Anda di halaman 1dari 14

Implementasi Kurikulum Merdeka Dalam Meningkatkan Kompetensi

Sosial Guru

Rasyid Al Azhim Harahap

Program Studi Pendidikan Geografi

Rasyidazhim7@gmail.com

ABSTRAK

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum baru yang diperkenalkan oleh


Kemendikbudristek sebagai salah satu pilihan bagi satuan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum ini memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan
pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar
peserta didik. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
berkualitas adalah kompetensi sosial, yaitu kemampuan pendidik dalam berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi kurikulum merdeka
dalam meningkatkan kompetensi sosial guru di SMA. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian
adalah 12 guru SMA yang mengimplementasikan kurikulum merdeka secara mandiri
di Kota Pekanbaru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis naratif. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa
kurikulum merdeka dapat menjadi salah satu alternatif kurikulum yang dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi sosial guru di SMA. Penelitian
ini juga memberikan saran bagi guru, sekolah, dan pemerintah terkait dengan
implementasi kurikulum merdeka secara optimal dan berkelanjutan

Kata kunci: guru, kurikulum merdeka, kompetensi sosial.

A. Pendahuluan
Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan dapat membentuk karakter, kompetensi, dan kualitas sumber daya manusia
yang dapat berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu,

1
pendidikan harus terus ditingkatkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
adalah dengan mereformasi kurikulum yang digunakan di satuan pendidikan.

Kurikulum adalah rencana pembelajaran yang mencakup tujuan, isi, proses,


dan penilaian yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Kurikulum merupakan
pedoman bagi pendidik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran. Kurikulum juga merupakan acuan bagi peserta didik dalam
mengembangkan potensi dan kompetensi mereka. Kurikulum harus mampu menjawab
tantangan dan kebutuhan zaman, serta mengakomodasi keberagaman dan kekhasan
satuan pendidikan.

Salah satu kurikulum baru yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan,


Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai salah satu opsi bagi
satuan pendidikan di Indonesia adalah kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka adalah
kurikulum yang memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan
pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta
didik. Kurikulum merdeka tidak mengikat pendidik dengan bahan ajar yang baku,
melainkan memberikan ruang bagi pendidik untuk berinovasi dan berkolaborasi dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna, menarik, dan menantang
bagi peserta didik.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berkualitas


adalah kompetensi sosial, yaitu kemampuan pendidik dalam berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Kompetensi sosial pendidik sangat penting karena dapat mempengaruhi
kualitas proses dan hasil pembelajaran, serta kesejahteraan psikologis dan kinerja
mengajar pendidik. Kompetensi sosial pendidik juga dapat mempengaruhi kompetensi
sosial peserta didik, yang merupakan salah satu kompetensi abad 21 yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan dan peluang di era globalisasi.

B. Pembahasan
I. Kompetensi sosial guru
1) Pengertian kompetensi sosial guru

2
Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah. Kompetensi sosial guru sangat penting karena dapat
mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran, serta kesejahteraan
psikologis dan kinerja mengajar guru. Kompetensi sosial guru juga dapat
mempengaruhi kompetensi sosial siswa, yang merupakan salah satu kompetensi
abad 21 yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dan peluang di era
globalisasi.

Berikut adalah beberapa definisi kompetensi sosial guru menurut para ahli:

- Menurut Smart dan Sanson (2003), kompetensi sosial guru adalah perilaku
yang dapat diterima secara sosial, cara berperilaku yang dapat dipelajari yang
memampukan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain,
dan mengarah pada perilaku dan respon-respon sosial yang dimiliki individu¹.

- Menurut Hurlock (2002), kompetensi sosial guru adalah kemampuan atau


kecakapan yang ada dalam diri seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
untuk terlibat dalam situasi sosial².

- Menurut Gullota (1990), kompetensi sosial guru adalah kemampuan,


kecakapan atau keterampilan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai tujuan dalam
konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi
yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu³.

- Menurut Semrud dan Clikeman (2007), kompetensi sosial guru adalah


kemampuan untuk melihat dan menangkap perspektif lain dari sebuah situasi
dan mempelajarinya dari pengalaman sebelumnya dan menerapkan hasil
pelajarannya ke suatu perubahan situasi sosial lainnya⁴.

- Menurut Rahman (2010), kompetensi sosial guru adalah kemampuan yang


cenderung menetap untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dalam interaksi sosial

3
dan tetap menjaga hubungan yang positif dengan orang lain dalam berbagai
situasi⁵.

Kompetensi sosial guru terdiri dari beberapa sub kompetensi, yaitu:

 Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan


mengelola konflik dan benturan
 Melaksanakan kerja sama secara harmonis;
 Membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah;
 Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan;
 Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya;
 Memiliki kemampuan menundukkan dirinya dalam sistem nilai yang
berlaku di masyarakat
 Melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.

Kompetensi sosial guru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru profesional. Kompetensi sosial guru dapat membantu guru
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, warga
negara, dan anggota masyarakat. Kompetensi sosial guru juga dapat
memberikan dampak positif bagi siswa, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena
itu, kompetensi sosial guru perlu dipelajari, dikembangkan, dan ditingkatkan
secara terus-menerus.

2) Indikator – indikator kompetensi sosial

Indikator-indikator kompetensi sosial adalah berbagai ukuran atau kriteria


yang dapat digunakan untuk menilai sejauh mana seseorang memiliki
kemampuan, kecakapan, atau keterampilan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain. berikut adalah beberapa indikator
kompetensi sosial yang sering digunakan oleh para ahli:

4
1. Bersikap inklusif dan objektif, serta tidak diskriminatif terhadap peserta
didik, sesama guru, dan masyarakat sekitar.
Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat menghormati dan
mengakui keberagaman yang ada di antara individu-individu yang
berinteraksi dengan guru, baik dalam hal identitas, latar belakang,
kebutuhan, minat, bakat, maupun potensi. Guru juga dapat menilai dan
menangani situasi sosial secara adil dan rasional, tanpa dipengaruhi oleh
prasangka, stereotip, atau bias .

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun.


Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat menyampaikan dan
menerima informasi, gagasan, perasaan, dan pendapat secara jelas,
tepat, dan lancar, baik secara lisan maupun tulisan. Guru juga dapat
memahami dan merespon perspektif dan emosi orang lain, serta
menggunakan bahasa dan gaya komunikasi yang sesuai dengan situasi,
konteks, dan budaya .

3. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dapat


melaksanakan berbagai program untuk mengembangkan serta
meningkatkan kualitas daerah sekitar.
Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat menyesuaikan diri dengan
kondisi dan tantangan yang ada di lingkungan tempat guru bertugas,
baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru juga dapat berpartisipasi
dan berkontribusi dalam berbagai program yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, dan
lingkungan hidup di daerah sekitar

4. Bekerja sama dan berkolaborasi dengan orang lain.


Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat bekerja secara tim dengan
orang lain, baik sesama guru, peserta didik, orang tua, maupun
masyarakat. Guru dapat berbagi pengetahuan, keterampilan, dan
tanggung jawab, serta memberikan dan menerima umpan balik yang
konstruktif. Guru juga dapat menyelesaikan masalah, mencapai tujuan,

5
dan menciptakan hasil yang berkualitas bersama-sama dengan orang
lain .

5. Membangun lingkungan yang positif dan mendukung


Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat menciptakan dan
memelihara suasana yang kondusif, nyaman, dan aman bagi proses
pembelajaran dan interaksi sosial. Guru dapat menunjukkan sikap yang
ramah, hangat, dan peduli, serta memberikan dukungan, motivasi, dan
bimbingan yang dibutuhkan oleh orang lain. Guru juga dapat
menghargai dan mengapresiasi prestasi dan usaha yang dilakukan oleh
orang lain .

6. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan


mengelola konflik dan benturan
Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat mengenali dan
menghormati perbedaan yang ada di antara individu-individu yang
berinteraksi dengan guru, baik dalam hal pandangan, nilai, kepercayaan,
kepentingan, maupun tujuan. Guru juga dapat mengidentifikasi dan
menyelesaikan konflik dan benturan yang muncul secara damai, adil,
dan bijaksana, serta mencegah terjadinya eskalasi atau kekerasan.

7. Membangun kerja tim yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah.


Indikator ini menunjukkan bahwa guru dapat membentuk dan
mengembangkan tim kerja yang solid, kompeten, adaptif, dan responsif.
Guru dapat menetapkan visi, misi, tujuan, dan strategi bersama-sama

3) Pentingnya kompetensi sosial

Kompetensi sosial guru merupakan salah satu kompetensi profesional yang


sangat penting dalam dunia pendidikan. Kompetensi sosial guru dapat
mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran, serta kesejahteraan
psikologis dan kinerja mengajar guru. Kompetensi sosial guru juga dapat
mempengaruhi kompetensi sosial siswa, yang merupakan salah satu kompetensi
abad 21 yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dan peluang di era

6
globalisasi. Menurut Partnership for 21st Century Skills (2009), kompetensi
sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan beragam
audiens, bekerja sama dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan
budaya, menunjukkan sikap yang positif dan etis, serta mengelola emosi dan
konflik.

Kompetensi sosial guru mencakup kemampuan guru dalam berkomunikasi


dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah meliputi peserta didik, sesama guru,
kepala sekolah, staf administrasi, dan orang tua. Lingkungan di luar sekolah
meliputi masyarakat, pemerintah, lembaga pendidikan, organisasi profesi,
media massa, dan dunia usaha. Guru yang memiliki kompetensi sosial yang baik
dapat menjalin hubungan yang harmonis, produktif, dan bermakna dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Untuk memiliki kompetensi sosial yang baik, guru harus mengembangkan


pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, nilai, dan emosi yang berkaitan
dengan situasi sosial. Guru juga harus mempraktikkan kompetensi sosialnya
dalam kegiatan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas, dengan berbagai
pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran. Guru dapat meningkatkan
kompetensi sosialnya dengan berbagai cara, misalnya dengan mengikuti
pelatihan, workshop, seminar, diskusi, studi banding, atau mentoring yang
berkaitan dengan kompetensi sosial. Selain itu, guru juga dapat meningkatkan
kompetensi sosialnya dengan membaca buku, jurnal, artikel, atau sumber lain
yang relevan dengan kompetensi sosial. Guru juga dapat belajar dari
pengalaman, contoh, dan teladan yang ditunjukkan oleh orang lain yang
memiliki kompetensi sosial yang baik.

Kompetensi sosial guru dapat membantu guru dalam menjalankan tugas


dan tanggung jawabnya sebagai pendidik, warga negara, dan anggota
masyarakat. Kompetensi sosial guru juga dapat memberikan dampak positif
bagi siswa, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, kompetensi sosial guru
perlu dipelajari, dikembangkan, dan ditingkatkan secara terus-menerus.

7
II. Kurikulum merdeka
1) Pengertian kurikulum merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum baru yang diperkenalkan oleh
Kemendikbudristek sebagai salah satu pilihan bagi satuan pendidikan di
Indonesia. Kurikulum ini memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk
menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan
lingkungan belajar peserta didik. Kurikulum ini juga bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi abad 21, seperti literasi, numerasi,
keterampilan sosial, dan karakter¹.

Berikut adalah beberapa konsep dan implementasi kurikulum merdeka yang


perlu Anda ketahui:

- Kurikulum merdeka tidak mengikat pendidik dengan bahan ajar yang


baku, melainkan memberikan ruang bagi pendidik untuk berinovasi dan
berkolaborasi dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang
bermakna, menarik, dan menantang bagi peserta didik¹.

- Kurikulum merdeka fokus pada materi esensial, yaitu materi yang relevan,
mendalam, dan penting untuk dipelajari oleh peserta didik. Materi esensial
ditentukan oleh pendidik berdasarkan analisis kebutuhan, minat, dan potensi
peserta didik, serta konteks dan muatan lokal¹.

- Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk


melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan
perkembangan masing-masing peserta didik. Pendidik dapat melakukan
penyesuaian, diferensiasi, dan individualisasi pembelajaran, serta
memberikan umpan balik yang konstruktif dan formatif¹.

- Kurikulum merdeka mengembangkan soft skills dan karakter peserta didik


melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila. Projek ini merupakan
kegiatan kokurikuler yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan, mengembangkan keterampilan,
serta menguatkan pengembangan enam dimensi profil pelajar Pancasila,

8
yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas, dan
bermartabat¹.

- Kurikulum merdeka sudah diuji coba di 2.500 sekolah penggerak, yaitu


sekolah yang menjadi percontohan dan inspirasi bagi sekolah lainnya dalam
mengimplementasikan kurikulum merdeka. Sekolah penggerak dipilih
berdasarkan kriteria seperti kesiapan, komitmen, dan kinerja sekolah².

- Kurikulum merdeka juga diluncurkan di sekolah lainnya, baik negeri


maupun swasta, dengan mekanisme pendaftaran secara daring. Sekolah
yang tertarik untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka harus
memenuhi persyaratan seperti memiliki visi, misi, dan tujuan yang sesuai
dengan kurikulum merdeka, memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas dan berkompeten, serta memiliki dukungan dari orang tua dan
masyarakat³.
- Kurikulum merdeka bersifat opsional, artinya sekolah dapat memilih untuk
mengimplementasikan kurikulum merdeka atau tidak. Sekolah yang tidak
mengimplementasikan kurikulum merdeka tetap dapat menggunakan
kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 2023.

2) Pokok-pokok kebijakan kurikulum merdeka

Kurikulum Merdeka adalah salah satu program dari Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang
bertujuan untuk memberikan kebebasan dan kewenangan kepada sekolah,
guru, dan peserta didik dalam mengelola pendidikan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan daerahnya masing-masing¹. Kurikulum Merdeka juga
diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas,
unggul, dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi tantangan global era
revolusi 4.0¹.

Pokok-pokok kebijakan Kurikulum Merdeka meliputi empat hal berikut ini:

9
1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diganti dengan ujian
(asesmen) yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Ujian ini dapat berupa tes
tertulis atau bentuk penilaian lain yang lebih komprehensif, seperti portofolio
dan penugasan. Guru dan sekolah lebih merdeka dalam menilai hasil belajar
siswa.

2. Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter. Asesmen ini akan mengukur kemampuan literasi (bernalar
tentang dan menggunakan bahasa), numerasi (bernalar menggunakan
matematika), dan karakter (misalnya pembelajar, gotong royong, kebhinnekaan,
dan perundungan) siswa. Asesmen ini akan dilakukan pada siswa yang berada
di tengah jenjang sekolah (misalnya kelas 4, 8, 11) dan tidak bisa digunakan
untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akan disederhanakan menjadi tiga


komponen inti, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
Guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan
mengembangkan format RPP sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Penulisan
RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak
waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.

4. Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi akan dibuat lebih
fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai
daerah. Jalur zonasi akan ditetapkan minimal 50%, jalur afirmasi minimal 15%,
jalur perpindahan maksimal 5%, dan jalur prestasi sisanya 0-30%, disesuaikan
dengan kondisi daerah. Daerah berwenang menentukan proporsi final dan
menetapkan wilayah zonasi³.

III. Implementasi kurikulum merdeka dalam meningkatkan kompetensi sosial guru

Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kompetensi Sosial Guru


adalah salah satu topik yang menarik dan penting untuk dibahas. Kompetensi sosial
guru adalah kemampuan guru untuk berinteraksi secara efektif dengan berbagai

10
pihak, seperti siswa, orang tua, rekan guru, kepala sekolah, dan masyarakat, dalam
konteks pendidikan². Kompetensi sosial guru mencakup aspek-aspek seperti
komunikasi, kerjasama, empati, toleransi, adaptasi, dan penyelesaian konflik⁶.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang memberikan kebebasan dan


kewenangan kepada sekolah, guru, dan siswa untuk mengelola pendidikan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan daerahnya masing-masing¹. Kurikulum Merdeka
juga diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, unggul,
dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi tantangan global era revolusi 4.0¹.

Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam meningkatkan kompetensi
sosialnya:

5. Mengembangkan sikap profesional dan etis: Guru harus memiliki komitmen,


tanggung jawab, integritas, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan
tugasnya sebagai pendidik. Guru juga harus menghormati dan menghargai
perbedaan individu, budaya, dan agama yang ada di lingkungan sekolah dan
masyarakat. Guru harus menjadi contoh dan teladan bagi siswa dalam
membentuk nilai-nilai moral dan etika yang kuat.

6. Mengikuti pelatihan dan pengembangan diri: Guru harus terus belajar dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, terutama dalam bidang
teknologi, metodologi, dan konten pembelajaran. Guru dapat mengikuti
pelatihan, seminar, workshop, atau kursus yang diselenggarakan oleh
pemerintah, lembaga pendidikan, atau dunia usaha dan industri. Guru juga dapat
mengakses sumber belajar yang tersedia secara online, seperti platform
Merdeka Mengajar, yang menyediakan asesmen dan perangkat ajar yang sesuai
dengan Kurikulum Merdeka.

