Anda di halaman 1dari 15

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

BOLAVOLI UNTUK ANAK TUNANETRA

KELOMPOK IX

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Pendidikan Jasmani Adaptif
Yang dibina oleh Dr. Eko Hariyanto, S.Pd., M.Pd.

OLEH
Bagus Cahyono Putro (170611633591) (08)
Septi Karina Rismayanti (170611633529) (34)
Yuniar Dyah Pitaloka (170611633573) (38)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
maha pengasih dan penyayang karena atas ridho, anugerah dan hidayahnya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah penelitian ini yang berjudul
“Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Bolavoli untuk Tunanetra”.
Dengan disusunnya makalah ini kami berharap makalah ini berguna
dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan. Tanpa bimbingan dan
bantuan dari pihak-pihak yang bersangkutan tentunya penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Serta tidak lupa juga
ucapan terima kasih yang ditujukan kepada Dr. Eko Hariyanto, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif.
Dengan keterbatasan waktu yang diberikan dosen pengampu kepada
penulis, maka mohon untuk dimaklumi apabila pada penulisan makalah ini
masih banyak sekali terjadi kesalahan dan kekurangan dalam proses pembuatan.
Oleh karena itu segala kritik dan saran dari siapapun yang bersifat untuk
menyempurnakan makalah ini akan diterima.
Dengan demikian, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi,
para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Apabila ada
kekurangan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekian dan terima kasih.

Malang, 25 Oktober 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Konsep Pendidikan Jasmani Adaptif..................................................................3
B. Bentuk Kerjasama Mendidik Anak Tunanetra...................................................4
C. Model Pembelajaran Bolavoli untuk Anak Tunanetra.......................................9
BAB III.......................................................................................................................11
PENUTUP..................................................................................................................11
A. Simpulan...........................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan jasmani adalah sebuah matapelajaran akademik sama
seperti mata pelajaran yang lain dan ilmu-ilmu sosial. Peserta didik
diwajibkan untuk berpartisipasi atau mengambil mata pelajaran lainnya. Guru
membuat rencana pengajaran yang berisikan pernyataan yang jelas tentang
tujuan perilaku, aktivitas pelajaran, teknik-teknik memberi rangsangan dan
prosedur penilaian. Pendidikan jasmani merupakan suatu aspek pendidikan
secara keseluruhan yang memiliki hubungan dengan respon mental,
emosional, dan sosial. Pendidikan jasmani tidak hanya untuk peserta didik
normal, tetapi pendidikan jasmani untuk semua peserta didik yang
membutuhkan aktivitas khusus untuk aktivitas jasmani.
Pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian dari pendidikan
jasmani yang ditujukan pada anak berkebutuhan khusus untuk tetap
melaksanakan aktivitas jasmani. Pelayanan menjadi hal yang paling
diutamakan, pelayanan tersebut dapat diberikan pada seorang guru pendidikan
jasmani yang telah mendapat pelatihan khusus untuk melaksanakan berbagai
macam tugas. Terdapat tiga program utama untuk menunjang perkembangan
yaitu (1) pendidikan jasmani disesuaikan adalah pendidikan melalui program
aktivitas jasmani tradisional yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu
dengan kelainan memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dengan aman,
sukses, dan memperoleh kepuasan. (2) pendidikan jasmani korektif mengacu
pada perbaikan kelainan fungsi dan mekanika tubuh. (3) pendidikan jasmani
perkembangan mengacu pada satu program kesegaran jasmani yang progresif
atau latihan otot-otot besar untuk meningkatkan kemampuan jasmani individu
sampai pada tingkat atau mendekati tingkat kemampuan teman sebaya. Pada
makalah ini akan membahas model pembelajaran untuk anak berkebutuhan
khusus tunanetra khususnya di cabang olahraga bolavoli
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana konsep pendidikan jasmani adaptif?
2) Bagaimana bentuk kerjasama guru terhadap pihak lain?
3) Bagaimana model pembelajaran bolavoli untuk anak tunanetra?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dituliskan tujuan
penulisan sebagai berikut.
1) Untuk menjelaskan konsep pendidikan jasmani adaptif secara umum.
2) Untuk menjelaskan bentuk kerjasama guru dengan pihak-pihak lain.
3) Untuk mendeskripsikan model pembelajaran bolavoli untuk anak
tunanetra.

