NIM : E4322320100
Kelas : 6C
Mata Kuliah : Pembelajaran ABK
Dosen : Suci Aprilyati Ruiyat, M.pd
ANALISIS JURNAL
Judul jurnal : Mengenal Konsep-Konsep Anak Berkebutuhan Khusus Dalam PAUD
Nama Jurnal : Jurnal Progam Studi PGRA
Volume : 6 NO 2
Tahun Terbit : 3 July 2020
Penulis : Feby Atika Setiawati
Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus atau sering disingkat ABK adalah mereka yang
memliki perbedaan dengan rata-rata anak seusianya atau anak-anak pada
umumnya. Perbedaan ini terjadi dalam beberapa hal, seperti proses pertumbuhan
dan perkembangannya yang mengalami kelainan atau penyimpangan baik secara
fisik, mental intelektual, sosial maupun emosional.
Tujuan : Mengenal dan mendalami istilah anak berkebutuhan
khusus
Hasil Penelitian
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
ketidak mampuan mental, emosi dan fisik. Yang termasuk anak berkebutuhan
khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrhita, tunadaksa, tunalaras,
kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan.Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang
mempunyai kelainan/ penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal baik
secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional. Istilah lain bagi
anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat dan juga anak
cerdas istimewa dan akat istimewa. Anak berkebutuhan khusus (ABK)
adalah anak secara siqnifikan mengetahui keluhan/ penyimpangan
(fisik, mental, intelektual social dan emisional), dalam proses tumbuh
kembang dibandingkan dengan anak-anak lain yang sesuai sehingga memerlukan
pelayanan pendidikan khusus.
Kesimpulan
Pedoman dasar anak berkebutuhan khusus (pedoman ABK) di Inggris
diperkenalkan untuk menunjukkan hak dan kewajiban yang tertera dalam
Undang-Undang Kebutuhan Pendidikan Khusus dan Disabilitas (SENDA)
tahun 2001. Pedoman ini merupakan sebuah model intervensiuntuk anak-anak
berkebutuhan khusus selama periode pendidikan usia dini dan sekolah. Undang-
Undang menyatakan bahwa jika seorang anak memiliki kesulitan yang secara
signifikan lebih besar dari anak-anak lain seusianya dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolah, juga dalam berkomunikasi atau berprilaku.
Kelebihan
Latar Belakang
Pendikan Anak Usia Dini (PAUD) mutlak diperlukan untuk anak usia 0-6
tahun, karena pada masa ini seluruh instrument dasar manusia terbentuk
yang meliputi kecerdasan fisik dan psikis. Para ahli menamakan periode ini
sebagai Golden Age atau masa emas. Pendidikan yang terbaik untuk anak usia
dini akan menentukan nasib masa depan bangsa Indonesia. Proses pendidikan
yang berkualitas akan melahirkan anak didik yang berkualitas juga, stimulasi,
motivasi, pesan atau informasi yang disampaikan pendidik diharapkan akan
berdampak positif bagi perkembangan Anak Usia Dini. Undang- Undang No.
20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 11 mengamanatkan
semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan
yang bermutu tanpa diskriminasi.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia ramah terhadap segala
bentuk perbedaan telah lama berkembang. Ki Hajar Dewantara melalui Taman
Indria yang mendidik anak-anak usia dini telah mengakomodasi perbedaan semua
anak. Falsafah yang digunakan Ki Hajar Dewantara memberi kebebasan pada
anak dengan aturan yang tertib dan selalu menghubungkan pengetahuan yang
dipelajari anak dengan lingkungannya. Maksud dari pembelajaran itu agar anak
tak merasa asing dan teralienasi dari lingkungan masyarakatnya sendiri. Ki Hajar
Dewantara telah membuka jalan pendidikan inklusif yang mampu menyesuaikan
dengan keadaan dan kebutuhan anak, tapi juga mengusung misi kebudayaan
agar anak-anak tak terlepas dari akar kebudayaannya sendiri. Pendidikan inklusif
mempunyai makna bahwa sekolah dan masyarakat harus mengakomodasi semua
anak dengan keunikannya, tanpa mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial,
emosi, bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak disabilitas, anak-
anak dengan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and/or talented
children), pekerja anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari
kelompok etnik dan bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak beruntung dan
terpinggirkan dari kelompok masyarakat (Salamanca Statement, 1994).
Tujuan
Kendalanya ialah:
1. sikap orang tua siswa yang kurang siap terhadap dianugerahi anak-anak
inklusi;
2. Kemampuan guru dalam memahami BCCT atau pendekatan sentra
tersebut, dan bagaimana dalam menghadapi anak-anak dan mampu
berbicara dan mampu memecahkan masalah di lapangan; dan
3. Sarana dan Prasarana masih kurang memadai, khususunya gedung yang
masih menggunakan rumah. Oleh sebab itu, karena letak kondisi terbatas,
maka dalam penerimaan mahasiswa juga terpaksa dibatasi hanya
sampai 30 orang saja.
ANALISIS JURNAL
Judul jurnal : Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Berkebutuhan Khusus
Pada Usia Dini Melalui Terapi Bermain
Nama Jurnal : Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak
Volume : 12, NO 22
Tahun Terbit : Juni 2020
Penulis : Ririn Handayani
Latar Belakang
Latar Belakang
Gaya hidup, baik pola makan maupun aktifitas fisik sangat memengaruhi
kesehatan anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
SLB Negeri Salatiga RT 03 RW 12 Banjaran disimpulkan bahwa: Pola makan
anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Salatiga sebagian besar baik, 90%
orang tua memerhatikan pola makan anak dengan frekuensi makan perhari 73%
(22) responden 3 kali sehari, waktu makanteratur pagi, siang, dan malam
dengan kisaran waktu rata-rata sarapan pagi pukul 06:00 WIB, 37% (11)
responden makan siang pukul 12:00 WIB, 47% (14) responden makan malam
pukul 19:00 WIB. Status kesehatan ABK di SLB Negeri Salatiga sebagian
besar baik dengan persentase 70% (21) responden tidak sering mengalami sakit.
Kekurangan
Latar Belakang
Hak Anak yang wajib dipenuhi diantaranya adalah hak untuk memperoleh
pendidikan dan pengajaran
Tujuan
Hasil Penelitian