Anda di halaman 1dari 24

Isu dan Arah Pendidikan Khusus

PERTEMUAN 4
Olivia Tjandra Waluya M. Si., Psi
Psikologi Anak Luar Biasa
Fakultas Psikologi
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
• Mahasiswa mengetahui dan membedakan
anak normal dan anak luar biasa
(berkebutuhan khusus)
• Mahasiswa mengetahui sejarah perkembangan
pendidikan anak berkebutuhan khusus
• Mahasiswa mengetahui dan memahami isu-isu
dalam pelaksanaan Pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus, terutama di Indonesia
Kepustakaan
• Mangunsong, Frieda. (2009). Psikologi Anak
Berkebutuhan Khusus Jilid 1. Depok: LPSP 3
• Muhammad, Jamila K. A. (2008). Special Education for
Special Children. Bandung: Penerbit Hikmah
• https://www.kabarhukum.com/2015/10/08/ada-payung-
hukum-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/
Sejarah Perkembangan Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
Pada masa sebelum Kristus, anak-anak cacat diperlakukan
dengan buruk. Sesudahnya, mereka dikasihani tetapi blm
ada konsensus dan arah untuk menolong mereka
Masa Renaissance dan Reformasi: penderita cacat mental
diperlakukan sebagai orang-orang yang kemasukan roh
jahat  mereka diikat dan dipasung
Abad 16:
-RS di Paris mulai menyediakan layanan bagi penderita
gangguan emosional
-Pengembangan manual abjad bagi tunanetra
- John Locke pertama kali membedakan antara
keterbelakangan mental dan gagguan emosi
Lanjutan
Abad 18: Jean Marc Itard (Perancis) mulai meneliti
metode pendidikan bagi anak luar biasa. Diawali
dengan ditemukannya kasus “anak serigala” yang
tidak berbusana dan beradab. Teknik-teknik dalam
penelitian tersebut didokumentasikan dan
diperkenalkan sebagai awal dari gerakan melatih
anak cacat mental  mempengaruhi tokoh-tokoh di
USA: Helen n Laura
Berdirinya sekolah Perkins bagi anak tunanetra di
Boston
Berdirinya American Association on Mental
Deficiency
Lanjutan…
Tahun 1908: publikasi tes inteligensi Binet yang terstandar,
dikembangkan untuk mengenali anak cacat mental
Tahun 1912: penerbitan metode-metode pembelajaran dari
Maria Montessori untuk anak normal dan berkebutuha
khusus.
Tahun 1950 – 1970-an: kasus-kasus mengenai anak
berkebutuhan khusus yang tidak diberikan kesempatan
secara adil dalam program Pendidikan
1975: Pemerintah USA mengeluarkan Undang-Undang
Pemerintah yang menetapkan hak dari semua anak
berkebutuhan khusus untuk bersekolah.
Tahun 1990: perkembangan dan Pendidikan anak
berkebutuhan khusus dapat perhatian terarah
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
di Indonesia
Landasan Yuridis:
-UUD 1945 Pasal 31: setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan,
-Undang- Undang no 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3;
Pasal 5:
ayat 1: setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
Ayat 2: warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/ sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus
Lanjutan
• UU No. 20 tahun 2003 Pasal 32:
• Ayat 1: Pendidikan khusus merupakan Pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewaPP
no. 17 tahun 2010 pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa
peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang
tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki
nganguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika
obat terlarang dan zat adiktif lain dan memiliki kelainan lain.
https://www.kabarhukum.com/2015/10/08/ada-payung-hukum-bagi-anak-berkebutuhan-khusus/
Anak Luar Biasa/ Berkebutuhan Khusus
Pengertian:
Anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa
dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka
yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat
dalam mencapai tujuan-tujuan/ kebutuhan dan potensinya
secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta,
mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental,
gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat
dengan inteligensi yang tinggi, dapat dikategorikan sebagai
anak khusus/ luar biasa, karena memerlukan penanganan
yang terlatih dari tenaga professional (Suran & Rizzo dalam
Mangunsong, 2009)
Lanjutan..
Siswa berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan
Pendidikan khusus dan pelayanan terkait, jika mereka menyadari
akan potensi penuh kemanusiaan mereka (Hallahan & Kauffmann
dalam Mangunsong, 2009)
Pendidikan khusus diperlukan karena mereka nampak berbeda dari
siswa pada umumnya dalam satu atau lebih hal berikut: memiliki
keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar/ gangguan atensi,
gangguan emosi atau perilaku, hambata fisik, hambatan
berkomunikasi, autisme, traumatic brain injury , hambatan
pendengaran, hambatan penglihatan, atau special gifts or talents.
Kekhususan yang relevan adalah dari perbedaan cara belajar,
membutuhkan instruksi yang berbeda dengan siswa pada umumnya.
Simpulan definisi anak luar biasa/
berkebutuhan khusus
•Adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak
normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan-
kemampuan sensorik, fisik, dan neuromuscular,
perilaku sosial dan emosional, kemampuan
berkomunikasi, maupun kombinasi dari 2 atau lebih
hal-hal di atas; sejauh ia memerlukan modifikasi
dari tugas-tugas sekolah, metode belajar, atau
pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk
mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara
maksimal
Pengukuran Standar
Diagnosis Keluarbiasaan
a.Sikap professional dan realistik dari mereka yang melakukan
identifikasi
b.Ada kriteria yang dapat digeneralisasikan kepada problem-
problem perilaku yang ditampilkan di ruang kelas
c.Diagnosis tidak boleh terbatas tujuannya hanya untuk memberi
label dan melakukan klasifikasi kekhususan. Yang terpenting
harus pula dapat menentukan karakter dari masalah
(penyebabnya) dan bentuk penanganan (treatment) yang sesuai.
Hal ini sering disebut Proses Tri Axial: klasifikasi, kausal, terapi
Perlu diingat, bahwa jangan sampai kekhususan tersebut
menghambat kita untuk mengenali kemampuan mereka
Perbedaan Istilah Label Kekhususan

