tembok, dengan ukuran garis tengah 30 cm. (3) Pita
pengukur dengan panjang 3 meter.
6. LEMPAR BOLA BASKET a. Tujuan: Untuk mengukur kekuatan badan bagian atas. b.
Alat: (1) Bola basket ukuran 7. (2) Pita pengukur dengan panjang 15 meter. c. Prosedur: Testi
duduk telunjur di atas lantai dengan tungkai lurus ke depan. Pantat, punggung dan kepala
bagian belakang menempel pada tembok. Bola dipegang menggunakan kedua tangan setinggi
dada. Lemparkan bola sejauhjauhnya tanpa menggunakan awalan.
7. LOMPAT TEGAK a. Tujuan: Untuk mengukur daya ledak otot tungkai. b. Alat: (1)
Alat pengukur yang ditempel di tembok, dengan tinggi 150-350 cm. dengan tingkat ketepatan 1
cm. (2) Tepung kapur. c. Prosedur: 1) Testi memasukkan jari-jari salah satu tangannya ke
tempat tepung kapur. 2) Testi berdiri tanpa menggunakan alas kaki. Ukur tinggi raihan
dengan cara

menghadap ke samping tembok, dengan salah satu kaki rapat dengan tembok. 3) Lengan testi
yang dekat dengan alat pengukur meraih ke atas setinggitingginya, dengan kedua telapak kaki
tetap menempel pada lantai, dan tumit tidak boleh diangka.
8. LARI BOLAK BALIK a. Tujuan: Untuk mengukur kelincahan. 13 b. Alat: (1)
Stopwatch. (2) Pancang-pancang. (3) Pita pengukur. (4) Kapur atau pita untuk membuat
lintasan lari dengan lebar 1,2 m dan panjang 5 m. Tempat pelaksanaan harus datar. c. Prosedur:
1) Testi berdiri di belakang garis start, dengan kaki depan tepat berada pada garis start. 2) Pada
saat aba- aba “YA” testi lari ke depan secepat mungkin menuju garis batas yang ada di
depannya, kemudian berputar dan kembali ke garis start. Setiap melakukan putaran di akhir
lintasan, kedua kaki harus melewati garis start dan garis finish. 3) Testi harus melakukan tes
tersebut sebanyak 5 kali (siklus). Satu siklus diartikan satu kali lari bolak-balik
BAB III
PENILAIAN
BUKU

1.1 Kelebihan buku

Adapun kelebihan buku yang berjudul dasar-dasar pendidikan olahraga adalah sebagai
berikut:
1. Dalam daftar isi termuat jelas mengenai subab yang akan dibahas, dimana
keterangan akan hal itu dapat membantu kita dalam menelaah buku secara lebih rinci dan
detail.
2. Buku ini dilengkapi dengan daftar bacaan, yang dapat membantu kita untuk lebih
cepat dalam menemukan kata-kata yang temuat di dalam buku dan dimana ia berada.
3. Pada bagian setiap bab, telah dijelaskan secara umum pada judul mengenai

pembahasannya. Dengan demikian, kita bisa lebih mengetahui ke arah mana tujuan kita
membaca dan sub materi apa yang harus kita kuasai atau bagian mana yang menjadi fokus
utama
dalam membaca.
4. Diakhir pembahasan, buku ini dilengkapi dengan simpulan buku yang
bersangkutan. Dimana dengan membaca simpulan ini, setidaknya kita lebih bisa memahami
secara umum tentang isi buku yang akan dibahas secara keseluruhan. Jadi ada kejelasan
tentang pengertian secara umum suatu pokok pembahasan yang menjadi sorotan utamanya.
5. Penulis juga menggunakan bahasa yang sopan dan seyudianya mudah dimengerti
oleh para pembaca, sehingga hal ini juga dapat membantu para pembaca untuk bisa lebih cepat
memahami maksud dan tujuan dari sipenulis dalam menulis serta mempublikasikan jurnal
tersebut.

