Anda di halaman 1dari 16

Penjaskes adaptif

OLEH

Nama : Supardi
NIM :1105105002
Kelas :A


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan rahmat dan
hidayahlah makalah ini diselesaikan sebagaimana mestinya. Makalah ini berisi tentang
Penjaskes Adaptif dimana pelajaran adaptif ini mempunyai peran penting besar pada
kehidupan masyarakat Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Penjaskes Adaptif.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan yang luput dari
pengamatan saya, baik dari segi penulisan maupun dari segi makalah.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik maupun saran dari para pembaca.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, Semoga bermanfaat bagi kita semua.






Samarinda,


Penulis




BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah
Secara umum guru pendidikan jasmani dan olahraga memiliki pemahamanyang sama
tentang betapa pentingnya pembelajaran pendidikan jasmani danolahraga pada siswa reguler
dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas siswa. Pertumbuhan dan perkembangan
tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek seperti perkembangan pengetahuan, kerjasama,
penalaran,emosional, sikap sportif, menghargai perbedaan, saling menolong, keterampilandan
kesehatan. Namun perlu diingat bahwa dampak positif pendididkan jasmanidan olahraga tidak
akan diperoleh dalam waktu yang singkat seperti membalikantelapak tangan.
Oleh karena itu setiap guru atau insan olahraga yang terlibat didalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani dan olahraga seyogianya profesional dan memiliki sifat-sifat yang dapat
menyejukan suasana belajar.Rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga
jugadisebabkan oleh adanya pandangan yang keliru dari kepala sekolah dan gurulainnya bahwa
guru olahraga bertanggung jawab terhadap setiap keributanataupun permasalahan yang muncul
yang dilakukan oleh siswa. Hal ini memberikesan yang merendahkan figur guru pendidikan
jasmani dan olahraga. Selain itu pemahaman siswa tentang pentingnya pendidikan jasmani dan
olahraga dalamupaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masih rendah.
2. Rumusan Masalah
Kondisi pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga pada siswa reguler diIndonesia.
Kondisi pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga pada siswa adaptif diIndonesia.





BAB II PEMBAHASAN


Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani
biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara
keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang
bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan
memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa
memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan
kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa
bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan
mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.

A. Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang
menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut
adalah: Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan
siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan
berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang
memakai kursi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat
berpartisipasi dengan sukses dalam kegiata tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa
yang berkursi roda dimodifikasi. Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan
jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan
jasmani dan mentalnya.
Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang
disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur,
sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan jasmani
adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk
keadaannya.
Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu
program kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar.
Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman
sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut diatas,
maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan
mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa
berperilaku dan bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

B. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif
Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di Indonesia
berjalan, baik pada siswa regular maupun pada siswa adaptif. Kemudian untuk mngetahui
seberapa jauh kualitas dan profesionalitas guru penjas adaptif dan kondisi lingkungan di sekolah
luar biasa, serta kualitas kebugaran siswa di sekolah luar biasa.
Oleh karena itu, dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani
adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc.
dalam buku yang berjudul Pendidikan Jasmani Adaptif memerinci tujuan pendididkan jasmani
adaptif bagi ABK sebagai berikut:

Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki:
a.Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
b.Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam
sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
c.Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan
memiliki harga diri.
d.Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap
mekanika tubuh yang baik.
e. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat
diminatinya sebagai penonton.
D. Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif
Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan menjadi:
a. ABK yang memilik masalah dalam sensoris
b. ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya
c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar
d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya
penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan
modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:
a. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.
b. Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
c. Modifikasi teknik mengajarnya.
d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK
yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain
mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut. Tetapi mungkin
yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat
dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat
kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.


E. Pengertian dan Kerakteristik Tunagrahita
1.Pengertian
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti
merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti
terbelakang mental. Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
-Lemah fikiran ( feeble-minded)
-Terbelakang mental (Mentally Retarded);
-Bodoh atau dungu (Idiot);
-Pandir (Imbecile);
-Tolol (moron)
-Oligofrenia (Oligophrenia);
- Mampu Didik (Educable);
-Mampu Latih (Trainable);
-Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
-Mental Subnormal;
-Defisit Mental
-Defisit Kognitif;
-Cacat Mental;
-Defisiensi Mental;
-Gangguan Intelektual


Ada beberapa pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli. Tunagrahita ialah istilah yang
digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata
(Somantri,2006:103). Istilah lain untuk siswa (anak) tunagrahita dengan sebutan anak dengan
hendaya perkembangan. Diambil dari kata Children with developmental impairment. Kata
impairment diartika sebagai hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya
kemampauan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas (American Heritage
Dictionary,1982: 644; Maslim.R.,2000:119 dalam Delphie:2006:113).

