Anda di halaman 1dari 33

MODIFIKASI DAN MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Disusun Untuk Memenuhi Matakuliah


Strategi dan Pembelajaran Penjas

Dosen :

Dr. Samsudin, M.Pd.


Dr. Sri Nuraini, M.Pd.

Disusun Oleh :

ADE WAHYU NOR


NIM. 9903819038

PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah dan kasih sayang-Nya kepada kita. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Modifikasi dan Media Pembelajaran

PJOK.” Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat tugas dalam Mata

Kuliah Strategi dan Media Pembelajaran Penjas. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan terbatasnya

kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Walaupun demikian, penulis

berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Jakarta, April 2020


Penulis

Ade Wahyu Nor

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan .............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5
A. Modifikasi Pembelajaran PJOK ....................................................................... 5
1. Tujuan Modifikasi ..................................................................................... 8
2. Konsep Modifikasi .................................................................................... 13
3. Aspek Analisis Modifikasi ........................................................................ 14
B. Media Pembelajaran PJOK .............................................................................. 15
C. Modifikasi dan Media Pembelajaran PJOK ..................................................... 18
1. Modifikasi Media Pembelajaran Renang .................................................. 18
2. Modifikasi Media Pembelajaran Atletik ................................................... 21
3. Modifikasi Media Pembelajaran Bola Besar ............................................ 23
4. Modifikasi Media Pembelajaran Senam ................................................... 26
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 27
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 27
B. Saran ................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani adalah salah mata pelajaran di sekolah yang

merupakan media pendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan

fisik, pengetahuan, sikap sportifitas, pembiasaan pola hidup sehat dan

pembentukan karakter (mental, emosional, spiritual dan sosial) dalam rangka

mencapai tujuan sistem pendidikan nasional. Pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang sekolah

tertentu yang merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan yang

mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh

dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan

seimbang.1

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap

sportif dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara saksama untuk

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani,

psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.2

1
Depdiknas. 2006. Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs. Jakarta. Depdiknas.
2
Samsudin. 2008. Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Edisi pertama. Jakarta:
Litera

1
Penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi

tempat pikiran atau jiwa”. Artinya, dalam tubuh yang baik, diharapkan pula

terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in

corporesano. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian

yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih

khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah

pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan

jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah

pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang

menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani

yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Gambar 1.1. Titik perhatian Penjas memang fisik, tetapi tujuan akhirnya perkembangan aspek lain
(Sumber: Physical Best, AAHPERD, 1999)

Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah masih kurang

menggembirakan. Dengan hasil temuan tersebut menyebabkan adanya

kecenderungan semakin menurunnya tingkat kebugaran jasmani dan rendahnya

partisipasi siswa dalam kegiatan pendidikan jasmani di sekolahan. Hal tersebut

bisa terjadi mungkin dari gurunya sendiri, yang kurang inovatif dalam mengajar. 3

3
Mutohir, Toho Cholik, dkk. 1996. Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan Jasmani di SD.
Surabaya: IKIP Surabaya.

2
Model praktik pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan oleh

guru cenderung tradisional, dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran hampir

tidak pernah dilakukan atas inisiatif anak sendiri. Di samping itu, anak sering

dianggap sebagai "orang dewasa kecil" yang mampu melakukan kegiatan

layaknya orang dewasa. Guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang

notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana yang dilakukan oleh

orang dewasa. Jadi dapat diramalkan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam

menyelesaikan tugas pembelajaran tergolong rendah.

Berangkat dari kenyataan tersebut, pemerintah, dalam hal ini

Departemen Pendidikan, telah mengambil model pembelajaran pendidikan

jasmani di sekolah. Upaya tersebut ditempuh antara lain dengan mengintroduksi

sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut modifikasi olahraga. Gerakan ini

mengarah pada pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani yang

sesuai bagi siswa di sekolah. Dari hasil modifikasi ini, menunjukkan bahwa model

pembelajaran pendidikan jasmani dengan pendekatan ini, partisipasi siswa lebih

tinggi dibandingkan pengajaran tradisional. Guru lebih leluasa memanfaatkan

sumber-sumber pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar, hal lain dari temuan

penelitian ini adalah anak merasa senang dan gembira dalam mengikuti proses

pembelajaran.4

4
Mutohir, Toho Cholik, dkk. 1996. Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan Jasmani di SD.
Surabaya: IKIP Surabaya.
Maksum, A, dkk. 1996. Pengembangan Model Pembelajaran Bagi Siswa di Tingkat Pendidikan Dasar,
Lembaga Penelitian: IKIP Surabaya.

3
Pendidikan secara keseluruhan yang menggunakan aktivitas jasmani

sebagai media atau alat untuk mencapai tujuan, pendidikan jasmani bertujuan

untuk mengembangkan individu secara organis, neuromusculer, intelektual, dan

emosional. Dan Pengembangan pembelajaran dengan modifikasi dan media dapat

sangat bermanfaat untuk perkembangan pembelajaran itu sendiri, dan

meningkatkan daya minat peserta didik terhadap pembelajaran tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan modifikasi dan media pembelajaran PJOK ?

2. Mengapa modifikasi dan media pembelajaran merupakan hal penting dalam

proses pembelajaran PJOK ?

3. Bagaimanakah implementasi modifikasi dan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran PJOK ?

4. Bagaimanakah pengembangan modifikasi dan media pembelajaran dalam

proses pembelajaran PJOK ?