1.1 Kekurangan buku


Kekurangan buku Adapun kekurangan buku berdasarkan sumber referensi dari buku ini
adalah sebagai berikut:
1. Isi buku ini terlalu sederhana. Tidak ada hasil penelitian yang menunjukkan adanya
keberhasilan penerapan berbagai konsep pembelajaran yang di bahas dalam implementasinya
di kehidupan sehari-hari.
2. Penjelasan yang dipaparkan dalam buku ini bersifat terlalu umum dan terlalu
berbelit. Hal ini dapat menjadikan para pembaca yang kurang memahami makna kalimat dan
susah dimengerti apa maksud dan tujuan sipenulis.
3. Kata-kata yang digunakan oleh penulis terlalu sederhana, berbelit-belit dan kurang
menarik. Hal ini dapat menurunkan minat ketertarikan para pembaca untuk membaca buku
yang bersangkutan.
4. Penulis kurang bisa memanfaatkan kekreatifitasannya. Meskipun penggunaan gambar
sudah dicantumkan, namun tidak ada satupun gambar yang disertai keterangan dengan hal yang
bersangkutan atau sedang dibahas.
5. Pengeditan yang kurang rapi membuat pembaca kurang tertarik terhadap buku.
6. Dan di setiap perbab pada buku utama maupun buku perbanding itu tidak bersamaan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meskipun buku ini cukup layak dijadikan sebagai sumber belajar dan bahan bacaan
untuk para calon guru di berbagai penjuru Indonesia, namun masih terdapat banyak
kekurangan di dalamnya. Baik itu dari segi pengeditan dan pemilihan jenis huruf maupun dari
segi penyajian materi yang terlalu luas pembahasannya ataupun terlalu sedikit cakupan yang
dimasukkan dan penganalisisannya. Masih banyak diperlukan perbaikan-perbaikan yang
harus dibenahi, agar nantinya buku ini bisa dijadikan bahan pegangan bagi setiap orang yang
membacanya. Jadi, kesimpulannya buku ini masih belum cukup bagus untuk dijadikan
pegangan tunggal, apalagi bagi orang-orang yang baru belajar. Untuk itu, setiap orang harus
memiliki buku pegangan

lainnya.
4.2 Saran
Rajinlah membaca banyak buku, dikarenakan buku adalah sumber ilmu. Setiap karya
manusia pasti memiliki banyak kekurangan dan tidak ada yang sempurna seutuhnya. Oleh karena
itu kita tidak boleh hanya berpaku pada satu buku saja. Carilah buku lain sebagai pegangan
tambahan.

Dalam penyusunan critical l book report ini, terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi
penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kepada
penulis agar dapat menerima kritikan dan masukan yang bersifat membangun, Dan buku yang saya
refiew ini banyak mengandung unsur pengatahuan sehingga cocok untuk dibaca oleh kaum pendidik
maupun calon pendidik pada jenjang pendidikan anak
usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Winarmo, M. E,.2006.: Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Olahraga.,


Laboratorium Jurusan Ilmu Keolahragaan, FIP Univ
CRITICAl JURNAL REVIEW

CHRISTOFER FRANSISKUS AMBARITA


6203311030
PJKR VI F 2020
PENJAS ADAPTIF

Dr.SABARUDDIN YUNIS BANGUN, S.Si., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga Critical Jurnal Review ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Critical Jurnal Review ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran
Penjas.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian critical jurnal review ini berupa gagasan, sehingga Critical Jurnal Review
ini dapat mencakup pembahasan yang diperlukan.

Saya menyadari bahwa critical jurnal review masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan. Akhir kata,

semoga critical jurnal review ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

MEDAN , 25 MEI 2023

CHRISTOFER FRANSISIKUS AMBARITA

1
REVIEW JURNAL

Judul STRATEGIPEMBELAJARANPENDIDIKANJASMANIDI
SEKOLAH DASAR INKLUSIF KOTA YOGYAKARTA
JurnalJURNAL TAMAN CENDEKIA
Downloadhttps://www.researchgate.net/publication/330086222_STRATEGI_P
EMBELAJARAN_PENDIDIKAN_JASMANI_DI_SEKOLAH_DA
SAR_INKLUSIF_KOTA_YOGYAKARTA/link/5c2cb652458515a4
c70760e2/download
Volume dan HalamanVol. 2 (2), 11 halaman (212-222)
TahunDESEMBER 2018
Penulis1.Taryatman

2.Abdul Rahim
Reviewer Kelompok 5
Tanggal 2 Juni 2020

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:


1. Mendiskripsikan perencanaan pembelajaran Pendidikan
jasmani di sekolah dasar inklusif Kota Yogyakarta.
2. Mendapatkan proses pembelajaran Pendidikan jasmani di
sekolah dasar inklusif Kota Yogyakarta.
3. Menemukan strategi pembelajaran Pendidikan jasmani di
sekolah dasar inklusif Kota Yogyakarta.
Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 3 (tiga) Sekolah Dasar yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif di Kota Yogyakarta, yaitu: 1)
SD Negeri Baciro, 2) SD Taman Muda Ibu Pawiyatan dan 3) SD
Negeri Pakel.
Assesment Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik observasi lapangan langsung selama proses pembelajaran
Pendidikan Jasmani, wawancara langsung terhadap guru fisik
pendidikan dan pendampingan guru, dan dokumentasi dengan
mengumpulkan berbagai gambar atau data itu dukung penelitian ini.
Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Langkah Penelitian 1. Perencanan Pembelajaran Pendidikan Jasmani