-Penyandang tunagrahita (cacat ganda) adalah seorang yang mempunyai kelainan mental, atau
tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, adakalanya cacat mental dibarengi dengan cacat
fisik sehingga disebut cacat ganda (http//.panti.tripod.com/2-10-07). Misalnya, cacat intelegensi
yang mereka alami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga
yang disertai dengan gangguan pendengaran. Adanya cacat lain yang dimiliki selain cacat
intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda.
Penanganan pada setiap ABK memiliki cara tersendiri.Mulai dari segi akademik, pribadi dan
sosial mereka. Semuanya disesuaikan dengan kondisi fisik dan mental mereka.
1. Karateristik Tunagrahita Tunagrahita Ringan
Anak yang tergolong dalam tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan.
Mereka mampu dididikdan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menjahit, memasak,
bahkan berjualan. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi. Selain itu kondisi fisik
mereka tidak begitu mencolok. Mereka mampu berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak
tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra.


2. Tunagrahita Sedang
Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu diajak
berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan
berhitung. Tetapi, ketika ditanya siapa nama dan alamat rumahnya akan dengan jelas dijawab.
Mereka dapat bekerja di lapangan namun dengan sedikit pengawasan. Begitu pula dengan
perlindungan diri dari bahaya. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk
perkembangan mental dan sosial anak tunagrahita sedang.

3. Tunagrahita Berat
Anak tunagrahita berat disebut juga idiot. karena dalam kegiatan sehari-hari mereka
membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayanan yang maksimal. Mereka tidak dapat
mengurus dirinya sendiri apalagi berlindung dair bahaya. Asumsi anak tunagrahita sama dengan
anak Idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita yang dimaksud tergolong dalam tungrahita
berat.
Dengan demikian, seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu:
- Keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata
- Ketidakmampuan dalam perilaku adaptif
- Terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun.

Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan
dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui
tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).
Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 55
Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 40
Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 25
Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25
Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi:

-Tunagrahita ringan IQnya 50 70
-Tunagrahita Sedang IQnya 30 50q
-Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

Rencana pembelajaran Pendidikan Jasmani yang bisa dilaksanakan yaitu:
-Melakukan berbagai gerak dasar permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi.
Dan nilai-nilai yang tergantung didalamnya.
-Melakukan gerak dasar salah satu permainan bola kecil dengan koordinasi dan kontrol yang
baik dengan peraturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.
-Melakukan gerakan dasar salah satu permainan bola besar dengan koordinasi dan kontrol yang
baik dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.
-Melakukan koordinasi gerak dasar dalam teknik lari, lempar, dan lompat dengan peraturan yang
dimodifikasi serta nilai semangat, sportifitas, percaya diri, dan kejujuran.
-Melakukan kombinasi senam lantai dan senam ketangkasan dalam bentuk sederhana dan nilai-
nilai yang terkandung didalamnya.
-Melakukan pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah melaksanakan aktivitas senam.
Pada waktu kegiatan olahraga guru tidak bisa memaksakan mereka untuk mengikuti olahraga
yang dilaksanakan, karena kemampuan mereka berbeda. Yang merasa dirinya bisa dia akan
bosan dan pergi mengikuti kegiatan lain yang dia suka. Sebaliknya yang tidak mampu
mengikutinya dia akan diam. Namun pada intinya olahraga yang dilakukan untuk kesenangan
mereka, Dan olahraga yang sering dilakukan dikelas tersebut adalah jalan-jalan.


F. Kondisi pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga pada siswa adaptif di Indonesia
Berbagai factor yang mempengaruhi kondisi pelaksanaan pendidikan jasmanidan
olahraga pada siswa adaptif di Indonesia antara lain kualitas dan profesionalitasguru penjas
adaptif, kondisi lingkungan di sekolah luar biasa dan kualitas kebugaransiswa sekolah luar biasa.
a.Kualitas dan Profesionalitas Guru Penjas Adaptif
Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategisdalam upaya
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani,keterampilan gerak, social, dan
intelektual siswa cacat. Peningkatan kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa
sangat penting untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan mereka, baik
dari segi fisik maupun mentalnya.Pemberian layanan dan kesempatan untuk melakukan olahraga
seluas-luasnya merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajibanyang sama
dengan siswa normal. (Tarigan.2000).Mengenai kualitas dan profesionalitas guru pendidikan
jasmaniadaptif pada sekolah luar biasa ternyata jauh lebih parah di bandingkandengan sekolah
regular. Selain itu minimnya sarana dan prasarana di sekolah
b. luar biasa juga ikut mempengaruhi rendahnya kualitas proses pembelajaranyang
dilakukan. (Tarigan, 2000).Sebagai dampak lemahnya proses pembelajaran yang dilakukan
olehguru-guru yang tidak professional yang ada kecenderungan bahwa pembelajaran pendidikan
jasmani tidak pernah memenuhi kebutuhan siswacacat akan gerak, sehingga untuk meningkatkan
kesehatan dan kebugarantentu sangat sulit.
c. Kondisi Lingkungan Di Sekolah Luar Biasa
Karena minimnya sarana dan prasarana olahraga bagi siswa adaptif, para siswa tidak akan dapat
melakukan aktifitas secara leluasa dan tidak dapat bergerak bebas. Pengadaan guru yang terkesan
asal ada tersebut, tidak mampu mengelola proses pembelajaran apalagi membina dan
meningkatkankesehatan serta kebugaran jasmani siswa sesuai dengan tujuan penjas disekolah
luar biasa (Tarigan, 2003).Hal lain yang menjadi catatan dan perlu mendapat perhatian adalah
pemilihan materi dan pelaksanaan pembelajaran yang harus disesuaikandengan kondisi dan
tingkat kecacatan pada siswa. Sebab kurikulum yangdigunakan sama dengan kurikulum sekolah
umum, padahal padakenyataannya tidak semua materi yang terdapat dalam kurikulum
padasekolah umum mampu dilaksanakan pada siswa luar biasa. Oleh karena itu,apabila
pemilihan materi tidak di lakukan secara cermat dan pelaksanaannyatidak disesuaikan dengan
kemampuan dan kecacatan setiap siswa, maka akanmenyebabkan cedera, karena beban yang
diberikan terlalu berat bagi merekayang memang tidak memiliki kekuatan otot dan daya tahan
yang baik.
d.Kualitas Kebugaran Siswa Sekolah Luar Biasa
Berkaitan dengan kondisi lingkungan sekolah dan sarana yang sangatminim yang
umumnya dialami oleh SLB akan berpengaruh terhadap derajatkebugaran jasmani ,khususnya
daya tahan jantung paru,sebab dari pengamatan lapangan. diketahui keterbatasan sarana dan
prasarana yangdimiliki SLB serta lingkungan yang tidak kondusif menyebabkan keterbatasan
gerak bagi mereka.Selain itu komponen fisik lain jugaterpengaruh akibat keterbatasan gerak
tersebut .antara lain kekuatan otot,kelentukan daya tahan otot.waktu reaksi dan keseimbangan
juga sangatrendah ,sebagai contoh: penyandang tuna netra biasanya berjalan mengandalkan
tuntunan orang lain,sehingga aktifitas geraknya tergantung pada bantuan orang lain.Winnick
(1990) mengemukakan bahwa kebugaran jasmani pada penyandang tuna netra biasanya di bawah
orang lain normal,yang disebabkan berkurangnya kesempatan dan kemauan untuk
bergerak.Mengetahui hal ini(Winnick.1990)dan (Powers&Howley 2001)menyatakan bahwa
kurangnya aktifitas fisik menyebabkan tingkat kebugaran jasmani yang rendah. Rendahnya
kebugaran atau kualitas fisik siswa penyandang cacat tersebut akibat kurangnya aktifitas gerak
fisik yang mereka lakukan karena sikap over protektif dari keluarga,termasuk sering merasa
kasihan,tidak acuh,lingkungankurang mendukung.Semua ini mengakibatkan terbatasnya
aktivitas gerak fisik yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menurunkanderajat kesehatan dan tingkat kebugaran jasmani mereka.
Berkaitan dengan informasi tentang rendahnya tingkat kebugaran jasmani siswa cacat
sebagai berikut,kebugaran jasmani siswa SLBTunanetra,Tunarungu,dan tunagrahita
dibandingkan siswa normal,datamenunjukan bahwa dari 30 sampel siswa Tunarungu,30 sampel
Tunagrahitadan 25 sampel Tunanetra semuanya memilki tingkat kebugaran yang sangatrendah
atau kurang sekali.Sedangkan dari 30 siswa normal yang dijadikansebagai pembanding
menunjukan 13 orang masuk kategori sedang dan 17orang masuk kategori kurang. Hal ini
