Anda di halaman 1dari 20

BUKU HASIL OBSERVASI

DI SLBN PEMBINA SAMARINDA


Dimana Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Penjas Adaptif
Dosen Pengampuh: Naheria S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Aisyah D. Cahyani 2005106004


2. M. Zaki Iskandar 2005106005
3. Muhammad Nur Rahman 2005106006
4. Sindi Amelia 2005106015
5. Revi Nanda Sauqi 2005106018
6.Fajri Anwar 2005106035
7. Dony Saputra 2005106039
8. Derbega Januar 2005106041
9. Lutfhi Adi Saputra 2005106042

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022

i
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga tugas kelompok “Penjas Adaptif”
dapat kami selesaikan sesuai waktu yang ditargetkan. Buku ini kami susun untuk
memberikan informasi kepada pembaca mengenai “tunanetra” serta sebagai bukti
dan kekreatifan kami membuat permainan untuk anak tunanetra yang tentunya
sudah kami lakukan uji coba.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini, masih banyak
kekurangannya. Akan tetapi, harapannya semoga buku ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua, baik penulis maupun pembaca. Amin.

Samarinda, April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................ 1
A. Pengertian Penjas Adaptif.............................................................. 1
B. Tujuan Penjas Adaptif ................................................................... 2
C. Manfaat Penjas Adaptif ................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................. 4
A. Pengertian Anak ABK .................................................................... 4
B. Klasifikasi ABK .............................................................................. 6
DOWN SYNDROME ...................................................................................... 9
Karakteristik Anak Down Syndrome ............................................................. 10
FAKTOR PENYEBAB DOWN SYNDROME ............................................... 10
METODE BELAJAR ANAK DOWN SYNDROME .....................................11
BAB III .............................................................................................................12
A. Hasil Obsevasi ................................................................................. 12
B. Rancangan Permainan ................................................................... 13
FOTO BERSAMA ........................................................................................... 14
.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iii
BAB I

A. Pengertian Penjas Adaptif

Pendidikan Jasmani merupakan dari pendidikan yang menggunakan media gerak


untuk belajar. Namun dalam penyesuainya terdapat pendidikan jasmani adaptif. Pada
dasarnya keduanya adalah sama antara pendidikan jasmani adaptif dan pendidikan
jasmani biasa. Untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tentunya harus
memperhatikan proses pendidikan secara menyeluruh dan didalam proses pendidikan
salah satu aspeknya adalah pendidikan jasmani. sisitem pendidikan jasmani adaptif
digunakan dalam pembelajaran dengan penyampaian comperhensif. Sistem ini
digunakan untuk memecahkan dan menemukan masalah pada ranah psikomotorik
siswa.
Mengapa ranahnya ke psikomotorik dikarenakan Kebanyakan ABK (anak
berkebutuhan khususu) lemah dan terdapat masalah dalam ranah psikomotoriknya,
karaena kebanyakan ABK memiliki keterbatasan kemampuan sensorik dan
belajarnya. Bahkan sebagian anak berkebutuhan khusus mengalami masalah pada
proses komunikasi mereka, proses interaksi yang tidak sempurna menyebabkan
tingkah laku yang diluar kewajaran. Jadi pendidikan jasmani adaptif mutlak
diperlukan dalam suatu pembelajaran penjas untuk anak berkebutuhan khusus dan
diharapkan penjas adaptif mampu mengembangkandan mengkoreksi kelainan dan
keterbatasan yang ada. Pengertian Pendidikan Jasmani Adapti menurut ahli :
“Menurut Sheril : Pendidikan jasmani khusus (adaptif) didifinisikan sebagai
sistem penyampaian pelayanan yang komperhensif yang dirancang ntuk
mengidentifikasi, dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotorik.”
Pendidikan jasmani adaptif didefinisikan sebagai satu sistem penyampaian
pelayan yang komprehensif yang dirancang untuk mengidentifikasi, dan memecahkan
masalah dalam ranah psikomotor. Pelayanan tersebut mencakup penilaian, program
pendidikan individual (PPI), pengajaran bersifat pengembangan dan/atau yang
disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber atau layanan yang terkait untuk
memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan
pemuda.

