Anda di halaman 1dari 6

1. a).

Factor penyebab hambatan pendengaran yang dialami faisya antara lain :

1. Konduktif
Ini adalah jenis gangguan yang terjadi ketika ada masalah dengan suara yang masuk melalui
telinga luar atau tengah. Berikut adalah penyebabnya:
- kotoran telinga menumpuk
- cairan dalam telinga,
- cacat lahir pada gendang atau tulang telinga, atau
- faktor keturunan.
Gangguan pendengaran konduktif mungkin saja tidak permanen karena penyembuhannya bisa
melalui obat hingga pembedahan.
2. Sensorineural
Si kecil bisa mengalami gangguan pendengaran sensorineural karena terjadi masalah pada
telinga bagian dalam, terutama saraf koklea vestibular.
Penyebab dari gangguan pendengaran jenis ini antara lain adalah:
- perkembangan abnormal dalam rahim,
- penyakit atau infeksi tertentu,
- efek pengobatan,
- tumor.
- terlalu sering mendengarkan suara keras.
Perlu orangtua ketahui bahwa jenis gangguan pendengaran sensorineural bersifat permanen,
tetapi kemungkinan dapat diatasi dengan alat bantu dengar.
3. Campuran
Tidak menutup kemungkinan anak mengalami jenis gangguan pendengaran yang penyebabnya
adalah gangguan dari kedua jenis di atas.

b). Menurut Johnson dan Jhonson (1991) dukungan sosial merupakan keberadaan orang lain
yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian, sehingga
bisa meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan. Banyak efek yang
ditimbulkan dari dukungan sosial. Dukungan sosial yang positif dapat memulihkan kondisi fisik
dan psikis seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung. Dukungan sosial juga dapat
meningkatkan motivasi dan meningkatkan poduktivitas
Dukungan sosial yang diterima tunarungu sebagian besar dari keluarganya, Dukungan
keluarga sangat berpengaruh dalam perkembangan dan kepercayaan dirinya. Baron dan Byrne
(2003) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang
diberikan oleh teman/anggota keluarga. Dengan adanya dukungan sosial yang diterima, individu
akan merasa aman dari kasih sayang yang diberikan, hal ini dapat dikaitkan dengan teori hierarki
kebutuhan oleh Abraham Maslow, yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhankebutuhan akan
rasa aman menurut maslow diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan dan kebebasan dari daya-daya yang mengancam seperti penyakit, takut, cemas,
bahaya. Kebutuhan aman secara fisik merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh seseorang
yang diakibatkan oleh gangguan-gangguan dilingkungannya. Kebutuhan ini sangat diperlukan
oleh seseorang agar lebih fokus memenuhi kebutuhan selanjutnya, begitu pula dengan aman
terhadap daya-daya yang mengancam seperti takut, cemas, bahaya, dan kerusuhan.

2. a). Sistem layanan pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan yang terpisah dari sistem
pendidikan anak normal. Pendidikan anak berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi
maksudnya adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan secara khusus dan terpisah
dari penyelenggaraan  pendidikan untuk anak normal. Dengan kata lain anak berkebutuhan kusus
diberikan layanan pendidikan pada pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan
khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Sekolah Dasar Luar Bias, Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem pendidikan yang paling tua. Pada awal
pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan karena adanya kekhawatiran atau keragaman terhadap
kemampuan anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak normal. Selain itu,
adanya kelainan fungsi tertentu pada anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan
dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. Misalnya, untuk
anak tuna netra, mereka memerlukan layanan khusus berupa braille, orientasi mobilitas. Anak
tuna rungu memerlukan komunikasi total, bina persepsi bunyi: anak tuna daksa memerlukan
layanan mobilisasi dan aksesilbilitas, dan layanan terapi untuk mendukung fungsi fisiknya.