D. Manfaat Penulisan
1) Untuk mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, dapat menambah pengetahuan dan
mampu menerapkan model pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus.
Selain itu, diharapkan mahasiwa dapat tertarik untuk mengembangkan model-
model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif untuk anak berkebutuhan
khusus, khususnya untuk anak tunanetra dari berbagai cabang olahraga.
2) Untuk lembaga
Dengan makalah ini, lembaga pendidikan perguruan tinggi fakultas
ilmu keolahragaan dapat menerbitkan bahan ajar khusus untuk pendidikan
jasmani adaptif dilengkapi dengan bentuk pengajaran serta model
pembelajaran pada setiap cabang olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Jasmani Adaptif


Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sebuah
pendidikan. Pendidikan jasmani adalah sebuah mata pelajaran akademik sama
mata pelajaran matematika dan ilmu-ilmu sosial. Peserta didik diwajibkan
untuk berpartisipasi dalam pembelajaran ini. Dari banyak batasan dan
pengertian tentang pendidikan jasmani dapat diketahui bahwa pendidikan
keseluruhan peserta didik melalui kegiatan jasmani yang dirancang secara
cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha
meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, dan sosial serta
perkembangan kecerdasan (Sudarsini, 2016: 24).
Pendidikan jasmani untuk berkebutuhan khusus diartikan sebagai
sebuah sistem penyampaian pelayanan yang komprehensif atau menyeluruh
dirancang untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ranah
psikomotor. Penjasorkes yang telah diadaptasikan dan dimodifikasikan sesuai
dengan kebutuhan khusus masing-masing siswa atau disebut penjas adaptif
(pendidikan jasmani adaptif) (Ainin, 2011). Tujuan pendidikan jasmani dapat
dibedakan menjadi lima bagian, meliputi:
1) Perkembangan kesehatan, jasmani, dan organ tubuh
2) Perkembangan mental-emosional
3) Perkembangan otot-syaraf (neuro-muscular) atau keterampilan jasmani
4) Perkembangan sosial
5) Perkembangan kecerdasan dan intelektual
Sebagai guru pendidikan jasmani harus merencanakan dan
melaksanakan program pendidikan jasmani bentuk berbagai macam gerak atau
aktivitas jasmani harus ingat bahwa ada beberapa tujuan perkembangan yang
ingin dicapai peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam program
pendidikan. Secara umum tujuan pendidikan khusus adalah untuk membantu
mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan
sosial yang sepadan dengan potensi mereka melalui program aktivitas
pendidikan jasmani biasa dan khusus yang dirancang sebagai berikut
(Sudarsini, 2016: 26):
1) Untuk menolong siswa mengoreksi diri-sendiri dan kondisi yang dapat
diperbaiki.
2) Untuk membantu siswa melindungi diri-sendiri dan kondisi apapun yang
akan memperburuk keadaannya melalui aktivitas jasmani tertentu.
3) Untuk memberikan kepada siswa kesempatan untuk mempelajari dan
berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani
waktu luang yang bersifat rekreatif.
4) Untuk mendorong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan
mentalnya.
5) Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan
mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6) Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi
terhadap mekanika tubuh yang baik.
7) Untuk menolong siswa memiliki pemahaman dan mengerti macam-macam
olahraga yang mampu dinikmat.

B. Bentuk Kerjasama Mendidik Anak Tunanetra


Pada bagian ini dijelaskan mengenai kerjasama antara guru dan tim
ahli dan masyarakat dalam mendidik anak tunanetra dengan urutan sebagai
berikut (Nasution & Suharto & Tobing, 1997).
1) Guru dengan dokter umum
Pengetahuan guru mengenai keadaan fisik, intelegensi, emosi dan
sosial anak didik serta usaha penanggulangan hambatannya merupakan
kegiatan yang sangat membantu kepada pertumbuhan dan perkembangan anak
didik. Pengetahuan guru atas kondisi kesehatan anak pada umumnya amat
perlu. Karena dengan pengetahuannya tentang keadaan fisik anak, guru
memiliki bahan untuk dapat dipertimbangkan dalam usaha mengajar dan
belajar. Apabila diketahui bahwa di samping ketunanetraannya anak juga
menderita kurang pendengaran, dapat diusahakan alat bantu pendengaran guru
lebih mendalam, misalnya hingga dapat mengetahui tingkat sisa pendengaran
anak, bantuan guru akan lebih berarti.
Penelitian atas tubuh untuk memperoleh status kesehatan
merupakan kegiatan bidang medis yang menjadi wewenang para ahli yang
disebut dokter. Hasil penelitian dokter atas tubuh orang sakit menurut tata-
krama kesehatan menjadi milik dokter. Untuk kepentingan anak didik, guru
harus mengetahui kondisi kesehatan anak didik. Jalinan kerjasama harus
diupayakan dan ditingkatkan. Pelaksanaan kerjasama diatur oleh sekolah
melalui jasa-jasa Usaha Kesehatan Sekolah, Pusat Kesehatan Masyarakat.
2) Guru dengan dokter mata
Pada umumnya tunanetra cenderung tidak dapat melihat sama
sekali, namun sesungguhnya setiap orang tunanetra memiliki gradasi
ketunanetraan sendiri, satu dan lainnya tidak sama, dan penyebab tunanetra
pun masing-masing berbeda. Guru sekolah untuk anak berkebutuhan khusus
tunanetra dianjurkan untuk mengetahui tentang keadaan anak didik. hal ini
berarti bahwa guru harus mengetahui sebanyak mungkin penngetahuan
tentang kemampuan daya lihat dan penyebab tunanetra tiap anak didik.
Dengan pengetahuan guru tentang kemampuan daya lihat anak didik atau
dapat pula dikatakan pengetahuan tentang sisa penglihatan anak didik guru
dapat mengusahakan cara mengajar dan belajar yang sebaik-baiknya. Jalinan
kerjasama antara guru dengan dokter mata diatur oleh sekolah melalui jasa
Usaha Kesehatan Sekolah, Pusat Kesehatan Masyarakat.
3) Guru dengan ahli jiwa
Penyebab ketunanetraan telah diketahui, baik terjadi saat prenatal
maupun post natal. sebagai pengejawantahannya anak dapat menjadi tunanetra
sejak lahir, sejak kanak-kanak, dapat pula setelah dewasa. Seorang anak didik
yang menjadi tunanetra sejak kecil akan memiliki sikap lain dibandingkan
dengan seorang anak yang menjadi tunanetra setelah lebih besar, atau lebih
jika telah dewasa. Seorang anak tunanetra kecil belum atau bahkan tidak
mempunyai pengalaman visual. Dengan tidak adanya pengalaman visual ini
ketunanetraan akan dirasakan secara wajar. Ketunanetraan pada diri cukup
berpengaruh pada perasaan. Hal yang lebih memerlukan perhatian adalah
masalah penyesuaian dirinya ke dalam pergaulan. Untuk dapat memahami
sebaik-baiknya guru memerlukan bantuan dan bahan tentang anak didik dari
ahli ilmu jiwa. Oleh karena itu, kerjasama antara guru dan ahli ilmu jiwa
merupakan sarana yang seharusnya ditempuh.
4) Guru dengan petugas sosial
Penyesuaian diri anak didik tunanetra dengan masyarakat
sekelilingnya dapat berlangsung dengan lancar dapat pula tidak. Berhasil atau
tidaknya proses penyesuaian diri pada umumnya ditentukan oleh perbuatan
sikap baik si anak tunanetra maupun sikap masyarakatnya. Keselarasan sikap
antara kedua subyek ini mempunyai peranan yang sangat besar dan
menentukan keberhasilan penyesuaian diri anak. Kesulitan sering timbul
karena keluarga (bentuk masyarakat kecil) memanjakan anak didik atau
menterlantarkannya.
Seorang petugas sosial karena profesinya menjadi penghubung
antara anak didik dan masyarakat sekelilingnya. Ia menjembatani antara
kepentingan anak didik dengan keinginan masyarakat di sekelilingnya.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan petugas sosial untuk tujuan
memperhatikan kepentingan belajar anak didik sangat menguntungkan bagi
proses belajar dan mengajar.

C. Model Pembelajaran Bolavoli untuk Anak Tunanetra


Pada bagian ini akan jelaskan mengenai konsep modifikasi secara
umum dan bentuk pengajaran bolavoli untuk anak tunanetra.
1) Konsep Modifikasi Permainan
Pada setiap anak berkebutuhan khusus memiliki penanganan
berbeda, dan hal ini membutuhkan penanganan tepat serta khusus. Penanganan
khusus ini sangat perlu dilaksanakan dan diterapkan pada anak berkebutuhan
khusus agar tidak menjadi penghalang untuk meningkatkan kapasitas gerak
dan otonomi. Penurunan performa fisik akan dapat menurun apabila tidak
terjadi akvitas gerak pada anak. Pendidikan jasmani yang telah dimodifikasi
dan di sesuaikan merupakan alternatif solusi dalam menangani permasalahan
penurunan fungsi fisik akibat kurangnya bergerak bagi para penyandang
kebutuhan khusus. Pendidikan jasmani adaptif memiliki hubungan dengan
modifikasi untuk alternatif dan sebagai solusi dalam menangani permasalahan
penurunan fungsi akibat kurangnya bergerak bagi anak berkebutuhan khusus.
Esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan
materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar
yang potensial dapat memperlancar siswa dalam belajarnya (Bangun, 2018).
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan
siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang tadinya
lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih tinggi. Modifikasi dapat
diartikan sebagai upaya melakukan perubahan dengan penyesuaian-
penyesuaian baik dalam segi fisik material (fasilitas dan perlengkapan)
maupun dalam tujuan dan cara (metoda, gaya, pendekatan, aturan serta
penilaian) dari pernyataan diatas mengenai pengertian modifikasi, modifikasi
merupakan suatu usaha perubahan yang dilakukan berupa penyesuaian-
penyesuaian baik dalam bentuk fasilitas dan perlengkapan atau dalam metoda,
gaya, pendekatan, aturan serta penilaian. Tujuan modifikasi dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani: a) Siswa memperoleh kepuasan dalam
mengikuti pelajaran. b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam
berpartisipasi. c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Sedangkan
tujuan modifikasi, sebagai berikut:
a) Modifikasi tujuan pembelajaran.
b) Modifikasi materi pembelajaran.
c) Modifikasi lingkungan pembelajaran.
d) Modifikasi evaluasi pembelajaran.

2) Bentuk Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Bolavoli


Pada bagian ini dijelaskan tentang bentuk modifikasi permainan
bolavoli untuk 3 kategori yaitu: (1) sarana dan prasarana (2) tunanetra low
vision dan total (3) tunanetra total (4) tunanetra low vision.
a) Sarana dan prasarana
1. Net bulutangkis
2. Tiang setinggi 1.5 meter
3. Lapangan dengan luas 12x6 m
4. Bola yang telah dimodifikasi (bola dapat menggunakan lonceng bagi
tunanetra total).
5. Tali sebagai pembatas area lapangan dalam.
b) Bolavoli tuna netra low vision dan total
1. Net memiliki tinggi 20-30 cm dari permukaan lapangan.
2. Bola menggunakan bola plastik yang didalamnya terdapat lonceng
agar menimbulkan suara.
3. Lapangan berukuran 12×6 m, dengan lebar garis serang 2m yang
diperuntukkan untuk pemain yang tuna netra total.
4. Pemain berjumlah 6 orang, 3 total dan 3 low vision.
5. Pemain total berada didepan depan (area 2m) dengan posisi duduk atau
jongkok.
6. Pemain low vision berada di belakang dengan posisi berdiri tanpa
boleh menggunakan kaki.
7. Permainan dimulai ditandai dengan servis.
8. Servis hanya dilakukan oleh pemain yang berada di belakang saja (low
vison).
9. Servis dilakukan di belakang garis belakang.
10. Tidak ada rotasi pemain, namun yang servis harus bergantian antar
pemain belakang.
11. Tidak boleh menahan bola lebih dari 3 detik.
12. Maksimal 3 kali sentuhan.
13. Bola dipukul melewati bawah net.
14. Pemain depan (total) memukul bola tidak boleh melewati garis depan.
15. Sistem rally poin dengan 2 kali kemenaangan dan game 11
16. Poin didapatkan apabila :
a. Bola melewati bawah net dengan menggelinding di lantai
b. Bola keluar tetapi menyentuh lawan (touch ball)
c. Bola menyangkut di net, dan poin untuk lawan
d. Memukul bola di garis depan net (garis 1m), dan poin untuk lawan
e. Pemain menahan bola lebih dari 3 detik, dan poin untuk lawan
f. Pemain melakukan lebih dari 3 sentuhan, dan poin untuk lawan
g. Pemain belakang menggunakan anggota badan selain tangan, dan
poin untuk lawan
h. Bola melewati bagian atas net, dan poin untuk lawan
17. Ada official yang bertugas mengarahkan pemain.

c) Bolavoli tuna netra total


1. Net memiliki tingi 20-30 cm dari permukaan lapangan.
2. Bola menggunakan bola plastik yang didalamnya terdapat lonceng
agar menimbulkan suara.
3. Lapangan berukuran 8×4 m, dengan lebar garis serang 2m.
4. Pemain berjumlah 6 orang dengan tuna netra total.Pemain berada
diposisinya yaitu 3 di bagian depan dan 3 dibagian belakang.
5. Pemain berada di posisinya dengan duduk atau jongkok.
6. Permainan dimulai ditandai dengan servis.
7. Servis dilakukan oleh pemain yang berada di posisi 1.
8. Servis dilakukan di belakang garis belakang.
9. Ada rotasi pemain layaknya permainaan bola voli normal pada
umumnya.
10. Tidak boleh menahan bola lebih dari 3 detik.
11. Maksimal 3 kali sentuhan.
12. Bola dipukul melewati bawah net.
13. Semua pemain boleh melakukan serangan, serangan dari belakang
tidak boleh melewati garis serang.
14. Sistem rally poin dengan 2 kali kemenangan dan game 11.
15. Poin didapatkan apabila:
a. Bola melewati bawah net dengan menggelinding di lantai.
b. Bola keluar tetapi menyentuh lawan (touch ball).
c. Bola menyangkut di net, dan poin untuk lawan.
d. Pemain menahan bola lebih dari 3 detik, dan poin untuk lawan.
e. Pemain melakukan lebih dari 3 sentuhan, dan poin untuk lawan.
f. Pemain belakang melakukan serangan melebihi garis serang, dan
poin untuk lawan.
g. Bola melewati bagian atas net, dan poin untuk lawan.
16. Ada official yang bertugas mengarahkan pemain.
d) Bolavoli tuna netra low vison
1. Net memiliki tinggi setara net bulutangkis.
2. Bola menggunakan bola voli seperti pada umumnya.
3. Lapangan berukuran 12×6 m, dengan lebar garis serang 3 m.
4. Pemain berjumlah 6 orang dengan tuna netra low vision.
5. Pemain berada diposisinya yaitu 3 di bagian depan dan 3 dibagian
belakang.
6. Pemain berada di posisinya dengan berdiri.
7. Permainan dimulai ditandai dengan servis.
8. Servis dilakukan oleh pemain yang berada di posisi 1.
9. Servis dilakukan dibelakang garis belakang.
10. Ada rotasi pemain layaknya permainaan bola voli normal pada
umumnya.
11. Maksimal 3 kali sentuhan.
12. Bola dipukul melewati atas net.
13. Pemain dilarang melompat untuk melakukan serangan.
14. Semua pemain boleh melakukan serangan, serangan dari belakang
tidak boleh melewati garis serang.
15. Sistem rally poin dengan 2 kali kemenangan dan game 15.
16. Boleh melakukan blok.
17. Poin didapatkan apabila :
a) Bola masuk ke area lapangan lawan.
b) Bola keluar tetapi menyentuh lawan (touch ball).
c) Bola menyangkut di net, dan poin untuk lawan.
d) Pemain melakukan lebih dari 3 sentuhan, dan poin untuk lawan.
e) Pemain belakang melakukan serangan melebihi garis serang, dan
poin untuk lawan.
f) Bola melewati bawah net, dan poin untuk lawan.
g) Pemain menyentuh net, dan poin untuk lawan.
18. Ada official yang bertugas mengarahkan pemain.
BAB III
SIMPULAN

1) Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sebuah pendidikan


pendidikan keseluruhan peserta didik melalui kegiatan jasmani yang
dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram
dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, dan
sosial serta perkembangan kecerdasan. Pendidikan jasmani untuk
berkebutuhan khusus diartikan sebagai sebuah sistem penyampaian
pelayanan yang komprehensif atau menyeluruh dirancang untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
2) Permasalahan pada anak berkebutuhan khusus, guru dapat menjalin
kerjsama seperti (1) Guru dengan dokter umum (2) Guru dengan
dokter mata (3) Guru dengan ahli jiwa (3) Guru dengan petugas sosial.
3) Terdapat 3 kategori pembelajaran modifikasi untuk anak tunanetra
yaitu, bolavoli untuk anak tunanetra total, bolavoli untuk anak
tunanetra low vision, dan bolavoli untuk anak tunanetra total dan low
vision
DAFTAR RUJUKAN

Ainin, I. K. (2011). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif


(Penelitian pada Guru Pendidikan Jasmani Adaptif Sekolah Dasar
Inklusif Kota Surabaya). Jassi Anakku, 10(2), 149-164.
Bangun, M. W. A. (2018). Pemanfaatan Hasil Modifikasi Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Di SLB-YPAC Cabang Medan. Journal
Physical Education, Health and Recreation, 2(2), 97-106.
Nasution, Soekini., Suharto., Tobing, L. 1997. Pendidikan Anak-anak
Tunanetra. Jakarta: Depdikbud.
Sudarsini. 2016. Pendidikan Jasmani Adaptif. Malang: Gunung Samudera.

Anda mungkin juga menyukai