Anda di halaman 1dari 9

e-ISSN: 2549-5070

p-ISSN: 2549-8231

Journal of Medives Volume 2, No. 1, 2018, pp. 99-106


http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/matematika/article/view/509

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA


BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

Chatarina Febriyanti1, Ari Irawan2


12 Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
mascan_89@yahoo.com

Diterima: November 2017. Disetujui: Desember 2017. Dipublikasikan: Januari 2018

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana proses pembelajaran yang terjadi
pada anak autis berkategori sedang dan rendah di sekolah inklusi. Metode penelitian
yang digunakan adalah survey eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang
digunakan adalah pedoman wawancara dan pengamatan langsung. Pengolahan data
berupa analisis dari hasil wawancara dan pengamatan. Lokasi penelitian berada di SD
Lentera Insan Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Hasil penelitian menunjukan bahwa
anak autis yang berkategori sedang dan rendah dapat mengikuti proses pembelajaran
dikelas bergabung dengan anak reguler. Pembelajaran matematika yang diberikan juga
memiliki tingkat kesulitan materi yang lebih sederhana atau yang biasa disebut sebagai
kurikulum adaptasi. Anak autis juga diberikan kurikulum tambahan berupa
pengembangan kurikulum individual dengan anak berkebutuh khusus dilatih untuk
dapat lebih mandiri. Selain itu kurikulum juga diberlakukan untuk anak bersosialisasi.

Kata kunci: pendidikan inklusi, autis, pembelajaran matematika.

ABSTRACT
This study aims to reveal the process of learning that occurs in autistic children with
special needs in medium and low achiever in inclusive school. The research method
used was survey exploratory with a qualitative approach. The research location is in
SD Lantera Insan District of Cimanggis Depok. The results show that the middle and
low achiever of autistic children can follow the learning process along with the regular
children. Mathematics content for those children is less difficult with simplified
material or commonly referred to curriculum adaptation. Children with autism also
given an additional form of curriculum development where children with special needs
curriculum individual specially trained to be more independent. Besides the curriculum
also apply for children to socialize.

Keywords: inclusive education, autism, mathematics learning.

How to Cite: Febriyanti, C., & Irawan, A. (2018). Pembelajaran Matematika pada Siswa Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Inklusi. Journal of Medives, 2 (1), 99-106.
100 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 99-106

PENDAHULUAN Pendidikan inklusi merupakan


Sekolah yang dicanangkan oleh suatu pendidikan, dengan semua siswa
pemerintah pusat maupun pemerintah dengan kebutuhan khusus diterima di
daerah seluruh sekolah yang mempunyai sekolah reguler yang berlokasi di daerah
kesiapan dimana sekolah baik negeri tempat tinggal mereka dan mendapatkan
ataupun swasta tidak diperkenankan berbagai pelayanan pendukung dan
untuk menolak siswa yang memiliki pendidikan sesuai dengan kebutuhannya
kebutuhan khusus atau yang dalam (Fitria, 2012). Berdasarkan hal tersebut
penelitian ini adalah disebut sebagai sekolah inklusi menjadi tren saat ini
anak spesial. Anak spesial yang diteliti untuk menyediakan sarana pendidikan
dibatasi pada anak bekebutuhan khusus bagi anak berkebutuhan khusus yang
dengan latar belakang autisme. Anak memenuhi persyaratan. Tidak lagi
yang dikategorikan sebagai anak terdapat diskriminasi untuk anak-anak
berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki sifat spesial untuk dapat
yang mengalami keterbelakangan mengenyam pendidikan di Indonesia,
mental, ketidakmampuan belajar atau akan tetapi perlu adanya persyaratan
gangguan atensi, gangguan emosional anak spesial apa saja yang dapat
atau perilaku, hambatan fisik, komuni- bersekolah di sekolah inklusi.
kasi, autisme, traumatic brain injury, Anak autisme perlu penanganan
hambatan pendengaran, hambatan dini yang terpadu yang melibatkan orang
penglihatan, dan anak-anak yang tua dan profesional di bidang medis,
memiliki bakat khusus (Anggraini, psikologis, dan pendidikan. Pemberian
2013a). Anak berkebutuhan khusus yang penanganan secara terpadu, intensif, dan
dimaksud dalam penelitian ini yaitu dimulai sejak usia dini akan memberikan
autisme dengan katagori sedang dan hasil yang positif, yaitu membantu anak
ringan. Dengan petimbangan bahwa jika dengan autisme beradaptasi dengan
menggunakan katagori autis berat akan lingkungannya dan belajar berbagai
sulit untuk mengembangkan kemampuan kemampuan kognitif (Kurdi, 2009).
belajarnya karena bukan hal kognitif Autisme didefinisikan sebagai suatu
yang menjadi prioritas akan tetapi lebih gangguan perkembangan yang kompleks
kepada pengembangan diri dan keman- menyangkut komunikasi, interaksi
dirian anak spesial tersebut. sosial, dan aktivitas imajinasi (Rachma-
Anak yang dikategorikan sebagai yanti & Zulkaida, 2011). Berdasarkan
anak berkebutuhan khusus adalah anak- definisi tersebut anak autis memiliki
anak yang mengalami keterbelakangan hambatan perkembangan yang kompleks
mental, ketidakmampuan belajar atau dalam berbagai segi perkem-bangan
gangguan atensi, gangguan emosional kemampuan dalam pertumbuhan seperti
atau perilaku, hambatan fisik, komuni- dalam hal komunikasi yang terbatas
kasi, autisme, traumatic brain injury, sebagai contoh terhambat dalam
hambatan pendengaran, hambatan berbicara dan tidak jelas, interaksi sosial
penglihatan, dan anak-anak yang memi- dimana pada anak autis terkadang tidak
liki bakat khusus (Anggraini, 2013b). care terhadap lingkungan sekitar dan
Ari Irawan, Chatarina Febriyanti - Proses Pembelajaran Matematika Siswa Sekolah Inklusi pada Anak... | 101

