SISWA/MAHASISWA
Ada beberapa definisi mengajar yang dikemukan para ahli pendidikan, salah satunya
menurut pendapat Fox seorang ahli pendidikan Inggris. Fox
(dalamhttp://www.gurusukses.com/) mengelompokkan definisi mengajar dalam empat
kategori, yaitu:
1. Transfer. Dalam model ini, mengajar dilihat sebagai proses pemindahan pengetahuan
(process of transferring knowledge) dari seseorang (guru) kepada orang lain (siswa). Siswa
(anak) dipandang sebagai wadah yang kosong (empty vessel), dan jika pengetahuan tidak
berhasil ditransferkan masalahnya cenderung dilihat sebagai kesalahan siswa.
3. Travelling. Dalam model ini pengajaran dilihat sebagai pembimbingan siswa melalui mata
pelajaran. Mata pelajaran dipandang sebagai sesuatu yang menantang dan kadang-kadang
sulit untuk dieksplorasi.
4. Growing. Model ini memfokuskan pengajaran pada pengembangan kecerdasan, fisik, dan
emosi siswa. Tugas guru adalah menyediakan situasi dan pengalaman untuk membantu siswa
dalam perkembangan mereka. Ini merupakan model yang berpusat pada siswa (a child-
centred model), di mana mata pelajaran penting, tidak sebagai tujuan, tetapi sepanjang sesuai
dengan kebutuhan siswa dan berada dalam minat siswa.
Dr. Sumardi, M.Sc. dalam bukunya Password Menuju Sukses yang dikutip dari
http://mgmpbindobogor.wordpress.com/2008/11/19/ ada tiga belas jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan bahasa, logika, visual-ruang, raga, musik, sosial (interpersonal), pribadi
(intrapersonal), masak (kuliner), alam (natural), emosi, spiritual, keuletan, dan keuangan.
Sembilan kecerdasan pertama dikemukakan pertama kali pada tahun 1983 oleh Howard
Gardner, seorang psikolog Amerika Serikat dan diberi label multiple intelligences atau
kecerdasan majemuk. Kecerdasan emosi dikemukakan oleh Daniel Goleman. Kecerdasan
keuletan dimunculkan oleh Paul G. Stoltz dan kecerdasan keuangan digagas oleh Robert T.
Kiyosaki.
Dengan mengetahui ada begitu banyaknya potensi yang perlu dikembangkan pada
diri siswa/mahasiswa, maka guru perlu mencari dan memilih cara untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan seluruh potensi tersebut melalui kegiatan belajar yang dijalani siswa dan
mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.
Proses belajar yang dilalui seseorang secara umum bertujuan untuk perubahan
perilaku agar lebih baik dan berkembang. Pelaksanaan proses belajar itu sendiri sebenarnya
melibatkan seluruh potensi seseorang. Aspek pribadi yaitu kognisi, afeksi dan perilaku,
masing-masing memberi kontribusi untuk tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Proses
belajar yang dialami siswa/mahasiswa tidak hanya sebatas transfer ilmu dari guru/dosen
(teaching oriented learning), tetapi yang lebih penting adalah bagaimana siswa dapat
memaknai proses belajarnya, siswa dapat menggali dan mengotimalkan seluruh potensi yang
ia miliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan.
Salah satu strategi yang dapat digunakan guru/dosen untuk mengembangkan potensi
siswa/mahasiswa adalah dengan pembelajaran aktif (active learning). Dalam pembelajaran
aktif Guru/dosen juga harus dapat memfasilitasi proses belajar yang dialami siswa untuk
mengembangkan potensinya. Melalui Pembelajaran Aktif (Active Learning) siswa diarahkan
untuk menemukan sendiri, memecahkan persoalan sendiri dan mengembangkan makna
materi pelajaran dengan realitas kehidupannya. Dengan demikian, siswa terus mengasah
kecerdasan logika saat merumuskan ide-ide atau pendapat, kecerdasan bahasa saat
menyampaikan secara lisan ide atau pendapat tersebut, kecerdasan keuletan saat harus beradu
argumen dengan teman, kecerdasan intrapersonal saat harus bersikap toleran kepada yang
lain, dan seterusnya.
1. Kesiapan (readiness) , adanya kesiapan untuk belajar, baik secara fisik, mental harapan, skil,
dan latar belakang
2. Minat dan konsentrasi, adanya minat yaitu perhatian khusus dan konsentrasi yaitu
pemusatan perhatian pada materi pelajaran dan proses pembelajaran yang dialami
siswa/mahasiswa.
3. Keteraturan akan waktu dengan disiplin, dengan adanya disiplin waktu, maka ini akan
membina sikap mental yang baik pada diri siswa untuk memaknai proses belajarnya.
Dengan adanya faktor penunjang efisiensi belajar tersebut, diharapkan siswa dapat
menjalani proses pembelajaran aktifnya dengan lebih baik. Ada bebera langkah yang dapat
dilakukan guru/dosesn untuk membuat siswa aktif semenjak dini, yaitu dengan membuat :
Selain itu ada beberapa langkah yang dapat dilakukan guru/dosen untuk membantu
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku secara aktif dan mendorong
siswa untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yaitu :
1. Full-class learning (belajar sepenuhnya di dalam kelas); petunjuk dari pengajar yang
merangsang seluruh kelas.
2. Class discussion (diskusi kelas);dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan
utama.
3. Question prompting (cepatnya pertanyaan); siswa meminta klarifikasi/penjelasan.
4. Collaborative learning (belajar dengan bekerja sama); tugas-tugas dikerjakan dengan
kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil siswa.
5. Peer teaching (belajar dengan sebaya), petunjuk diberikan oleh siswa.
6. Independent learning (belajar mandiri), aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara
invidual.
7. Affective learning (belajar afektif), aktivitas-aktivitas yang membantu siswa untuk
menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku mereka.
8. Skill development (pengembangan keterampilan), mempelajari dan mempraktikan
keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.(Ujair Sanaky AH dalam
http://ccpbelajar.blogspot.com/2012/08/ ).
Selain itu, sebagai salah satu strategi yang dapat mengoptimalkan potensi siswa
melalui belajar aktif, strategi ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa
keunggulan strategi ini, yaitu:
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar.
Stategi pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang
harus dipecahkan. Guru bertugas membimbing dan memfasilitasi siswa pada kesadaran
adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial.
Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Adapun kelemahan Strategi ini
adalah:
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
3. Quantum learning
mulai diujicobakan oleh Bobby DePorter, Eric Jensen dan Greg Simmons lewat program
yang diberi nama Super Camp. Quantum learning menerapkan tiga keterampilan dasar yang
sangat diperlukan dalam proses belajar. Tiga keterampilan dasar itu meliputi keterampilan
akademis, prestasi fisik dan keterampilan hidup (Rakhmat, 1997 dalam http://hidayah-
ilayya.blogspot.com). strategi pembelajaran yang diterapkan quantum learning menekankan
partisipasi aktif siswa untuk menenukan makna dan menciptakan kaitan materi dengan
kehidupan sehari-hari.
Pada beberapa model pembelajaran kooperatif juga menjadi salah satu alternatif cara
belajar aktif siswa untuk mengembangkan potensi siswa. Belajar kooperatif adalah suatu
keberhasilan strategi pengajaran di dalam kelompok kecil, dimana setiap siswa dengan
kemampuan yang berbeda-beda, menggunakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi untuk
memperbaiki pemahaman mereka terhadap subjek . masing-masing anggota kelompok
bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan , tetapi juga membantu
teman kelompok belajar, sehingga membuat suasana yang penuh prestasi. Siswa bekerja
melalui tugas/penugasan sampai semua anggota kelompok mengerti dengan baik dan
lengkap.Dalam beberapa model pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam
kelompok kecil, tetapi tetap dengan tanggung jawab penuh untuk mengembangkan
potensinya, disamping berkontribusi untuk kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif
yang perlu diperhatikan guru adalah, kesempatan yang sama bagi siswa untuk
mengembangkan potensi melalui tanggung jawab belajarnya secara individu maupun
kelompok, dan selalu membimbing dan memfasilitasi siswa.
Dengan pembelajaran kooperatif siswa diharapkan dapat mengembangkan berbagai
potensi dalam dirinya, tidak saja kemampuan, tapi juga potensi-potensi lain, bakat, kreativitas
dan sebagainya. Dengan kerjasama dalam kelompok, ini bisa mengembangkan kepribadian
siswa, kemampuan antar pribadi dan kreativitas siswa. Dengan pembelajaran kooperatif ada
banyak manfaat yang bisa didapatkan, yaitu:
N
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional
o
1 Adanya saling ketergantungan Guru sering membiarkan adanya
positif, saling membantu dan saling siswa yang mendominasi kelompok
memberikan motivasi sehingga ada atau menggantungkan diri pada
interaksi promotif. kelompok.
2 Adanya akuntabilitas individul Akuntabilitas individual seringkali
yang mengukur penguasaan materi diabaikan sehingga tugas-tugas sering
pelajaran tiap anggota kelompok, diborong oleh salah seorang anggota
dan kelompok diberi umpan balik kelompok, sedangkan anggota
tentang hasil belajar para kelompok lainnya hanya enak-enak
anggotanya sehingga dapat saling saja diatas keberhasilan temannya
mengetahui siapa yang memerlukan yang dianggap ‘pemborong’.
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
3 Kelompok belajar heterogen baik Kelompok belajar biasa biasanya
dalam kemampuan akademik, jenis homogen dan seringkali menganggap
kelamin, ras, etnik dan sebagainya kelompok lain sebagai musuh yang
sehingga dapat saling menghargai harus dikalahkan.
satu sama lain.
4 Pimpinan kelompok dipilih Pemimpin kelompok sering
secara demokratis atau bergilir ditentukan oleh guru atau kelompok
untuk memberikan pengalaman dibiarkan untuk memilih
memimpin bagi para anggota pemimpinnya dengan cara masing-
kelompok. masing.
5 Keterampilan sosial yang Keterampilan sosial jarang
diperlukan dalam kerja gotong diajarkan.
royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang lain dan
mengelola konflik secara langsung
diajarkan.
6 Pada saat belajar kooperatif Pemantauan melalui observasi dan
sedang berlangsung, guru terus intervensi jarang dilakukan oleh guru
melakukan pemantauan melalui pada saat belajar kelompok
observasi dan melakuakan berlangsung.
intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota
kelompok.
7 Guru memperhatikan secara Guru seringkali tidak
langsung proses kelompok yang memperhatikan proses kelompok
terjadi dalam kelompok-kelompok yang terjadi dalam kelompok-
belajar. kelompok belajar.
8 Penekanan tidak hanya pada Penekanan seringkali hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga penyelesaian tugas.
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling
menghargai).
Dengan adanya berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengoptimalkan potensi
siswa/mahasiswa ini, dapat membantu guru/dosen untuk memilih strategi mana yang cocok
dengan materi pelajaran dan yang bisa dilakukan dalam mewujudkan pembelajaran aktif di
kelas. Dengan pembelajaran aktif diharapkan proses pembelajaran bisa menjadi sesuatu yang
bermakna dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa dalam dirinya,
sehingga dengan mengotimalkan potensi siswa/mahasiswa tersebut, diharapkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan/dicitas-citakan.
http://yelsipunyakarya.blogspot.co.id/2013/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_27.html