Penulis:
Kelompok 4 B : Rima Mei Yanti (1963024008)
Ajeng Ambar Kusuma (1913024056)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi yang berjudul prosedur
pengembangan tes hasil belajar& menyusun kisi-kisi dan kaidah penulisan hasil tes belajar
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
PENDAHULUAN
Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang dihadiahkan oleh guru untuk siswa
atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili
kemampuan yang dimiliki oleh siswa.nuntuk itu tes hasil belajar (TES HASIL
BELAJAR) sebagai dasar untuk memberikan penilaian hasil belajar seharusnya memiliki
kemampuan secara nyata menimbang secara adil “bobot” kemampuan siswa.
1.2.2 Bagaimana kaidah penyusunan kisi-kisi dan butir soal tes hasil belajar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui prosedur pengembangn hasil belajar.
1.3.2 Mengetahui kaidah penyusunan kisi-kisi dan butir soal tes hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengumpulan data hasil belajar adalah model pengumpulan data yang dipengaruhi oleh
cara bekerja pengumpulan data dalam ilmu alam yang dilakukan dengan mengukur. Hal
yang sama mempengaruhi proses pengumpulan data hasil belajar dalam pendidikan,
dimana data dikumpulkan dengan melakukan pengukuran untuk amenghindarkan
prasangka subjektivitas dalam pengumpulan data. Data kuantitatif diperoleh melalui proses
kuantifikasi. Kuantifikasi dilakukan dengan cara mengukur.
Mengukur adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukur.
Pengukuran manusia memungkinkan usaha memahami manusia dapat dilakukan secara
objektif. Menurut Comte, ilmu haruslah positif, memusatkan perhatian pada gejala yang
nyata dan konkret tanpa halangan dan pertimbangan lainnya ( Soekarno, 1997: 444). Alat
indera manusia mempunyai kemampuan yang terbatas dalam memahami fenomena,
sehingga memerlukan alat bantu agar pemahaman terhadap fenomena tidak dilandaskan
atas subjektivitas. Pengumpulan data menggunakan alat ukur dimaksudkan agar data dapat
diperoleh secara objektif karena penyerahan wewewnang pengukuran kepada alat umur
menutup kesempatan pengumpulan data memasukkan subjektivitas.
Alat ukur atau instrument tes hasil belajar dapat dipilih bila alat itu ada dan memenuhi
kebutuhan pengukuran yang disebut instrument baku karena telah melalui proses
pembakuan. Apabila alat tidak tersedia untuk keperluan pengukuran pengukuran maka
guru pengumpul data yang akan mengumpulkan data harus mengembangkan sendiri alat
ukur tes hasil belajar dan membakukannya. Adapun prosedur pengembangan tes hasil
belajar melibatkan kegiatan identifikasi hasil belajar, deskripsi materi, pengembangan
spesifikasi, penulisan butir dan kunci jawaban, pengumpulan data uji coba, pengujian
kualiatas butir dan perangkat, serta komplikasin.
3. Menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya.
Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung
kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan
urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi
(bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari
tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan
apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan. Bila jawabannya tepat, maka
materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian.
Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja
(performance), penugasan (project), hasil karya (product), atau lainnya.
4. Menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam
menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.
2.2 Kaidah Penyusunan Kisi-Kisi dan Butir Soal Tes Hasil Belajar
A. Kisi-kisi
Kisi-kisi artinya jaring-jaring. Kisi-kisi dibuat untuk menjaring data. Jaring ikan dibuat
sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Begitu pula kisi-kisi instrument harus dibuat
sesuai dengan jenis data yang akan diajarinya. Kisi-kisi merupakan sebuah perencanaan
sebelum menuliskan butir butir tes hasil belajar. Kisi-kisi yang dirancang harus mampu
meliput perilaku dalam hasil belajar yang tampak, sehingga darinya dapat dituliskan butir-
butir yang mengukur perilaku tersebut. Sesuatu yang menandai dilakukannya perilaku
dalam hasil belajar dikenal sebagai TIK.
Dalam pengembangan tes hasil belajar, kisi-kisi harus membuat materi (TIK) yang akan
diukur dan konstruksi hasil belajarnya. TIK dikembangkan berdasakan kurikulum.
Konstruksi hasil belajar sangat tergantung domainnya dan jenjangnya. Domain hasil
belajar dapat meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jenjang ranah kognitif
mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks meliputi kemampuan hafalan,
pemahaman, penerapan, analisi, sintesis dan evaluasi.
Kisi-kisi harus merencanakan butir tes hasil belajar dalam jumlah yang banyak. Hal itu
perlu dilakuan karna butir yang ditulsi akan menganalisis masing masing butir untuk
melihat apakah butir-butir mempunyai karakteristik butir yang baik dan layak diguakan
untuk mengukur hasil belajar. Bila butir yang dikembangkan tidak banyak maka pada
suatu pokok bahasan mungkin tidak diukur TIKnya karena seluruh butir gugur dalam
analisis butir. Apabila satu atau lebih pokok bahasan tidak diukur tujuan instruksional
khususnya maka tes hasil belajar itu tidak lagi mengukur hasil belajar bidang studi yang
diinginkan.
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan
secara tepat dan proporsional.
Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap
kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
penilaian akhir semester berikut ini.
Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil
2. Penyusunan Kisi-kisi
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi
dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan
ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk
format atau matriks seperti contoh berikut ini.
FORMAT KISI-KISI
PENULISAN SOAL
Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada
di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang
sendiri, kecuali pada kolom 6.
Jumlah soal
Penyebaran kunci jawaban = + 3
Jumlah pilihan jawaban
8. Menentukan soal inti (anchor items) sebanyak 10 % dari jumlah soal dalam
satu paket. Soal inti ini diperlukan apabila soal yang dirakit terdiri dari
beberapa tes paralel. Tujuannya adalah agar antar tes memiliki keterkaitan
yang sama. Penempatan soal inti dalam paket tes diletakkan secara acak.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.2.1 Semoga dengan makalah ini pembaca diharapkan mengetahui tujuan dari
prosedur pengembangan tes hasil belajar
DAFTAR PUSTAKA
Aikaen, Lewis R. (1996) Rating scale and checklist. New York: John Wiley and
Sons, Inc.
Naga, Dali S. (1992). Pengantar teori skor pada pengukuran Pendidikan. Jakarta:
Penerbit Gunadarma