Anda di halaman 1dari 13

PEDAGOGI OLAHRAGA

NAMA : M. NOVIN

NIM : 61883311027

KELAS: PJKR II-D

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah PEDAGOGI OLAHRAGA.

Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki tulisan ini ke waktu yang akan datang.

Akhir kata saya berharap Critical Jurnal Review ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pembaca dan jika masih ada kesalahan saya mohon maaf dan semoga Critical
Jurnal Review ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.

Medan,Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
C. Manfaat........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Pendidikan Jasmani....................................................................2


B. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga...............4
C. Dasar Falsafah Penjas..................................................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................10

A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan


aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang
kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya
pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek
lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti
pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya


dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan
dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan
ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba,
sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-
anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya,
sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.

B. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah

1. Mengetahui pengertian pendidikan jasmani.


2. Mengetahui perbedaan makna antara pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.
3. Mengetahui dasar falsafah pendidikan jasmani.
4. Mengetahui landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani.

1
C. Manfaat

Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Agar dapat mengetahui pengertian pendidikan jasmani.


2. Agar dapat mengetahui perbedaan makna antara pendidikan jasmani dan pendidikan
olahraga.
3. Agar dapat mengetahui dasar falsafah pendidikan jasmani.
4. Agar dapat mengetahui landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya,


penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat
untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui
penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang
berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk
mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan
fisik dan mentalnya. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan
kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran
penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa,
IPS dan IPA, dan lain-lain.

Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan
bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai
gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap
misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran,
seperti kebugaran jasmani yang rendah. Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa
tujuannya? Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut: Pendidikan
Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau
olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata
pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara
sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat,
agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

3
Pengertian Falsafah

Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang umum dan
asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab dan yunani
{philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” secara umumnya, falsafah mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :

Merupakan suatu usaha pemikiran yang tuntas. Tujuanya adalah untuk mendapatkan
kebenaran Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata sepakat mengenai takrifan
falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu yang tidak dapat
ditakrifkan. Ini di karenakan kita dapat berfalsafah tentang pengertian falsafah. maka dengan
itulah kita akan menemui pendapat yang berbeda-beda mengenai takrif falsafah dari para
ahli falsafah. Sebagai rujukan umum dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs.
sidi gazalba Berfalsafah ialah mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat. Apabila
seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat erat hubungannya
dengan falsafah. Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu
dengan mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah. Ini bisa
dikatakan sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara falsafah ini mengandung tiga ciri:

Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang tuntas, dengan ini
dapat terfikirkan secara mendalam hingga sampai pada akar bagi suatu masalah.

Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh
kesadaran yang tersusun rapi.

Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi merupakan jawaban
bagi suatu persoalan.

Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber kewibawaan dalam menyelesaikan
suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan untuk menjawab persoalan tersebut dengan akal
sehat. Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang falsafah. Ini bisa
diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah setianya disifatkan sebagai soalan
yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran yang bersungguh-sungguh. Suatu persoalan
falsafah dimana apabila persoalan itu tidak dapat diselesaikan melalui kaedah pengamatan
ataupun kaedah sains. Biasanya, persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan
perkara-perkara lain yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi kepada

4
soalan yang baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya. Ini karena persoalan
yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima bidang
berdasarkan persoalannya, yaitu:

Metafizik yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.

Epistmologi yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.

Etika yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.

Logik adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.

Estetika yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.

Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh setiap bangsa. Karena
manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin tahu dan cenderung kepada
kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh kelompok manusia yang mengadakan
pendekatan yang berbeda terhadap falsafah. Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan
mempunyai minat yng sama dalam suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh
yang sama daripada seseorang tokoh falsafah.

ASAS DAN FALSAFAH PENJASKES

Makna dan kedudukan pendidikan jasmani

Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang
canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati
bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas bagaikan luka didalam sebagian besar
masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan
dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak
dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang
diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya
hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan kota,
serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin memuncak.

Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti terhadap


persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak hanya itu

5
namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat yang begitu
maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya
yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan
bersantai yang akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara
individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup sedenter { kurang
gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan
hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya membuat orang menjadi
malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi
melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita
akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.

Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk
menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik, mental, serta
emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan utuh,
mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik
dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian yang
begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi, Lebih
utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan wilayah pendidikan
lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran serta jiwanya.

Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya memiliki
esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan jasmani
memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan
bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai pada
penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan moral, yang
penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak terkembangkan
baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan
perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian
seseorang.

6
Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan


aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah
peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara
gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah
pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik.
Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai
ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas,
bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia.
Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut
terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain,
misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral,
tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran
dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan
holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan:
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas
diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.”
Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.

Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa
dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan
penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada
penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.

7
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang
memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan
Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut
sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional:
aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.
Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang
mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan
pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata
yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik
tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam
masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas
masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri,
barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya
pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang
pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya
masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-
mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik,
karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke
mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program
penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh,


sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan
disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus
atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk
pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti
yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa
yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang
pendidikan jasmani kita.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun


esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani
memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan
bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan
penekanan yang cukup dalam. Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak
agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.

B. Saran

Dari pembahasan diatas maka dapat kami tarik beberapa saran diantaranya :

1. Jika kita menjadi seorang guru pendidikan jasmani diharapkan selalu mengarahkan
peserta didik dengan baik, karena dengan pendidikan jasmani siswa dapat
mengembangkan keterampilan yang dia miliki.
2. Seorang guru pendidikan jasmani haruslah benar-benar memahami apa perbedaan
olahraga dengan pendidikan jasmani, agar nantinya pada saat proses pembelajaran
materi yang disampaikan bisa sesuai dengan tujuan.
3. Seorang guru pendidikan jasmani harus selalu memperhatikan aspek kognitif, afektif
dan psikomotor siswa agar tujuan dari proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat
terlaksana dengan baik.
4. Seorang guru pendidikan jasmani jangan selalu beranggapan bahwa pelajaran
pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, karena dengan anggapan ini akan
membuat pendidikan jasmani akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://yesipartini.blogspot.com/2013/06/konsepsi-dan-falsafah-pendidikan-jasmani.html

http://abdeespike.blogspot.com/2011/11/perbedaan-pendidikan-jasmani-dan.html

http://anggipratiwi77.blogspot.com/2013/07/pengertian-pendidikan-jasmani-menurut.html

10

Anda mungkin juga menyukai