banyak beimajinasi atau yang biasa mampuan kognitif, afektif, dan


disebut dengan dreaming. psikomotorik serta kemampuan verbal
The autistic disorder or autistic anak dapat tumbuh dan berkembang
spectrum was a psychiatric disorder lebih baik lagi. Walaupun kemampuan
related to development whether the yang dimilikinya tidak seperti anak
development in language, social, or reguler.
behavioral which would cause this group Tantangan guru dalam memberi-
of children to have developmental kan pembelajaran matematika pada anak
disabilities as well as not being able to autis diperlukan kesabaran yang ekstra
live happily (Runcharoen, 2014). dan kemampuan pendekatan khusus
Berdasarkan pendapat tersebut anak lebih memahami kelebihan dan
autis memiliki keterbatasan dalam kekurangan atau keterbatasan yang
mengembangkan bahasa dan sosial, anak dimiliki oleh siswa autis tersebut.
autis juga memiliki keterbatasan dan Permasalahan yang muncul lagi adalah
ketidakmampuan. Autis merupakan ketika guru harus membagi perhatian
suatu gangguan neurobiologisme yang dan kemampuan untuk mengelola kelas
kompleks sehingga menyebabkan gang- karena pada sekolah inklusi siswa yang
guan pada tiga aspek yaitu kemampuan berada di dalam kelas akan sangat
interaksi sosial, komunikasi, dan bahasa, banyak macamnya. Proses kegiatan
serta perilaku dan minat, biasanya pembelajaran yang dilakukan di sekolah
muncul pada anak sejak berusia sebelum inklusi memerlukan kurikulum khusus
tiga tahun (Widajati & Alfinina, 2013). yang dirancang sedemikan rupa sesuai
Historically autism was mainly dengan keterbatasan siswa yang ada
recognized in individuals with severe dalam kelas inklusi serta kurikulum
impairment and learning disabilities (IQ pengembangan diri dan kemandirian
less than 70) (Yates & Le Couteur, yang harus terus diasah. Pentingnya
2016). Berdasarkan pendapat tersebut penelitian ini sebagai upaya mengung-
dapat diartikan dalam sejarahnya anak kap bagaiamana cara yang baik dalam
yang memiliki IQ kurang dari 70 maka melakukan proses pembelajaran mate-
dia memiliki keterbatasan dalam belajar. matika di sekolah inklusif untuk siswa
Berdasarkan pengertian di atas maka berkebutuhan khusus.
dapat disimpulkan bahwa ganguan yang
dialami oleh anak yang dikatakan autis METODE PENELITIAN
yaitu gangguan dari segi komunikasi dan Metode penelitian yang dilakukan
bahasa, interaksi sosial dan perilaku, dalam penelitian ini adalah survei
serta minat dan yang menjadi acuan anak eksploratif dengan pendekatan kualitatif.
dikatakan autis adalah anak sejak anak Lokasi penelitian ini adalah SD Lentera
berusia sebelum tiga tahun terlambat Insan yang terletak di Kecamatan
perkembangannya. Anak autis memerlu- Cimanggis Kota Depok Provinsi Jawa
kan perlakuan khusus dan penanganan Barat. Sekolah ini dijadikan sebagai
atau pendampingan untuk dapat terus lokasi penelitian dikarenakan merupakan
mengarahkan perkembangan agar ke- seolah yang menjadi pilot project untuk
102 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 99-106

