Anda di halaman 1dari 14

Pengertian Pendidikan Jasmani Adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan


pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu
aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan
jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang
bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,
menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor.
Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah
dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari
keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam
kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam
interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan
bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan
mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut

1. Ciri dari Program Pengajaran Penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri


khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah
dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:

 Program Pengajaran Penjas adaptif disesuaikan dengan jenis dan


karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan
berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan.
Misalnya bagi siswa yang memakai kursi roda satu tim dengan
yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi
dengan sukses dalam kegiata tersebut bila aturan yang
dikenakan kepada siswa yang berkursi roda dimodifikasi.
Demikian dengan olahraga lainnya. Oleh karena itu pendidikan
jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa
memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
 Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan
mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan
pada Anak Luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur,
sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program
pengajaran pendidikan jasmani adaptif harus dapat membantu
siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk
keadaannya.
 Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk
itu pendidikan jasmani adaptif mengacu pada suatu program
kesegaran jasmani yang progresif, selalu berkembang dan atau
latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan
ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman
sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat
mewujudkan hal tersebut diatas, maka pendidikan jasmani
adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial
dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri.
Perasaan ini akan dapat membawa siswa berperilaku dan
bersikap sebagai subyek bukan sebagai obyek dilingkungannya.

1. Tujuan Pendidikan Jasmani Adaptif

Sebagaimana dijelaskan diatas betapa besar dan strategisnya peran


pendidikan jasmani adaptifdalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi
ABK, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam buku yang berjudul
“Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendididkan jasmani
adaptif bagi ABK sebagai berikut:

1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat


diperbaiki.
2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi
apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan
berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga dan aktivitas
jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan
jasmani dan mentalnya.
5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan
mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan
dan apresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam
olahraga yang dapat diminatinya sebagai penonton.

Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Adaptif

Bila dilihat masalah dari kelainannya, jenis ABK dikelompokkan


menjadi:

 ABK yang memilik masalah dalam sensoris


 ABK yang memiki masalah dalam gerak dan motoriknya
 ABK yang memiliki masalah dalam belajar
 ABK yang memiliki masalah dalam tingkah laku

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK


maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran
Pendidikan Jasmani bagi ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari
pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:

1. Modifikasi aturan main dari aktivitas pendidikan jasmani.


2. Modifikasi keterampilan dan tekniknya.
3. Modifikasi teknik mengajarnya.
4. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan
peralatannya.
TUNANETRA

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang
dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan
modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin
membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan teraebut.
Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi
area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya.
Demikian pula seterusnya, tergantung dari jenis masalah, tingkat
kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari
setiap jenis ABK. Tunanetra

Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi


seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam
indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya
Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total blind) dan yang
masih mempunyai sisa penglihatan (Low Visioan). Alat bantu
untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan
tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis
merah horisontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra
penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan
fungsi indra-indra yang lainnya seperti, perabaan, penciuman,
pendengaran, dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit
penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa
misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan.

 Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan:

1. Tunanetra sebelum dan sejak lahir


2. Tunanetra setelah lahir dan atau pada usia kecil
3. Tunenatra pada usia sekolah atau pada masa remaja
4. Tunanetra pada usia dewasa
5. Tunanetra dalam usia lajut.

 Berdasarkan kemampuan daya penglihatan:


1. Tunanetra ringan
2. Tunanetra setengah berat.
3. Tunanetra berat.

 Berdasarkan pemeriksaan klinik.


 Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata:

1. Myopia;adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak


terfokus dan jatuh di belakang retina.
2. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak
terfokus dan jatuh di depan retina.
3. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan
kabur yang disebabkan karena ketidak beresan pada
kornea mata.
Penyebab[sunting | sunting sumber]

 Pre-natal: Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-


natal Sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan
dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
 Post-natal: Faktor penyebab ketunanetraan yang terjadi
pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi
lahir, antara lain: kerusakan pada mata atau saraf mata
pada waktu persalinan hamil ibu menderita penyakit
gonorrhoe, penyakit mata lain yang menyebabkan
ketunanetraan, seperti trachoma,dan akibat kecelakaan.
Karakteristik[sunting | sunting sumber]

 Tunanetra

1. Fisik: Keadan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan


anak sebaya lainnya.perbedaan nyata diantaranya
mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik antara
lain: mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata,
kelopak mata merah, gerakan mata tak beraturan dan
cepat, mata selalu berair dan sebagainya.
2. Perilaku: Beberapa gejala tingkah laku pada anak yang
mengalami gangguan penglihatan dini antara lain;
berkedip lebih banyak dari biasanya. menyipitkan mata,
tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.Adanya
keluhan-keluhan antara lain : mata gatal, panas, pusing,
kabur atau penglihatan ganda.
3. Psikis: Tidak berbeda jauh dengan anak normal.
Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pda batas atas
sampai batas bawah. Kadangkala ada keluarga yang
belum siap menerima anggota keluarga yang tuna netra
sehingga menimbulkan ketegangan/gelisah di antara
keluarga. Seorang tunanetra biasanya mengalami
hambatan kepribadian seperti curiga terhadap orang lain,
perasaan mudah tersinggung dan ketergantungan yang
berlebihan.

 Penurunan penglihatan (Low vision)

1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat


2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar
3. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di
cahaya terang atau saat mencoba melihat sesuatu.
Teknologi pendukung[sunting | sunting sumber]
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah banyak
digunakan untuk membantu para tunanetra. Penggunaan
program seperti JAWS (pembaca layar) membuat
pengoperasian komputer menjadi dimungkinkan oleh para
tunanetra. Kegiatan membaca buku yang sebelumnya tidak
mungkin dilakukan oleh tunanetra selain menggunakan
huruf braille, kini dapat dilakukan dengan bantuan alat
pemindai (bahasa Inggris: scanner). Dengan menggunakan
perangkat tersebut pada komputer yang telah dilengkapi
dengan peranti lunak pembaca layar, pengguna cukup
meletakkan buku di atas kaca pemindai dan program akan
langsung membacanya dari teks yang direproduksi oleh
komputer.
TUNARUNGU

Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam


fungsi pendengarannya. Kondisi ini bisa berlangsung hanya
sementara atau permanen. Bagi Anda yang hidup
bersamapenderita tunarungu, tentu saja
akan memerlukan bentuk komunikasi khusus agar maksud
pembicaraan bisa tersampaikan dengan baik.
Terdapat dua jenis gangguan pendengaran yang membuat seseorang
menjadi tunarungu, yaitu yang bersifat bawaan (sudah ada sejak lahir)
dan yang terjadi setelah dilahirkan.
Tunarungu bawaan bisa disebabkan oleh mutasi genetik, keturunan
dari orang tua, atau terpapar penyakit ketika masih di dalam
kandungan. Sedangkan tunarungu yang terjadi setelah lahir biasanya
disebabkan oleh paparan suara keras dalam jangka panjang, usia,
cedera, dan penyakit tertentu, misalnya infeksi.

Alat Bantu Dengar untuk Tunarungu


Fungsi pendengaran penyandang tunarungu dapat terbantu berkat
penggunaan alat bantu dengar. Alat bantu ini dapat berupa implan
koklea yang ditanamkan pada telinga melalui pembedahan, atau alat
bantu dengar yang bisa dipasang dan dilepas sesuai keinginan. Selain
itu, perangkat pengeras suara juga dapat dipasang di alat elektronik,
seperti TV, telepon, atau radio, agar penderita gangguan
pendengaran juga dapat menikmati acara dan berinteraksi.
Cara Berkomunikasi dengan Penyandang Tunarungu
Berkomunikasi dengan seorang tunarungu sebenarnya tidak sulit,
Anda hanya perlu mempelajari caranya dan sedikit bersabar. Berikut
ini adalah cara yang dapat Anda lakukan untuk berkomunikasi dengan
penyandang tunarungu:
 Cari perhatian
Penting untuk mendapatkan perhatiannya jika Anda berniat
untuk berkomunikasi dengannya. Sentuh atau tepuk pundaknya
untuk memberi isyarat.