C. Tujuan

1. Memahami modifikasi dan media pembelajaran PJOK

2. Memahami peranan modifikasi dan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran PJOK

3. Memahami implementasi modifikasi dan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran PJOK

4. Memahami pengembangan modifikasi dan media pembelajaran dalam proses

pembelajaran PJOK

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Modifikasi Pembelajaran PJOK

Minimnya fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani menuntut guru

pendidikan jamsani lebih keatif dalam menciptakan peralatan dan perlengkapan

lapangan yang sesuai dengan kondisi siswa dan sekolah. Guru yang kreatif akan

mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi sesuatu yang telah ada

tetapi disajikan dalam bentuk yang lebih menarik, sehingga anak lebih senang

mengikuti pelajaran. Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran lebih mudah mencapai tujuan

belajar.5

Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para

guru agar pembelajaran mencerminkan DAP (Developmentally Appropriate

Practice) artinya tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan perubahan

kemampuan anak dan dapat membantu mendorong perubahan tersebut.

Modifikasi adalah mengembangkan materi pembelajaran dengan cara

meruntutkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial untuk menuntun,

mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak biasa menjadi

bisa, dari tingkat yang tadinya lebih rendah menjadi memiliki tingkat yang lebih

tinggi.6

5
Saputra, Iwan. https://jurnal.unimed. ac.id/2012/index.php/JIK/article/view/6112/5414
6
Bahagia, Yoyo. 2000. Prinsip-prinsip pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah

5
“Guru dapat menambah/mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan

tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas

pendidikan jasmani. Misalnya, memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya,

panjang pendeknya, maupun menggantinya dengan peralatan lain sehingga dapat

digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan pendidikan jasmani”. Dalam

memodifikasi suatu pembelajaran, tentunya terdapat komponen-komponen yang

dapat dimodifikasi. Komponen-komponen tersebut meliputi: ukuran, berat atau

bentuk peralatan yang digunakan, lapangan permainan, waktu bermain atau

lamanya permainan, peraturan permainan, dan jumlah pemain. Dengan adanya

modifikasi, maka proses belajar mengajar akan lebih efektif dan penataan ruang

gerak siswa juga dapat lebih mudah untuk dilakukan oleh seorang guru

pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga.7

Memperhatikan kelebihan dan kegungulan modifikasi olahraga,

dibandingkan dengan pembelajaran tradisional, tampaknya pendekatan modifikasi

olahraga merupakan alternatif utama bagi guru pendidikan jasmani dalam

mengelola dan mengembangkan proses pembelajaran.8 Modifikasi dapat dibuat

sesuai dengan kondisi lokal dengan memperhatikan beberapa syarat seperti,

tingkat kebaruan tugas, kepraktisan dan kecermatan dalam pelaksanaan serta

pengukurannya.9 Dalam prosesnya diharapkan dapat memotivasi siswa dalam

proses belajar serta menggali pengalaman dalam mata pelajaran pendidikan

jasmani yang pada akhirnya dapat pula meningkatkan hasil belajar .


7
Samsudin .2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Litera
Prenada Media Group.
8
Mutohir, Toho Cholik. (2013). Gagasan-Gagasan Tentang Pendidikan Jasmani Olahraga. Surabaya:
Unesa University Press.
9
Nurhasan, (2015). Keefektifan model pembelajaran modifikasi olahraga terhadap peningkatan hasil
belajar pendidikan jasmani siswa. Surabaya: Program Pascasarjana Pendidikan Olahraga
Universitas Negeri Surabaya.

6
Pengertian Modifikasi secara umum adalah mengubah atau

menyesuaikan. Modifikasi dapat diartikan sebagai upaya melakukan perubahan

dengan penyesuaian-penyesuaian baik dalam segi fisik material (fasilitas dan

perlengkapan) maupun dalam tujuan dan cara (metoda, gaya, pendekatan, aturan

serta penilaian) dari pernyataan diatas mengenai pengertian modifikasi,

modifikasi merupakan suatu usaha perubahan yang dilakukan berupa

penyesuaian-penyesuaian baik dalam bentuk fasilitas dan perlengkapan atau

dalam metoda, gaya, pendekatan, aturan serta penilaian.10

“Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan,

meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat

melakukan pola gerak secara benar”.11 Yang menjadi tujuan atau sasaran dalam

modifikasi pembelajaran penjas adalah siswa memperoleh kepuasan dalam

mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam

berpartisipasi, siswa dapat melakukan pola gerak dasar secara benar.12

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa modifikasi pembelajaran

Penjasharus dilakukan setiap guru, fasilitas yang ada disekolah tidak akan

mencukupi dengan jumlah peserta didik, dengan memodifikasi pembelajan

merupakan salah satu upaya membantu menyelesaikan permasalahan terbatasnya

sarana dan prasarana pembelajaran Penjas di sekolah.

10
Bahagia, Yoyo. 2000. Prinsip-prinsip pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
11
Rusli Lutan. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas
12
Soepartono, 2000. Sarana dan Prasarana Olah Raga. Depdiknas.

