Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : NUR LAILIYAH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 856976083

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/ pengantar pendidikan anak


berkebutuhan khusus

Kode/Nama UPBJJ : 20/Bandar Lampung

Masa Ujian : 2022/23.2(2023 .1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN TUGAS MATAKULIAH (TMK)
Tugas 2
PDGK4407/pengantar pendidikan anak berkebutuhan khusus

1. Kemampuan ingatan kinestetik merujuk pada kemampuan untuk mengingat gerakan dan
sensasi fisik yang diperoleh melalui pengalaman langsung, seperti gerakan tubuh, posisi dan
orientasi ruang, dan perasaan sentuhan. Ini adalah jenis ingatan yang paling penting bagi
penyandang hambatan penglihatan atau tunanetra karena mereka mengandalkan pengalaman
kinestetik dan taktil untuk memahami dunia sekitar mereka. Beberapa manfaat dari
pengembangan ingatan kinestetik termasuk meningkatkan

keterampilan motorik, memperbaiki koordinasi dan orientasi spasial, meningkatkan


keterampilan olahraga, dan memudahkan pembelajaran dan pemecahan masalah dalam situasi
yang melibatkan pengalaman fisik.

Contoh aktivitas yang menggambarkan kemampuan dalam ingatan kinestetik penyandang


tunanetra adalah memainkan olahraga yang membutuhkan gerakan tubuh, seperti bela diri,
berenang, atau goalball (olahraga khusus untuk tunanetra yang menggunakan bola berbunyi).
Selain itu, melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan-jalan di luar ruangan atau berbelanja
di pasar juga dapat membantu mengembangkan ingatan kinestetik dengan mengandalkan
pengalaman fisik dan taktil.

2. Jenis media pembelajaran dapat dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan fungsinya,
yaitu visual, auditori, kinestetik, dan multimedia. Namun, untuk siswa dengan tunanetra. media
pembelajaran yang paling sesuai adalah media auditori dan kinestetik.

 Media auditori adalah media yang berfokus pada pendengaran. Jenis media ini sangat
penting bagi siswa dengan tunanetra karena mereka tidak dapat melihat. Contoh media
auditori yang dapat digunakan adalah rekaman suara, percakapan, podcast, dan lagu-
lagu pendidikan. Media kinestetik adalah media yang melibatkan gerakan fisik. Jenis
media ini sangat penting dalam membantu siswa dengan tunanetra untuk memahami
konsep dan membangun ingatan. Contoh media kinestetik yang dapat digunakan adalah
model tiga dimensi, mainan edukatif, dan alat peraga yang dapat dipegang dan diraba.
Kedua jenis media tersebut dapat digabungkan menjadi multimedia, yaitu media yang
menggabungkan elemen visual, auditori, dan kinestetik. Contoh media multimedia yang
dapat digunakan untuk siswa dengan tunanetra adalah program komputer atau aplikasi
yang menyajikan informasi dengan suara dan gambar yang terdapat pada layar
komputer, serta berbagai peralatan komunikasi yang dapat membantu siswa dengan
tunanetra untuk mengakses informasi dengan mudah. Dalam memilih media
pembelajaran untuk siswa dengan tunanetra, perlu memperhatikan beberapa faktor
seperti kebutuhan siswa, tingkat kesulitan materi yang diajarkan, serta tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu, perlu juga memperhatikan faktor keamanan
dan kenyamanan siswa dalam menggunakan media tersebut

3. Gangguan pendengaran atau tunarungu adalah kondisi di mana seseorang mengalami


kesulitan atau kehilangan kemampuan untuk mendengar suara dengan jelas atau sepenuhnya.
Ada beberapa jenis gangguan pendengaran, termasuk gangguan pendengaran sensorineural,
konduktif, dan campuran. Gangguan pendengaran dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berkomunikasi dengan orang lain, terutama dalam situasi di mana komunikasi lisan
penting. Tunarungu sering kali terkait dengan hambatan wicara dan komunikasi. Seseorang
yang mengalami tunarungu mungkin kesulitan untuk memahami dan menggunakan bahasa
secara efektif, terutama dalam situasi di mana mereka harus berkomunikasi dengan orang lain
yang tidak mengalami tunarungu. Gangguan pendengaran juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam memahami intonasi, volume, dan artikulasi suara.

Sebagai contoh, seorang anak yang mengalami gangguan pendengaran mungkin kesulitan
untuk mengikuti pelajaran di kelas karena mereka tidak dapat mendengar instruksi guru dengan
jelas. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk memahami pelajaran dan
membuat mereka tertinggal dari teman sekelas mereka. Selain itu, anak tersebut juga mungkin
kesulitan dalam berkomunikasi dengan teman sekelasnya dan membuat hubungan sosial yang
sehat karena mereka tidak dapat berbicara dengan jelas atau mendengar dengan baik. Oleh
karena itu, penting bagi orang yang mengalami tunarungu untuk mendapatkan bantuan medis
dan dukungan untuk membantu mereka mengatasi hambatan wicara dan komunikasi yang
mungkin terjadi akibat kondisi tersebut.