1
B. Tujuan Penjas Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan


jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma
Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul "Pendidikan Jasmani Adaptif"
merinci tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:
• Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
• Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang
memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
• Untuk memberikan kesempatan pada siswa memepelajari dan berpartisipasi
dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas jassmani, waktu luang yang
bersifat rekreasi.
• Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan
mentalnya.
• Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan
perasaan memiliki herga diri. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan
pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
• Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam-macam olahraga
yang dapat diminatinya sebagai penonton.

C. Manfaat Penjas Adaptif

1. Manfaat bagi jasmani


Aktivitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari jasmani.
Melalui program pendidikan jasmani yang direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik pertumbuhan jaring-jaring otot dan tulang dirangsang. Jasmani
anak, khususnya anak yang gemuk, dapat dipengaruhi dengan aktivitas
jasmani.
2. Manfaat bagi keterampilan gerak
Banyak faktor, termasuk belajar dan latihan, mempengaruhi
perkembangan keterampilan gerak. Guru yang profesional dan
berkemampuan dapat membantu tiap anak mengembangkan secara paling

2
efisien koordinasi syaraf otot (neuomuscular), keterampilan gerak dan gerak-
gerak kreatif.
3. Manfaat bagi kesegaran
Melalui satu program pendidikan jasmani yang seimbang, kekuatan tubuh,
daya tahan, kelentukan, dan mobilitas dapat dikembangkan dan
dipertahankan, dan dapat membantu anak mengembangkan tingkat
kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.
4. Keuntungan emosional
Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi. Umpamanya,
dalam waktu yang relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari sangat
kecewa ke kegembiraan. Anak dapat belajar untuk menguasai emosinya dan
perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari guru pendidikan jasmani
dan peraturan dalam tiap jenis permainan.
5. Keuntungan sosial
Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang
diinginkan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk mengembangkan
peran tiap kelamin dengan baik, dan mengembangkan nilai-nilai moral yang
dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan jasmani memberikan
kesempatan untuk interaksi sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan
dapat membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar
menerima perbedaan individual dari manusia.
6. Keuntungan bagi kecerdasan
Pendidikan jasmani dapat meningkatkan perkembangan intelektual. Setiap
kali anak berpartisipasi dalam permainan yang disajikan dalam pendidikan
jasmani, olah pikir diperlukan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tingkat
kesegaran jasmani berhubungan dengan pencapaian intelektual, khususnya
kesiapan mental dan konsentrasi.

3
BAB II

A. Pengertian Anak ABK

Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterlambatan


dalam perkembangan, memiliki kondisi medis, kondisi kejiwaan, dan/atau kondisi
bawaan tertentu. Mereka membutuhkan perhatian dan penanganan khusus supaya bisa
mencapai potensinya.

Istilah anak berkebutuhan khusus biasanya ditentukan oleh apa yang tidak bisa
dilakukan seorang anak, misalnya:

• Pencapaian perkembangan fisik, mental-intelektual, maupun emosional yang


belum terpenuhi
• Makanan yang dilarang
• Aktivitas yang dihindari
Kebutuhan khusus adalah istilah umum untuk beragam diagnosis, mulai dari
kondisi yang bisa sembuh dengan cepat hingga kondisi yang dapat menjadi tantangan
seumur hidup. Baik kondisi yang relatif ringan hingga kondisi yang berat.
Setiap anak yang lahir didunia memiliki potensi yang berbeda-beda, mereka akan
memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda antara anak satu dan anak lainnya, sudah
seharusnya sebagai orang tua atau masyarakat tidak menyamaratakan dan
membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan yang lainnnya. Sebaliknya
kita sebagaai orang tua harus mengerti kekurangan, keterbatasan dan keistimewaan
anak sejak dini baik dari segi fisik maupun psikis. Keterbatasan pada anak tersebut
menyebabkan orangtua kurang mengerti dengan potensi yang dimiliki anak, hampir
semua orang tua menginginkan anaknya sempurna baik dari segi fisik psikis dan
akademiknya.
Sampai saat ini, masih banyak orangtua yang merasa malu apabila anak mereka
memiliki keterbatasan-keterbatsan baik fisik, psikis maupun akademik, sehingga
orang tua berusaha dan menjaga agar anaknya tidak berinteraksi dengan anak lain
ataupun masyarakat. Disamping itu banyak juga masyarakat yang anaknya normal
akan tetapi melarang anak mereka untuk bergaul dan berinteraksi dengan anak yang
memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik. Masyarakat umum yang belum