b). pelayanan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus, sekolah merasa perlu adanya
penanganan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dengan memisahkannya di kelas
khusus. Umumnya, jumlah anak dalam kelas ini lebih sedikit dari kelas umum. Mengingat
jumlah anaknya lebih sedikit, maka pembelajaran dalam kelas ini menjadi lebih individual dan
khusus. Dengan konsep ini, anak berkebutuhan khusus ditempatkan dalam ruangan yang
memungkinkan anak mendapatkan perlakuan khusus yang diatur dan direncanakan untuk
individual. Aktifitas anak di dalamnya akan memungkinkan mereka untuk meningkatkan
kemampuan mereka dengan lebih baik dibanding di kelasnya sebelumnya.
Tujuannya pada saat itu adalah, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus yang
dikelompokan dalam kelas/sekolah yang terpisah dapat mendapatkan penanganan dari guru dan
metode penanganan yang khusus pula. Atas dasar tujuan tersebut, maka menjadi hal yang lumrah
untuk memisahkan anak berkebutuhan khusus dari anak normal di kelas. Namun, tanpa disadari,
upaya pemisahan ini memiliki dampak besar, bukan hanya sesederhana memisahkan anak
berkebutuhan khusus dalam kelas/sekolah yang khusus namun berdampak menjadi upaya
pemisahan orang berkebutuhan khusus dari orang-orang normal dalam lingkungan masyarakat.
c). Kelebihan dan Kekurangan pada layanan Pendidikan Segregasi

- Kelebihan Pendidikan Segregasi

a) Ada rasa ketenangan pada anak, karena berada di lingkungan yang sama atau senasib.
Siswa akan merasa nyaman di sekolah, karena memiliki kondisi yang sama dengan
teman-temannya. Sehingga akan mudah berkomunikasi antar sesama teman tanpa
merasa berbeda atau dikucilkan.
b) Anak memperoleh layanan pendidikan dengan metode yang khusus yang sesuai
dengan kondisi dan kemampuannya. Sekolah segregasi, sudah disiapkan sejak awal
untuk melayani siswa berkebutuhan khusus sehingga pada proses pembelajaran pun,
guru sudah menyiapkan rancangan pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan
kebutuhan siswa, baik pada materi pembelajaran, metode dan strategi yang 23 akan
digunakan, indikator capaian hasil belajar dan evaluasi atau penilaian yang akan
diberikan.
c) Dididik oleh tenaga guru yang mempunyai latar belakang pendidikan luar biasa. Guru di
sekolah luar biasa, mayoritas merupakan lulusan dari pendidikan luar biasa sehingga
sudah memiliki pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus yaitu macam-macam
kondisi dan karakteristik anak berkebutuhan khusus, cara menangani siswa, bagaimana
menyusun rancangan pembelajarannya dan mengetahui secara luas ruang lingkup
tentang ke PLB-an.
- Kekurangan Sistem Pendidikan Segregasi

a) Sosialisasi anak terbatas pada teman yang senasib Kemampuan sosial siswa yang
bersekolah di sekolah segregasi, tidak berkembang secara baik karena anak tidak akan
mengenal lingkungan lain selain teman-teman dan gurunya di sekolah.
b) Penyelenggaraan pendidikan melalui sistem segregasi masih dianggap sebagai
penyelenggaraan pendidikan yang relatif mahal. Hal ini karena masih beranggapan
bahwa sekolah segregasi adalah sekolah yang eksklusif, membutuhkan biaya tambahan
untuk penyediaan media pembelajaran, mengadakan kelas keterampilan tambahan seperti
kelas musik, 24 kelas produksi karya, kelas melukis, kelas menjahit dan alat bantu
pembelajaran seperti buku Braille, komputer dengan jaws, ram.
c) Sosialisasi siswa tunarungu terbatas pada teman yang tunarungu, terlebih lagi bagi siswa
tinggal di asrama, mereka kurang terbiasa melihat pola kehidupan anak mendengar,
seperti pola belajar, pola bermain, dsb.

3. a). Prinsip dari teknik Fernald antara lain untuk membantu anak yang mengalami masalah
bacaan yang teruk, serta tehnik ini juga di bentuk untuk pengajaran secara individu, dan
merupakan gabungan pendekatan bahasa dan pembelajaran berdasaskan pendekatan
berbagai cerita.

