Anda di halaman 1dari 7

NAMA : GINA SONIA

NIM : 19004013

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM BELAJAR

(LANJUTAN)

A. SISWA BERESIKO

Abdurrahman (2019:284), menjelaskan bahwa istilah beresiko digunakan untuk


menunjukkan bahwa melakukan identifikasi anak berkesulitan belajar pada masa
prasekolah merupakan pekerjaan yang sangat sulit. Anak-anak tersebut belum mengalami
kegagalan dalam menyelasaikan tugas-tugas sekolah.

Anak beresiko adalah anak-anak yang teridentifikasi memiliki potensi untuk


mengalami kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Hamdani (2015)
mengatakan ada tiga alasan untuk meyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk gagal
di sekolah atau berkesulitan belajar :

1. Hasil pemeriksaan medis


Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat
diprediksikan bahwa adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar,
meskipun prediksi ilmiah tidak selamanya tepat tetapi dapat digunakan untuk usaha
intensif dalam mencegah terjadinya penyimpangan pada anak di masa datang.
2. Resiko biologis
Resiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat
medis dan kesehatan yang data menimbullkan kesulitan belajar disekolah. Contoh
resiko biologis adalah prematuritas dan orang tua yang berkesuitan belajar,meskipun
tidak pasti tetapi banyak kasus disekolah bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak-
anak yang memiliki latar belakang prematuritas. Sehingga dapat diwaspadai akan
pertumbuhan dan perkembangannya.
3. Resiko lingkungan.
Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkukngan sosial yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut mencakup
fisik,emosi, kognitif,dan intuisi. Dari penyebab lingkugan tersebut dapat diketahui, di
prediksikan dan diinterfensi penyebab anak dalam berkesulitan belajar.

B. SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS


1. Pengertian

Sesuai dengan arti kata ‘exeptional’, anak luar biasa diartikan sebagai
individu-individu yang mempunyai kharakteristik yang berbeda dengan individu
lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih
khusus, anak luar biasa menunjukkan karakteristik fisik, intelektual, dan emosional
yang lebih rendah atau tinggi dari anak normal sebayanya, atau berada diluar standar
norma-norma yang berlaku di masyarakat itu menyimpang ‘ke atas’ atau ‘ke bawah’
baik dari segi fisik, intelektual maupun emosional sehingga mengalami kesulitan
dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal maupun aktivitas pendidikan
(Tahlib, 2010:245)

Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul,


status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang
mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31. . Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Hamdani: 2015).

hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya


diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang
berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat
diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada
umumnya (Hamdani: 2015). Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari
kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap.

Menurut World Health Organization (Hamdani: 2015), definisi masing-


masing istilah adalah sebagai berikut:

a. Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari


impairment) untuk menampilkan aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih
dalam batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.
b. Impairment: kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau struktur
anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ.
c. Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau
disability yang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu.

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus


yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
2. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

Hamdani (2015)mengatakan yang termasuk kedalam anak berkebutuhan


khusus antara lain:

a. Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.


Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat
taktual dan bersuara.

b. Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran


baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan
tingkat gangguan pendengaran adalah: Gangguan pendengaran sangat ringan(27-
40dB), Gangguan pendengaran ringan(41-55dB), Gangguan pendengaran
sedang(56-70dB), Gangguan pendengaran berat(71-90dB), Gangguan
pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB). Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara.

c. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan


berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi
prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita
berdasarkan pada tingkatan IQ.

1) Tunagrahita ringan (IQ : 51-70)


2) Tunagrahita sedang (IQ : 36-51)
3) Tunagrahita berat (IQ : 20-35)
4) Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20)

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada


kemampuan bina diri dan sosialisasi.

d. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang


disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio,
dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki
keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan
melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami
gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam
gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

e. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam


mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya
menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal
dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

f. Kesulitan belajar

Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih


kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan
bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir,
membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi,
brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan.
individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata,
mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak,
gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SESUIA DENGAN KEBERAGAMAN


PESERTA DIDIK

Abdurrahman (2009:91) menyatakan ada beberapa implikasi teori behavioral bagi


kesulitan belajar:

1) Pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang efektif


Guru perlu memahami ( cara melakukan analisis tugas-tugas dari suatu tujuan
pembelajaran dan cara menyusun tugas-tugas tersebut secara berurutan. Bagi anak
berkesulitan belajar merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh
pembelajaran langsung dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Pendekatan pembelajaran langsung dapat digabungkan dengan berbagai
pendekatan lain. Jika guru memiliki pengetahuan tentang kekhasan gaya belajar
dan kesulitan belajar anak, pembelajaran langsung dapat menjadi lebih efektif jika
digabungkan dengan pendekatan yang didasarkan atas gaya belajar anak.
3) Tahapan belajar anak harus dipertimbangkan
Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan konsep yang
sangat penting untuk dipahami dan diperlukan oleh guru.
Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang
menentukan tetapi juga tim work yang mendukung (Hamdani: 2015), berikut ini adalah
komponen tim work :