4
mengerti menganggap bahwa jika anak mereka berinteraksi dengan anak yang
mempunyai keterbatasan fisik, psikis maupun akademik maka anak mereka akan ikut
tertular, itu adalah pandangan yang kurang tepat,sikap orang tua yang demikian itu
akan membuat keadaan semakin parah dan menyebabkan potensi yang dimiliki anak
tidak berkembang secara optimal.
Hal ini membuat ruang lingkup pergaulan anak yang memiliki keterbatasan fisik,
psikis maupun akademik semakin sempit dan terbatas, anak yang memiliki
keterbatasan akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat, akan dianggap tidak
mempunyai kemampuan, kecerdasan dan potensi lemah atau pendapat lainnya, anak
akan semakin dang kurang memiliki masa depan yang cerah, lebih parah lagi anak
akan dianggap sebagai anak yang hanya bisa merepotkana depanya.
Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering
disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus
dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami
keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional
yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat sebagai
ABK adalah suatu kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yangberbeda
dengan anak pada umumnya yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik pada
fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus Pasal 4 anak berkebutuhan
khusus dapat dikelompokkan menjadi:

• Tunanetra
• Tunarungu
• Tunawicara
• Tunagrahita
• Tunadaksa
• Tunalaras

5
• Berkesulitan belajar
• Lamban belajar
• Autis
• Memiliki gangguan motoric
• Menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain
• Memiliki kelainan lain

B. Klasifikasi ABK

Anak berkebutuhan khusus, anak yang membutuhkan layanan khusus karena


perbedaan atau yang sekarang sedang trend di sebut dengan inklusi. Anak
berkebutuhan khusus ini merupakan anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya, tampak menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Yang termasuk ke dalam ABK secara umum dapat dibedakan
menjadi beberapa klasifikasi yaitu:

1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra
dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low
vision. Definisi
Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak
lagi memiliki penglihatan.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen.
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan.
4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau

6
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
5. Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi
dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras
dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
6. Autisme
Dari pengertiannya Autisme berasal dari kata auto yang artinya sendiri.
Penyandang autisme seperti hidup di dunianya sendiri.

7. ADHD (Attention Deficit Diperatif Desorder)

Attention Deficit Diperatif Desorder atau yang dikenal disingkat dengan ADHD
adalah kondisi anak yang memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi,
hiperaktif dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada
sebagian besar aktifitas hidupnya.

8. Lamban Belajar (Slow Learner)

Ini adalah contoh anak-anak yang berkebutuhan khusus dengan keterbatasan anak
learning disabilitas atau difabilitas. Beberapa ciri yang menonjol antara lain:
prestasi belajar selalu rendah, terlambat menyelesaikan tugas akademik, daya
tangkap pembelajaran dan kemampuan belajar lambat.

9. Anak Berbakat

Anak berbakat menunjuk pada anak-anak yang memiliki kemampuan-


kemampuan yang unggul, mampu memberikan prestasi yang tinggi baik
disekolah maupun ekskul dan kegiatan minat bakatnya. Anak berbakat dengan
kemampuan dan bakat luar biasa ini memerlukan pelayanan pendidikan khusus

7
untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka
yang unggul.

10. Anak Kesulitan Belajar Spesifik


Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan
menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung,
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi
minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar
memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-
motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan
keterlambatan perkembangan konsep.
Dalam perkembangannya, penggunaan istilah learning disability menjadi tidak
populer dan tidak pernah digunakan lagi. Kini lebih sering digunakan istilah yang
dianggap lebih manusiawi, yaitu learning differences bagi penyandang difabilitas,
yang diartikan dalam bahasa Indonesianya "Perbedaan cara belajar". Istilah lain
yang sering digunakan adalah anak dengan kebutuhan khusus (Children with
Special Needs).

8
DOWN SYNDROME

Down syndrome merupakan kondisi kromosom genetik yang mengalami kelainan sejak
bayi. Kromosom dengan jumlah yang berlebih dan tidak tepat ini yang menyebabkan bayi lahir
dengan kondisi Down Syndrome.
Untuk situasi kasus Sindrom Down di Indonesia mengalami peningkatan. Diambil dari
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin) Down Syndrome Tahun 2019,
menginfokan bahwa kasus baru Sindrom Down pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia
berdasarkan data SIRS Online laporan tahun 2015 (2.488), lalu 2016 (2.598), dan 2017 (2.776).
Penyebab dari Down Syndrome ini terjadi dikarenakan kesalahan pembelahan sel yang
terjadi pada saat embrio yang disebut “nondisjunction” embrio yang biasanya mengahsilkan 2
salinan kromosom 21, justru menghasilkan 3 salinan kromosom 21. Akibat dari hal ini, bayi
menjadi memiliki 47 kromosom bukan 46 kromosom seperti pada normalnya.