7
Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model pembelajaran

Penjas yang dilakukan oleh para guru Penjas dapat membawa suasana

pembelajaran yang inovatif, dengan terciptanya pembelajaran yang

menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang

mengeksploitasi gerak secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang

dimiliki. Dengan memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani tidak

akan mengurangi aktivitas siswa dalam melakukan pendidikan jasmani. Namun

justru sebaliknya dengan memodifikasi pembelajaran dan pendekatan dalam

bentuk permainan sebagai contohnya, proses pembelajaran pendidikan jasmani

1. Tujuan Modifikasi

Setiap rencana yang akan dilaksanakan tentunya terdapat suatu maksud

dan tujuan. Tujuan memodifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang

yaitu:13

a. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran,

b. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi, dan

c. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Sedangkan tujuan modifikasi lainnya, sebagai berikut:14

a. Modifikasi tujuan pembelajaran

b. Modifikasi materi pembelajaran

c. Modifikasi lingkungan pembelajaran

d. Modifikasi evaluasi pembelajaran.

13
Husdarta. (2011). Menejemen pendidikan. Bandung : Alfabeta.
14
Bahagia, suherman, MA, 2000. Prinsip-prinsip pengembangan dan Modifikasi cabang olahraga.
Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal pendidikan dasar dan
menengah bagian proyek penataran guru SLTP Setara D-III

8
a. Modifikasi Tujuan Pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan pula dengan tujuan

pembelajaran, dari mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan

yang paling tinggi. Modifikasi tujuan pembelajaran ini dapat dilakukan

dengan cara membagi tujuan pembelajaran ke dalam tiga komponen yakni:

Tujuan Perluasan, Tujuan Penghalusan, dan Tujuan Penerapan.

1) Tujuan perluasan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih


menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan
aspek efisiensi atau efektifitasnya.
Misalnya : siswa dapat mengetahui dan melakukan gerakan melompat
dalam lompat jauh. Dalam contoh ini tujuan lebih banyak menekankan
agar siswa mengetahui esensi lompat melalui peragaan.
Dalam kasus ini peragaan tidak mempermasalahkan apakah lompat itu
sudah dilakukan secara efektif, efisien atau belum, yang penting adalah
siswa dapat melakukan peragaan berbagai bentuk gerakan melompat
dengan ataupun tanpa alat bantu, yang pada akhirnya siswa mengetahui
esensi wujud lompat dalam cabang olahraga atletik.
2) Tujuan penghalusan maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan
gerak secara efisien.
Misalnya: Siswa mengetahui dan melakukan gerak melompat dengan
mentransfer kecepatan awalan ke dalam tolakannya.
Pada level ini wujud lompatannya sudah menekankan pada esensi
efisiensi gerak melompat (misalnya: menggunakan kaki terkuat saat
melompat, lutut agak ditekuk saat menolak dan meluruskan lutut pada
saat lepas dari papan tolak, dsb) melalui peragaan.
3) Tujuan penerapan maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang
efektif tidaknya gerakan yang dilakukan melalui kriteria tertentu sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa.
Misalnya siswa mengetahui efektifitas gerak melompat yang
dipelajarinya berdasarkan ketepatan menolak pada papan tolak. Siswa
dapat mengetahui dan menemukan pada jarak awalan berapa meter
dengan seberapa cepat sehingga ia dapat melakukan tolakan secara tepat
dan konsisten pada papan tolak.
Tujuan pembelajaran nomor lompat pada contoh tersebut antara lain:
a) Siswa mengetahui dan dapat melakukan berbagai bentuk lompat
b) Siswa mengetahui dan dapat melakukan konsep gerak dasar lompat
yang efisien
c) Siswa mengetahui jarak awalan standar untuk melakukan lompatan
d) Siswa mengenal gaya yang digunakan pada saat melayang

9
e) Siswa mengetahui standar kemampuan yang sudah dimilikinya
dibandingkan derngan standar yang seharus nya ia miliki.

Aspek lain yang perlu diperhatikan guru adalah, siswa tidak harus

terburu-buru mendapatkan aktivitas belajar yang jauh di atas

kemampuannya, sehingga menyebabkan siswa jadi jenuh atau frustasi.

Sebaliknya guru juga tidak selalu memberikan aktivitas belajar yang terlalu

mudah bagi siswa terampil, akan tetapi selalu memberikan aktivitas sesuai

dengan perkembangan siswa.

b. Modifikasi Materi Pembelajaran

Modifikasi materi pembelajaran ini dapat di klasifikasikan ke dalam:

1) Komponen keterampilan (skill).


Materi pembelajaran penjas dalam kurikulum pada dasarnya merupakan
keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari siswa. Guru dapat
memodifikasi keterampilan tersebut dengan cara mengurangi atau
menambah tingkat kesulitan dengan cara menganalisa dan membagi
keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen , lalu
melatihnya perkomponen. Berlatih perbagian ini akan kurang bermakna
apabila siswa belum tahu wujud gerak secara keseluruhan. Oleh karena
itu berikan gambaran secara keseluruhan terlebih dahulu dengan
demonstrasi guru atau bimbinglah siswa melakukan gerak keseluruhan.
2) Klasifikasi Keterampilan (skill).
Materi pembelajaran dalam bentuk keterampilan yang akan dipelajari
siswa dapat disederhanakan berdasarkan klasifikasi keterampilannya dan
memodifikasinya dengan jalan menambah atau mengurangi tingkat
kesulitannya.
Klasifikasi keterampilan tersebut yaitu:
a) Close skill (keterampilan tertutup)
b) Close skill pada lingkungan yang berbeda
c) Open skill (kerampilan terbuka), dan
d) Keterampilan permainan
Close skill merupakan tingkat keterampilan yang paling sederhana,
sementara keterampilan permainan merupakan tingkatan yang paling
tinggi, termasuk di dalamnya permainan berbagai kecabangan olahraga.
Dalam tingkatan ini pemain selain dituntut menguasai berbagai skill yang
diperlukan untuk melakukan permainan, mengkombinasikan skill yang
berbeda, juga harus menguasai berbagai strategi, baik ofensif maupun
defensif.

