Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : SUPARNO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 837959157

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/ Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Kode/Nama UPBJJ : 80 / MAKASSAR

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Kemampuan ingatan kinestik merupakan kemampuan dalam ingatan tentang kesadaran
gerak otot, hal ini dihaasilkan oleh interaksi antara indra peraba atau yang disebut dengan
tactile dengan propriosespsi atau keseimbangan yang dikontrol oleh sistem vestibular, dan
berpusat di bagian atas dari telinga bagian dalam. Sistem ini peka terhadap percepatan,
posisi dan gerak kepala.
Sehingga, hal ini memberikan manfaat yang cukup banyak dalam pembelajaran
diantaranya adalah sebagai berikut:

• Mendorong perkembangan keterampilan kognitif seperti mengurutkan


kejadian/proses dan mengikuti petunjuk.
• Meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial
• Mengembangkan pola pikir kreatif dan keterampilan
• Membangun rasa percaya diri
• Meningkatkan sportivitas
• Menjaga kesehatan tubuh

Contoh aktivitas kinestik oleh penyandang tunanetra adalah: Senam, karena kemampuan
kinestik hanya terbentuk setelah melakukan gerakan yang berulang di daerah yang sama.

2. .
a. Media Visual
Jenis media pembelajaran yang pertama ialah media visual. Media pembelajaran ini
memfokuskan indra penglihatan saat proses belajar mengajar. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara memanfaatkan berbagai macam teknologi, salah satunya menggunakan alat
proyeksi atau proyektor.
b. Media Audio
Jenis media pembelajaran berikutnya ialah menggunakan media audio. Proses belajar
mengajar dengan menggunakan media ini difokuskan pada indra pendengaran.
c. Media Audio Visual
Salah satu media pembelajaran yang efektif untuk menunjang keberhasilan saat proses
belajar mengajar ialah menggunakan media audio visual. Pasalnya media audio visual
dapat menampilkan suara dan gambar. Sehingga hal bisa menjadi metode pembelajaran
yang menarik untuk para siswa.
d. Peta dan Globe
Salah satu jenis media pembelajaran yang sering digunakan adalah peta dan globe. Media
pembelajaran ini berfungsi menyajikan data-data lokasi dan tempat. Beberapa hal yang
didapat dalam menggunakan media pembelajaran ini ialah mengetahui bumi, sungai,
gunung-gunung, dan daratan.
e. Gambar Fotografi
Macam media pembelajaran berikutnya ialah gambar fotografi. Media pembelajaran ini
dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, seperti surat kabar, kartun, ilustrasi, dan
foto. Sistem pembelajaran dalam menggunakan media ini menjadi salah satu cara efektif
untuk menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
f. Media Serba Aneka
Media serba aneka merupakan salah suatu media yang disesuaikan dengan potensi di
suatu daerah. Salah satu yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia ialah media
papan tulis, tiga dimensi, dan berbagai sumber lainnya. Selain itu, media serba aneka juga
dapat dilakukan dengan menggunakan aneka benda yang dapat digunakan untuk
menunjang proses belajar mengajar.
Media pembelajaran yang tepat bagi siswa tunanetra adalah media audio, karena bagi
siswa tunanetra cenderung lebih banyak belajar dari pendengaran. Kemudian media
serbaneka juga dapat di terapkan dengan mengenal bentuk bentuk benda dengan nama
benda tersebut. Selain itu jyga dapat dikenalkan juga dengan huruf braile agar bisa
membaca buku-buku yang sudah disesuaikan secara mandiri.

