Anda di halaman 1dari 14

PEMBELAJARAN YANG MENGOPTIMALKAN POTENSI

SISWA/MAHASISWA

PEMBELAJARAN YANG MENGOPTIMALKAN POTENSI SISWA/MAHASISWA

A. Pengertian Pendidikan, Pengajaran dan Potensi


Dalam sebuah proses pembelajaran terdiri atas berbagai unsur, mulai dari guru, siswa,
materi pelajaran, strategi dan metode pengajaran serta media pembelajaran. Proses belajar
yang dialami siswa merupakan bagian dari pendidikan dan pengajaran. Pendidikan pada
hakikat untuk perkembangan individu. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
dibutuhkan.

Pendidikan nasional juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (pasal 3). Dari uraian
tersebut maka pendidikan dapat dikatakan sebagai usaha untuk mengembangkan potensi
peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang dicita-citakan, yang dilakukan secara sadar
dan terencana. Karena dalam proses pembelajaran sebagai proses pendidikan itu terjadi
aktivitas mengajar (oleh guru) dan aktivitas belajar (oleh siswa), maka mengajar dapat
dimaknai sebagi upaya pengembangan potensi siswa.

Ada beberapa definisi mengajar yang dikemukan para ahli pendidikan, salah satunya
menurut pendapat Fox seorang ahli pendidikan Inggris. Fox
(dalamhttp://www.gurusukses.com/) mengelompokkan definisi mengajar dalam empat
kategori, yaitu:

1. Transfer. Dalam model ini, mengajar dilihat sebagai proses pemindahan pengetahuan
(process of transferring knowledge) dari seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa
(anak) dipandang sebagai wadah yang kosong (empty vessel), dan jika pengetahuan tidak
berhasil ditransferkan masalahnya cenderung dilihat sebagai kesalahan siswa.

2. Shaping. Pengajaran merupakan proses pembentukan siswa pada bentuk-bentuk yang


ditentukan. Di sini siswa diajar keterampilan-keterampilan dan cara-cara bertingkah laku
yang dianggap bermanfaat bagi mereka. Minat dan motif siswa hanya dianggap penting
sepanjang membantu proses pembentukan tersebut.

3. Travelling. Dalam model ini pengajaran dilihat sebagai pembimbingan siswa melalui mata
pelajaran. Mata pelajaran dipandang sebagai sesuatu yang menantang dan kadang-kadang
sulit untuk dieksplorasi.

4. Growing. Model ini memfokuskan pengajaran pada pengembangan kecerdasan, fisik, dan
emosi siswa. Tugas guru adalah menyediakan situasi dan pengalaman untuk membantu siswa
dalam perkembangan mereka. Ini merupakan model yang berpusat pada siswa (a child-
centred model), di mana mata pelajaran penting, tidak sebagai tujuan, tetapi sepanjang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan berada dalam minat siswa.

Dalam proses pembelajaran, guru harus memfasilitasi siswa untuk mengembangkan


potensi dirinya, bukan sekadar menyampaikan materi pelajaran. Karena pendidikan
berbentuk proses pembelajaran, yang intinya guru mengajar dan siswa belajar, maka
berdasarkan konteks ini, mengajar seyogyanya dimaknai sebagai penumbuhkembangan
potensi siswa.

Menurut kamus bahasa Indonesia, potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan


untuk lebih berkembang. Setiap orang memiliki potensi, dan tentu berbeda setiap apa yang
dimiliki antara satu orang dengan orang lain. Potensi siswa yang dimaksud disini adalah
kapasitas atau kemampuan dan karakteristik / sifat individu yang berhubungan dengan
sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang
pengembangan potensi lain. Potensi itu meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat,
potensi moral dan religius (dalam http://djangkrigdjoloendo.blogspot.com).
1. Potensi Fisik
Kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh diperoleh melalui pemeriksaan
medis yang dilakukan oleh tenaga medis dan observasi perilaku dalam mengikuti aktivitas
pembelajaran oleh guru.
2. Potensi Intelektual.
Potensi intelektual terbagi lima kelompok, yaitu:
1. Prestasi Akademik.
2. Kecerdasan Umum
Kecerdasan umum meliputi:
a. Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan tepat.
b. Memecahkan masalah;
c. Menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah;
d. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan tertentu; dan
e. Kemampuan mengkritik diri sendiri.
3. Kemampuan Khusus / Bakat
Kemampuan khusus atau bakat meliputi:
a. Kemampuan verbal-kebahasaan
b. Kemampuan logis-matematis
c. Kemampuan seni
d. Kemampuan tilikan ruang
e. Kemampuan badaniah-kinestetik
f. Kemampuan musik
g. Kemampuan antarpibadi
h. Kemampuan kealaman
4. Kreativitas
Kreativitas meliputi :
a. Memiliki dorongan ingin tahu yang besar
b. Sering mengajukan pertanyaan
c. Memiliki banyak gagasan
d. Bebas dalam menyatakan pendapat
e. Memiliki rasa keindahan
f. Menonjol dalam salah satu bidang seni
g. Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengungkapkannya
h. Memiliki rasa humor tinggi
i. Daya imajinasi yang kuat
j. Orisinalitas
k. Dapat bekerja sendiri
l. Senang mencoba hal-hal baru
m. Mampu mengembangkan dan memerinci gagasan
5. Kepribadian
Kepribadian meliputi:
a. Kemampuan mengelola emosi,
b. Kemampuan mengembangkan dan menjaga motivasi belajar / berprestasi,
c. Kepemimpinan,
d. Kemampuan menyesuaikan diri,
e. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi,
f. Responsibilitas,
g. Orientasi nilai, moral dan religi,
h. Kecenderungan kebutuhan,
i. Sikap,
j. Kebiasaan, dan sebagainya.

Dr. Sumardi, M.Sc. dalam bukunya Password Menuju Sukses yang dikutip dari
http://mgmpbindobogor.wordpress.com/2008/11/19/ ada tiga belas jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan bahasa, logika, visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi
(intrapersonal), masak (kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan.
Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard
Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau
kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan
keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T.
Kiyosaki.
Dengan mengetahui ada begitu banyaknya potensi yang perlu dikembangkan pada
diri siswa/mahasiswa, maka guru perlu mencari dan memilih cara untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan seluruh potensi tersebut melalui kegiatan belajar yang dijalani siswa dan
mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.

B. Pentingnya Pembelajaran dengan Mengoptimalkan Potensi

Proses belajar yang dilalui seseorang secara umum bertujuan untuk perubahan
perilaku agar lebih baik dan berkembang. Pelaksanaan proses belajar itu sendiri sebenarnya
melibatkan seluruh potensi seseorang. Aspek pribadi yaitu kognisi, afeksi dan perilaku,
masing-masing memberi kontribusi untuk tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Proses
belajar yang dialami siswa/mahasiswa tidak hanya sebatas transfer ilmu dari guru/dosen
(teaching oriented learning), tetapi yang lebih penting adalah bagaimana siswa dapat
memaknai proses belajarnya, siswa dapat menggali dan mengotimalkan seluruh potensi yang
ia miliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.

Mengingat begitu pentingnya mengembangkan potensi siswa/mahasiswa maka


guru/dosen perlu mencari strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memfasilitasi dan
mengembangkan seluruh potensi dengan maksimal, karena potensi yang dimiliki siswa tidak
hanya sebatas kemampuan/intelegence, tetapi ada potensi lain seperti bakat, kreativitas,
motivasi dan aspek kepribadian yang lain yang perlu dikembangkan melalui proses belajar
yang dialami siswa. Artinya proses pembelajaran harus berorientasi tentang bagaimana cara
mengaktifkan siswa semaksimal mungkin, dan memperlakukan mereka sebagai seseorang
yang memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan, serta memberikan kesempatan
secara optimal untuk merealisasikan dan mengaktualisasikan dirinya sendiri sesuai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.

Salah satu strategi yang dapat digunakan guru/dosen untuk mengembangkan potensi
siswa/mahasiswa adalah dengan pembelajaran aktif (active learning). Dalam pembelajaran
aktif Guru/dosen juga harus dapat memfasilitasi proses belajar yang dialami siswa untuk
mengembangkan potensinya. Melalui Pembelajaran Aktif (Active Learning) siswa diarahkan
untuk menemukan sendiri, memecahkan persoalan sendiri dan mengembangkan makna
materi pelajaran dengan realitas kehidupannya. Dengan demikian, siswa terus mengasah
kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat
menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu
argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran kepada yang
lain, dan seterusnya.

