pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.Berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum
berdasarkan tingkat satuan pendidikannya masing-masing dan disesuaikan dengan
kebutuhan lokal. Di samping itu, guru harus mampu menerapkan teknologi
infromasi dan komunikasi (TIK)dalam pembelajarannya, yaitu menggunakan berbagai
media dan sumber belajar yang relevan dan mampu menarik perhatian siswa sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Adapun penerapan kompetensi
pedagogis yang saya terapkan di kelas adalah sebagai berikut:
Penguasaan terhadap karateristik peserta didik dana spekfisik, moral, sosial, budaya,
emosional,dan intelektual.
Memiliki wawasan dan menguasai pengetahuan tentang materi sesuai bidangnya untuk
diajarkan kembali kepada peserta didiknya. Apabila ia adalah pendidik matematika, maka
harus menguasai dengan fasih materi tentang matematika.
Apabila ia adalah pengajar seni rupa, maka dia harus menguasai betul hal-hal yang
berhubungan dengan seni rupa. Atau ketika dia adalah seorang pelatih sepak bola, dia harus
menguasai benar teknik-teknik dalam bermain sepak bola.
Penguasaan materi bisa didapatkan melalui menempuh pendidikan di bidangnya, belajar dari
sumber buku, internet, pelatihan atau orang yang fasih di bidangnya.
Setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga seorang
pendidik harus memahaminya. Apakah peserta didik termasuk cepat dalam menerima ilmu,
lambat atau bahkan memiliki keterbatasan mental sehingga harus diadakan pendekatan yang
eksklusif.
Misalnya, terdapat sekolah inklusi yang di dalamnya ada seorang pendamping bagi setiap
siswa inklusi. Contoh lainnya adalah pemberian tugas terstruktur bagi siswa untuk
mengetahui seberapa jauh mereka dalam memahami ilmu yang diberikan.
Pendidik bisa memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk mengekspresikan materi
pembelajaran melalui bakat yang mereka miliki, Misalnya pemberian tugas tentang
lingkungan hidup oleh pendidik. Peserta didik bisa membuat poster, puisi, sosio drama,
komik, syair lagu dan sebagainya sesuai dengan apa yang mereka kuasai.
Kemampuan berbicara, melihat, mendengar, merasa, dan kemampuan fisik setiap peserta
didik itu berbeda-beda. Pendidik mengembangkan media dan metode agar mereka yang
mengalami kesulitan belajar tetap bisa mengikuti pembelajaran.
Misalnya guru mengatur posisi duduk peserta didik, guru memilih jenis media audio visual
karena ternyata terdapat murid yang hanya bisa belajar menggunakan gambar.
Pendidik juga harus mengetahui potensi yang dimiliki peserta didik melalui pengamatan pada
tugas terstruktur maupun pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung. Sesekali
pendidik atau pelatih memberikan pertanyaan atau tes singkat untuk mengetahui sampai
mana pengetahuan peserta didik mengenai apa yang sedang diajarkan.
Standar kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi sosial. Kompetensi berkaitan erat
dengan bagaimana seorang guru berkomunikasi, bersikap dan berinteraksi secara umum, baik
itu dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa, hingga
masyarakat secara luas. Empat indikator yang dapat menunjukkan kompetensi sosial Guru
adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan bersikap inklusif, objektif, dan tidak melakukan diskriminasi terkait latar
belakang seseorang, baik itu berkaitan dengan kondisi fisik, status sosial, jenis kelamin, ras,
latar belakang keluarga, dan lain sebagainya.
2. Kemampuan dalam berkomunikasi dengan efektif, menggunakan bahasa yang santun dan
penuh empati.
Indikator kompetensi sosial yang wajib dimiliki oleh tenaga pendidik mampu bersikap
objektif kesemua murid-muridnya. Dilarang keras melakukan diskriminasi atau memberikan
perlakuan berbeda atas dasar kondisi fisik, agama, status sosial, latar belakang keluarga,
ataupun ras seseorang. Berikan perlakuan sama kepada semua peserta didik, agar tidak
melukai hati mereka.
2. Menjalin Komunikasi
Alat ukur yang kedua dapat diukur dari bagaimana cara menjalin sebuah komunikasi yang
efektif antar sesama tenaga pendidik, orangtua hingga ke peserta didik. Salah satu
mewujudkan komunikasi yang baik, dibutuhkan sikap santun dan empati terhadap orang lain.
Jika ada jalur yang salah dan kurang tepat, boleh meneguh ataupun mengkritik. Jika harus
melakukan hal ini, pastikan untuk memiliki diksi dan bahasa santun. Karena ranah kita
berada di ranah dunia pendidikan, yang kental akan asas kesopanan dan cara yang elegan.
Membangun komunikasi dengan komunitas juga termasuk kompetensi sosial yang perlu
dirawat. Adapun bentuk komunikasi, yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tulisan.
Kemampuan membangun komunikasi yang baik dan efektif sebagai bentuk bahwasanya
sudah memahami karakteristik sosial dan lingkungan masing-masing. Meskipun ada jarak
antara guru dan murid, membangun komunikasi diantara keduanya juga dapat meningkatkan
impresi dan membangun hubungan interpersonal yang baik.
4. Mudah Beradaptasi
Pengukuran kompetensi sosial juga dapat dilihat dari kemampuan tenaga pendidik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan asing ataupun lingkungan baru. Poin ini akan sangat
terasa ketika guru mengikuti sebuah seminar atau workshop ditempat yang baru. Atau guru
mendapatkan tugas ke luar wilayah.
Perpindahan inilah yang muncul masalah baru karena kita tahu bahwasanya Indonesia adalah
negara kepulauan yang memiliki banyak budaya, karakter dan adat-istiadat.
Menjadi seorang tenaga pendidik, harus mampu menyesuaikan diri mereka terhadap
lingkungan baru, dengan tetap memperhatikan budaya yang berlaku di tempat sana,
memperhatikan saat bergaul ataupun berkomunikasi.
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru
yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme guru dapat
diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya
dengan kemampuan tinggi. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam
mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran,
kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya di sekolah-
sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran
dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan
peserta didik hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tanpa adanya keinginan
untuk bertanya. Menurut Soedijarto, Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu
menguasai antara lain adalah sebagai berikut :
(g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran
proses pendidikan;
(h) kemampuan dasar dalam penelitian seperti class action research (SAR atau penelitian
tindakan kelas).