Disusun Oleh : Hamidah Azzahra A1I021017 PAUD VI.A
Dosen Pengampu : Mona Ardina,S.Psi,M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2024 Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Anda ketahui mengenai Model Layanan ABK? Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki karakteristik khusus Keadaan khusus membuat mereka ber beda dengan yang lainnya. Pemberian pre dikat “berkebutuhan khusus” tentu saja tanpa selalu menunjukkan pada pengertian lemah mental atau tidak identik dengan ketidak mampuan emosi atau kelainan fisik. Anak yang termasuk ABK antara lain tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalara kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, serta anak dengan gangguan kesehatan (Budi Santoso Satmoko, 2010: 219). Model layanan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) adalah suatu pendekatan atau strategi dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Model layanan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, sosial, dan emosional anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus, seperti autisme, gangguan belajar, gangguan pendengaran, dan lain sebagainya.adapun layanan pendidikan yang dibrikan untuk anak anak dengan kategori ke tunaan (istimewa) dengan sebagai berukut: Tunanetra; khusus untuk anak buta total totally blind kegiatan belajar dilakukan dengan metode “rabaan.” Di mana, kemam puan indera raba anak sangat ditonjolkan untuk menggantikan indera penglihatan. Tunarungu wicara; memiliki hambatan dalam mendengar dan berkomunikasi lisan. Tunagrahita; punya masalah kesulitan belajar karena mengalami hambatan perkembangan kemampuan di bidang kecerdasan, mental, emosi, sosial, dan fisik. Tunadaksa; berdasarkan analisis medis dinyatkan mengalami kelainan (gangguan) pada tulang, persendian, dan saraf penggerak otot pada tubuhnya. Akibatnya, ia membutuhkan layanan khusus terutama pada bidang gerak anggota tubuhnya. Tunalaras (maladjustment), memiliki perilaku yang bertentangan dengan normal sosial. Sering membuat onar secara berlebihan dan cenderung mengarah pada tindakan kriminal. Autistik,memiliki ketidak mam puan dalam berbahasa intelektual, dan fungsi saraf yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak. ADDH (Attention Deficit Disorder with Hyperactive); Hiperaktif bukan merupakan suatu pen yakit akan tetapi suatu “gejala” (symptom). Hal ini muncul disebabkan karena adanya,kerusakan pada otak, kelainan emosional, kurang dengar, dan tunagrahita. Kelainan belajar (learning disabilitiy/specific learning disability); memiliki prestasi yang rendah dalam bidang akademik tertentu seperti bacatulis hitung (calistung). Kondisi ini disebabkan oleh hambatan per sepsi (perceptual handicaps), luka pada otak sebagian otak tidak berfungsi, disleksia, daafasia perkembangan (developmental aphasia) Tunaganda (mulihandicapped and develop mentally disabled children); memiliki hambatan perkembangan neurologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuanan pada bidang kecerdasan, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi di masyarakat. Kasus seperti ini membutuhkan layananlayanan pendidikan khusus dngan modifikasimetode secara khusus (BandiDelphie, 2006: 13)
Model Layanan Pembelajaran :
a) Model Segregasi Ketentutan umum dijelaskan pada pasal 1 tentang
keluarbiasaan bahwa pendidikan luar biasa adalah pendidikan khusus diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik & mental. Tujuan pendidikan luar biasa seperti disampaikan pada pasal 2 BAB II, yaitu membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik & mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar. b) Sekolah Terpadu Pendidikan terpadu adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individu anak. Sekolah menggung kan kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan sistem belajar yang digunakan masih bersifat reguler untuk semua peserta didik (Kurniawan, 2012: 369). Bentuk layanan terpadu atau integrasi adalah sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama sama dengan anak biasa di sekolah umum. Dengan demikian, melalui sistem integrasi anak berkebutuhan khusus bersama sama belajar dalam satu atap. Sistem pendidikan integrasi disebut juga sistem pendidikan terpadu yaitu sistem pendidikan terpadu yaitu sistem pendidikan yang membawa anak berKebutuhan khusus kepada suasana keterpaduan dengan anak normal. Keterpaduan tersebut dapat bersifat menyeluruh, sebagian, atau keterpaduan dalam rangka sosialisasi. c) Sekolah Inklusi Pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang tidak membedabedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental (Muhammad Takdir Ilahi, 2013: 23). Pendidikan inklusi merupakan pendi dikan yang memberikan apresiasi kepada anak berkebutuhan khusus. Model yang di lakukan di sekolah inklusi ini menghilang kan keterbatasan dengan menggunakan prinsip pendidikan untuk semua. Program inklusi menyediakan sistem layanan pendidikan bagi siswa normal atau reguler dan anakberkebutuhan khusus. Metode PembelajaranSesuai dengan Keterbatasan Kemampuan Anak(Febri Yatmiko, 2015: 78). Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif perlu adanya penyesuaian terhadap kebutuhn karakteristikpeserta didik berkebutuhan khusus, untuk itu sekolah perlu melakukan berbagai modifikasi dan penyesuaian, mulai dari kurikulum, tenaga pendidik, sistem pembelajaran, sistem penilaian, sarana dan prasa rana untuk meningkatkan mutu pendidikan yang efektif dan efisien sesuai dengn harapan masyarakat.