menerapkan sekolah yang berbasis memahami makna dari insklusi dan


inklusi. Waktu penelitian selama 3 bagaimana proses pembelajaran yang
bulan. Dengan menggunakan instrumen terjadi dalam kelas di mana digabung
berupa pengamatan dan pedoman dengan anak berkebutuhan khusus.
wawancara. Subjek pada penelitian ini Proses pembelajaran yang terjadi di
adalah 3 siswa dengan kategori autis dalam kelas sekolah inklusi adalah
ringan dan sedang. Data didapat dari terdapat dua guru yang ada dalam satu
hasil observasi di lapangan dengan kelas. Guru yang pertama sebagai guru
pedoman wawancara antara peneliti kelas dan selanjutnya guru yang kedua
dengan guru kelas, guru pendamping, adalah guru pendamping untuk anak-
dan siswa itu sendiri. Penelitian anak berkebutuhan khusus. Pada kegiat-
kualitatif mengungkap bagaimana proses an pembelajaran guru kelas seperti biasa
pembelajaran matematika yang dilaku- menyajikan pembelajaran sesuai dengan
kan di sekolah inklusi untuk anak kurikulum yang diterapkan dan meteri
berkebutuhan khusus autis. ajar. Pada saat itulah tugas guru
pendamping untuk mendampingi siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN spesial (autis) untuk kegiatan belajar.
Pengamatan yang dilakukan dalam Hanya saja ada batasan penguasaan
proses penelitian ditemukan berbagai kompetensi, artinya terdapat perbedaan
kendala yang menjadi tantangan baik kompetensi yang nantinya akan di dapat
guru dan pihak sekolah dalam siswa ketika proses pembelajaran tadi
melaksanakan sekolah inklusi untuk selesai. Sebagai contoh ketika anak
anak berkebutuhan khusus. Awalnya reguler belajar tentang bangun datang
orang tua yang memiliki anak reguler mereka harus memahami seluk beluk
merasa kurang setuju ketika ada anak bangun datar mulai dari namanya,
berkebutuhan khusus bersekolah di betuknya, rumus luas, rumus keliling,
sekolah tersebut. Pihak sekolah berupaya dan menghitung luas dan keliling serta
memberikan pengertian kepada orang aplikasi rumus tersebut. Berbeda dengan
tua tentang apa dan bagaimana anak spesial yang dibatasi sesuai dengan
penerapan sekolah inklusi serta proses kemampuanya. Mereka hanya cukup
pembelajaran yang dilakukan di kelas tahu bentuk dan nama bangun tersebut.
bersama dengan anak berkebutuhan Itu pun dalam proses pembelajaran tidak
khusus. Pihak sekolah memberikan bisa sekali diberikan langsung paham,
fasilitas pendampingan dan memberikan akan tetapi memerlukan waktu yang
pemahaman yang tepat untuk orang tua cukup panjang untuk mengulang-ulang
ketika ada kekhawatiran orang tua ketika sehingga mereka tahu bentuk dan nama
anaknya digabung belajar dalam satu bangun tersebut. Sebagai contoh ada
kelas dengan anak yang memiliki anak A yang memerlukan waktu sampai
kebutuhan khusus. Sebagai contoh orang tiga bulan untuk paham dan tahu nama
tua takut anaknya tertular dan takut bangun persegi. Hal inilah yang menjadi
anaknya malah memiliki prestasi belajar tantangan bagi guru kelas dan guru
yang kurang. Pada akhirnya orang tua pendamping untuk lebih sabar dan
Ari Irawan, Chatarina Febriyanti - Proses Pembelajaran Matematika Siswa Sekolah Inklusi pada Anak... | 103

