Anda di halaman 1dari 6

MENINHGKATAN PEMBELAJARAN ANAK TUNA RUNGU DAN TUNA WICARA

MELALUI INOVASI
Oleh Dewi Sandra Amelia
dewi.22085@mhs.unesa.ac.id

Abstrak
Artikel dengan judul meningkatkan pembelajaran anak tuna rungu dan tuna wicara di
sekolah dasar akan membahas bagaimana inovasi yang akan dilakukan guna untuk
meningkatkan kualitas pendidikan pada anak berkebutuhan khusus (ABK) terutama pada anak
tuna rungu dan tuna wicara. Dalam melakukan berbagai inovasi ini diperlukan juga kerjasama
antar tenaga pendidik, orang tua, peserta didik serta lingkungan yang harusnya memadahi
sehingga nantinya akan sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan. Guru sangat berperan
besar dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) diperlukan juga bagi mereka
pelatihan, seminar dan sarana prasarana yang mendukung lainnya selain itu ada juga sarana
lain yang paling penting dalam pembelajaran yakni kurikulum yang digunakan harus sesuai dan
memiliki standart kualitas yang baik dan diharapkan kurikulum tersebut dapat menyesuaikan
dengan kebutuhan anak tuna rungu dan tuna wicara karena terkadang anak berkebutuhan
khusus tidak bisa menyesuaikan lingkungan mereka sendiri. Selanjutnya pendukung lain yang
dapat diberikan kepada anak berkebutuhan khusus yakni dukungan orang tua mereka sendiri.

A. Pendahuluan
Semua anak tentunya memiliki hak yang sama dalam menempuh dunia
pendidikan tidak ada perbedaan anak satu dengan anak yang lain khususnya dalam hak
pendidikan mereka biberi hak yang sama dan adil. Dalam kata lain adil sendiri pada hak
pendidikan setiap manusia adalah suatu hal yang memang sudah sesuai dengan
kebutuhan masing-masing tidak harus sama namun memiliki fungki kecukupan yang
sama sehingga nantinya dapat digunakan sebgai bekal setiap anak di masa depan.
Pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari instansi saja namun pendidikan dapat
didapatkan melaui banyak hal seperti orang tua, lingkungan dan lain sebgainya. Dalam
kondisi tertentu beberapa anak memiliki hak yang lebih istimewa karena keterbatasan
yang sedikit menghambat pendidikannya maka diperlukan juga pemberian hak yang
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Pada klasifikasi anak yang memiliki keterbatasan khusus juga diperlukan media
pembelajaran yang memiliki standart khusus yang dapat menyesuaikan anak tersebut
sehingga mereka semua mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dan sesuai
kebutuhan, pada klasifikasi anak berkebutuhan khusus terdapat salah satu contohnya
yakni anak yang memiliki keterbatasan dalam mendengar dan berbicara atau biasa
disebut tuna rungu dan tuna wicara, keduanya berkaitan biasanya anak yang memiliki
kebutuhan khusus pada pendengaran maka anak tersebut cenderung akan tuna wicara
karena akan memiliki kesulitan dalam hal belajar berbicara. Namun semuanya tergantung
pada bagaimana pola asuh mereka sejak dini. Pada tuna rungu sendiri memiliki
klasifikasinya sendiri yang diurutkan berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam
mendengar bunyi, Ashman dan Elkins (1994) mengklasifikasikan ketunarunguan ke
dalam empat kategori, yaitu:

1. Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang


masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka
sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit
kesulitan dalam percakapan.
2. Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di mana
orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka
mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah
pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi
dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
3. Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana
orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka
sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah
pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak
mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
4. Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi di
mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih
keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya, sehingga dia
sangat tergantung pada bahasa isyarat dan membaca ujaran

Selain berdasarkan kemampuan mendengar berdasarkan satuan bunyi, tunarungu juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan sifat terjadinya seperti ketunarunguan bawaan, artinya ketika lahir
anak sudah mengalami/menyandang tunarungu dan indera pendengarannya sudah tidak dapat
melakukan aktivitas pendengaran seperti normalnya, tunarunguan setelah lahir, artinya terjadinya
tunarungu setelah anak lahir yang diakibatkan oleh kecelakaan atau suatu penyakit. Selai n itu
ada aspek lain yatu ketunaanrungu berdasarkan tempat kerusakan pada bagian telinga luar dan
tengah, sehingga menghambat bunyi-bunyian yang akan masuk ke dalam telinga disebut tuli
konduktif, kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyi/suara,
disebut Tuli Sensoris. Yang terakhir yakni berdasarkan taraf penguasaan bahasa yang pertama
ada tuli pra bahasa (prelingually deaf) adalah mereka yang menjadi tuli sebelum dikuasainya
suatu bahasa (usia 1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda (signal) tertentu seperti
mengamati, menunjuk, meraih dan sebagainya namun belum membentuk sistem lambang yang
kedua terdapat tuli purna bahasa (post lingually deaf) adalah mereka yang menjadi tuli setelah
menguasai bahasa, yaitu telah menerapkan dan memahami system lambang yang berlaku di
lingkungan (Winarsih dalam Asrori, 2020, hlm. 88).