2. Wawancara
3. Studi dokumentasi
4. Observasi
5. Analisis data
6. Reduksi data
7. Penyajian Data
8. Menarik Kesimpulan
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan fisik
belajar, harus ada persiapan yang lebih serius dan lebih baik
mengenai silabus, rencana pelajaran dan penilaian. Dalam proses

2
pembelajaran pendidikan jasmani, hasil penelitian menunjukkan
bahwa beberapa siswa dengan kebutuhan khusus untuk olahraga
atletik, terutama mata pelajaran lari tidak perlu signifikan
pengaturan; Namun, siswa tunanetra dan siswa tuli merasa bahwa
mereka perlu penyesuaian dalam subjek lari. Ada sejumlah strategi
pembelajaran fisik untuk siswa berkebutuhan khusus termasuk
penggunaan bahasa yang tepat, membuat urutan tugas, alokasi
waktu untuk belajar, modifikasi aturan permainan / olahraga dan
lingkungan belajar.

Kekuatan jurnal • Identitas jurnal lengkap


• Memiliki abstrak berbahasa Inggris
• Memiliki gambar proses pelaksanaan observasi
• Menggunakan pendapat dari para ahli
• Materi yang disajikan sinkron dengan judul yang diangkat.
• Menguraikan proses penelitian dengan jelas
• Bahasa yang mudah dipahami
• Memberikan solusi dari masalah yang terjadi.
Kelemahan jurnal • Abstrak hanya disajikan dalam bahasa
Inggris
• Tidak diberikan jarak antara abstrak dengan Key Words

T e rd a p at r a ta penulisan yang kurang rapih pada


21 5 d a n 2 1 6
halaman 213,
Kesimpulan Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan pembelajaran bagi siswa berkebutuhan khusus di 3 SD
Inklusif, siswa berkebutuhan khusus didampingi oleh guru
pendamping khusus (GPK), untuk membantu guru kelas dalam
menyampaikan dan pendalaman materi bagi siswa yang
berkebutuhan khusus. Pada pembelajaran pendidikan jasmani, siswa
berkebutuhan khusus juga ikut berpastisipasi dalam melakukan
gerakan—gerakan olahraga sesuai instruksi meskipun masih dibantu
dengan guru pendidikan jasmani dan GPK. Data dokumentasi yang
berupa RPP dan Silabus kelas Dasar II dan IV yang peneliti
temukan, belum adanya modifikasi maupun akomodasi dalam
pembelajaran Pendidikan Jasmani. Perencanaan pembelajaran
Pendidikan jasmani adaptif bagi siswa berkebutuhan khusus masih
belum sesuai dengan sistem pendidikan jasmani adaptif. Karena guru
pendidikan jasmani belum melakukan asesmen dan penyesusaian
kemampuan siswa berkebutuhan khusus. Dari data yang ada data
dokumentasi yang berupa RPP dan Silabus kelas Dasar II dan IV
ditemukan belum adanya modifikasi maupun akomodasi dalam
pembelajaran Pendidikna Jasmani.

7
REKAYASA IDE

CHRISTOFER FRANSISKUS AMBARITA


6203311030
PJKR VI F 2020
PENJAS ADAPTIF

Dr.SABARUDDIN YUNIS BANGUN, S.Si., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SLB Karya murni medan


Kelas / Semester : III / Ganjil
Jenjang : SDLB
Tema : 4. Hewan Di Sekitarku
Subtema : 1. Hewan Berkaki Dua
Pembelajaran :4
Alokasi waktu : 1 x pertemuan (10 menit)
Ketunaan : Tunagrahita ringan

A. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR
3.1. Mengenal gerak variasi gerak dasar 3.1.1. Siswa mampu memahami dan
lokomotor dan non-lokomotor dalam menyebutkan pengertian gerak dsar
bentuk permainan sederhana dan atau lokomotor pada gerakan beberapa jenis
permainan tradisional yang dimodifikasi hewan berkaki dua
4.1. Mempraktikkan gerak variasi gerak dasar 4.1.1. Siswa mampu mempraktikkan
lokomotor dan non-lokomotor dalam macam-macam gerak lokomotor
bentuk permainan sederhana dan atau dengan menirukan gerakan beberapa
permainan tradisional yang dimodifikasi jenis hewan berkaki dua