3. Tunarungu adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam fungsi pendengarannya.


Kondisi ini bisa berlangsung hanya sementara atau permanen. Bagi Anda yang hidup
bersama penderita tunarungu, tentu saja akan memerlukan bentuk komunikasi khusus
agar maksud pembicaraan bisa tersampaikan dengan baik.
Terdapat dua jenis gangguan pendengaran yang membuat seseorang menjadi tunarungu,
yaitu yang bersifat bawaan (sudah ada sejak lahir) dan yang terjadi setelah dilahirkan.
Tunarungu bawaan bisa disebabkan oleh mutasi genetik, keturunan dari orang tua, atau
terpapar penyakit ketika masih di dalam kandungan. Sedangkan tunarungu yang terjadi
setelah lahir biasanya disebabkan oleh paparan suara keras dalam jangka panjang, usia,
cedera, dan penyakit tertentu, misalnya infeksi.
Alat Bantu Dengar untuk Tunarungu
Fungsi pendengaran penyandang tunarungu dapat terbantu berkat penggunaan alat bantu
dengar. Alat bantu ini dapat berupa implan koklea yang ditanamkan pada telinga melalui
pembedahan, atau alat bantu dengar yang bisa dipasang dan dilepas sesuai keinginan.
Selain itu, perangkat pengeras suara juga dapat dipasang di alat elektronik, seperti TV,
telepon, atau radio, agar penderita gangguan pendengaran juga dapat menikmati acara dan
berinteraksi.
Cara Berkomunikasi dengan Penyandang Tunarungu
Berkomunikasi dengan seorang tunarungu sebenarnya tidak sulit, Anda hanya perlu
mempelajari caranya dan sedikit bersabar. Berikut ini adalah cara yang dapat Anda
lakukan untuk berkomunikasi dengan penyandang tunarungu:
Cari perhatian
Penting untuk mendapatkan perhatiannya jika Anda berniat untuk berkomunikasi
dengannya. Sentuh atau tepuk pundaknya untuk memberi isyarat.
Cari tempat yang tenang
Jika memungkinkan, pindah ke tempat yang sunyi atau kecilkan sumber suara yang ada di
dekat Anda.
Sejajarkan posisi wajah
Saat akan mulai berkomunikasi, sejajarkan letak mata Anda dengan dirinya. Pastikan
Anda tidak berada terlalu dekat dengannya agar dia dapat melihat semua bahasa tubuh
Anda. Pastikan juga agar lokasi pembicaraan cukup terang.
Kontak mata
Selama berbicara dengan penyandang tunarungu, jangan lepaskan kontak mata dan fokus
Anda dari dirinya. Lepaskan media penghalang apa pun yang bisa mengganggu jalinan
komunikasi, seperti masker atau kacamata hitam. Tidak ada salahnya untuk menggunakan
ekspresi wajah agar dia lebih mudah memahami arah pembicaraan.
Bicaralah dengan normal dan jelas
Hindari berbicara dengan cara berbisik atau mengeraskan suara karena dapat menyulitkan
penyandang tunarungu dalam membaca gerakan bibir Anda. Sebaliknya, berbicaralah
dengan suara dan kecepatan normal. Hindari pula berbicara sambil mengunyah atau
menutupi mulut Anda.
Nyatakan topik pembicaraan
Beri tahu topik pembicaraan yang ingin dibahas dan beri tanda jika ingin mengubah topik.
Tanya apakah sudah mengerti
Mintalah umpan balik untuk memeriksa apakah dia sudah mengerti apa yang Anda
katakan.
Ulangi
Ulangi apa yang Anda sampaikan, atau tulis apa yang ingin Anda sampaikan di kertas.
Berkomunikasi dengan penyandang tunarungu mungkin merupakan tantangan tersendiri.
Jika harus berkomunikasi dengan mereka secara rutin, ada baiknya Anda mempelajari
bahasa isyarat yang resmi agar kedua belah pihak dapat saling memahami isi pembicaraan
dengan lebih mudah. Dengan menggunakan bahasa isyarat saat berkomunikasi,
penyandang tunarungu akan merasa lebih nyaman, dibandingkan harus memerhatikan
atau membaca gerakan bibir lawan bicara.

4. Beberapa keuntungan pembelajaran kooperatif adalah:


a. Membantu setiap siswa untuk saling memahami dan keterkaitan satu sama lain.
b. Keterampilan setiap siswa untuk saling memahami siswa lain.
c. Kegiatan kognitif dan interpersonal siswa untuk saling memahami satu sama lain
untuk saling belajar.

