Anda di halaman 1dari 5

TUGAS RUTIN

MANAJEMEN KEOLAHRAGAAN

DOSEN PENGAMPU : Sabaruddin Yunis Bangun,S.Si.,M.Pd

NAMA : TEGUH HAMONANGAN SINAGA

NIM : 6183311009

KELAS : PJKR VII D

PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021/2022
Filsafat, Teori/Konsep Manajemen
1. EPISTEMOLOGIS
 Disposisi Epistemologis
Disposisi epistemologis terfokus pada kemampuan seseorang dalam
memahami fakta dengan cara mempercayai atau memegang keyakinan. Sikap
ini akan berangsurangsur menjadi perilaku ketika dikombinasikan dengan
keinginan dan sikap mental 5 lainnya. Keyakinan dapat menjadi pengetahuan
melalui tahapan dan kriteria dengan standar ilmu pengetahuan. Perdebatan
epistemologis terjadi dalam ilmu-ilmu sosial yang menyangkut hubungan
antara objektif dan subjektif.
 Tinjauan Epistemologis Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori
Belajar Sibernetik
Tinjauan epistemologi manajemen kelas teori belajar sibernetik adalah
proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian
informasi (encoding), diikuti penyimpanan informasi, (storage), dan diakhiri
dengan pengungkapan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatan
(retrieval). Informasi dalam ingatan sensorik tersimpan untuk sesaat saja yang
selanjutnya tersimpan dalam ingatan jangka pendek (short term memory).
Informasi penting yang tersimpan dalam ingatan jangka pendek selanjutnya
diteruskan pada ingatan jangka panjang (long term memory) dalam bentuk
yang abstrak, gambaran dalam bentuk arti. Jika diperlukan informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang ini dapat dicari lagi melalui proses
rekonstruktif.
 Dimensi Epistemologis Dari Manajemen Kependidikan
Landasan epistemologis dari manajemen kependidikan berpijak pada
hampiran induktif dan hampirann dedukatif. Hampiran iduktif dalam arti, ada
fakta, peristiwa dan amatan tentang pendidikan (empirik) yang digunakan
untuk membentuk dan memodifikasi konsep atau menata dalil (abstrak).
Misalnya ada fakta kurikulum, tenaga kependidikan, siswa, keuangan sekolah,
sarana prasarana, hubungan masyarakat dengan sekolah. Fakta-fakta ini perlu
dikelola (direncanakan, diorganisasikan, diarahkan, diawasi dan dinilai). Pada
aras berpikir seperti itu ada upaya untuk membentuk konsep yaitu konsep
manajemen pendidikan dan menata dalil degan asumsi (andaian) bahwa
dibutuhkan manajemen untuk mengelola dan mengatur pendidikan.
 Landasan Epistemologis Manajemen Pendidikan
Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan
atau pakar ilmu pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara
produktif dan bertanggung jawab. Sekalipun pengumpulan data di
lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga pemula namun
telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan
pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan
studi kualitatif-fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu
bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sabagai
instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu
penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau
ilmuwan sebagai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya.
Karena penelitian tertuju tidak hnya pemahaman dan pengertian
 Epistemologi Manajemen Pendidikan Islam
Epistemologi ilmu manajemen berkembang sampai pada realitas
empiris dan pertimbangan rasional yang melahirkan sejumlah ilmu manajemen
dalam berbagai lokusnya dan nilai yang dikejarnya. Kelahiran ilmu
manajamen dalam berbagai lokus nilai yang dikejarnya ini, dipengaruhi pula
oleh realitas-realitas yang mempengaruhi keteraturan yang dikembangkan oleh
ilmu manajemen. Objek yang dikaji ilmu manajemen adalah fakta dan realitas.

2. ONTOLOGIS
 Disposisi Ontologis
Dalam persoalan ontologi, sebuah objek dapat dipaparkan melalui lima
butir pertanyaan. Pertama, objek tersebut bersifat satu atau banyak. Kedua,
bersifat transenden atau imanen. Ketiga, permanen atau baharu (berubah-
ubah). Keempat, jasmani atau rohani. Kelima, objek tersebut bernilai atau
tidak. Dalam struktur realitas, ilmu sosial berada dalam level ke empat. yakni
merupakan ilmu yang membahas dalam ranah relasi atas manusia. Dari situ
dapat diketahui bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang bersifat banyak
(plural). Sebab, ilmu sosial berjalan dalam pembahasan relasi atas manusia,
dan pada dasarnya, manusia bersifat kompleks, berbeda satu sama lain. Setiap
pribadi memiliki modelnya masing-masing, oleh karena itu, ilmu sosial pun
bersifat banyak atau plural.
 Tinjauan Fungsional Manajemen Humas dalam Perspektif Ontologis
Kerangka kerja manajemen humas pada lembaga pendidikan adalah
perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Dalam rangka
mencapai suatu tujuan tersebut, kerangka kerja tidak hanya berfungsi sebagai
peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. kerangka kerja atau tinjauan
fungsional manajerial humas meliputi kegiatan penemuan fakta (fact finding),
perencanaan (planning), komunikasi/ pelaksanaan (actuating), dan evaluasi
(evaluating).
 Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik
Tinjauan ontologi manajemen kelas teori belajar sibernetik adalah
usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif
dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran
untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Teori belajar sibernetik merupakan pengembangan teori belajar kognitif yang
menekankan peristiwa belajar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati
secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada
situasi tertentu Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam
belajar yang mengutamakan berfungsinya memory.
 Dimensi Ontologi Dari Manajemen Kependidikan
Landasan ontologis mempertanyakan objek apa yang ditelaah ilmu,
bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut, bagaimana hubungan antara
objek dengan gaya tangkap manusia (berpikir, merasa, menduga) yang
membuahkan pengetahuan, secara ringkas landasan ontologis mengungkapkan
hakikat dari apa yang dikaji. Objek yang ditelaah dalam manajemen
kependiidikan adalah pendidikan (aras berpikir teoritis) yang memaparkan
tentang hakikat pendidikan, tujuan pendidikan, makna pendidikan, hukum
pendidikan, sejarah pendidikan dan sebagainya.
 Landasan Ontologi Manajemen Pendidikan
Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari
manajemen pendidikan. Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan
manajemen pendidikan melalui pengalaman pancaindra ialah dunia
pengalaman manusia secara empiris baik yang berupa tingkat kwalitas
maupun kwantitas hasil yang dicapai. Objek materi manjemen pendidikan
pendidikan ialah sisi manajemen yang mengatur seluruh kegiatan
kependidikan, yaitu, Perencanaan, pengorganisasian, Pengerahan (motivasi,
kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi, koordinasi, dan
negoisasi serta pengembangan organisasi) dan pengendalian (Meliputi
Pemantauan, penilaian, dan pelaporan.