•Impairment: dikaitkan dengan kondisi medis atau


organis, adanya penyakit atau kerusakan dari suatu
jaringan, misal: kekurangan oksigen saat lahir
menyebabkan kerusakan otak.
•Disability: merupakan konsekuensi fungsional dari
kerusakan bagian tubuh/ kondisi yang menggambarkan
adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi yang
secara obyektif dapat diukur/ dilihat, karena adanya
kehilangan/ kelainan dari bagian tubuh/ organ seseorang.
Misal: kelumpuhan kaki menyebabkan tidak bisa berjalan.
Handicapped (ketidakmampuan): merupakan konsekuensi
sosial atau lingkungan dari kekhususan, ketika masalah/
akibat dari kerusakan berinteraksi dengan tuntutan
lingkungan yang dibebankan pada anak berkebutuhan
khusus, pada situasi tertentu.
Contoh: seorang tunanetra tidak dapat tidak mampu ketika
harus melakukan perjalanan jauh. Tetapi ia dapat
melakukan perjalanan di daerah yang sudah dikenalnya,
atau ia lebih berprestasi dalam bermain music, memasak,
dll.
Prinsip Normalisasi dalam Pendidikan ABK
Adalah mengupayakan kondisi yang paling tidak terbatas.
Jadi perlu diupayakan terus-menerus keberadaan anak dalam
situasi hidup sehari-hari yang normal, sesedikit mungkin
dijauhkan/dibatasi dari lingkungan rumah, keluarga, masyarakat.
Ada kemungkinan juga anak ABK dapat belajar dalam kelas
regular  disebut juga mainstreaming, inklusi, integrasi
Mainstreaming: siswa berpartisipasi di kelas normal/ umum
Integrasi: kehadiran ABK di sekolah normal, tetapi ia mengikuti
pelajaran di kelas khusus pada waktu tertentu
Inklusif: sekolah seharusnya menyediakan kebutuhan bagi
semua individu yang ada dalam komunitasnya, tanpa
memandang mampu atau tidak mampu
Pembelajaran Inklusif Penuh
Semua murid yang memiliki keterbatasan khusus ditempatkan di
sekolah yang dekat dengan rumah mereka dan mengikuti
Pendidikan dengan anak-anak normal secara penuh (tidak ada
pemisahan atau perpindahan kelas sewaktu-waktu). Guru kelas
memiliki tanggung jawab utama dalam menangani ABK
(Hallahanm & Kauffmann dalam Mangunsong, 2009)
Istilah inklusi menggambarkan suatu filosofi Pendidikan dan
sosial, dimana ada keyakinan bahwa semua orang (apapun
perbedaannya) adalah bagian berharga dalam kebersamaan
masyarakat.
Semua anak, terlepas dari kemampuan atau ketidakmampuan,
latar belakang yang berbeda, menyatu dalam komunitas sekolah
yang sama.
Lanjutan
• Dalam pembelajaran inklusif penuh, tidak
dipermasalahkan apakah anak dapat mengikuti
program atau tidak
• Program ini lebih melihat pada guru dan
sekolah beserta sistemnya untuk mau dan
mampu melakukan adaptasi atau modifikasi
program pendidikan sesuai dengan kebutuhan
anak.
Sejarah Pendidikan Inklusif di
Indonesia
• UUD 45: anak berkebutuhan khusus di Indonesia
mendapatkan kesamaan hak dan kewajiban secara penuh
sebagai WNI dalam berbicara, berpendapat, memperoleh
Pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan
• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), Konvensi Hak