2. Apa saja jenis-jenis kebutuhan khusus pada anak?
i. Kebutuhan khusus dalam perkembangan fisik: Termasuk di dalamnya anak-anak dengan gangguan mobilitas, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, atau anak dengan kondisi medis tertentu yang mempengaruhi kemampuan fisik mereka. ii. Kebutuhan khusus dalam perkembangan intelektual: Meliputi anak- anak dengan kecerdasan di atas rata-rata (gifted), anak dengan kecerdasan terbatas (intellectual disability), atau anak dengan gangguan belajar seperti disleksia atau dispraksia. iii. Kebutuhan khusus dalam perkembangan emosional dan sosial: Termasuk anak-anak dengan gangguan perkembangan emosional, gangguan perilaku, atau anak-anak yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial. iv. Kebutuhan khusus dalam perkembangan bahasa dan komunikasi: Meliputi anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, gangguan komunikasi autisme, atau anak-anak yang mengalami kesulitan dalam memahami atau mengungkapkan diri secara verbal. v. Kebutuhan khusus dalam perkembangan sensori: Termasuk anak-anak dengan gangguan sensori seperti hiperaktivitas, hipersensitivitas, atau anak-anak dengan gangguan pengolahan sensori. vi. Kebutuhan khusus dalam perkembangan perilaku: Meliputi anak-anak dengan gangguan perilaku seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder),angguan spektrum autis, atau anak-anak dengan gangguan perilaku lainnya.
3. Bagaimana Konsep inklusi dan pembentukan lingkungan inklusif bagi ABK
di PAUD? Konsep inklusi dalam pendidikan adalah pendekatan yang mendorong partisipasi penuh dan kesetaraan bagi semua anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, dalam lingkungan pendidikan reguler. Tujuan utama inklusi adalah menciptakan lingkungan yang ramah dan mendukung bagi semua anak, di mana mereka dapat belajar bersama, berinteraksi, dan berkembang secara holistik. Berikut adalah beberapa prinsip dan langkah- langkah dalam pembentukan lingkungan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Penerimaan dan penghargaan: Menerima dan menghargai keberagaman anak-anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, sebagai bagian dari komunitas pendidikan. Menghindari diskriminasi dan mempromosikan sikap inklusif di antara semua peserta didik, staf, dan orang tua. Kolaborasi dan kerjasama: Membangun kerjasama yang erat antara guru, orang tua, dan profesional lainnya untuk mendukung anak-anak dengan kebutuhan khusus. Melibatkan semua pihak dalam perencanaan dan implementasi program pendidikan yang inklusif. Modifikasi dan adaptasi: Menyediakan modifikasi dan adaptasi dalam kurikulum, metode pengajaran, dan lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan individu anak-anak dengan kebutuhan khusus. Menggunakan strategi pembelajaran yang beragam dan fleksibel. Dukungan dan layanan: Menyediakan dukungan dan layanan tambahan yang diperlukan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus, seperti pendampingan, terapi, atau bantuan teknologi. Memastikan bahwa anak-anak mendapatkan akses yang sama terhadap sumber daya dan dukungan yang mereka butuhkan. Penilaian dan pemantauan: Melakukan penilaian yang komprehensif terhadap kemampuan dan perkembangan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Menggunakan pendekatan penilaian yang inklusif dan memantau kemajuan mereka secara teratur. Lingkungan yang ramah dan aksesibel: Membuat lingkungan fisik yang ramah dan aksesibel bagi semua anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Memastikan bahwa fasilitas, peralatan, dan sumber daya pendidikan dapat diakses oleh semua anak.
4. Bagaimana Strategi untuk mendukung partisipasi dalam kelas reguler di
PAUD? i. Penyediaan dukungan individual: Memberikan dukungan individual kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus dalam bentuk pendampingan atau bantuan khusus. Pendamping ini dapat membantu anak mengikuti kegiatan kelas, memahami instruksi, atau berinteraksi dengan teman sebaya. ii. Modifikasi kurikulum: Menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan kemampuan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Modifikasi ini dapat berupa penggunaan metode pengajaran yang berbeda, pengaturan waktu yang lebih fleksibel, atau penggunaan materi pembelajaran yang disesuaikan. iii. Penggunaan strategi pembelajaran yang inklusif: Menggunakan strategi pembelajaran yang melibatkan semua anak dalam kelas, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Contohnya adalah penggunaan pembelajaran kooperatif, penggunaan media visual, atau penggunaan alat bantu pembelajaran yang dapat diakses oleh semua anak. iv. Kolaborasi dengan orang tua: Melibatkan orang tua dalam mendukung partisipasi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Berkomunikasi secara teratur dengan orang tua untuk memahami kebutuhan anak dan mendapatkan masukan tentang strategi yang efektif. v. Peningkatan kesadaran dan pemahaman: Meningkatkan kesadaran dan pemahaman di antara staf, guru, dan teman sebaya tentang kebutuhan anak-anak dengan kebutuhan khusus. Mengadakan pelatihan atau workshop tentang inklusi dan strategi pendukung yang dapat diterapkan di kelas.