b). - tahap satu pada tahap ini siswa memilih kata-kata yang dipelajari, tiap kata dituliskan
dengan krayon pada kertas dengan tulisan miring. Siswa menelusuri kata dengan jari dan
membunyikan tiap bagian kata sesuai dengan perjalanan selusur. Penelusuran diulangi
berkali-kali sampai siswa dapat menulis kata pada secarik kertas lain tanpa melihat contoh.
- tahap dua siswa masuk tahap ini jika sudah terbukti tidak memerlukan selusur lagi. Kata
yang dipelajari berasal dari kata yang tidak dikenal yang di tulis oleh siswa. Siswa
mempelajari kata cukup dengan melihat dan mengatakannya berkali-kali.
- tahap tiga siswa mempelajari kata dengan melihat dan mengucapkannya. Mereka boleh
membaca kata yang mereka kehendaki. Jika menemukan kata yang tidak diketahui, siswa
hendaknya diberitahu,
- tahap empat siswa diharapkan mengenal kembali kata baru dan memehaminya setiap kali
kata itu muncul. Kata kata dapat dipelajari dari konteks atau dari keseluruhan kata atau
bagian-bagian dari kata. Siswa diminta menuliskan kata yang sulit baginya sebagal latihan.

4. a). Deskripsikan hasil identifikasi kebutuhan khusus anak dari kasus tersebut.
Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunalaras yang memiliki kecenderungan melakukan
peniruan negatif di SD Tunas Harapan. Subjek penelitian berjumlah dua (1) orang dengan jenis
kelamin laki-lak kelas II. Peneliti memilih subjek ini berdasarkan atas
pertimbanganpertimbangan yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun profil singkat mengenai
kedua subjek adalah sebagai berikut:
 Subjek 1 Nama : AT (Inisial) Tempat, tanggal lahir : Sleman, 15 Januari 2002
 Umur : 12 tahun Kelas : II Alamat : Bandung
 Karakteristik :
Subjek dipindahkan ke SLB E Bandung karena tidak dapat mengikuti pelajaran di SD umum.
Subjek termasuk anak yang banyak bicara, hiperaktif, dan mudah sekali dekat dengan orang
baru. Anak sering mengeluarkan kata-kata kotor atau porno yang tidak sesuai dengan usianya.
Pengucapan kata-kata kotor ini mengakibatkan adanya agresif verbal. Subjek senang menggoda
teman namun jika dilawan subjek tidak berani (hanya berani omong kosong saja). AT hanya
berani pada teman sebaya atau yang ada di bawahnya. Selain itu, subjek juga mudah terprovokasi
dan sering kali mengamati perilaku-perilaku negatif yang dilakukan oleh teman-temannya
sehingga tidak jarang subjek ikut meniru perilaku tersebut.

b). Deskripsi singkat hasil asesmen


1 Fisik
- Siswa memiliki anggota gerak lengkap
- Anggota gerak berfungsi secara baik
- Siswa cenderung suka bergerak (hiperaktif)
2. Kognitif
- Siswa mampu membaca kalimat-kalimat sederhana
- Siswa mampu membilang dari angka 1-100
- Siswa cenderung mudah menghafal sesuatu
3. Interaksi Sosial
- Siswa tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri
- Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
- Siswa senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan,
misalnya bila ingin digaruk tangannya.
4. Komunikasi
- Siswa tidak merespon ketika dipanggil
- Siswa tidak memperhatikan ketika diajak bicara
- Senang meniru atau membeo (echolalia)
5. Sensoris
- Siswa apabila mendengar suara keras langsung menutup telinga
6. Emosi
- Siswa tidak suka menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika marah
KELUHAN GURU
- Guru mengalami kesulitan untuk mengajarkan sesuatu pada bidang akademik dan
keterampilan karena siswa memiliki mobilitas yang tinggi. Siswa cenderung ingin
semaunya sendiri contoh membuang sampah di sembarang tempat. Kegiatan sehari-hari
siswa di sekolah hanya berjalan-jalan. Apabila siswa tidak diawasi kadang dapat berjalan
keluar dari lingkungan sekolah.
MASALAH YANG DIHADAPI SISWA
- Masalah yang dihadapi siswa adalah mobilitas yang tinggi sehingga siswa sulit diarahkan
belajar di dalam kelas, selanjutnya respon dan kontak mata yang dimiliki siswa sangat
rendah ketika berkomunikasi. Kemudian kemampuan motorik halus masih belum terasah
dengan baik contoh dalam hal mewarnai. Selain itu penguasaan keterampilan-
keterampilan bina diri masih rendah yaitu ketika memakai sepatu, makan masih dengan
bantuan orang tua.

Anda mungkin juga menyukai