mempersiapkan mental dalam mengajar dokter untuk menilai dan menetapkan


anak yang memiliki kebutuhan khusus. kemampuan anak spesial tersebut sesuai
kemampuan dan saran dari dokter dan
psikolog.
Proses pembelajaran yang terjadi
di kelas lebih banyak aktifitas siswa
berlatih menyelesaikan soal-soal mate-
matika, namun untuk anak spesial lebih
banyak bimbingan oleh guru pendam-
ping untuk mengerti dan memahami
suatu materi pelajaran. Guru pendam-
ping bekerja sama dengan guru kelas
memberikan soal-soal latihan yang
sesuai dengan kemampuan siswa autis
tersebut dan selanjutnya diarahkan
latihan soal oleh guru pendamping. Ada
Gambar 1. Suasana di Kelas Inklusi di saja yang membuat siswa spesial sulit
SD Lentera Insan untuk konsentrasi seperti seringnya
mengoceh atau dreaming yang membuat
Gambar 1 memperlihatkan suasana
pembelajaran yang sedang berlangsung
belajar di kelas pada sekolah inklusi
agak terganggu. Hal ini tidak membuat
nampak seperti biasa tidak terdapat
pembelajaran pada anak-anak reguler
perbedaan suasana belajar. Siswa dan
merasa terganggu namun jika sudah
siswi bebaur anatara anak reguler dengan
sampai tantrum, barulah diberikan
anak spesial mengikuti proses kegiatan
treatment di kelas khusus agar anak
pembelajaran sebagaimana hari biasa.
tidak tantrum lagi.
Jika dilihat lebih detail pada bagian
pojok terdapat guru pendamping yang
mendampingi siswa spesial dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Karena yang
peneliti telah sampaikan sebelumnya
pada sekolah inklusi terdapat dua guru
yaitu guru kelas dan guru pendamping.
Guru pendamping maksimal menangani
dua anak jika lebih dua anak maka akan
ada guru pendamping kedua. Kenyataan-
nya di sekolah lentera insan dibatasi
hanya diperkenankan terdapat maksimal
dua anak setiap jenjang kelas. Sekolah
pun telah menyiapkan wakil kepala Gambar 2. Guru pendamping dan wakasek
sekolah yang memang secara khusus bidang kurikulum mengamati siswa
mempersiapkan anak-anak spesial
bekerja sama dengan psikolog dan
104 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 99-106