Dalam menerapkan pembelajaran aktif yang dapat mengoptimalkan potensi siswa,


maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Sebagaimana yang di jelaskan Prof. Drs. H.
Burhanuddin Salam, MM, bahwa ada beberapa faktor penunjang efisiensi belajar, yaitu:

1. Kesiapan (readiness) , adanya kesiapan untuk belajar, baik secara fisik, mental harapan, skil,
dan latar belakang
2. Minat dan konsentrasi, adanya minat yaitu perhatian khusus dan konsentrasi yaitu
pemusatan perhatian pada materi pelajaran dan proses pembelajaran yang dialami
siswa/mahasiswa.
3. Keteraturan akan waktu dengan disiplin, dengan adanya disiplin waktu, maka ini akan
membina sikap mental yang baik pada diri siswa untuk memaknai proses belajarnya.
Dengan adanya faktor penunjang efisiensi belajar tersebut, diharapkan siswa dapat
menjalani proses pembelajaran aktifnya dengan lebih baik. Ada bebera langkah yang dapat
dilakukan guru/dosesn untuk membuat siswa aktif semenjak dini, yaitu dengan membuat :

1. Team building (pembentukan tim), yaitu membantu siswa-siswa menjadi lebih


terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu semangat “kerja sama” dan “saling
ketergantungan”.
2. On-The-Spot assessment (penilaian di tempat), yaitu : guru mempelajari tentang
perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan pengalaman siswa.
3. Immediate learning involvement (keterlibatan belajar seketika), yaitu ; guru
menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok bahasan.

Selain itu ada beberapa langkah yang dapat dilakukan guru/dosen untuk membantu
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku secara aktif dan mendorong
siswa untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yaitu :

1. Full-class learning (belajar sepenuhnya di dalam kelas); petunjuk dari pengajar yang
merangsang seluruh kelas.
2. Class discussion (diskusi kelas);dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan
utama.
3. Question prompting (cepatnya pertanyaan); siswa meminta klarifikasi/penjelasan.
4. Collaborative learning (belajar dengan bekerja sama); tugas-tugas dikerjakan dengan
kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil siswa.
5. Peer teaching (belajar dengan sebaya), petunjuk diberikan oleh siswa.
6. Independent learning (belajar mandiri), aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara
invidual.
7. Affective learning (belajar afektif), aktivitas-aktivitas yang membantu siswa untuk
menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku mereka.
8. Skill development (pengembangan keterampilan), mempelajari dan mempraktikan
keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.(Ujair Sanaky AH dalam
http://ccpbelajar.blogspot.com/2012/08/ ).

C. Strategi dan Model pembelajaran Aktif yang Dapat Mengoptimalkan Potensi


Siswa/mahasiswa
Untuk dapat mengotimalkan potensi siswa dalam pembelajaran, maka guru/dosen bisa
menggunakan banyak cara untuk mewujudkan pembelajaran yang mengoptimalkan potensi
siswa. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Contextual Teaching Learning


Contextual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, yang mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa
mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni:


a. Konstruktivisme,
b. Bertanya (questioning),
c. Menemukan (Inquiry),
d. Masyarakat belajar (learning komunity),
e. Pemodelan (modeling), dan
f. Penilaian sebenarnya (autentic assement).
Landasan filosofi Contextual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus
mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat
dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan.
Menurut Zahorik dalam http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-kontekstual-
ctl.html
ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning)


2. Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun
(1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan
(validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge)
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut
Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

No PENDEKATAN CTL PENDEKATAN


TRADISIONAL
1 Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima
proses pembelajaran informasi secara pasif
2 Siswa belajar dari teman melalui Siswa belajar secara
kerja kelompok, diskusi, saling individual
mengoreksi.
3 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak
kehidupan nyata dan atau yang dan teoritis
disimulasikan
4 Perilaku dibangun atas dasar Perilaku dibangun atas dasar
kesadaran diri kebiasaan
5 Keterampilan dikembangkan atas Keterampilan dikembangkan
dasar pemahaman atas dasar latihan
6 Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik
kepuasan diri adalah pujian (angka)
rapor
7 Seseorang tidak melakukan yang Seseorang tidak melakukan
jelek karena dia sadar hal itu yang jelek karena dia takut
keliru dan merugikan hukuman
8 Bahasa diajarkan dengan Bahasa diajarkan dengan
pendekatan komunikatif, yakni pendekatan struktural:
siswa diajak menggunakan rumus diterangkan sampai
bahasa dalam konteks nyata paham kemudian
dilatihkan
9 Pemahaman siswa dikembangkan Pemahaman ada di luar
atas dasar yang sudah ada dalam siswa, yang harus
diri siswa diterangkan, diterima, dan
dihafal
10 Siswa menggunakan kemampuan Siswa secara pasif menerima
berfikir kritis, terlibat dalam rumusan atau pemahaman
mengupayakan terjadinnya (membaca, mendengarkan,
proses pembelajaran yang mencatat, menghafal)
efektif, ikut bertanggung jawab tanpa memberikan
atas terjadinya proses kontribusi ide dalam
pembelajaran yang efektif dan proses pembelajaran
membawa pemahaman masing-
masing dalam proses
pembelajaran
11 Pengetahuan yang dimiliki Pengetahuan adalah
manusia dikembangkan oleh penangkapan terhadap
manusia itu sendiri. Manusia serangkaian fakta, konsep,
diciptakan atau membangun atau hukum yang berada di
pengetahuan dengan cara luar diri manusia
memberi arti dan memahami
pengalamannya
12 Karena ilmu pengetahuan itu Bersifat absolut dan bersifat
dikembangkan oleh manusia final
sendiri, sementara manusia
selalu mengalami peristiwa
baru, maka pengetahuan itu
selalu berkembang.
13 Siswa diminta bertanggung jawab Guru adalah penentu
memonitor dan mengembangkan jalannya proses
pembelajaran mereka masing- pembelajaran
masing
14 Penghargaan terhadap pengalaman Pembelajaran tidak
siswa sangat diutamakan memperhatikan
pengalaman siswa
15 Hasil belajar diukur dengan Hasil belajar hanya diukur
berbagai cara : proses, bekerja, dengan hasil tes
hasil karya, penampilan,
rekaman, tes, dll.
16 Pembelajaran terjadi di berbagai Pembelajaran hanya terjadi
tempat, konteks dan setting dalam kelas
17 Penyesalan adalah hukuman dari Sanksi adalah hukuman dari
perilaku jelek perilaku jelek
18 Perilaku baik berdasar motivasi Perilaku baik berdasar
intrinsic motivasi ekstrinsik
19 Berbasis pada siswa Berbasis pada guru
20 Seseorang berperilaku baik karena Seseorang berperilaku baik
ia yakin itulah yang terbaik dan karena dia terbiasa
bermanfaat melakukan begitu.
Kebiasaan ini dibangun
dengan hadiah yang
menyenagkan

2. Pembelajaran berbasis masalah


Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Ada 3 ciri utama strategi pembelajaran berbasis masalah ini yaitu:

1. Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran.


Maksudnya pembelajaran ini tidak hanya sekedar mengharapkan siswa
mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari
dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi ini
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif
dan induktif. Proses berpikir dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis
artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

Selain itu, sebagai salah satu strategi yang dapat mengoptimalkan potensi siswa
melalui belajar aktif, strategi ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa
keunggulan strategi ini, yaitu:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka


untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya


dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan


pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar.

Stategi pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Guru bertugas membimbing dan memfasilitasi siswa pada kesadaran
adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Adapun kelemahan Strategi ini
adalah:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

3. Quantum learning

mulai diujicobakan oleh Bobby DePorter, Eric Jensen dan Greg Simmons lewat program
yang diberi nama Super Camp. Quantum learning menerapkan tiga keterampilan dasar yang
sangat diperlukan dalam proses belajar. Tiga keterampilan dasar itu meliputi keterampilan
akademis, prestasi fisik dan keterampilan hidup (Rakhmat, 1997 dalam http://hidayah-
ilayya.blogspot.com). strategi pembelajaran yang diterapkan quantum learning menekankan
partisipasi aktif siswa untuk menenukan makna dan menciptakan kaitan materi dengan
kehidupan sehari-hari.