10
3) Kondisi penampilan.
Guru dapat memodifikasi kondisi penampilan (skill) dengan cara
mengurangi atau menambah tingkan kompleksitas dan kesulitannya.
Misalnya tinggi rendahnya kecepatan penampilan, tinggi rendahnya
kekuatan penampilan, melakukan di tempat atau bergerak, maju ke depan
atau ke segala arah, dikurangi atau ditambah peraturannya. Contoh
tersebut seringkali didapat dalam gerak manipulatif misalnya: melempar,
menangkap, atau memukul dan permainan.
4) Jumlah Keterampilan.
Guru dapat memodifikasi pembelajaran dengan jalan menambah atau
mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa dengan cara
mengkombinasikan gerakan atau keterampilan. Misalnya: dalam
permainan basket siswa hanya diperbolehkan : lari, lempar, tangkap, dan
menembak (shooting) berupa:
a) Lari ke tempat kosong tanpa bertabrakan
b) Melempar bola pada sasaran tanpa direbut lawan
c) Menangkap bola pada daerah yang aman
d) Menembak bola ke ring basket.
5) Perluasan jumlah perbedaan respon.
Guru dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar
dengan cara menambah jumlah perbedaan respon terhadap konsep yang
sama. Cara seperti ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya “
transfer of learning”. Perluasan aktivitas belajarnya berkisar antara
aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep
sampai pada macam-macam aktivitas yang memiliki konsep dasar sama.
Misalnya konsep panjang awalan dan kekuatan. Pada awalnya bentuk
aktivitas berupa pembelajaran lompat jauh tanpa awalan, awalan satu
langkah, awalan tiga langkah, dst. Setelah siswa memiliki konsep bahwa
panjang awalan mempengaruhi kekuatan, maka konsep ini bisa ia
terapkan misal pada : lompat jangkit, lompat tinggi, melempar,
menendang bola dan lain sebagainya.

c. Modifikasi Lingkungan Pembelajaran

Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi

lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti yang diuraikan di

bawah ini.

1) Peralatan
Peralatan yang dimiliki sekolah-sekolah, biasanya kurang memadai
dalam arti kata kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang adapun dan
sangat sedikit jumlahnya itu biasanya peralatan standar untuk orang
dewasa. Guru dapat menambah/mengurangi tingkat kompleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan

11
untuk aktivitas pendidikan jasmani. Misalnya memodifikasi berat
ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya. maupun menggantinya
dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk
kegiatan penjas.
2) Penataan ruang gerak.
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam
kegiatannya. Misalnya : melakukan dribbling, pas bawah atau lempar
tangkap di tempat, atau bermain di ruang kecil atau besar.
3) Jumlah siswa yang terlibat.
Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan
kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlah
siswa yang terlibat dalam melakukan tugas ajar tersebut. Misal: belajar
pas bawah sendiri, berpasangan, bertiga, berempat dst.

Berkaitan dengan modifikasi lingkungan pembelajaran tersebut

komponen-komponen penting yang dapat dimodifikasi meliputi:

1) Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan


2) Lapangan permainan
3) Waktu bermain atau lamanya permainan
4) Peraturan permainan, dan
5) Jumlah pemain

Sedangkan secara operasional modifikasi permainan :15

1) Kurangi jumlah pemain dalam setiap regu


2) Ukuran lapangan diperkecil
3) Waktu bermain diperpendek
4) Sesuaikan tingkat kesulitan dengan karakteristik anak
5) Sederhanakan alat yang digunakan, dan
6) Ubahlah peraturan menjadi sederhana, sesuai dengan kebutuhan agar
permainan dapat berjalan dengan lancar.

Kondisi lingkungan pembelajaran yang memenuhi syarat untuk

cabang olahraga tertentu, artinya memodifikasi lingkungan yang ada dan

menciptakan baru, merupakan salah satu alternatif yang dapat

dikembangkan oleh guru sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan

kerakteristik dan perkembangan siswa.

15
Abdulkadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

12
d. Modifikasi Evaluasi Pembelajaran

Modifikasi evaluasi pembelajaran maksudnya adalah penyusunan

aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari

siswa pada berbagai situasi. Aktivitas evaluasi dapat merubah fokus

perhatian siswa dari bagaimana seharusnya suatu skill dilakukan menjadi

bagaimana skill itu digunakan atau apa tujuan skill itu. Oleh karena itu guru

harus pandai-pandai menentukan modifikasi evaluasi yang sesuai dengan

keperluannya. Evaluasi yang lebih berorientasi pada hasil dapat

meningkatkan penampilan siswa yang sudah memiliki skill dan percaya diri

yang memadai. Namun sebaliknya dapat merusak skill siswa yang belum

meraih kemampuan atau percaya diri yang memadai. Untuk itu, bentuk

modifikasi evaluasi harus betul-betul sejalan dengan tujuan dan aktivitas

belajarnya.