Gambar 2 menjelaskan tentang kemampuan sosial apakah sudah


kegiatan guru pendamping pada kelas mengenal guru kelas, guru bidang studi,
khusus yang diperuntukan untuk bagaimana cara mengikat sepatu, toilet
mengkondisikan anak ketika tantrum training. Semua kemajuan dan hambatan
didampingi dengan wakil kepala sekolah yang dialami siswa terdapat catatanya
bidang kurikulum. Jika ada anak yang sehingga orang tua tahu sampai di mana
sedang tantrum atau mengamuk maka perkembangan dan kemajuan anak selain
ditangani dan ditenangkan di kelas dari segi kognitif akan tetapi dari segi
khusus sehingga tidak menggangu anak kurikulum pengembangan diri pribadi.
reguler yang sedang melakukan kegiatan Pembelajaran matematika yang
pembelajaran di kelas. Biasanya anak dilakukan pada anak spesial selain
yang tantrum menurut kepala bidang memberikan batasan kemampuan sesuai
yang menangani anak-anak spesial dengan standar kemampuan penilaian
adalah lebih banyak di hari Senin karena dari psikolog. Hal ini dilakukan agar
pada Sabtu dan Minggu terkadang oleh pembelajaran matematika yang diberikan
orang tua lepas kontrol yang seharusnya dan diterima oleh anak spesial sesuai
tidak boleh dilakukan di sekolah akan dengan tingkat kemampuan awal yang
tetapi dilakukan sehingga pada hari dimiliki oleh siswa spesial tersebut.
Senin atau hari pertama sekolah siswa Pembelajaran matematika juga tidak
terkadang agak sedikit labil sehingga dapat dilakukan sekilas saja akan tetapi
diperlukan penanganan khusus. perlu pengulangan yang cukup memakan
Ketika anak sudah bisa dikondisi- waktu yang lama hal ini menjadi penting
kan maka akan dilakukan pembelajaran melihat keterbatasan siswa. Perlu adanya
normal seperti biasa. Pembelajaran yang kecakapan guru dalam menyajikan dan
dilakukan di kelas khusus memang mendampingi siswa spesial dalam
dilakukan oleh guru pendamping dan kegiatan pembelajaran salah satunya
jura wakil kepala sekolah bidang guru terkadang memberikan alat peraga
kurikulum ataupun kepala bidang yang yang real kepada siswa. Sebagai contoh
menangani kurikulum inklusi hal ini ketika sedang mengikuti pembelajaran
dimaksudkan agar guru kelas tetap bangun datar maka diberikan contoh-
melakukan kegiatan pembelajaran contoh yang real agar siswa tahu bahwa
seperti biasa di kelas untuk anak-anak bentuk benda tersebut menyerupai suatu
reguler, sehingga konsentrasi guru kelas bangun datar misalnya adalah papan
tidak dibebankan lagi dengan penangan- tulis, maka siswa akan mengetahui
an tantrum anak berkebutuhan khusus. bahwa papan tulis adalah salah satu
Laporan hasil belajar yang didapat contoh bangun datar persegi panjang.
oleh siswa spesial tidak hanya mendapat- Siswa autis memiliki hambatan
kan nilai berupa angka akan tetapi ada dalam hal komunikasi, bahasa, dan
narasi ataupun deskripsi kemampuan perilaku. Pemberian materi yang bersifat
yang telah diperoleh siswa spesial dan verbal dan abstrak membuat siswa autis
juga yang belum. Selain kemampuan sangat sulit memahami materi yang
dalam pembelajaran siswa juga ada diajarkan. Hambatan yang dimiliki siswa
Ari Irawan, Chatarina Febriyanti - Proses Pembelajaran Matematika Siswa Sekolah Inklusi pada Anak... | 105

autis sangat berpengaruh pada kegiatan “It is important to take measures


belajarnya (Astuti, 2015). Siswa cende- to change teachers' attitudes,
rung tidak memperdulikan saat guru especially regarding concerns
pengajar menjelaskan materi, siswa lebih about inclusive education. One
asyik dengan dirinya sendiri. Walaupun way of changing teachers' attitudes
begitu, guru selalu berusaha memberikan is to improve their self-efficacy for
perhatian agar siswa tersebut mau inclusive practices. The second
memperhatikan penjelasan dan mau major finding was that teachers'
melakukan komunikasi dengan orang self-efficacy for inclusive practices
lain. Pada saat pembelajaran matematika was quite low in Japan compared
banyak sekali perilaku-perilaku yang to that in other countries,
kurang dapat dikontrol, seperti berjalan- particularly regarding managing
jalan di dalam kelas dan suka mengambil problematic student behavior”
barang punya temannya, hal-hal seperti (Yada & Savolainen, 2017).
ini yang membuat pembelajaran Membuat kehidupan anak-anak
terganggu. dengan cacat intelektual lebih bermakna
Guru pendamping menjadi pusat serta untuk meningkatkan interaksi
keberhasilan pentransferan materi yang sosialnya di masyarakat, kedua orang tua
diajarkan oleh guru kelas kepada siswa dan guru harus mendorong pembelajaran
karena peran dari guru pendamping berhitung dengan penggunaan teknologi
adalah sebagai pendamping bagi siswa instruksional (Utami, Sujadi, dan Riyadi
autis untuk mengikuti pembelajaran 2014). Hal inilah yang menjadi dasar
matematika. Astuti (2015) menyatakan bagi pendidikan dan orang tua untuk
bahwa peran guru pendamping pada saling bekerjasama bersinergi dalam
kegiatan pembelajaran matematika lebih membentuk pengetahuan anak berkebu-
banyak ketika pemberian latihan, guru tuhan khusus agar mereka tidak lagi
pendamping akan mendampingi siswa dianggap sebagai momok yang menakut-
secara individual, tidak bisa secara kan akan tetapi memiliki tingkat kemam-
berkelompok. Pada kenyataan yang ada puan kogniftif dan kemandirian dalam
di sekolah lentera insan guru mendam- kehidupan sehari-hari. Sebagus apapun
pingi siswa autis sebanyak dua orang teknik dan metode yang digunakan
sedangkan menurut penelitian sebelum- dalam proses pembelajaran jika tidak
nya idealnya satu guru mendampingi dilakukan secara terus menerus serta
satu siswa berkebutuhan khusus. Peneli- dukungan dari orang tua maka tidak
tian ini sejalan dengan Senjaya (2017) akan berhasil mewujudkan perubahan
bahwa dengan dengan menge-tahui gaya kearah yang lebih baik bagi anak-anak
belajar siswa autis ringan maka dapat spesial.
digunakan strategi pembela-jaran yang
tepat sesuai kebiasaan siswa ketika PENUTUP
belajar sehingga proses belajar lebih Berdasarkan hasil penelitian dan
aktif dan efektif. pembahasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran
106 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 99-106