4. Pembelajaran Kooperatif /Cooperatif learning

Pada beberapa model pembelajaran kooperatif juga menjadi salah satu alternatif cara
belajar aktif siswa untuk mengembangkan potensi siswa. Belajar kooperatif adalah suatu
keberhasilan strategi pengajaran di dalam kelompok kecil, dimana setiap siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda, menggunakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi untuk
memperbaiki pemahaman mereka terhadap subjek . masing-masing anggota kelompok
bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan , tetapi juga membantu
teman kelompok belajar, sehingga membuat suasana yang penuh prestasi. Siswa bekerja
melalui tugas/penugasan sampai semua anggota kelompok mengerti dengan baik dan
lengkap.Dalam beberapa model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil, tetapi tetap dengan tanggung jawab penuh untuk mengembangkan
potensinya, disamping berkontribusi untuk kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif
yang perlu diperhatikan guru adalah, kesempatan yang sama bagi siswa untuk
mengembangkan potensi melalui tanggung jawab belajarnya secara individu maupun
kelompok, dan selalu membimbing dan memfasilitasi siswa.
Dengan pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat mengembangkan berbagai
potensi dalam dirinya, tidak saja kemampuan, tapi juga potensi-potensi lain, bakat, kreativitas
dan sebagainya. Dengan kerjasama dalam kelompok, ini bisa mengembangkan kepribadian
siswa, kemampuan antar pribadi dan kreativitas siswa. Dengan pembelajaran kooperatif ada
banyak manfaat yang bisa didapatkan, yaitu:

1. Meningkatkan belajar siswa dan prestasi akademik


2. meningkatkan penyimpanan/ingatan siswa
3. Mempertinggi kepuasaan belajar siswa dengan pengalaman belajar mereka
4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan dalam komunikasi lisan.
5. Mengembangkan keahlian/ kemampuan sosial siswa
6. Meningkatkan penghargaan diri siswa
7. Membantu meningkatkan jalannya hubungan positif

Nurhadi dkk (2004) dalam http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/ perbedaan-


pembelajaran-kooperatif.html mengemukakan sejumlah perbedaan antara belajar tradisional
(belajar kelompok biasa) dengan belajar kooperatif sebagai berikut:

N
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
o
1 Adanya saling ketergantungan Guru sering membiarkan adanya
positif, saling membantu dan saling siswa yang mendominasi kelompok
memberikan motivasi sehingga ada atau menggantungkan diri pada
interaksi promotif. kelompok.
2 Adanya akuntabilitas individul Akuntabilitas individual seringkali
yang mengukur penguasaan materi diabaikan sehingga tugas-tugas sering
pelajaran tiap anggota kelompok, diborong oleh salah seorang anggota
dan kelompok diberi umpan balik kelompok, sedangkan anggota
tentang hasil belajar para kelompok lainnya hanya enak-enak
anggotanya sehingga dapat saling saja diatas keberhasilan temannya
mengetahui siapa yang memerlukan yang dianggap ‘pemborong’.
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
3 Kelompok belajar heterogen baik Kelompok belajar biasa biasanya
dalam kemampuan akademik, jenis homogen dan seringkali menganggap
kelamin, ras, etnik dan sebagainya kelompok lain sebagai musuh yang
sehingga dapat saling menghargai harus dikalahkan.
satu sama lain.
4 Pimpinan kelompok dipilih Pemimpin kelompok sering
secara demokratis atau bergilir ditentukan oleh guru atau kelompok
untuk memberikan pengalaman dibiarkan untuk memilih
memimpin bagi para anggota pemimpinnya dengan cara masing-
kelompok. masing.
5 Keterampilan sosial yang Keterampilan sosial jarang
diperlukan dalam kerja gotong diajarkan.
royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang lain dan
mengelola konflik secara langsung
diajarkan.
6 Pada saat belajar kooperatif Pemantauan melalui observasi dan
sedang berlangsung, guru terus intervensi jarang dilakukan oleh guru
melakukan pemantauan melalui pada saat belajar kelompok
observasi dan melakuakan berlangsung.
intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota
kelompok.
7 Guru memperhatikan secara Guru seringkali tidak
langsung proses kelompok yang memperhatikan proses kelompok
terjadi dalam kelompok-kelompok yang terjadi dalam kelompok-
belajar. kelompok belajar.
8 Penekanan tidak hanya pada Penekanan seringkali hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas.
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling
menghargai).
Dengan adanya berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan potensi
siswa/mahasiswa ini, dapat membantu guru/dosen untuk memilih strategi mana yang cocok
dengan materi pelajaran dan yang bisa dilakukan dalam mewujudkan pembelajaran aktif di
kelas. Dengan pembelajaran aktif diharapkan proses pembelajaran bisa menjadi sesuatu yang
bermakna dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa dalam dirinya,
sehingga dengan mengotimalkan potensi siswa/mahasiswa tersebut, diharapkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan/dicitas-citakan.

http://yelsipunyakarya.blogspot.co.id/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_27.html

Anda mungkin juga menyukai