2. Konsep Modifikasi

Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh guru agar

proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP (Developmentally Appropriate

Practice). Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan

materi pelajaran dengan cara meruntunnya dalam bentuk aktivitas belajar yang

potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajar.16

16
Samsudin .2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Litera
Prenada Media Group.

13
a. Apa yang dimodifikasi

Komponen penting dalam pembelajaran jasmani SD yang perlu

dimodifikasi sebagai berikut:17

1) Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan


2) Ukuran lapangan permainan
3) Lamanya waktu bermain atau lamanya permainan
4) Peraturan permainan yang digunakan
5) Jumlah pemain atau jumlah siswa yang dilibatkan dalam suatu permainan

b. Mengapa dimodifikasi

Alasan fasilitas pendidikan penjas SD perlu di modifikasi sebagai berikut:17

1) Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, kematangan fisik dan
mental anak belum selengkap orang dewasa
2) Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif,
hanya bersifat lateral dan monoton
3) Fasilitas pembelajaran penjas yang ada sekarang hampir semuanya di
desain untuk orang dewasa.

Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak

akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran

pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya karena siswa bisa difasilitasi untuk

lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain dalam suasana riang

gembira. Jangan lupa kata kunci pendidikan adalah “bermain-bergerak-

ceria“.18

3. Aspek Analisis Modifikasi

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam

kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif,

afektif, dan psikomotorik anak.

17
Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
18
Samsudin .2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Litera
Prenada Media Group.
.

14
Pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan :19

a. Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang

dewasa

b. Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan

mengurangi cidera pada anak

c. Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan

anak lebih cepat dibandingkan degan peralatan dan standar untuk orang

dewasa

d. Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan

pada anak-anak pada situasi kompetitif.

B. Media Pembelajaran PJOK

Media adalah kata jamak dari medium, berasal dar Bahasa Latin yang

berarti perantara atau pengantar. Pengertian secara harfiah ini selanjutnya

menurunkan berbagai definisi media seirama dengan perkembangan teknologi

dalam pendidikan seperti yang dikatakan dosen Program D2 PGSD Pendidikan

Jasmani (1991). Association for Education and Communication Technology

(AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang dipergunakan untuk

memproses penyaluran informasi. Sedang National Education Association (NEA)

mendefenisikan bahwa media adalah segala hal yang dapat dimanipulasi, dilihat,

didengar, dibaca atau dibicarakan beserta perantinya untuk kegiatan tersebut. 20

19
Samsudin .2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Litera
Prenada Media Group.
20
Soepartono, (2000), Media Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran guru SLTP Setara D III.

15
Media sering juga disebut sebagai perangkat lunak yang bukan saja

memuat pesan atau bahan ajar untuk disalurkan melalui alat tertentu tetapi juga

dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga dapat mendorong

terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media atau alat bantu dalam

proses pembelajaran sangat bermanfaat bukan hanya untuk siswa saja melainkan

bermanfaat juga bagi guru. Media itu sangat bermanfaat dalam proses

pembelajaran, sebagai berikut :21

1. Penyampaian materi dapat diseragamkan

2. Proses instruksional menjadi lebih menarik

3. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif

4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi

5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

6. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

7. Sikap positif siswa terhadap materi belajar maupun terhadap proses

belajar itu sendiri dapat ditingkatkan

8. Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif dan profuktif.

Media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan

peserta didik yang dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Dan dapat

dipahami juga sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan

pesan dari guru kepada peserta didik (ataupun sebaliknya) sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, minat serta perhatian peserta didik agar proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. 22

21
Soepartono, (2000), Media Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran guru SLTP Setara D III.
22
Priansa. 2017. Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran. Bandung : Pustaka Setia.

16
Media pembelajaran pendidikan jasmani adalah alat atau sarana untuk

menyampaikan materi pendidikan jasmani sehingga siswa-siswa mengerti dan

mau melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani secara aktif dan benar.

Dengan menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan

Jasmani di Sekolah diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih

efektif dan efisien. Mengapa? Karena dengan pemikiran secara logika untuk

mengajari jumlah siswa kurang lebih 30 orang tanpa menggunakan media atau

alat bantu, sangat kecil kemungkinannya semua siswanya dapat menangkap apa

yang diajarkan guru.

Dalam pengadaan media atau alat bantu pembelajaran Pendidikan

Jasmani dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan bekas masyarakat.

Media pendidikan jasmani ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah dan

memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau

susah untuk dipindah-pindahkan. Secara garis besar media pendidikan jasmani

terdiri dari dua macam, yakni media yang ada di dalam ruangan (indoor media)

dan yang ada di luar ruangan (outdoor media).

Contoh Indoor Media:

Meliputi ruang serbaguna atau hall/hale untuk kegiatan senam,

bulutangkis, tenis meja, basket, voli, olahraga beladiri, ruang ganti

pakaian dengan tempat pakaianya, ruang mandi dan lain-lain. Hanya

sebagian kecil sekolah saja mempunyai ruangan serba guna, dan sebagian

besar lainnya bahkan tidak mempunyai ruangan untuk kegiatan penjas.

Walaupun ada, guru penjas akan menyulap ruangan kelas untuk kegiatan

17
penjas, itupun bila perlu sekali misalnya karena hujan sehingga tidak

dapat menggunakan fasilitas penjas yang ada di luar ruangan.

Contoh Outdoor Media:

Banyak ragam dan manfaatnya. Mulai dari lapangan “olahraga

serbaguna”, sampai lahan lain yg dapat dimanfaatkan seperti: halaman,

taman, lorong lorong, kebun, parit, bukit yang semuanya ada di sekitar

sekolah. Tidak sedikit kegiatan pendidikan jasmani yang tidak dapat

terlaksana dengan baik karena hambatan fasilitas yang tidak memadai.