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan mengamati gambar penjelasan guru, peserta didik mampu memahami dan menyebutkan apa itu gerak
dasar lokomotor sesuai dengan kemampuannya
2. Setelah memperhatikan contoh gerak dasar lokomotor peserta didik mampu mempraktikan macam-macam gerak
lokomotor dengan menirukan gerakan beberapa jenis hewan berkaki dua, dengan baik dan benar

7
C. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Kegiatan 1. Guru memberikan salam dan mengajak siswa 2 Menit
Pendahuluan berdoa sebelum memulai kegiatan belajar.
2. Guru mengecek kehadiran siswa.
3. Apersepsi dengan melakukan tanya jawab berkaitan
tentang materi yang akan dipelajari dan dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai
Kegiatan 1. Guru meminta siswa mengamati gambar beberapa 6 Menit
Inti contoh hewan yang berkaki dua serta menyimak
cerita guru tentang gerak dasar lokomotor pada
hewan berkaki dua
2. Guru membagi kelompok dan membagikan contoh
macam-macam gambar gerak dasar lokomotor,
dengan menirukan gerak hewan berkaki dua
kepada siswa
3. Guru meminta setiap anggota kelompok untuk
mengelompokkan gambar hewan berkaki dua, dan
menuliskan hasil diskusinya
4. Guru meminta setiap anggota kelompok satu
persatu untuk menjelaskan dan mempraktekkan
hasil diskusinya.
Kegiatan 1. Guru menutup kegiatan dengan menanyakan 2 menit
Penutup kepada siswa hasil kesimpulan pembelajaran hari
ini.
2. Guru menutup pelajaran dan mengajak anak
berdoa.

D. PENILAIAN PEMBELAJARAN
a. Teknik Penilaian
1. Penilaian sikap : Observasi
2. Penilaian pengetahuan : Tes tulis
3. Penilaian keterampilan : Tes Praktek

b. Instrumen Penilaian 1. Penilaian sikap Petunjuk :


Berilah tanda centang (V) pada sikap setiap siswa yang terlihat

Instrumen penilaian sikap

Jujur Percaya diri Disiplin Tanggung jawab Peduli


No Nama Siswa
T BT T BT T BT T BT T BT

1. Fatin
2. Heni
3. Tiara
4. Khalil
5. Rifki
6. Atika

7
T : Terlihat BT : Belum Terlihat Penilaian
pengetahuan

GAMBAR GERAK DASAR LOKOMOTOR, DENGAN MENIRUKAN GERAKAN HEWAN BERKAKI DUA

Tes Tertulis
Tujuan : Anak mampu menjawab pertanyaan mengenai gerakan lokomotor

Beri tanda cek list (√) pada kolom Benar atau Salah!

Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Bebek berjalan dan berlari dengan gembira ke kanan dan kiri
adalah termasuk gerak dasar locomotor
2. Bebek sedang berteduh di rerumputan termasuk gerak dasar
lokomotor
Pinguin berjalan dan berlari sambil mencari ikan adalah gerak
3.
lokomotor
4. Burung sedang bertengger berdiam diri didahan ranting pepohonan
adalah gerakan locomotor
5. Kodok sedang melompat kekanan dan kekiri dengan girangnya
adalah gerakan lokomotor

Kunci Jawaban :
1. Benar
2. Salah
3. Benar
4. Salah
5. Benar

Kriteria Penskoran:
N = Jumlah jawaban benar x 20
Nilai maksimal (N mak) = 5 x 20 = 100

Penilaian Keterampilan
Praktek Gerak Lokomotor dengan Menirukan Gerakan hewan berkaki dua Gerak Lokomotor

7
GERAK LOKOMOTOR MENIRUKAN GERAKAN
HEWAN YANG BERKAKI DUA

N Nama Gerak Bebek Gerak Gerak Kodok Gerak Burung


o Siswa Berjalan Pinguin Melompat Terbang
Berjalan
Bisa Tidak Bisa Tidak Bisa Tidak Bisa Tidak
Bisa Bisa Bisa Bisa
1. Fatin
2. Heni
3. Tiara
4. Khalil
5. Rifqi
6. Atika

E. SUMBER BELAJAR DAN MEDIA

- Buku Pedoman Guru SDLB Tunagrahita kelas III, Tema 4 dan Buku Siswa Tema 4
Kelas III (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2016)
- Gambar –gambar yang berhubungan dengan Gerak Lokomotor dengan menirukan gerak beberapa jenis hewan
berkaki dua

MEDAN, 25 Mei 2023

CHRISTOFER FRANSISKUS AMBARITA

Anda mungkin juga menyukai