Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : NUR LAILIYAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 856976083

Kode/Nama Mata Kuliah : pdgk4407/pengantar pendidikan anak berkebutuhan


khusus

Kode/Nama UPBJJ : 20/Bandar Lampung

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN TUGAS MATAKULIAH (TMK)
Tugas 1
Pdgk4407/pengantar pendidikan anak berkebutuhan khusus

1. Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik


khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra. tunarungu. tunagrahita.
tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak berbakat.
anak dengan gangguan kesehatan, dan kesulitan bersosialisasi. Istilah lain
bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.
Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang
disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi
tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan
Braille (tulisan timbul) dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa
isyarat (bahasa tubuh).
jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan khusus adalah Pendidikan Khusus.
memberikan batasan bahwa Pendidikan khusus merupakan pendidikan
bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis layanan
pendidikan jenis Pendidikan Khusus untuk peserta didik yang berkelainan
atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Jadi Pendidikan Khusus
hanya ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk jenjang
pendidikan tinggi secara khusus belum tersedia. Pendidikan khusus bagi
peserta didik berkelainan dapat diselenggarakan pada semua jalur dan
jenis pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. (2)
Penyelenggaraan pendidikan khusus dapat dilakukan melalui satuan
pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan pendidikan kejuruan,
dan/atau satuan pendidikan, menetapkan bahwa Penyelenggaraan satuan
pendidikan khusus dapat dilaksanakan secara terintegrasi antarjenjang
pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Setiap peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara
inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya. (2) Peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (10 terdiri atas: tunanetra, tunarungu, tunawicara,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar,
autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalah gunaan
narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya; memiliki kelainan lainnya;
tunaganda Integrasi antar jenjang dalam bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB)
satu atap, yakni satu lembaga penyelenggara mengelola jenjang TKLB,
SDLB, SMPLB dan SMALB dengan seorang Kepala Sekolah. Sedangkan
Integrasi antar jenis kelainan, maka dalam satu jenjang pendidikan khusus
diselenggarakan layanan pendidikan bagi beberapa jenis ketunaan.
Bentuknya terdiri dari TKLB; SDLB, SMPLB, dan SMALB masing-masing
sebagai satuan pendidikan yang berdiri sendiri masing-masing dengan
seorang kepala sekolah..
1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu : buta total
(Blind) dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan
adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan
kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan.
Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka
proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra
peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus
diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra
adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara,
contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul, benda model
dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah perekam suara
dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah
luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan
Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui
tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat
khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran
baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan
tingkat gangguan pendengaran adalah:
Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40 dB) Gangguan pendengaran
ringan(41-55 dB)
Gangguan pendengaran sedang(56-70 dB) Gangguan pendengaran
berat(71-90 dB)
Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91 dB).
memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu disebut
tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa
isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan
untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa
sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi
dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh.
Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari
sesuatu yang abstrak.
3. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan
berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan, klasifikasi
tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
q Tunagrahita ringan (1Q: 51-70)Tunagrahita sedang (IQ: 36-51)
Tunagrahita berat (1Q: 20-35)
Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada
kemampuan bina diri dan sosialisasi.
4. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan,
sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan
lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki
keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat
ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan
mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki
keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol
gerakan fisik.
5. Tunalaras Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.
6. Kesulitan belajar
Kesulitan belajar Adalah gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara
dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berpikir, membaca,
berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain
injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan, individu
kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami
gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan
orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
2. Kebutuhan fisik / kesehatan : Terapi dengan psikolog Kebutuhan sosial-
emosional: Butuh perawat / pengasuh yang sabar Kebutuhan pendidikan:
Belajar bernyanyi dengan guru menyanyi