 Cari tempat yang tenang


Jika memungkinkan, pindah ke tempat yang sunyi atau kecilkan
sumber suara yang ada di dekat Anda.

 Sejajarkan posisi wajah


Saat akan mulai berkomunikasi, sejajarkan letak mata Anda
dengan dirinya. Pastikan Anda tidak berada terlalu dekat
dengannya agar dia dapat melihat semua bahasa tubuh Anda.
Pastikan juga agar lokasi pembicaraan cukup terang.

 Kontak mata
Selama berbicara dengan penyandang tunarungu, jangan
lepaskan kontak mata dan fokus Anda dari dirinya. Lepaskan
media penghalang apa pun yang bisa mengganggu jalinan
komunikasi, seperti masker atau kacamata hitam. Tidak ada
salahnya untuk menggunakan ekspresi wajah agar dia lebih
mudah memahami arah pembicaraan.

 Bicaralah dengan normal dan jelas


Hindari berbicara dengan cara berbisik atau mengeraskan suara
karena dapat menyulitkan penyandang tunarungu dalam
membaca gerakan bibir Anda. Sebaliknya, berbicaralah dengan
suara dan kecepatan normal. Hindari pula berbicara sambil
mengunyah atau menutupi mulut Anda.
 Nyatakan topik pembicaraan
Beri tahu topik pembicaraan yang ingin dibahas dan beri tanda
jika ingin mengubah topik.

 Tanya apakah sudah mengerti


Mintalah umpan balik untuk memeriksa apakah dia sudah
mengerti apa yang Anda katakan.

 Ulangi
Ulangi apa yang Anda sampaikan, atau tulis apa yang ingin
Anda sampaikan di kertas.

Berkomunikasi dengan penyandang tunarungu mungkin


merupakan tantangan tersendiri. Jika harus berkomunikasi
dengan mereka secara rutin, ada baiknya Anda
mempelajari bahasa isyaratyang resmi agar kedua belah pihak
dapat saling memahami isi pembicaraan dengan lebih mudah.
Dengan menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi,
penyandang tunarungu akan merasa lebih nyaman,
dibandingkan harus memerhatikan atau membaca gerakan
bibir lawan bicara.
TUNAWICARA

Tuna wicara adalah bisu,atu disebut pula dengan gangguan bicara dan
tidk kemmmpuan seseorang untuk berbicara.
Bisu diseabkan oleh gangguan pada organ-organ seperti tenggorokan,
pita suara, paru-paru, mulut, lidah, sebagainnya. Bisu umumnya
dikaitkan dengan tuli. Bayi terlahir tuli dan bisu dapat disebabkan
oleh berbagai faktor. Bisa terjadi akibat faktor genetika (keturunan,
perkawinan antar kerbat yang terlalu dekat, seperti antara sepupu
kandung, sehingga terjadi mutasigen yang tidak wajar). Selin itu,
kurang atu tidak berfungsinya organ pendengaran, keterlambatan
perkembangan bahasa, kerusakan pada sistem saraf dan struktur otot,
serta ketidak mampuan dalam kontrol gerak juga dapat
mengakibatkan keterbasan dalam berbicara. Penyebab lainnya adalah
cacat intelektual dan autisme. Seseorang dapat lahir bisu, atau
menjadi bisu dikemudian hari karena cedera atau penyakit.
Adapun ciri-ciri bisu antara lain:
 Berbicara keras dan tidak jelas.
 Suka melihat gerak bibir atu gerak tubuh teman bicaranya.
 Telinga mengeluarkan cairan.
 Menggunakan alat bantu dengar.
 Bibir sumbing.
 Suka melakukan gerakan tubuh.
 Cenderung pendiam.
 Suara sengau.
 Cadel.
Tidak semua anak-anak yang menyandang kondisi tuna wicara
mengekspresikan gejala yang sama. Beberapa dari mereka
mungkin dengan berdiri dan tak bergerak dalam pengaturan
sosial tertentu dan tidak memiliki komunikasi apapun.
Kecemasan dapat disebabkan oleh anak yang dimasukkan ke
dalam situasi dimana suatu yang diharapkan dari mereka atau
ketika beberapa orang berada di daerah dimana mereka
dihadapkan dengan banyak pertanyaan. Hal itu biasa disebut
dengan bisu selektif yaitu kondisi dimana seseorang anak yang
biasanya fasih bicara tidak berbicara dalam situasi tertentu.
Dan juga bahwa anak yang mengalami kecenderungan seperti
ini mengalami sejenis kecemasan akut yang situasional.
TUNAGRAHITA

Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental,


keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation).
Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal
pada umumnya, sehingga menyebabkan fungsi kecerdasan
dan intelektual mereka terganggu yang menyebabkan
permasalahan-permasalahan lainnya yang muncul pada masa
perkembangannya. Hal tersebut sejalan dengan AAMD yang
dikutif Grossman dan diterjemahkan oleh:
Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata
berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan
dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa
perkembanga.
Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah,
sebagai berikut:

1. Lemah pikiran (Feeble Minded)


2. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
3. Bodoh atau dungu (Idiot)
4. Pandir (Imbecile)
5. Tolol (Moron)
6. Oligofrenia (Oligophrenia)
7. Mampu Didik (Educable)
8. Mampu Latih (Trainable)
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau butuh
rawat
10. Mental Subnormal
11. Defisit Mental
12. Defisit Kognitif
13. Cacat Mental
14. Defisiensi Mental
15. Gangguan Intelektual
Tunagrahita
Klasifikasi anak tunagrahita menurut AAMD (American
Assosiation on Mental Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991
dalam Amin (1995:22-24) klasifikasi anak tunagrahita terbagi
menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

 Tunagrahita ringan
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun
kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, tetapi
mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam
bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan
kemampuan bekerja.

 Tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual
umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan.
Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan
fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan
mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.

 Tunagrahita berat dan sangat berat

Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya


hampir tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus
diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara
mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus
diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang
sangat terbat.
TUNADAKSA

Tunadaksa Adalah individu Yang memiliki Gangguan gerak


Oleh Yang disebabkan kelainan neuro-muskular dari tulang
Struktur Yang bersifat bawaan, sakit ATAU Akibat Kecelakaan,
termasuk celebral palsy , amputasi , polio ,
kemudian lumpuh . Tingkat Gangguan PADA tunadaksa
Adalah Ringan Yaitu memiliki keterbatasan hearts melakukan
AKTIVITAS Fisik Tetap Masih DAPAT ditingkatkan through
terapi yang, sedang Yaitu memilki keterbatasan motorik dari
mengalami Gangguan sistem sensor Koordinasi, Berat Yaitu
memiliki keterbatasan jumlah hearts Gerakan Fisik dari Tidak
mampu mengontrol Gerakan Fisik.

KUNJUNGAN KE SMALB
NEGERI BANYUWANGI
NAMA ANGGOTA:

- DILLA AURELLIANA (07)


- DITO EKA KURNIAWAN (08)
- KHALISA AULIA ZAHRA (16)
- LAURA ANDINI BRILIANITA (18)
- MUHAMMAD ALI HANAFIA (21)
- NAILA SALSABILA BUDIANSYAH (24)
- WILDAN PRATAMA WIBISONO (32)

Iklan

Anda mungkin juga menyukai