matematika anak berkebutuhan khusus Astuti, W. (2015). Pembelajaran


untuk siswa autis penting untuk Matematika Anak Berkebutuhan
dilakukan upaya-upaya atau strategi Khusus Dalam Pendidikan Inklusif
Sdn Benua Anyar 4 Banjarmasin
yang tepat untuk memaksimalkan
Tahun Pelajaran 2014/2015. IAIN
kemampuan matematika anak autis pada Antasari Banjarmasin, Banjarmasin.
sekolah inklusi. Guru dan orang tua
Fitria, R. (2012). Proses pembelajaran
menjadi penting untuk saling bekerja
dalam setting inklusi di sekolah
sama dalam meningatkan kemampuan dasar. E-Jupekhu, 1(1), 90–101.
siswa sehingga proses perubahan
Kurdi, F. N. (2009). Strategi dan teknik
kemampuan menjadi lebih baik lagi bagi
pembelajaran pada anak dengan
siswa spesial. Proses pembelajaran untuk autisme. Forum Kependidikan,
siswa spesial ini perlu ada batasan- 29(1), 14–25.
batasan materi yang tidak mungkin
Rachmayanti, S., & Zulkaida, A. (2011).
disamakan dengan anak reguler Penerimaan diri orangtua terhadap
mengingat kemampuan siswa spesial anak autisme dan peranannya dalam
yang terkadang masih di bawah rata-rata. terapi autisme. Jurnal Ilmiah
Oleh karena itu, materi yang diberikan Psikologi, 1(1), 7–17.
kepada siswa spesial disesuaikan dengan Runcharoen, S. (2014). The
kemampuan awalnya. Selain ranah Development of Social Interaction
kognitif diberikan juga keterampilan of Children with Autism in
untuk melatih kemandirian siswa spesial Inclusive Classrooms. Procedia -
seperti toilet training, memakai baju Social and Behavioral Sciences,
116, 4108–4113.
sendiri, mengikat tali sepatu, dan lain-
lain. Kegiatan dalam interaksi sosial pun Senjaya, A. J. (2017). Analisis Gaya
diberikan seperti siswa sudah dapat Belajar Siswa Tunagrahita Ringan
Materi Perkalian di Sekolah dan di
mengenal gurunya, teman-teman sekelas, Rumah. Journal of Medives, 1 (1),
dan lebih peka terhadap lingkungan 1-8.
sekitarnya.
Widajati, W., & Alfinina, B. (2013).
Penggunaan media visual dalam
DAFTAR PUSTAKA pembelajaran anak autis. Pendidik-
Anggraini, R. R. (2013a). Persepsi orang an Luar Biasa, 9(1), 26–34.
tua terhadap anak berkebutuhan Yada, A., & Savolainen, H. (2017).
khusus (deskripsi kauntitatif di Japanese in-service teachers’
SDLB N 20 Nan Balimo Kota attitudes toward inclusive education
Solok). E-Jupekhu, 2(1), 258–265. and self-efficacy for inclusive
Anggraini, R. R. (2013b). Persepsi orang practices. Teaching and Teacher
tua terhadap anak berkebutuhan Education, 64, 222–229.
khusus (deskriptif kuantitatif di Yates, K., & Le Couteur, A. (2016).
SDLB N.20 Nan Balimo Kota Diagnosing Autism/Autism
Solok). Jurnal Ilmiah Pendidikan Spectrum Disorders. Paediatrics
Khusus, 1(1), 258–265. and Child Health (United
Kingdom), 26 (12), 513–518.

Anda mungkin juga menyukai