Jenis Down Syndrome


Mosaicism, kondisi dimana kombinasi sel beberapa mengandung 46 kromosom biasa dan
beberapa mengandung 47 kromosom.
Translocation, kondisi ketika jumlah total kromosom dalam sel tetap 46, namun salinan
kromosom 21 penuh atau parsial tambahan melekat pada kromosom lainnya.
Trisomi 21, Sekitar 95% penyebab dari sindrom down adalah trisomi 21. Maksud dari trisomi
21 adalah kondisi seorang anak yang memiliki tiga salinan pada kromosom 21 di semua selnya.
Kondisi ini terjadi karena adanya pembelahan sel abnormal selama masa perkembangan sel
sperma atau sel telur.

Bagaimana Mengetahuinya

Untuk mengetahui kondisi kelainan yang menyebabkan Down Syndrome, dapat


dilakukan Pemeriksaan NIPT (Non-Invasive Prenatal Test). Pemeriksaan ini
adalah screening untuk mendeteksi kelainan pada janin yang dapat dilakukan secara non-
invasive, yaitu melalui darah Ibu Hamil. Pemeriksaan NIPT akan mendeteksi ada tidaknya
kelainan kromosom yang diperkirakan berhubungan dengan Down Syndrome.
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan pada usia kehamilan mulai dari 10 Minggu.
Nantinya, sampel darah dari pembuluh darah vena Ibu Hamil diambil sebanyak 10 mL,
sehingga aman bagi janin dan tidak berpotensi negatif lainnya. Metode yang digunakan pada
pemeriksaan NIPT yaitu Metode NGS (Next Gen Sequencing). Metode ini memiliki tingkat
keakurasian, sebagai berikut:
– Sensitivitas > 99.9%
– Spesifitas > 99%
– Hasil diperoleh dalam 10–14 hari

9
KARAKTERISTIK DOWN SYNDROME
Pada saat lahir bayi dengan Sindrom Down mempunyai tonus otot yang lemah (floppy
baby) sehingga sering mangakibatkan bayi mengalami kesulitan minum susu yang
mengakibatkan berat badan bayi rendah.
Selain mengalami disabilitas intelektual dengan IQ berkisar antara 50-70, anak dengan
Sindrom Down mempunyai karakteristik fisik yang khas berupa:

 Kepala dan Leher: kepala kecil, mata sipit dan kecil dengan kelopak mata yang up-slanting,

hidung pesek, lidah besar (menjulur), telinga kecil dan rendah, leher pendek

 Tangan dan Kaki: garis tangan tunggal dan lurus (simean creases), jari-jari tangan dan kaki

pendek, antara jari kaki ke-1 dan ke-2 lebar (sandal gap), kaki bebek (flat feed)

 Perawakan pendek (short stature)

FAKTOR RISIKO DOWN SYNDROME


Kegagalan terjadinya pembelahan sel gamet (Meiosis non-disjunction) belum diketahui
secara pasti penyebabnya, namun beberapa literatur mengatakan faktor lingkungan seperti
polusi, merokok, paparan sinar radiasi, kurang gizi, gangguan metabolisme asam folat menjadi
faktor yang diduga merupakan faktor yang menyebabkan gagalnya pembelahan sel gamet.
Umur ibu yang lanjut (>35 tahun) atau disebut advance maternal age disebut sebagai risiko
yang tinggi nterhadap kejadian Sindrom Down. Oleh karena itu wanita yang berumur lebih dari
35 tahun apabila mengandung sebaiknya melakukan skrining tes untuk mengetahui keadaan
janin yang sedang dikandung. Jenis tes yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan darah ibu
(maternal serum screening) pada trimester satu (<12 minggu) atau dengan
pemeriksaan ultrasonography (USG) pada trimester satu (<12 minggu) usia kandungan.

10
METODE PEMBELAJARAN ABK DOWN SYNDROME

1 .On task behavior


Metode ini dapat diterapkan kepada anak dengan cara meminta anak untuk duduk sebentar
kemudian minta anak untuk memperhatikan kita. sampaikan materi dengan singkat, sederhana
dan jelas sehingga anak bisa menerima pesan yang kita sampaikan dengan baik.
Lalu minta anak untuk langsung mengerjakan tugas terkait dengan materi yang sudah
disampaikan. Anak yang mengalami keterlambatan akan bisa melakukan beberapa cara
menumbuhkan rasa percaya diri pada anak atau dirinya sendiri.

2. Imitation
Metode ini dilakukan dengan cara meminta anak untuk meniru apa yang kita sampaikan.
Kemudian berikan tugas kepada anak berupa tugas menulis yang dibantu dengan titik-titik yang
sudah disediakan, meminta anak untuk mencocokkan angka dan huruf yang kita sebutkan.
Selain itu meminta anak untuk mewarnai gambar yang sudah kita sediakan.

3. Discriminative use of objects


Metode ini memberikan pelajaran kepada anak melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.
Dengan metode pelajaran seperti ini anak akan memiliki kemampuan untuk membedakan
antara objek dengan kejadian.
Anak yang mengalami keterlambatan mungkin bisa terkena depresi atau keputusasaan yang
membuatnya kerap marah dan bersikap agresif. Oleh karena itu, ini juga bisa menjadi salah
satu cara menghadapi anak gampang marah.

4. Work recognition
Metode pembelajaran ini dengan cara anak mengenal kata dari sesuatu yang dia lihat. Disini
peran orang tua sangat dibutuhkan. Orang tua harus bisa memberikan perhatian lebih kepada
anak sehingga mampu memberikan efek yang positif dalam perkembangan anak.

5. Taman bermain
Ajak anak bermain di taman untuk meningkatkan kemampuan motoriknya. Dengan banyak
berinteraksi dengan teman-teman dan orang banyak, anak akan mengenal cara berinteraksi
sosial dengan orang lain.
Bukan hanya membuat anak tenang, ini juga menjadi salah satu cara mengatasi anak cepat
marah yang sangat efektif tanpa memarahinya.

6 .Metode Puzzle
Metode ini merupakan metode belajar sambil bermain yang menyenangkan. Dengan
menggunakan metode ini anak akan termotivasi untuk belajar. Contoh pembelajaran dengan
menggunakan metode ini yaitu dengan mengajak gambar-gambar dan huruf-huruf nanti anak
diminta untuk menggabungkan huruf-huruf tadi menjadi kosa kata yang benar

7.Belajar sambil bernyanyi


Metode ini sangat menarik, karena anak akan merasa senang dengan cara ini anak akan lebih
betah belajar dan akan cepat ingat dengan materi yang kita sampa