3. AKSIOLOGI
 Tinjauan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik
Tinjauan aksiologi manajemen kelas teori belajar sibernetik berkenaan
dengan bagaimana cara mengelola pembelajaran yang baik, yakni dengan
menempatkan peran penting elaborasi (elaboration), organisasi (organization)
dan konteks (context) untuk mengintegrasikan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sudah ada dalam memori. Memori kerja manusia
mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan
memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa
pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran.
 Dimensi Aksiologi Dari Manajemen Kependidikan
Landasan aksiologi menyoal untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
dipergunakan, bagaimana kaitaran antara cara menggunakan dengan kaidah-
kaidah moral, bagaimana penetuan objek yang ditelaah berdasarkan pikiran-
pikiran moral, bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan
operasional metode ilmiah dengan norma moral/professional. Landasan
aksiologi menyoroti aspek aktivitas dari manajemen kependidikan (ilmu).
Apakah benar manajemen kependidikan berguna bagi pengelolahan
pendidikan? Kualitas manusia amat menentukan dimensi moralitas dalam
penerapan manajemen kependidikan, termaksuk dalam melakukan penelitian
(induktif dan deduktif).
 Aksiologi dalam Esthetic Expression Manajemen
Teori ini menjelaskan bahwa keindahan terdiri atas perimbangan dan
bagian-bagian atau lebih tepat lagi terdiri atas ukuran, persamaan dan jumlah
dari bagian-bagian serta hubungannya satu sama lain. Teori bentuk Estetis
Ada tiga ciri yang menjadi sifat-sifat membuat indah yaitu Kesatuan (Unity),
Kerumitan (complexity), Kesungguhan (intensity). Penerapan Konsep Estetika
dalam Manajemen Dalam filsafat Manajemen Terkandung dasar pandangan
hidup yang mencerminkan keberadaan, identitas dan implikasinya guna
mewujudkan efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen. Untuk
merealisasikan tujuan diperlukan beberapa factor penunjang sehingga
merupakan kombinasi yang terpadu, baik menyangkut individu maupun
kepentingan umum. Hal ini dimaksudkan adanya keseimbangan diantara
factor-faktor yang diperlukan dalam mencapai suatu kekuatan untuk mengejar
suatu hasil yang maksimum. Manajemen merupakan suatu bentuk seni untuk
melakukan suatu pekerjaan lewat orang lain. Estetika atau seni dalam
manajemen diterapkan dalam proses penerapan fungsi-fungsi manajemen
dalam perusahaan yaitu planning, organizing, actuating, controlling.
 Dasar Aksiologis Managemen Pendidikan
Dasar Aksiologis Managemen Pendidikan adalah Kemanfaatan teori
Manajemen pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi
juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan
sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab. Oleh karena itu nilai
manajemen pendidikan tidak hanya bersifat intrinsic sebagai ilmu seperti seni
untuk seni, melainkan juga nilai ekstrinsik dan ilmu untuk menelaah dasar-
dasar kemungkinan bertindak dalam praktik melalui kontrol terhadap
pengaruh yang negatif dan meningkatkan pengaruh yang positif dalam
pendidikan.
 Aksiologi Manajemen Tentang Pertimbangan Nilai dan Menjadi Aksi
Terhadap Fungsi
Menurut Susanto (2011) dalam buku Filsafat Ilmu, Latif (2014:231)
mengatakan ada dua kategori dasar aksiologi: Pertama, objectivism, yaitu
penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek
yang dinilai. Kedua, subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu di mana
dalam proses penilaian terhadap unsur intuisi (perasaan). Dari sini muncul
empat pendekatan etika yaitu teori nilai intuitif, teori nilai rasional, teori nilai
ilmiah, dan teori nilai emotif. Dimana teori nilai intuitif dan tori nilai rasional
beraliran pendekatan objectivitas, sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai
emotif beraliran pendekatan subjektivitas.

Anda mungkin juga menyukai