Disusun Oleh:
i
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga tugas kelompok “Penjas Adaptif”
dapat kami selesaikan sesuai waktu yang ditargetkan. Buku ini kami susun untuk
memberikan informasi kepada pembaca mengenai “tunanetra” serta sebagai bukti
dan kekreatifan kami membuat permainan untuk anak tunanetra yang tentunya
sudah kami lakukan uji coba.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini, masih banyak
kekurangannya. Akan tetapi, harapannya semoga buku ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, baik penulis maupun pembaca. Amin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................ 1
A. Pengertian Penjas Adaptif.............................................................. 1
B. Tujuan Penjas Adaptif ................................................................... 2
C. Manfaat Penjas Adaptif ................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................. 4
A. Pengertian Anak ABK .................................................................... 4
B. Klasifikasi ABK .............................................................................. 6
DOWN SYNDROME ...................................................................................... 9
Karakteristik Anak Down Syndrome ............................................................. 10
FAKTOR PENYEBAB DOWN SYNDROME ............................................... 10
METODE BELAJAR ANAK DOWN SYNDROME .....................................11
BAB III .............................................................................................................12
A. Hasil Obsevasi ................................................................................. 12
B. Rancangan Permainan ................................................................... 13
FOTO BERSAMA ........................................................................................... 14
.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16
iii
BAB I
1
B. Tujuan Penjas Adaptif
2
efisien koordinasi syaraf otot (neuomuscular), keterampilan gerak dan gerak-
gerak kreatif.
3. Manfaat bagi kesegaran
Melalui satu program pendidikan jasmani yang seimbang, kekuatan tubuh,
daya tahan, kelentukan, dan mobilitas dapat dikembangkan dan
dipertahankan, dan dapat membantu anak mengembangkan tingkat
kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.
4. Keuntungan emosional
Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi. Umpamanya,
dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari sangat
kecewa ke kegembiraan. Anak dapat belajar untuk menguasai emosinya dan
perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru pendidikan jasmani
dan peraturan dalam tiap jenis permainan.
5. Keuntungan sosial
Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang
diinginkan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk mengembangkan
peran tiap kelamin dengan baik, dan mengembangkan nilai-nilai moral yang
dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan jasmani memberikan
kesempatan untuk interaksi sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan
dapat membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar
menerima perbedaan individual dari manusia.
6. Keuntungan bagi kecerdasan
Pendidikan jasmani dapat meningkatkan perkembangan intelektual. Setiap
kali anak berpartisipasi dalam permainan yang disajikan dalam pendidikan
jasmani, olah pikir diperlukan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tingkat
kesegaran jasmani berhubungan dengan pencapaian intelektual, khususnya
kesiapan mental dan konsentrasi.
3
BAB II
Istilah anak berkebutuhan khusus biasanya ditentukan oleh apa yang tidak bisa
dilakukan seorang anak, misalnya:
4
mengerti menganggap bahwa jika anak mereka berinteraksi dengan anak yang
mempunyai keterbatasan fisik, psikis maupun akademik maka anak mereka akan ikut
tertular, itu adalah pandangan yang kurang tepat,sikap orang tua yang demikian itu
akan membuat keadaan semakin parah dan menyebabkan potensi yang dimiliki anak
tidak berkembang secara optimal.
Hal ini membuat ruang lingkup pergaulan anak yang memiliki keterbatasan fisik,
psikis maupun akademik semakin sempit dan terbatas, anak yang memiliki
keterbatasan akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat, akan dianggap tidak
mempunyai kemampuan, kecerdasan dan potensi lemah atau pendapat lainnya, anak
akan semakin dang kurang memiliki masa depan yang cerah, lebih parah lagi anak
akan dianggap sebagai anak yang hanya bisa merepotkana depanya.
Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering
disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional
yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat sebagai
ABK adalah suatu kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yangberbeda
dengan anak pada umumnya yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik pada
fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus Pasal 4 anak berkebutuhan
khusus dapat dikelompokkan menjadi:
• Tunanetra
• Tunarungu
• Tunawicara
• Tunagrahita
• Tunadaksa
• Tunalaras
5
• Berkesulitan belajar
• Lamban belajar
• Autis
• Memiliki gangguan motoric
• Menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain
• Memiliki kelainan lain
B. Klasifikasi ABK
1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra
dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low
vision. Definisi
Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak
lagi memiliki penglihatan.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen.
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan.
4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
6
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
5. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi
dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras
dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
6. Autisme
Dari pengertiannya Autisme berasal dari kata auto yang artinya sendiri.
Penyandang autisme seperti hidup di dunianya sendiri.
Attention Deficit Diperatif Desorder atau yang dikenal disingkat dengan ADHD
adalah kondisi anak yang memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi,
hiperaktif dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada
sebagian besar aktifitas hidupnya.
Ini adalah contoh anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan keterbatasan anak
learning disabilitas atau difabilitas. Beberapa ciri yang menonjol antara lain:
prestasi belajar selalu rendah, terlambat menyelesaikan tugas akademik, daya
tangkap pembelajaran dan kemampuan belajar lambat.
9. Anak Berbakat
7
untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka
yang unggul.
8
DOWN SYNDROME
Down syndrome merupakan kondisi kromosom genetik yang mengalami kelainan sejak
bayi. Kromosom dengan jumlah yang berlebih dan tidak tepat ini yang menyebabkan bayi lahir
dengan kondisi Down Syndrome.
Untuk situasi kasus Sindrom Down di Indonesia mengalami peningkatan. Diambil dari
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin) Down Syndrome Tahun 2019,
menginfokan bahwa kasus baru Sindrom Down pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia
berdasarkan data SIRS Online laporan tahun 2015 (2.488), lalu 2016 (2.598), dan 2017 (2.776).
Penyebab dari Down Syndrome ini terjadi dikarenakan kesalahan pembelahan sel yang
terjadi pada saat embrio yang disebut “nondisjunction” embrio yang biasanya mengahsilkan 2
salinan kromosom 21, justru menghasilkan 3 salinan kromosom 21. Akibat dari hal ini, bayi
menjadi memiliki 47 kromosom bukan 46 kromosom seperti pada normalnya.
Bagaimana Mengetahuinya
9
KARAKTERISTIK DOWN SYNDROME
Pada saat lahir bayi dengan Sindrom Down mempunyai tonus otot yang lemah (floppy
baby) sehingga sering mangakibatkan bayi mengalami kesulitan minum susu yang
mengakibatkan berat badan bayi rendah.
Selain mengalami disabilitas intelektual dengan IQ berkisar antara 50-70, anak dengan
Sindrom Down mempunyai karakteristik fisik yang khas berupa:
Kepala dan Leher: kepala kecil, mata sipit dan kecil dengan kelopak mata yang up-slanting,
hidung pesek, lidah besar (menjulur), telinga kecil dan rendah, leher pendek
Tangan dan Kaki: garis tangan tunggal dan lurus (simean creases), jari-jari tangan dan kaki
pendek, antara jari kaki ke-1 dan ke-2 lebar (sandal gap), kaki bebek (flat feed)
10
METODE PEMBELAJARAN ABK DOWN SYNDROME
2. Imitation
Metode ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk meniru apa yang kita sampaikan.
Kemudian berikan tugas kepada anak berupa tugas menulis yang dibantu dengan titik-titik yang
sudah disediakan, meminta anak untuk mencocokkan angka dan huruf yang kita sebutkan.
Selain itu meminta anak untuk mewarnai gambar yang sudah kita sediakan.
4. Work recognition
Metode pembelajaran ini dengan cara anak mengenal kata dari sesuatu yang dia lihat. Disini
peran orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua harus bisa memberikan perhatian lebih kepada
anak sehingga mampu memberikan efek yang positif dalam perkembangan anak.
5. Taman bermain
Ajak anak bermain di taman untuk meningkatkan kemampuan motoriknya. Dengan banyak
berinteraksi dengan teman-teman dan orang banyak, anak akan mengenal cara berinteraksi
sosial dengan orang lain.
Bukan hanya membuat anak tenang, ini juga menjadi salah satu cara mengatasi anak cepat
marah yang sangat efektif tanpa memarahinya.
6 .Metode Puzzle
Metode ini merupakan metode belajar sambil bermain yang menyenangkan. Dengan
menggunakan metode ini anak akan termotivasi untuk belajar. Contoh pembelajaran dengan
menggunakan metode ini yaitu dengan mengajak gambar-gambar dan huruf-huruf nanti anak
diminta untuk menggabungkan huruf-huruf tadi menjadi kosa kata yang benar
11
BAB III
A. HASIL OBSERVASI
Kelompok kami melaksanakan 2 kali observasi dan 1 kali melaksanakan olahraga
permainan. Sekolah yang kami pilih adalah SLBN PEMBINA SAMARINDA. Pada
observasi yang pertama pada Hari kami, 7 April 2022 kami bertemu dengan Kepala
Sekolah dan menyampaikan maksud serta tujuan kami mendatangi sekolah tersebut.
Kemudian pada observasi yang kedua pada Hari Senin, 11 April 2022 kami menyerahkan
Surat Izin melaksanakan kegiatan ke sekolah tersebut dan diarahkan untuk bertemu kepada
guru pembina bagi siswa/I DownSyndrome. Banyak hal yang kami dapat pahami dari
pembina pembina tersebut kami dijelaskan hal hal yang di perbolehkan bagi anak
DownSyndrome serta hal hal yang tidak diperbolehkan.
Di sekolah tersebut terdapat beberapa tingkatan Pendidikan ada SD, SMP, maupun
SMA. Namun kami hanya melaksanakan olahraga permainan yang kami rancang bagi anak
di tingkatan SD. Saat melakukan Olahraga permainan terdapat 4 siswa/I yang hadir dan
turut mengikuti kegiatan tersebut. Terdiri dari 3 siswi Downsyndrom dan 1 siswa
Downsyndrom. Kami diarahkan untuk melaksanakan olahraga permainan tersebut selama
kurang lebih 1 jam 30 menit, namun kami hanya menghabiskan waktu kurang lebih 30
menit di olahraga permainan tersebut, dan sisanya kami bermain mengikuti mereka.
Data siswa/siswi yang hadir saat kami melaksanakan olahraga permainan adalah sebagai
berikut ;
1. Novi
2. Zahra
3. Riski
4. .
Saat akan mulai melakukan olahraga permainan tersebut tidak lupa kami arahkan untuk
membaca doa Bersama dan perkenalan terlebih dahulu agar mereka merasa aman dan
nyaman Ketika bermain Bersama kami, tidak mudah saat kami berusaha memulai
pembicaraan dengan mereka, karena tidak semua dari mereka yang bisa berbicara dengan
baik, lebih banyak yang berbicara kurang jelas dan kami pun kurang bisa memahami, saat
melakukan olahraga permainan pun kami tidak didampingi oleh para guru, karena para guru
masih harus mengajar dikelas dan tidak bisa ditinggalkan. Sampai akhirnya kami tepat pada
inti permainan, tidak begitu sulit Ketika kami mengajak mereka bermain namun saja siswa
satu satunya yang berjenis kelamin laki-laki tidak ingin ikut bermain Bersama kami, namun
setelah kami bujuk terus menerus, akhirnya kami bisa mengajak 4 siswa/siswi tersebut
melaksanakan olahraga permainan. Dari sudut pandang kami, mereka sangat senang saat
kami berusaha menjelaskan bagaimana proses olahraga permainan tersebut, mereka tidak
sabar dan ingin terus mengikuti saat permainan tersebut masih dijelaskan. Akhirnya mereka
pun memulai permaian sesuai dengan yang kami arahkan, tak lepas dari kami yang ikut
mendampingi masing masing siwa/i. Kami pun jadi ikut serta dalam permainan tersebut
sebagai rasa semangat kami bisa bertemu dan bermain Bersama mereka, setelah permainan
selesai pun, kami melakukan permainan yang lain, tidak menjadi satu, tapi berpencar sesuai
keinginan mereka, kami tidak memaksa san melarang selagi hal tersebut tidak
membahayakan keselamatan mereka. Sampai akhirnya waktu pulang pun tiba dan kami tak
segan segan mengajak mereka berfoto Bersama dan menutup kegiatan kami dengan baca
doa. Kami mengantarkan mereka ke orangtua mereka masing masing.
12
B.Rancangan Permainan
Donat susun
Metode permainnya :
13
FOTO KEGIATAN OBSERVASI
DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA
14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2016. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif.
http://madyahmad.blogspot.com/2016/11/pengertian-pendidikan-jasmani-adaptif.html.
Arifin, ahmad. 2020. TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF.
https://cararifin.blogspot.com/2020/08/tujuan-pendidikan-jasmani-adaptif.html.
Resna, nenti. 2021. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus dan Jenis-jenisnya.
https://www.sehatq.com/artikel/memahami-anak-berkebutuhan-khusus-dan-peran-
orangtuadalam-mendidiknya.
H. Sugiarto, S.Pd, M.Si. 18 september. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus.html.
Solihin, akhmad. 2015. KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
DISABILITAS ATAU DIFABILITAS.
https://paudanakbermainbelajar.blogspot.com/2015/11/klasifikasi-anak-berkebutuhan-
khusus.html.