4) Guru pendidikan khusus adalah mereka yang memberikan pembelajaran sehari-


hari dan dukungan lain bagi siswa berkebutuhan khusus.
5) Billingual special educator adalah guru yang memiliki pengetahuan baik di bidang
dwi bahasa maupun pendidikan khusus.
6) Early childhood special educator adaah mereka yang memberikan pelayanan pada
balita, mereka dapat melakukan berkerja sama dengan guru-guru pre sekolah
dalam hal pendidikan umum.
7) speech/ language pathologist adalah mereka yang mendiagnosis anak-anak
berkebutuhan, mendesain tindakan dan layanan yang tepat serta memonitor
kemajuannya.
8) School psychologist adalah mereka yang memiliki kompetensi untuk menentukan
kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus.
9) School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa tetapi
juga siswa dengan kebutuhan khusus, pada sekolah regular.
10) school social worker adalah mereka yang meng koordinasika usaha-usaha
pendidik, keluarga dan orang-orag lembaga terkait untuk memastikan bahwa
siswa dapat menerima semua pelayanan yang mereka butuhkan.
11) School Nurse adalah mereka yang bertanggung jawab dalam memeriksa dan
menjaga kesehatan siswa, serta mengatur distribusi obat-obatan yang dibutuhkan
siswa.
12) Educational interpreter adalah mereka yang membantu siswa yang mengalami
kesulitan mendengar dengan menggunakan bahasa isyarat.
13) General educational teacher adalah guru pada kelas regular yang memiliki
kemampuan untuk untuk memeberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus.
14) Pareducator adalah para profesinal yang bekerja di bawah arahan guru atau
professional dalam memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
15) Parents Orang tua siswa yang memberikan kontribusi terhadap sekolah mengenai
perkembangan serta kehidupn anaknya di luar sekolah.
16) Additional High Specialized Service Provider adalah mereka yang memiliki
keahlian spesifik di bidang tertentu guna menangani siswa yang membutuhkan
pelayanan khusus secara unik.

Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau
kelompok kecil peserta didik, dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh
kelas agar peserta didik menyukainya (Hamdani: 2015).

Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman:


1) Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam.
Guru dan peserta didik memahami materi, cara mengelompokkan peserta didik, cara
mengases pembelajaran dan elemen kelas lainnya merupakan alat yang bisa
digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan individu dan
seluruh kelas.
2) Keberagaman datang dari hasil penilaian yang efektif dan terus menerus dari
kebutuhan belajar peserta didik.
Dalam kelas yang bervariasi, perbedaan peserta didik diharapkan dapat dihargai
dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran. Prinsip ini
mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas. Kita bisa
mengajar lebih efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
kelas yang bervariasi, seorang guru melihat semua hal yang dikatakan
peserta didik atau menciptakan informasi yang berguna untuk dipahami peserta
didik.
3) Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai.
Dalam kelas yang bervariasi, tujuan guru adalah agar setiap peserta didik merasa
tertantang terus, sehingga pekerjaannya menarik atau menyenangkan.
4) Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran.
Guru mengakses kebutuhan belajar, memfasilitasi pembelajaran dan merencanakan
kurikulum yang efektif. Dalam kelas diferensiasi, guru mempelajari peserta didiknya
dan terus melibatkan mereka untuk membuat keputusan tentang kelas. Hasilnya
peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.

SUMBER

Hamdani, Muhammad . 2015. “Perbedaan Individu Dalam Belajar Part II”. Artikel
dipublikasikan di internet. (online), (http://mhdhamdani.blogspot.co.id/ 2015/01/psikologi-
pendidikan-perbedaan-individu.html?view=magazine, diakses 27 April 2020).

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisi Empitis Aplikatif.
Jakarta: Kencana
PERBEDAAN INDIVIDU
DALAM BELAJAR
(LANJUTAN)

SISWA SISWA BERKEBUTUHAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SESUIA


BERESIKO KHUSUS DENGAN KEBERAGAMAN PESERTA
DIDIK

1. PENGERTIAN
Anak dengan kebutuhan Keberagaman
1. PENGERTIAN adalah untuk melayani
khusus (special needs
Anak beresiko kebutuhan belajar
children) dapat diartikan
adalah anak-anak peserta didik tertentu
secara simpel sebagai
yang teridentifikasi atau kelompok kecil
anak yang lambat (slow)
memiliki potensi peserta didik, dari pola
atau mangalami
untuk mengalami pembelajaran yang
gangguan (retarded)
kegagalan dalam lebih khusus untuk
yang tidak akan pernah
menyelesaikan tugas- seluruh kelas agar
berhasil di sekolah
tugas sekolah
istilah dalam anak Beberapa peserta
prinsip mendasardidik
menyukainya
yang mendukung keberagaman:
alasan untuk meyatakan berkebutuhan khusus:
bahwa anak memiliki 1) Kelas dengan kondisi peserta
potensi untuk gagal di a. Disability didik yang beragam.
sekolah atau b. Impairment 2) Keberagaman datang dari hasil
berkesulitan belajar c. Handicap penilaian yang efektif dan terus
Jenis jenis anak berkebutuhan menerus dari kebutuhan
1. Hasil khusus: belajar peserta didik.
pemeriksaan 3) Semua peserta didik
medis 1. Tunarungu mempunyai pekerjaan yang
2. Resiko biologis 2. Tunadaksa sesuai.
3. Resiko 3. Tunalaras 4) Guru dan peserta didik dapat
lingkungan 4. Tunagrahita bekerja sama dalam
5. Tunanetra pembelajaran.
6. Kesulitan belajar

Anda mungkin juga menyukai