7. Meningkatkan kolaborasi dan kerjasama: Guru harus mampu bekerja sama


dengan rekan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran. Guru
juga harus berpartisipasi dalam pengembangan komunitas belajar, baik di

11
tingkat sekolah, daerah, maupun nasional, yang dapat menjadi wadah untuk
berbagi pengalaman, informasi, dan inovasi. Guru juga harus menjalin
kemitraan dengan dunia usaha dan industri, perguruan tinggi, lembaga
penelitian, dan masyarakat, untuk mendapatkan dukungan, sumber daya, dan
bahan ajar yang relevan dengan kebutuhan siswa.

8. Mengadaptasi pembelajaran dengan konteks lokal: Guru harus mampu


mengaitkan pembelajaran dengan realitas dan kearifan lokal yang ada di sekitar
sekolah dan masyarakat. Guru harus memanfaatkan potensi dan sumber daya
lokal, seperti budaya, sejarah, geografi, ekonomi, sosial, dan lingkungan,
sebagai bahan ajar yang menarik dan bermakna bagi siswa. Guru juga harus
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis masalah, proyek,
atau layanan, yang dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi
masyarakat.

9. Menyelenggarakan asesmen yang komprehensif: Guru harus mampu menilai


hasil belajar siswa secara komprehensif, tidak hanya berdasarkan tes tertulis,
tetapi juga berdasarkan bentuk penilaian lain yang lebih autentik, seperti
portofolio, penugasan, observasi, wawancara, dan presentasi. Guru juga harus
mampu memberikan umpan balik yang konstruktif, informatif, dan
motivasional kepada siswa, yang dapat membantu mereka meningkatkan
kinerja dan prestasi mereka. Guru juga harus melibatkan siswa dalam proses
asesmen, baik sebagai penilai diri sendiri maupun sebagai penilai sebaya, yang
dapat meningkatkan keterampilan refleksi, kritis, dan kolaboratif.

Kompetensi sosial guru sangat penting untuk mengimplementasikan Kurikulum


Merdeka, yang memberikan kebebasan dan kewenangan kepada sekolah, guru, dan
siswa untuk mengelola pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerahnya
masing-masing.

C. Kesimpulan

12
Penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pendidikan,
khususnya dalam hal implementasi kurikulum merdeka dan peningkatan kompetensi
sosial guru. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait,
seperti Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek), Dinas Pendidikan, sekolah, guru, dan peserta didik, untuk
mendukung dan memperbaiki pelaksanaan kurikulum merdeka di Indonesia.

Implementasi kurikulum merdeka di sekolah ini didukung oleh berbagai upaya,


seperti pelatihan dan pengembangan diri, pemanfaatan teknologi, meningkatkan
kolaborasi dan kerjasama, mengembangkan keterampilan metodologi, dan mencari
bimbingan dan konsultasi dari pihak-pihak yang lebih berpengalaman.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa,E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2005)Ebook Undang-undang RI No. 14 tahun 2005, Tentang
Guru dan Dosen.

Suyono,Hadi.Social Intelligence, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group,


2007).

Ihsan,Hamdani dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung,


Pustaka Setia, 2001).

Implementasi Kurikulum Merdeka dalam Meningkatkan Kompetensi ....


https://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JPPG/article/download/13586/8757.
(Minggu, 19 november 2023)

peningkatan Kompetensi Guru dan Implementasi Kurikulum Merdeka


Belajar .... https://www.indonesiana.id/read/150178/peningkatan-

13
kompetensi-guru-dan-implementasi-kurikulum-merdeka-belajar-di-masa-
pandemi-covid-19. (Minggu, 19 november 2023)

Memahami Lebih Lanjut tentang Peran Guru dalam Kurikulum Merdeka.


https://itjen.kemdikbud.go.id/web/memahami-lebih-lanjut-tentang-peran-
guru-dalam-kurikulum-merdeka/. (Minggu, 19 november 2023)

Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar – Swara Pendidikan.


https://swarapendidikan.co.id/implementasi-kurikulum-merdeka-di-
sekolah-dasar/. (Minggu, 19 november 2023)

14

Anda mungkin juga menyukai