menunjukan bahwa tidak hanya siswa cacat yang kebugarannya sangat kurang, tetapi siswa
normalpun umumnyamasih memiliki kebugaran yang rendah.
Untuk melihat sebaran rata-rata skor setiap komponen kebugaran jasmani dari Siswa SLB
Tunanetra, Tunarunggu, Tunagrahita dan SLTP Negeri dapat dilihat pada grafik 1.Berdasarkan
grafik 1 tersebut terlihat bahwa Siswa Tunanetramemiliki komponen kecepatan yang paling
rendah, kemudian disusulTunagrahita dan paling tinggi adalah Tunarunggu, tetapi bila
dibandingkandengan Siswa sekolah normal maka komponen kecepatan lebih tinggi padaSiswa
normal.Untuk power, Siswa Tunanetra dan Tunarunggu hampir sama besarnya, sedangkan Siswa
Tunagrahita paling rendah skornya. Sedangkanuntuk kekuatan dan daya tahan lengan, ketiga
jenis kecacatan tersebutmemiliki daya tahan lengan yang hampir sama. Mengenai
komponenkekuatan otot ternyata skor yang paling tinggi dicapai oleh SiswaTunarunggu,
kemudian disusul Siswa Tunagrahita dan yang paling rendahadalah Siswa Tunanetra.Untuk
komponen daya tahan otot perut ternyata Siswa Tunanetralebih besar skornya dibandingkan
dengan Siswa Tunagrahita, namun Siswa
Tunarunggu tetap memiliki skor yang paling besar. Selanjutnya untuk skor kelincahan
ternyata yang paling tinggi diperoleh oleh Siswa Tunarunggu danTunagrahita, sedangkan yang
paling rendah dicapai oleh Siswa Tunanetra.Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat
digambarkan bahwadari tujuh komponen kebugaran jasmani yang dinilai ternyata secara
umumkelompok Siswa Tunanetra yang paling rendah, hal ini dapat dipahami karenaaktivitas
mereka yang terbatas dan selalu memerlukan bantuan orang lain.Selanjutnya kelompok Siswa
Tunagrahita berada diurutan kedua, halini disebabkan disamping kurangnya kemauan, untuk
melakukan aktivitasgerak, orang tua juga terlalu over protective. Sedangkan kelompok
Tunarunggu aktivitasnya lebih baik dari Tunanetra dan Tunagrahita sebabmereka pada umumnya
dapat melakukan aktivitas seperti siswa normal,namun lemah dalam bahasa dan
komunikasi.Temuan ini juga pernah diungkapkan oleh Winnick (1990) yangmenegaskan bahwa
kebugaran jasmani pada penyandang Tunanetra biasanyadi bawah kecacatan yang lain dan orang
normal, yang disebabkan berkurangnya kesempatan dan kemauan untuk bergerak.


BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat
menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan
masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki
masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan
kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa
bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan
mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif yaitu:
- Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan karakteristik kelainan
siswa
- Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan jasmani individu ABK.
Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang
disandang oleh siswa
- Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
- Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
- Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam
sejumlah macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
- Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
- Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan
memiliki harga diri.
- Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap
mekanika tubuh yang baik.
- Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat
diminatinya sebagai penonton.
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti
merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti
terbelakang mental, Klasifikasi tuna grahita diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi
menjadi 3 yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Keterbelakangan
mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat
kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi
yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient).

Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 55
Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 40
Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 25
Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25

Para ahli Indonesia menggunakan klasifikasi:
- Tunagrahita ringan IQnya 50 70
- Tunagrahita Sedang IQnya 30 50q
- Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30

Saran
Melalui sedikit penjelasan tentang anak tunagrahita, semoga pembaca yang masih
menganggap semua anak tunagrahita itu anak idiot dan tidak memiliki kemampuan apa-apa tidak
lagi berpikiran semacam itu. Setelah mengetahui hal ini pula kiranya dapat disosialisasikan
kepada siapa saja yang masih belum tahu.

Anda mungkin juga menyukai