C. Modifikasi dan Media Pembelajaran PJOK

1. Modifikasi Media Pembelajaran Renang

Pengembangan model pembelajaran renang dasar ini tertulis dalam bentuk

naskah atau storyboard script yang menyajikan bentuk-bentuk model pembelajaran

renang dasar gaya dada dalam bentuk pembelajaran yang dimodifikasi dengan

pendekatan model variasi latihan. pengembangan model pembelajaran variasi latihan

renang gaya dada dengan permainan, diantaranya adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Daun di Dada dan Kaki Katak

18
Tujuan :

a. Pelampung diikatkan pada dada, bertujuan untuk meningkakan kemampuan


kayuhan tangan gaya dada dimulai dari tingkat kesulitan yang rendah karena
dibantu mengapung oleh papan pelampung tanpa koordinasi nafas dengan
memasukkan kepala kedalam air.
b. Pelampung diikatkan pada kaki, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
kekuatan kayuhan tangan karena berat badan condong kearah kepala
sehingga kepala akan selalu masuk didalam air dan memaksa perenang
untuk kuat mengayuh tangan agar bisa muncul kepermukaan untuk
mengambil udara.

Sarana prasarana :

a. Kolam renang dengan jarak tempuh lebar kolam 15 meter


b. Papan pelampung
c. Karet pegas/karet ban
d. Pluit

Langkah-langkah :

a. Papan pelampung diikatkan didada dengan menggunakan karet pegas.


b. Kemudian siswa dibagi menjadi 5 grup setiap grup terdiri dari 5-7 orang
kemudian 1 grup bersiap siap mengambil posisi berdiri di pinggir kolam
sedangkan grup yang lain berdiri dibelakangnya.
c. Dengan aba aba guru dimulai siswa berenang dari sisi kolam awal ke sisi
kolam seberang sana hanya tangan saja yang mengayuh dan kaki dikunci
lurus dan rapat tanpa ada gerakan.

Gambar 2.2. Katak Bertangan Burung

19
Tujuan :

a. Untuk melatih kayuhan dan kekuatan pada pergelangan tangan dan untuk
memperkaya gerak anak diantaranya gerak lokomotor (mengayuh), non
lokomotor (menjaga keseimbangan saat berada di air).

Sarana prasarana :

a. Kolam renang dengan jarak tempuh lebar kolam 15 meter.


b. Pluit.

Langkah-langkah :

a. Siswa dibagi menjadi 5 grup setiap grup terdiri dari 5-7 orang kemudian 1
grup bersiap siap mengambil posisi berdiri di pinggir kolam sedangkan grup
yang lain berdiri dibelakangnya.
b. Siswa berdiri dipinggir kolam dengan kaki bersiap mendorong dinding
sedangkan tangan disilang pada pergelangan tangannya kemudian siswa
meluncur tanpa menggerakkan kaki tapi hanya tangan saja yang bergerak
mendorong air dengan bentuk tangan seperti kepakan sayap burung.

Gambar 2.3. Kepala Hiu

Tujuan :

a. Agar siswa terbiasa dan mampu untuk memberikan dorongan pada tubuhnya
melalui gerakan kaki
b. Untuk melatih kayuhan kaki dan untuk memperkaya gerak anak diantaranya
gerak lokomotor (mengayuh), non lokomotor (menjaga keseimbangan saat
berada di air).

20
Sarana prasarana :

a. Kolam renang dengan jarak tempuh lebar kolam 15 meter.


b. Pluit.

Langkah-langkah :

a. Siswa bersiap siap dipinggir kolam dengan posisi tangan diatas kepala
seperti pocong kemudian setelah diberi aba-aba siswa berenang dengan
hanya kaki yang bergerak tapi tangan tetap dikunci diatas kepala seperti
pocong.

2. Modifikasi Media Pembelajaran Atletik

Hasil pengembangan model pembelajaran lari cepat melalui permainan

pada siswa sekolah dasar ini ditulis dalam bentuk naskah yang dapat disajikan

dalam bentuk-bentuk model pembelajaran gerak dasar lari yang dimodifikasi

serta diaplikasikan dalam bentuk-bentuk permainan. Berikut contoh-contoh

modifikasi pembelajaran.

Gambar 2.4. Lari didalam holahop

Langkah-langkah melakukan permainan ini adalah sebagai berikut :

a. Siswa di bagi menjadi dua kelompok masing-masing kelompok berjumlah


12 orang.
b. Setiap mendengar aba-aba pluit atau dengan hitungan satu sampai tiga
masing-masing pasangan siap melakukan gerakan, berlari dilingkaran hula-
hula.
c. Gerakannya adalah, siswa berpasangan dengan lari menggunakan holahop
di dalam lingkaran, jarak tempuh lari dua puluh meter, sepuluh meter
holahop di letakkan di tengah garis lalu siswa yang berpasangan lari sambil
teman yang satu pegang pingpong sampai lari ke finish.

21
d. Setiap siswa yang berpasangan sambil berlari di lingkaran holahop berusaha
untuk menjadi tercepat dengan kerja sama mencapai garis finish.
e. Setia kelompok atau teman partnernya diberikan waktu dua menit untuk
mencapai garis finish.
f. Gerakan yang di lakukan adalah gerakan lokomotor.

Gambar 2.5. Tentara Kecil

Langkah-langkah melakukan permainan ini adalah sebagai berikut :

a. Siswa di bagi menjadi delapan kelompok masing-masing kelompok atau


barisan empat orang, untuk melakukan lari cepat.
b. Setiap aba-aba pluit atau dengan hitungan satu sampai tiga barisan yang
paling depan siap-siap melakukan gerakan lari.
c. Gerakannya adalah pertama siswa berguling atau roll di matras kedua lari
kang-kang melewati pin (rintangan) ketiga lari zigzag dan keempat lompat
dengan dua kaki melewati balon air terakhir di lakukan lari spint (cepat)
sambil melewati gawang mini sampai finish.
d. Setiap siswa berusaha untuk melakukan gerakan-gerakan dengan
bermacam-macam rintangan dan lari secepat-cepatnya di tentukan oleh
waktu.
e. Setiap siswa setelah melakukan lari rintangan, kembali lagi ke barisan awal
untuk melakukan gerakan ulang di beri waktu paling lama dua menit.
f. Gerakan ini mengacu pada kelurusan, daya ledak kelincahan, keseimbangan
serta kecepatan.

Gambar 2.6. Si Kangguru Kecil

22
Langkah-langkah melakukan permainan ini adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan media atau alat bantu berupa bola kasti atau bola plastik, atau
bisa juga menggunakan batu kecil sebesar bola kasti, serta kardus bekas
untuk membuat kotak, atau bisa juga dengan membuat kotak di tanah
dengan menggunakan kapur
b. Permainan ini dimainkan dengan memindahkan bola yang ada dikantong
awal ke kantong kosong yang ada di belakang garis depan
c. Ketika ada aba-aba dari guru, orang pertama melompat masuk ke dalam tiap
kotak yang ada di depannya sampai ujung garis dan meletakkan timun yang
dibawanya ke dalam kotak kosong
d. Ketika timun sudah diletakkan, maka orang kedua langsung melompat
mengikuti orang pertama
e. Demikian seterusnya sampai orang yang ada di barisan awal telah
menyeberang semua ke depan
f. Pemenang dilihat dari regu mana yang pertama kali menyelesaikan tugasnya

3. Modifikasi Media Pembelajaran Bola Besar

Dalam pendidikan jasmani kita diperbolehkan untuk melakukan suatu

modifikasi permainan asalkan tidak mengubah atau menyalahi teknik dasar.

Modifikasi dilakukan karena untuk menyesuaikan dengan kondisi dan agar

mempermudah dalam penyampaian materi kepada siswa kita. Berikut ini beberapa

modifikasi permainan bola besar yang dapat dilakukan dalam pembelajaran

penjas.

Gambar 2.7. Menjatuhkan Cone Kerucut

23
Tujuan :

Meningkatkan kemampuan anak dalam menggiring bola dengan kepala tegak


dan menaikan denyut nadi anak agar siap mengikuti pelajaran penjas.

Peralatan dan persiapan :

a. Siapkan pancang kerucut ataupun cone sebanyak 8 buah


b. Buatlah lapangan seperlunya dengan beberapa kelompok yang sudah dibagi.

Langkah-langkah :

a. Instruksi : Bagilah siswa/anak-anak menjadi dua kelompok kemudian para


siswa menggiring bola dengan kaki bagian luar dalam area yang telah
ditentukan dan berusaha menjatuhkan kerucut/cone sebanyak mungkin.
b. Lakukan aktivitas ini secara bergantian selama 1 -2 menit secara bergantian.

Gambar 2.8. Bola Matematika

Tujuan :

Meningkatkan kemampuan anak-anak dalam menggiring bola dalam area yang


telah ditentukan sambil mengubah arah dan kecepatan.

Peralatan dan persiapan :

a. Siakan jumlah anggota pada masing-masing kelompok.


b. Bagi anak dalam kelompok misalnya berpasangan dan 3 orang dalam tiap
kelompok.
c. Buat jarak antara siswa yang dalam tiap kelompok supaya terhindar dari
benturan tiap siswa saat menggiring bola.

24
Langkah-langkah :

a. Kelompok pertama yang mendapat kesempatan terlebih dahulu menggiring


bola dalam area batas lapangan yang sudah di modifikasi.
b. Mintalah para siswa menggiring bola dalam area yang telah ditentukan
tanpa bersentuhan dengan pemain lain, kemudian sebutkan sebuah soal
matematika mereka dengan cepat harus menjawab soal tersebut dengan cara
membentuk kelompok yang beranggotakan sejumlah pemain sesuai dengan
jawaban soal tersebut. Misal, jika anda menyebutkan “2+2” maka mereka
harus segera membentuk kelompok beranggotakan empat pemain,
kelompok terakhir yang terbentuk.
c. Lakukan aktivitas ini secara bergatian selama 3-4 menit

Gambar 2.9. Bola Sergap

Tujuan :

Permainan ini meningkatkan kemampuan anak mengantisipasi bola lepas dan


berlari cepat saat menggiring bola.

Peralatan dan persiapan.

a. Siapkan masing-masing 1 bola untuk tiap kelompok.


b. Buat area batas untuk melakukan gerakan menggiring bola dengan ditandai
dengan cone supaya siswa tidak berpencar.
c. Bagi anak-anak/siswa kedalam kelompok, masing-masing kelompok
berjumlah 5 orang.
d. Buat jarak dalam tiap kelompok.

Langkah-langkah :

a. Para siswa menggiring bola dalam area yang telah ditentukan.


b. Dengan aba-aba setiap siswa yang awalnya menggiring bola harus
meninggalkan bolanya dan mencari bola baru, siswa terakhir mendapat bola
harus menerima hukuman ringan seperti menyentuh bola enam kali lalu
kembali menggiring bola.