Anak (1989), Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk
Semua (1990), Peraturan Standar PBB tentang kesamaan
kesempatan bagi para penyandang cacat, hingga Deklarasi
Kongres Anak Internasional (2004): memberikan sepenuhnya
jaminan sepenuhnya kepada anak berkelainan dan
berkebutuhan khusus untuk memperoleh Pendidikan yang
bermutu, dan berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
(Hanarko dalam Mangunsong, 2009)
Lanjutan
• Pada Agustus 2004 Departemen Pendidikan Nasional bekerja
sama dengan Braillo Norway dan UNESCO Jakarta
menghasilkan deklarasi dengan 3 tujuan utama:
• 1. Pembangunan kapasitas dan kesadaran terhadap inklusi di
kalangan pemangku kepentingan utama di sector
pemerintahan
• 2. Deklarasi Nasional menuju Pendidikan inklusif di Indonesia
• 3. Pengembangan rencana aksi nasional dan rencana-
rencana aksi dari 9 propinsi  mengenai langkah kongkrit
Pendidikan inklusi dan memperkuat implementasinya
• Sejak tahun 2004 beberapa sekolah ditunjuk sebagai sekolah
inklusi, dilakukan berbagai pelatihan bagi masing-masing
penyelenggara pendidikan
Pelayanan Pendidikan
Siswa Berkebutuhan Khusus
• Pertanyaan mengenai siapa yang akan mendidik siswa
berkebutuhan khusus tergantung pada 2 factor:
• 1. Bagaimana dan seberapa banyak si anak berbeda dengan
siswa pada umumnya
• 2. Fasilitas dan sumber daya yang ada di masyarakat
• Pendidikan yang intervensinya paling terpadu adalah guru di
kelas umum/ regular, yang sadar akan kebutuhan siswanya
dan terampil dalam melengkapi dengan bahan, peralatan,
metode-metode pembelajaran yang tepat.
• Tingkat berikutnya adalah guru kelas umum ini perlu
berkonsultasi dengan guru khusus atau profesi lain (misal:
Psikolog sekolah) sebagai tambahan bahan, alat, atau
metode yang khusus
Lanjutan…
• Tingkatan lain adalah guru khusus melakukan kunjungan
secara teratur kepada siswa dan atau guru kelas umum,
untuk memberikan instruksi secara individual pada kelompok-
kelompok kecil. Guru khusus yang menyediakan bahan yang
akan dipakai oleh guru umum
• Pelayanan lain dilakukan dengan menempatkan guru dan
ruang khusus sebagai narasumber di satu sekolah, yang
melayani siswa berkebutuhan khusus dan guru-guru di
sekolah tersebut. Guru khusus secara rutin mengobservasi
siswa kebutuhan khusus di kelas reguler untuk mengetahui
kebutuhan siswa.
• Program di lingkungan rumah atau rumah sakit, untuk anak
yang terganggu secara fisik dan emosional
Lanjutan
• Kelas khusus dengan siswa berkebutuhan khusus, diajar
secara khusus oleh guru yang terlatih di bidangnya. Kelas
terpisah dari kelas regular, tapi ada waktu bergabung misal
saat jam olahraga
• Sekolahj khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Biasanya
ditujukan untuk kategori kebutuhan khusus dengan materi
dan peralatan yang sesuai dengan pengasuhan dan
Pendidikan mereka. Misal: SLB A/B/C/D/E
• Sekolah berasrama: memberikan perawatan selama 24 jam
bahkan jauh dari lingkungan rumah. Anak bisa pulan ke
rumah ada waktu tertentu
Lanjutan…

Anda mungkin juga menyukai