11
BAB III

A. HASIL OBSERVASI
Kelompok kami melaksanakan 2 kali observasi dan 1 kali melaksanakan olahraga
permainan. Sekolah yang kami pilih adalah SLBN PEMBINA SAMARINDA. Pada
observasi yang pertama pada Hari kami, 7 April 2022 kami bertemu dengan Kepala
Sekolah dan menyampaikan maksud serta tujuan kami mendatangi sekolah tersebut.
Kemudian pada observasi yang kedua pada Hari Senin, 11 April 2022 kami menyerahkan
Surat Izin melaksanakan kegiatan ke sekolah tersebut dan diarahkan untuk bertemu kepada
guru pembina bagi siswa/I DownSyndrome. Banyak hal yang kami dapat pahami dari
pembina pembina tersebut kami dijelaskan hal hal yang di perbolehkan bagi anak
DownSyndrome serta hal hal yang tidak diperbolehkan.
Di sekolah tersebut terdapat beberapa tingkatan Pendidikan ada SD, SMP, maupun
SMA. Namun kami hanya melaksanakan olahraga permainan yang kami rancang bagi anak
di tingkatan SD. Saat melakukan Olahraga permainan terdapat 4 siswa/I yang hadir dan
turut mengikuti kegiatan tersebut. Terdiri dari 3 siswi Downsyndrom dan 1 siswa
Downsyndrom. Kami diarahkan untuk melaksanakan olahraga permainan tersebut selama
kurang lebih 1 jam 30 menit, namun kami hanya menghabiskan waktu kurang lebih 30
menit di olahraga permainan tersebut, dan sisanya kami bermain mengikuti mereka.
Data siswa/siswi yang hadir saat kami melaksanakan olahraga permainan adalah sebagai
berikut ;
1. Novi
2. Zahra
3. Riski
4. .
Saat akan mulai melakukan olahraga permainan tersebut tidak lupa kami arahkan untuk
membaca doa Bersama dan perkenalan terlebih dahulu agar mereka merasa aman dan
nyaman Ketika bermain Bersama kami, tidak mudah saat kami berusaha memulai
pembicaraan dengan mereka, karena tidak semua dari mereka yang bisa berbicara dengan
baik, lebih banyak yang berbicara kurang jelas dan kami pun kurang bisa memahami, saat
melakukan olahraga permainan pun kami tidak didampingi oleh para guru, karena para guru
masih harus mengajar dikelas dan tidak bisa ditinggalkan. Sampai akhirnya kami tepat pada
inti permainan, tidak begitu sulit Ketika kami mengajak mereka bermain namun saja siswa
satu satunya yang berjenis kelamin laki-laki tidak ingin ikut bermain Bersama kami, namun
setelah kami bujuk terus menerus, akhirnya kami bisa mengajak 4 siswa/siswi tersebut
melaksanakan olahraga permainan. Dari sudut pandang kami, mereka sangat senang saat
kami berusaha menjelaskan bagaimana proses olahraga permainan tersebut, mereka tidak
sabar dan ingin terus mengikuti saat permainan tersebut masih dijelaskan. Akhirnya mereka
pun memulai permaian sesuai dengan yang kami arahkan, tak lepas dari kami yang ikut
mendampingi masing masing siwa/i. Kami pun jadi ikut serta dalam permainan tersebut
sebagai rasa semangat kami bisa bertemu dan bermain Bersama mereka, setelah permainan
selesai pun, kami melakukan permainan yang lain, tidak menjadi satu, tapi berpencar sesuai
keinginan mereka, kami tidak memaksa san melarang selagi hal tersebut tidak
membahayakan keselamatan mereka. Sampai akhirnya waktu pulang pun tiba dan kami tak
segan segan mengajak mereka berfoto Bersama dan menutup kegiatan kami dengan baca
doa. Kami mengantarkan mereka ke orangtua mereka masing masing.

12
B.Rancangan Permainan

Donat susun

Metode permainnya :

1. Bagi siswa menjadi 2 kelompok


2. Memberikan 2 kertas berwarna bagi setiap siswa yang bermain
3. Siswa yang mendapat giliran harus bisa menjadikan kertas tersebut sebagai
alas pijakan kaki sampai batas yang telah ditentukan
4. Kemudian siswa tersebut mengambil 1 donat susun sesuai urutan yang
sudah dituliskan
5. Lalu siswa dapat berlari menuju garis akhir untuk menyusun donat sesuai
urutan
6. Dan akan diteruskan teman kelompok selanjutnya sampai donat tersusun
rapih
7. Selama permainan berlangsung, akan diputarkan musik sebagai
penyemangat siswa
8. Tiap kelompok akan mendapatkan rewardnya masing-masing

13
FOTO KEGIATAN OBSERVASI
DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA

14
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2016. Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif.
http://madyahmad.blogspot.com/2016/11/pengertian-pendidikan-jasmani-adaptif.html.
Arifin, ahmad. 2020. TUJUAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF.
https://cararifin.blogspot.com/2020/08/tujuan-pendidikan-jasmani-adaptif.html.
Resna, nenti. 2021. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus dan Jenis-jenisnya.
https://www.sehatq.com/artikel/memahami-anak-berkebutuhan-khusus-dan-peran-
orangtuadalam-mendidiknya.
H. Sugiarto, S.Pd, M.Si. 18 september. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
https://pauddikmaskalbar.kemdikbud.go.id/berita/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus.html.
Solihin, akhmad. 2015. KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
DISABILITAS ATAU DIFABILITAS.
https://paudanakbermainbelajar.blogspot.com/2015/11/klasifikasi-anak-berkebutuhan-
khusus.html.

PENGERTIAN DOWN SYNDROME


https://labcito.co.id/down-syndrome-mengenai-sebab-dan-bagaimana-mengetahuinya/

KARAKTERISTIK ANAK DOWN SYNDROME DAN FAKTOR PENYEBABNYA


https://rsnd.undip.ac.id/sindrom-down-trisomi-21/

METODE PEMBELAJARAN UNTUK ABK DOWN SYNDROME


https://klubwanita.com/metode-belajar-sederhana-anak-down-syndrome

Anda mungkin juga menyukai