25
4. Modifikasi Media Pembelajaran Senam

Banyak sarana pembelajaran senam yang bisa dimodifikasi oleh para guru

penjas agar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan fasilitas yang ada

disekolah. Sebagai salah satu contohnya adalah dengan memoodifikasi matras,

modifikasi matras dalam pembelajaran senam dapat dilakukan dengan berbagai

cara, misalnya dibuat dari karung goni yang berisikan jerami, serabut kelapa atau

rumput kering. Ukurannya dapat disesuaikan dengan standar minimal, misalnya: 1

¼ x 2m dengan tinggi 10-15cm.

Modifikasi bangku Swedia, Bangku Swedia akan sangat berguna untuk

belajar keseimbangan, apabila sarana dan pembelajaran bangku swedianya tidak

ada, guru dapat memodifikasinya dengan menggunakan kayu atau papan. Untuk

ukurannya disesuaikan dengan kayu atau papan yang ada, misalnya panjang antara

3-4m dengan tebal 3- 3 ½cm.

Begitu banyak sekali media pembejalaran pendidikan jasmani yang bisa di

modifikasi mulai dari sarana dan prasarana, bentuk lapangan, metode

pembelajaran, pola pembelajaran, bentuk-bentuk permainan dan lain-lain

sebagainya, tergantung dari guru tersebut harus berinovasi, kreatif, memiliki ide-

ide baru sehingga proses pembelajaran pendidikan jasmani menjadi lebih

menyenangkan jauh dari kata bosan yang menyebabkan anak-anak terpacu dan

termotivasi untuk belajar gerak dan mengeksplorasi gerak mereka.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap

sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan satu mata ajar yang diberikan di suatu jenjang sekolah tertentu yang

merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan

aktivitas jasmani.

Modifikasi media pembelajaran Penjas harus dilakukan setiap guru,

fasilitas yang ada disekolah tidak akan mencukupi dengan jumlah peserta didik,

karena dapat membantu menyelesaikan permasalahan terbatasnya sarana dan

prasarana pembelajaran Penjas di sekolah. Seperti bola, lapangan, jaring, pemukul

bola, dan lain-lain. Hal yang dilakukan dengan cara menambah banyak atau

memodifikasi ukuran dan bentuk fasilitas olahraga yang digunakan dalam

pembelajaran pendidikan jasmani.

Dengan modifikasi media pembelajaran penjas siswa memperoleh

kepuasan dalam mengikuti pelajaran, meningkatkan kemungkinan keberhasilan

dalam berpartisipasi, siswa dapat melakukan pola gerak dasar secara benar, dan

mau melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani secara aktif. Dengan

menggunakan media atau alat bantu dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani di

27
Sekolah diyakini akan membantu proses pembelajaran yang lebih efektif dan

efisien.

B. Saran

Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan

sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara

yang semenarik mungkin, sehingga mempermudah dalam proses pembelajaran

sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani, serta anak didik akan merasa senang

mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Begitu banyak alat-alat pembelajaran

pendidikan jasmani yang bisa dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan

disekeliling kita, oleh karena itu guru penjas harus lebih kreatif dan inovatif dalam

hal tersebut, contohnya: kotak kardus mie, galon air, paralon kertas yang biasa

digunakan pedagang untuk menggulung tikar, bambu, tali-tali plastik, karet

gelang, ember dan lain-lain. Dengan modifikasi media pembelajaran bisa

meminimalisir terjadinya kecelakaan atau cedera pada anak didik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Bahagia, suherman, MA, 2000. Prinsip-prinsip pengembangan dan Modifikasi cabang


olahraga. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal
pendidikan dasar dan menengah bagian proyek penataran guru SLTP Setara D-III

Bahagia, Yoyo. 2000. Prinsip-prinsip pengembangan dan Modifikasi Cabang


Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas. 2006. Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs. Jakarta.
Depdiknas.

Husdarta. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Husdarta. 2011. Menejemen pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Maksum, A, dkk. 1996. Pengembangan Model Pembelajaran Bagi Siswa di Tingkat


Pendidikan Dasar. Lembaga Penelitian: IKIP Surabaya.

Mutohir, Toho Cholik, dkk. 1996. Pengembangan Model Pengajaran Pendidikan


Jasmani di SD. Surabaya: IKIP Surabaya.

Mutohir, Toho Cholik. (2013). Gagasan-Gagasan Tentang Pendidikan Jasmani


Olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

Nurhasan, (2015). Keefektifan model pembelajaran modifikasi olahraga terhadap


peningkatan hasil belajar pendidikan jasmani siswa. Surabaya: Program
Pascasarjana Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Surabaya

Priansa. 2017. Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran. Bandung: Pustaka


Setia.

Rusli Lutan. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas

Samsudin .2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.


Jakarta: Litera Prenada Media Group.

Saputra, Iwan. https://jurnal.unimed. ac.id/2012/index.php/JIK/article/view/6112/5414

Soepartono, 2000. Sarana dan Prasarana Olah Raga. Depdiknas.

29
Soepartono, (2000), Media Pembelajaran, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran
guru SLTP Setara D III.

Surya Adi Saputra, M.Pd. 2017. Penggunaan Media Pembelajaran Pendidikan


Jasmani CV. Dhana Pustaka: Kediri

30

Anda mungkin juga menyukai