5. Tunagrahita adalah keterbatasan intelektual (intellectual disability). Seseorang yang


tunagrahita artinya mempunyai kemampuan intelektual dan kognitif yang dibawah rata-
rata anak pada umumnya.
Tunagrahita dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
1. Mild (IQ 55-70)
Ciri-ciri tunagrahita pada kategori ini adalah:

• Perkembangan fisik yang agak tertinggal dengan anak-anak seusianya.


• Mengalami kesulitan dalam belajar dan menyelesaikan tugas-tugas di sekolah.
• Tetap mempunyai kemampuan yang praktikal (kegiatan sehari-hari), sehingga mereka
kelak dapat hidup mandiri secara normal.
2. Moderate (IQ 40-55)
Ciri-ciri tunagrahita pada kategori ini adalah:

• Keterbatasan dalam kemampuan berbahasa/berkomunikasi.


• Mempunyai kelainan fisik.
• Tetap dapat diajari cara untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan mengembangkan
potensinya, namun membutuhkan waktu yang agak lama.

3. Severe (IQ 25-40)


Ciri-ciri tunagrahita pada kategori ini adalah:

• Tidak mampu melakukan sendiri kegiatan sehari-harinya.


• Tidak mampu melakukan tugas-tugas sederhana.
• Keterbatasan dalam kemampuan berbahasa/berkomunikasi.
• Mempunyai kelainan fisik.
• Kondisi fisik lemah dan kemampuan motorik sangat terbatas.

4. Profound (IQ dibawah 25)


Ciri-ciri tunagrahita pada kategori ini adalah:

• Terdapat kelainan fisik seperti ukuran kepala yang sangat besar atau dalam dunia medis
disebut dengan hydrochephalus dan mongolism.
• Membutuhkan pelayanan medis yang intensif dan terus menerus.
• Tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain.

6. Skala perkembangan mental dalam pembelajaran mengacu pada pemahaman tentang


tahapan perkembangan kognitif dan kecerdasan yang harus ditempuh oleh seseorang
dalam proses belajar. Setiap individu memiliki tingkat perkembangan mental yang
berbeda-beda, sehingga prinsip skala perkembangan mental dalam pembelajaran dapat
membantu guru untuk memahami kemampuan dan kebutuhan individu dalam proses
pembelajaran.
Prinsip skala perkembangan mental sangat sesuai diterapkan pada anak tunagrahita
karena mereka mengalami keterbatasan dalam perkembangan intelektual dan kognitif.
Dengan memahami tingkat perkembangan mental anak tunagrahita, guru dapat
menentukan metode dan materi pembelajaran yang paling efektif dan tepat bagi anak
tersebut.
Contoh aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan prinsip skala perkembangan mental
adalah aktivitas bermain. Anak tunagrahita umumnya memiliki minat yang tinggi dalam
hal-hal yang bersifat visual dan bergerak, sehingga aktivitas bermain yang melibatkan
manipulasi benda-benda dan keterlibatan motorik halus dan kasar dapat menjadi pilihan
yang baik. Misalnya, aktivitas membangun dengan balok kayu atau memainkan alat
musik sederhana seperti drum kecil, yang dapat membantu anak untuk mengembangkan
keterampilan motorik dan memahami konsep-konsep dasar seperti ukuran, warna, dan
bentuk.
Selain itu, guru dapat menggunakan strategi pengajaran yang berbeda-beda berdasarkan
tingkat perkembangan mental anak. Sebagai contoh, untuk anak tunagrahita dengan
tingkat perkembangan mental yang lebih rendah, dapat diberikan instruksi dan aktivitas
yang lebih sederhana, sedangkan untuk anak dengan tingkat perkembangan mental yang
lebih tinggi, dapat diberikan instruksi dan aktivitas yang lebih kompleks dan menantang.
Dengan memperhatikan prinsip skala perkembangan mental, pembelajaran akan lebih
efektif dan membantu anak tunagrahita mencapai potensi mereka secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai