Anda di halaman 1dari 6

NAMA : DEVI SEKAR AYU SN

KELAS :7F
NIM : 1886206292
DOSEN : SRI HARYATI, M.PD

UTS MATKUL PENDIDIKAN INKLUSIF

JAWABAN
1.) Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada semua anak belajar bersama sama di sekolah umum dengan memperhatikan
keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara
optimal.
Landasan inklusi:

1. Landasan filosofis
terdapat beberapa landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan inklusif yaitu sebagai
berikut:
a. Sebagaimana yang kita tahu bahwa Indonesia adalah Negara pancasila .pancasila
merupakan pedoman serta jiwa bangsa indonesia.hal yang sama juga terdapat pada
tulisan pada burung garuda ,yaitu “bhineka tunggal ika”yang merupakan semboyan
bangsa Indonesia. Hal ini memperjelas bahwa adanya kebhinekaan manusia
b. Pandangan universal “Hak Asasi Manusia” setiap manusia mempunyai hak untuk
hidup layak, hak mendapatkan pendidikan

2. Landasan Yuridis
Yang menjadi landasan yuridis pendidikan karakter diantaranya:
a. UUD 1945(Amandemen) Ps. 31:ayat (1) berbunyi ‘setiap warga Negara berhak
mendapat pendidikan’. Dan ayat (2) ‘setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya’
b. UU No.23 Tahun 2000 Tentang perlindungan anak, Ps.48 “pemerintah wajib
meyelenggarakan pendidikan minimal 9 tahun untuk semua anak”
c. UU No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional Ps. Ayat (!) “Setiap warga
Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”
d. Peraturan pemerintah no.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Pasal 2
ayat 1 lingkungan standar nasional pendidikan meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan,standar kependidikan, standar sarana prasarana, standar
pengelolaan,standar pembiayaan,dan standar penilaiaan pendidikan.
e. Peraturan mentri pendidikan nasional nomer 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif
bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki kecerdasan.
3. Landasan empiris
Seperti yang dilakukan oleh bangsa barat yang telah banyak meneliti contohnya the
national academy of science oleh bangsa amerika serikat dan mendapat hasil bahwa
penempatan peserta dididk berkebutuhan khusus di kelas tidak efektif dan diskriminatif.

2.) Pendidikan Inklusi didasarkan pada beberapa prinsip yaitu:


1. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
2. Prinsip Keberagaman
3. Prinsip Kebermaknaan
4. Prinsip Keberlanjutan
5. Prinsip Keterlibatan

3.) Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau
keluarbiasaan, baik fisik, mental intelektual, social, maupun emosional, yang
berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya.
Klasifikasinya :
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Garnida (2015) Anak berkebutuhan khusus dikelompokkan menjadi anak
berkebutuhan khusus temporer dan permanen. Anak berkebutuhan khusus permanen
meliputi:
1. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra)
a. Anak kurang awas (low vision)
b. Anak tunanetra total (totally blind)
2. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (Tunarungu/Wicara)
a.Anak kurang dengar (hard of hearing)
b. Anak tuli (deaf)
3. Anak dengan gangguan kecerdasan (Tunagrahita)
a.Anak dengan gangguan kecerdasan (intelektual) dibawah rata-rata (tunagrahita)
1) Anak tunagrahita ringan (IQ 50 - 70).
2) Anak tunagrahita sedang (1Q 25 - 49).
3) Anak tunagrahita berat (IQ 25 - kebawali).

b. Anak dengan Kemampuan intelegensi di alas rata


1) Gifted dan jenius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.
2) Talented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus.
4. Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa)
a. Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
b. Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)
5. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (Tunalaras)
a. Anak dengan gangguan perilaku
1) Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan
2) Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang
3) Anak dengan gangguan perilaku taraf berat
b. Anak dengan gangguan emosi
1) Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
2) Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
3) Anak dengan gangguan emosi taraf berat
6. Anak gangguan belajar spesifik
a,Ana yang mengalami gangguan perkembangan (developmental learning
disabilities), mencakup gangguan motoric dan persepsi, Bahasa dan komunikasi, memori,
dan perilaku social)
D. Anak yang mengalami gangguan akademik (membaca, menulis, dan berhitung),
7. Anak lamban belajar (slow learner)
a. Anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah anak normal
b. Anak yang menyelesaikan tugas-tugas akademik terlambat dibandingkan teman-teman
seusianya (memerlukan waktu lebih lama).
8. Anak cerdas istimewa dan berbakat istimewa (CIBI)
a. Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap meragukan (skeptis), baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap orang lain.
b. Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka
tidak menyukai atau cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin.
c. Perilaku ulet dan terarah pada tujuan dapat menjurus kekeinginan yang memaksakan
mempertahankan pendapatnya.atau
d. Kepekaan yang tinggi dapet membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap
kritik
e. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi dapat membuat kurang sabar dan
kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan
yang sedang berlangsung
f. Dengan kemampuan dan mintanya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluesan,
serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya.
g. Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan
kebebasan, dapa menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diriatau tunduk
terhadap tekanan dari orang tua, sekolah atau teman temannya. Ia juga bisa merasa ditolak atau
kurang dimengerti oleh lingkungannya.
h. Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat tibul karena pengajaran yang diberikan disekolah kurang
mengundang tantangan baginya.

9. Anak Autis
a. Autistic disorder, hambatan verbal dan non verbal yang sangat parah, perilaku yang tidak biasa
yang biasanya disebut autisme
b. Asperger Syndrome, secara relatif memiliki Bahasa verbal yang bagus, dengan masalah
Bahasa Pendidikan Inklusif nonverbal yang agak ringan, minat dan keterkaitan yang terbatas.
c. PDD-NOS (Not Otherwise Specified) masalah bahasa non verbal yang tidak memenuhi
kriteria PDD disorder yang lain.
d. Reet's Disorder, kelainan syaraf yang bersifat degeneratif (mengalami kemunduran) yang
sangat langka pada anak permepuan
e. Childhood disintegrative Disorder kelaianan yang sangat langka yang perlu kehati-hatian
dalam membedakannya dengan kondisi degeneratif syaraf

4.) a. peran guru dalam melaksanakan pendidikan inklusif di kelas yang pertama yaitu
- berkomunikasi secara berkala dengan keluarga yaitu : orang tua atau wali tentang kemajuan
anak mereka dalam belajar dan berprestasi
-bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaring anak yang tidak bersekolah, mengajak dan
memasukannya ke sekolah
- menjelaskan manfaat dan tujuan lingkungan inklusi ramah terhadap pembelajaran kepada orang
tua peserta didik
- mempersiapkan anak agar berat berinteraksi dengan masyarakat sebagai bagian dari kurikulum,
seperti mengunjungi museum, memperingati hari besar keagamaan dan nasional
- bekerjasama dengan para orang tua untuk menjadi Penyuluh lingkungan inklusi ramah terhadap
pembelajaran di lingkungan sekolah dan masyarakat
-setiap guru diharapkan untuk dapat melaksanakan perannya secara maksimal agar dapat
memenuhi kebutuhan siswa ABK pada saat proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar
siswa ABK dapat merasa nyaman selama proses pembelajaran. Mereka tidak merasa ter Sisih
dan berbeda dengan lain. Sebagai guru kita harus mampu mengajak dan Mang Akomodir semua
siswa agar dapat menerima temannya yang merupakan ABK
b. peran orang tua dalam pendidikan inklusi adalah yang pertama yaitu
-Advokasi bagi pendidikan anak mereka
-sebagai kolaborator dan rekomenda terbagi para profesional untuk memberikan pengetahuan
dan pengalaman tentang cara mereka menangani anak mereka di rumah agar mudah dalam
memutuskan masalah pendidikan bagi anak
-memberikan sebuah pengakuan terhadap eksistensi anak, dengan memberikan mereka akses
untuk bisa hidup di dalam kalangan yang lebih umum
- membantu memberikan keputusan mengenai penempatan sekolah dan program dukungan
belajar untuk anak anak mereka
- serta melibatkan diri ke dalam proses belajar mengajar anak secara aktif, guna memberikan
dukungan bagi pembelajaran dan pengembangan yang efektif bagi anak.
c. peran masyarakat dalam pendidikan inklusi yaitu yang pertama adalah
Percayaan, partisipasi masyarakat, dan dukungan masyarakat merupakan tantangan mendasar
guna mewujudkan pendidikan inklusif. Yaitu cara pandang masyarakat terhadap anak
berkebutuhan khusus atau ABK harus diubah. Kepercayaan harus dibangun dalam satu ke
sepahaman dan kesepakatan bersama bahwa anak ABK itu pun perlu dilayani layaknya orang
normal dan tidak dibanding bandingkan.
masyarakat harus di Advokasi agar paham bahwa pendidikan harus setara bagi setiap anak.
Budaya menghargai keunikan individu penting di Tumbukan di setiap masyarakat

5.) Terdapat 5 tahapan pelaksanaan identifikasi yaitu :


1. Menghimpun data anak
Tahap pertama,guru menghimpun atau mengambil data seluruh siswa di kelas menggunakan alat
identifikasi anak berkebutuhan khusus (AIABK)
2. Menganalisis data dan mengklasifikasikan anak
Setelah data sudah terhimpun dengan baik maka data tersebut dianalisis dan diklasifikasikan.
Tujuannya untuk menemukan anak-anak yang tergolong anak berkebutuhan khusus
3. Menginformasikan hasil analisis dan klasifikasi
Pada tahap ketiga hasil analisis dan klasifikasi yang dibuat oleh petugas (guru) dilaporkan
kepada kepala sekolah, orangtua siswa, dewan komite sekolah untuk mendapatkan saran-saran
dan tindak lanjutnya.
4. Menyelenggarakan pembahasan kasus (case conference )
Selanjutnya sekolah mengadakan pertemuan untuk membahas kasus yang mana bertujuan untuk
membicarakan temuan dari masing-masing guru untuk mendapatkan tanggapan,cara pencegahan
serta penanggulangannya. Dalam kegiatan ini banyak yang terlibat diantaranya :

a. Kepala sekolah
b. Dewan guru
c. Orangtua siswa
d. Tenaga profesional (psikolog, dokter ortopedagog / ahli pendidikan khusus dan terapis)
e. Guru pembimbing / pendidikan khusus
5. Menyusun laporan hasil pembahasan kasus
Tahapan terakhir,menyusun laporan hasil pembahasan khusus sesuai dengan format yang sudah
ditetapkan

Anda mungkin juga menyukai