Pendekatan konstruktivisme akhir-akhir ini banyak dibahas dan berkembang menjadi wacana
nasional berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendekatan ini
dianggap sebagai fenomena baru yang menjanjikan dalam upaya melaksanakan pembelajaran
yang efektif dan mendukung mengembangkan potensi siswa secara optimal. Pendekatan ini
memang mempunyai cirri khusus yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran
sebelumnya.
Peranan pendidik/guru lebih sebagai tutor, fasilisator dan mentor untuk mendukung
kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa.
Dalam hal ini terjadi perubahan paradigma dari ‘pembelajaran berorientasi guru’ menjadi
‘pembelajaran berorientasi siswa.’ Siswa diharapkan mampu untuk secara sadar dan aktif
mengelola belajarnya sendiri, dalam arti mempunyai pemahaman tentang tujuan belajarnya
dan pengertian yang jernih mengapa tujuan belajar tersebut mempunyai nilai bagi dirinya,
serta bagaimana dia akan mencapainya.
Penugasan seperti ini jelas akan membuat siswa menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar,
karena dia dapat melihat manfaat atau nilai tugas bagi perkembangan intelektualnya. Dalam
hal ini peran guru lebih sebagai wasit, atau mediator bila diperlukan, untuk memfasilitasi
siswa memperoleh data dan melakukan analisis dengan cermat.