3. Inklusi yaitu inclusion, yang mendiskripsikan sesuatu yang positif dalam


usaha-usaha menyatukan anak-anak yang memiliki hambatan dengan cara-
cara yang realistis dan komprehensif dalam kehidupan pendidikan yang
menyeluruh Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan
anak-anak ber- kebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan
anak-anak yang sebaya- nya di sekolah regular dan pada akhirnya mereka
menjadi bagian dari masyarakat tersebut, sehingga tercipta suasana
belajar yang kondusif Dalam Toolkit LIRP atau Lingkungan Inklusi Ramah
Pembelajaran, memberikan batasan yang lebih luas, inklusi berarti
megikutsertakan anak berkelainan seperti anak yang memiliki kesulitan
melihat, mendengar, tidak dapat berjalan, lamban dalam belajar, dan
sebagainya.
Dengan Layanan di Sekolah Biasa Anak-anak berkebutuhan khusus yang
memenuhi syarat bersekolah bersama- sama dengan anak-anak lain di
sekolah biasa. Model ini yang dapat kita katakan sebagai integrasi penuh
memang merupakan model yang diingini oleh para penganut inklusi
(inclusion), yang menghendaki agar ABK secara penuh dilayani di sekolah
biasa yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Kekuatan dari model ini
bagi ABK adalah (a) mereka mendapat kesempatan yang luas untuk
berinteraksi dengan anak normal, (b) tidak digunakan lagi label kelainan,
serta (c) mereka tidak perlu mengadakan perjalanan terlampau jauh untuk
pergi ke sekolah. Sebaliknya, model ini juga mempunyai kelemahan bagi
ABK, yaitu (a) pembelajaran di kelas biasa mungkin menimbulkan kesulitan
belajar, (b) jumlah siswa yang banyak di satu kelas membuat perhatian
guru untuk ABK terbatas, (c) kegiatan kelompok kecil dan kegiatan
individual sering tidak tersedia di sekolah biasa, serta (d) guru tidak
mendapat pelatihan khusus untuk menangani ABK
4. Makna kolaborasi kasus Ais = agar Ais bisa memengoptimalkan
potensinya dan memberi dukungan sesuai, dan bisa mengerjakan Ujian
Sekolah dengan baik dan mendapat hasil yang memuaskan.
kebutuhan khususnya. Pihak yang terlibat adalah Ais, Ibu Ais (orang tua
Ais), Layanan pendidikan (guru kelas, guru les) Peran = Ais = sebagai diri
sendiri. Guru kelas - sebagai orang yang membimbing pelajaran di sekolah
(materi- materi ujian) Guru les = sebagai orang yang membantu mengajari
materi yang belum dipahami oleh Ais.

5. Program percepatan belajar (akselerasi) adalah program layanan


pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa dengan penyelesaian waktu belajar lebih cepat/ lebih
awal dari waktu yang telah ditentukan, pada setiap jenjang pendidikan.
Secara umum, penyelenggaraan program percepatan belajar akselerasi
bertujuan: Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik
spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya. Memenuhi hak
asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya
sendiri.
Manfaat atau Fungsi program percepatan : Meningkatkan efisiensi. Siswa
yang telah siap dengan bahan-bahan pelajaran dan menguasai kurikulum
pada tingkat sebelumnya akan lebih baik dan lebih efisien.
Meningkatkan efektifitas. Siswa yang belajar pada tingkat kelas
yangdipersiapkan dan menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya
merupakan siswa yang paling efektif.
Membuka siswa pada kelompok barunya. Dengan program akselerasi,
siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki
kemampuan intelektual dan akademis yang sama. Sehingga mereka tidak
merasa bahwa mereka paling super.
Contoh penerapan apabila terdapat anak berbakat di kelas adalah dengan
membuat kelas sendiri khusus untuk anak-anak berbakat tersebut,
sehingga mereka lebih bisa fokus dalam menggunakan sekaligus
mengembangkan bakat mereka dan lebih meningkatkan daya saing.
sehingga meskipun ikut program percepatan, anak yang berbakat nilainya
tetap unggul, bahkan bisa jadi lebih unggul dari lainnya

Anda mungkin juga menyukai