B. Pembahasan
 Prinsip dalam pembelajaran anak tuna rungu
Dalam melakukan pembelajaran anak berkebutuhan khususnya anak tuna rungu
dan tuna wicara diperlukanjuga beberapa strategi dan prinsip-prinsip yang harus
diikuti agar nantinya proses pembelajaran berjalan dengan baik namun karena di
dalam kelas inklusi terdapat siswa berkelainan yang mengalami kelainan atau
penyimpangan baik fisik, intelektual, sosial, emosional dan sensor isneurologis
dibanding dengan siswa pada umumnya, maka guru yang mengajar di kelas
inklusif disamping menerapkan prinsip-prinsip umum pembelajaran juga harus
mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kelainan siswa.
Prinsip-prinsip umum pada pembelajaran anak tuna rungu adalah:
a) Prinsip motivasi guru harus senantiasa memberikan motivasi kepada siswa
yang tujuannya agar siswa tetap memiliki semangat yang tinggi untuk
mengikuti kegiatan belajar mengajar.
b) Prinsip latar/konteks guru perlu mengenal siswa secara mendalam,
menggunakancontoh, memanfaatkan sumber belajar yang di lingkungan
sekitar, dan maksimal mungkin menghindari pengulangan-pengulanganmateri
pengajaran yang sebenarnya tidak terlalu perlu bagi siswa.
c) Prinsip keterarahan setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru
harusmerumuskan tujuan secara jelas menetapkan bahan dan alat yangsesuai
serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
d) Prinsip hubungan sosial dalam kegiatan belajar mengajar, guru perlu
mengembangkan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan
lingkungan, serta interaksi banyak arah.
e) Prinsip belajar sambil bekerja dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
praktek/percobaan atau menemukan sesuatu melalui pengamatan, penilaian,
dansebagainya.
f) Prinsip individualisasi guru perlu mengenal kemampuan awal dan
karakteristik setiap siswa secara mendalam baik dari segi kemampuan maupun
ketidakmampuan, kelambanannya dalam belajar, dan perilakunya sehingga
setiap kegiatan pembelajaran masing-masing siswa mendapat perhatian dan
perlakuan yang sesuai.
g) Prinsip menemukan guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang
mampu memancing siswa untuk terlibat secara aktif baik fisik, mental,sosial
dan emosional.
h) Prinsip pemecahan masalah guru hendaknya sering mengajukan berbagai
persoalan yang ada di lingkungan sekitar, dan siswa dilatih untuk
merumuskan, mencari data, menganalisis dan memecahkan masalah yang
sesuai dengan kemampuan.
Selain prinsip-prinsip yang harus dipenuhi sebagai pendidik, aspek lainnya yang
menunjang pendidikan anak berkebutuhan khusus ini yang perlu di perhatikan
adalah aspek sarana dan prasarana, dengan adanya saran dan prasarana yang
mencukupi akan mendukung pembelajaran bagi anak berkebutuhan khsusus
sehingga pembelajaran pun juga tidak akan ada hambatan karena sarana dan
prasarana yang telah terpenuhi.

 Inovasi aplikasi yang dapat digunakan untuk anak tuna rungu dan tuna
wicara
Terdapat inovasi-inovasi yang telah dimunculkan oleh beberapa ahli yang
digunakan untuk mempermudah anak berkebutuhan khusus dalam melakukan
aktivitas sehari-hari terutama dalam bidang pendidikan, beberapa contoh aplikasi
yang dapat digunakan dalam pembelajaran yakni :
a.) Spokle
Aplikasi ini yang memiliki platform asal Australia yang sangat membantu
anak berkebutuhan khusus dalam berbicara karena pada aplikasi ini dapat
digunakan orang tua maupun guru untuk melakukan terapi wicara kepada
anak-anaknya yang memiliki gangguan perkembangan bahasa. Dengan
adanya aplikasi ini sangat membantu untuk menjembatani pembelajaran yang
dilakukan dikelas inklusi dan mampu berkomunikasi dengan baik. Hal ini
sangat diperlukan agar anak tunarungu mampu mengikuti pembelajaran
dengan anak regular lainnya tanpa harus menjadi penonton di dalam kelas.
b.) Birdhouse for Special Needs
Aplikasi khusus ini digunakan untuk media orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus, dengan menggunakan aplikasi ini orang tua dapat
memberikan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan anak, mencatat
perkembangan anak, memperoleh info medis dari para ahli, info terapi dan
info lainnya yang tentunya sangat membantu orang tua dan guru.

C. Kesimpulan
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu hal mutlak dan semua orang memiliki hak
yang sama dalam menempuh pendidikannya namun memiliki jalan yang berbeda karena
setiap orang memiliki kebutuhannya masing-masing terutama dalam dunia pendidikan,
setiap kebutuhan akan selalu ada hal yang akan memenuhinya dengan cara apapun
manusia akan berusaha untuk mencari hal yang memenuhi kebutuhannya. Tidak semua
manusia terlahir sama ada yang terlahir memiliki kelainan yang sedikit, banyak dan
normal, sebagai manusia sudah sepatutnya saling tolong menolong dalam hal apapun
seseorang yang telah terlahir dengan berbagai kekurangan akan dapat terbantu jika
manusia lainnya juga saling membantu contohnyan anak yang memiliki kebutuhan
khusus akan sangat terbantu dengan adanya inovasi-inovasi yang berguna untuk
membantu keberlangungan hidupnya begitupun sebaliknya.

D. Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/20/103000265/5-aplikasi-untuk-mereka-
yang-berkebutuhan-khusus?page=3
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/agung-hastomo-spd-mpd/
penangananabk2015.pdf
https://zonagurumillenial.blogspot.com/2019/03/pembelajaran-untuk-anak-
tunarungu.html

Anda mungkin juga menyukai