4. Strategi pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa


dalam kerja sama tim untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Prinsip-prinsip penting
dari strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

 Interdependensi positif: Siswa saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setiap anggota tim harus berpartisipasi dan membantu satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama.

 Tanggung jawab individual: Setiap anggota tim harus bertanggung jawab atas
kontribusinya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Setiap anggota harus memahami
tanggung jawab individunya dan berusaha untuk memberikan kontribusi yang maksimal.
Keterampilan interpersonal: Siswa belajar untuk berkomunikasi dengan baik,
memecahkan masalah bersama, serta membangun hubungan kerja sama yang efektif

 Interaksi sosial: Siswa belajar untuk bekerja bersama dengan anggota tim mereka, serta
memahami dan menghargai perbedaan di antara mereka.

Adapun Kelebihan strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan motivasi dan partisipasi siswa: Siswa cenderung lebih terlibat dalam
pembelajaran saat mereka bekerja dalam tim.

 Meningkatkan pemahaman konsep: Siswa belajar untuk memahami konsep denganlebih


baik karena mereka harus menjelaskannya kepada anggota tim mereka.

 Meningkatkan keterampilan sosial: Siswa belajar untuk berkomunikasi, memecahkan


masalah bersama, serta membangun hubungan kerja sama yang efektif.

 Meningkatkan rasa tanggung jawab: Siswa belajar untuk bertanggung jawab atas
kontribusi individunya dalam mencapai tujuan tim.

 Memfasilitasi keragaman: Siswa belajar untuk menghargai perbedaan di antara mereka


dan bekerja dengan anggota tim mereka yang memiliki latar belakang yang berbeda.
Dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif, siswa tunarungu dan siswa
dengan gangguan komunikasi dapat belajar dengan lebih efektif karena mereka belajar
melalui interaksi sosial dan kerja sama dengan anggota tim mereka. Siswa dapat
membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar untuk
menghargai perbedaan di antara mereka.

5. a) Dari hasil pemeriksaan psikolog yang menunjukkan IQ Deka sebesar 50, maka Deka dapat
dikategorikan sebagai tunagrahita ringan. Tunagrahita adalah kondisi keterbelakangan mental
dengan 10 kurang dari 70 dan kesulitan dalam kemampuan intelektual, sosial, dan adaptasi.
Tunagrabita dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan rentang 1Q-nya, yaitu ringan (50- 70),
sedang (35-49), berat (20-34), dan sangat berat (<20).

b) Identifikasi Deka sebagai penyandang tunagrahaa dengan kategori tunagrahita ringan


didasarkan pada hasil pemeriksaan 10 yang menunjukkan IQ Deka sebesar 50. Selain itu.
kemampuan akademik dasar Deka yang sangat terbatas seperti kesulitan dalam membaca,
menulis, dan berhitung, serta keterampilan bahasa yang sederhana juga menjadi faktor penentu
identifikasi Deka sebagai penyandang tunagrahita. Masalah keseimbangan dan motorik kasar
serta kesulitan dalam motorik halus juga menjadi faktor penentu dalam identifikasi Deka
sebagai penyandang tunagrahita. Penilaian dan diagnosis tunagrahita juga harus dilakukan
secara komprehensif melalui pemeriksaan psikolog dan tes standar yang terstandar untuk
memastikan keakuratan diagnosis dan memberikan intervensi yang tepat

6. Skala perkembangan mental adalah prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya


mempertimbangkan tingkat perkembangan mental seseorang dalam merancang program
pembelajaran. Prinsip ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan berpikir,
memahami, dan belajar yang berbeda-beda berdasarkan usia dan tahap perkembangan mental
mereka. Tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan yang khusus supaya dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Kurikulum dan proses pembelajaran perlu
dirancang khusus supaya cocok dengan kebutuhan mereka, sehingga pada gilirannya mampu
memberdayakan mereka untuk menjadi manusia yang mandiri.Prinsip ini sangat sesuai
diterapkan pada anak tunagrahita karena mereka memiliki kebutuhan khusus dalam belajar
yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Karena anak tunagrahita memiliki tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata, maka mereka memerlukan pendekatan pembelajaran yang
berbeda dan lebih terstruktur.

Contoh aktivitas yang dapat dilakukan dalam penerapan prinsip skala perkembangan mental
bagi anak tunagrahita adalah dengan menggunaka ini metode pembelajaran berbasis
keterampilan. Keterampilan yang diajarkan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
mental anak dan kemampuan mereka. Contohnya, ketika mengajarkan keterampilan
matematika, guru dapat menggunakan manipulatif atau benda-benda fisik yang dapat
membantu anak dalam memahami konsep matematika. Selain itu, guru juga dapat mengurangi
kesulitan materi dengan memberikan tugas yang lebih mudah dan sederhana terlebih dahulu
sebelum naik ke level yang lebih sulit. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, penting
bagi pendidik untuk memahami skala perkembangan mental dan kemampuan anak tunagrahita
serta memberikan pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk mencapai potensi yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai