Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN I

MENGGUNAKAN METODE MENARIK BAGI ANAK TUNADAKSA


Guna Memenuhi Tugas Pendidikan Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing : Bu Nurchasanah

Oleh :
Gita Ayu Widya Ningrum (190154603613)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MARET 2021
IMPLIKASI PENGGUNAAN METODE OUTBOUND
MANAGEMENT TRAINING PADA PENINGKATAN SIKAP
SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA
1Gita Ayu Widya Ningrum, 190154603613
1
Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Malang
2
Nurchasanah
e-mail:
1
gita.ayu.1901546@student.um.ac.id
Learning science uses pratical methods for children with physical disabilities
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh penggunaan metode outbound
management training pada peningkatan sikap sosial anak tunagrahita. Banyak cara yang dapat
dilakukan guna meningkatkan kemampuan penyesuaian diri anak tunagrahita sedang,
diantaranya dengan mengadakan kegiatan bermain dalam bentuk Outbound Managament
Training (OMT). Permainan model ini membuat anak-anak terlibat langsunng secara kognitif,
afektif, dan psikomotor. Analisis data menggunakan teknik uji non parametrik Wilcoxon
Signed Ranks Test dengan program SPSS versi 17 for windows. Dalam proses pemberian
perlakuan subjek mengalami beberapa peningkatan pada tiap-tiap indikator pada kemampuan
penyesuaian dirinya, diantaranya mampu mengarahkan diri, mengontrol diri, memiliki
hubungan interpersonal yang baik, mampu menghargai orang lain.

Kata Kunci: Tunagrahita, OMT, sikap sosial, permainan model

ABSTRACT

This study aims to reveal the effect of using outbound management training methods on
improving the social attitudes of mentally retarded children. There are many ways that can be
done to improve the adjustment ability of children with moderate mental retardation, including
by holding play activities in the form of Outbound Management Training (OMT). In the
process of giving treatment, the subject experienced several improvements in each indicator of
his/her self-adjustment ability, including being able to direct oneself, control oneself, have
good interpersonal relationships, be able to respect others.

Keywords: mental retardation, OMT, social attitudes, modeling

1
Pendahuluan

Menurut Reiss dkk (dalam Suharmini, tingkat dasar. Pada jenis tunagrahita sangat
2007: 69) anak tunagrahita adalah anak berat (profound mental retardation)
yang mempunyai gangguan dalam jumlahnya diperkirakan hanya 1-2% dari
intelektual sehingga menyebabkan populasi tunagrahita yang ada, pada jenis
kesulitan untuk melakukan adaptasi dengan profound ini kemungkinan dengan latihan-
lingkungannya. Jumlah anak-anak latihan supervisi-supervisi akan dapat
tunagrahita diperkirakan 2,5- 3% dari mencapai perkembangan merawat diri pada
jumlah populasi umumnya. Sesuai dengan tingkat dasar (Suharmini, 2007: 70).
karakteristiknya, kira-kira 85% anakanak
Hasil survey yang dilakukan oleh Hallahan
yang termasuk tunagrahita ringan dari
pada tahun 1988, didapatkan bahwa jumlah
populasi tunagrahita yang ada. Anak-anak
penyandang tunagrahita adalah 2,3%. Di
ini dapat diajar akademik kira-kira sampai
Swedia diperkirakan 0,3% anak yang
kelas 4 5 dan 6. Mereka dapat juga menjadi
berusia 5- 16 tahun merupakan penyandang
anak yang mempunyai kepercayaan diri,
retardasi mental yang berat dan 0,4%
mandiri, berkomunikasi dan berinteraksi
retardasi mental ringan. Data Biro Pusat
sosial dengan baik, apabila lingkungan
Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta
sosialnya memberi support. Jumlah
penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau
tunagrahita sedang (moderate mental
2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat.
retardation) diperkirakan 10% dari jumlah
Sedangkan populasi anak tunagrahita
populasi tunagrahita yang ada. Anak-anak
menempati angka paling besar dibanding
ini mampu merawat diri dan melaksanakan
dengan jumlah anak dengan keterbatasan
tugastugas sederhana dengan bimbingan.
lainnya. Prevalensi tunagrahita di Indonesia
Bimbingan di rumah oleh anggota keluarga
saat ini diperkirakan 1-3% dari penduduk
sangat menentukan kesuksesan anak
Indonesia, sekitar 6,6 juta jiwa. Anak
terutama dalam keterampilan
tunagrahita ini memperoleh pendidikan
berkomunikasi. Selanjutnya tunagrahita
formal di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
berat (severe mental retardation)
dan SLB swasta,
diperkirakan berjumlah 3-4% dari populasi
tunagrahita yang ada. Keterampilan Dalam hal ini hambatan-hambatan yang

merawat diri dan komunikasi yang dapat dialami oleh anak tunagrahita perlu adanya

mereka lakukan sangat terbatas, hanya pada penanganan pendidikan khusus, yaitu

2
Sekolah Luar Biasa (SLB C) untuk melatih seringnya dalam pendidikan khususnya
anak-anak yang memiliki keterbatasan metode yang diberikan dalam pembelajaran
seperti tunagrahita ini. SLB BC Dharma lebih ditekankan pada perkembangan
Wanita 01 bahwa penyesuaian diri anak- akademik anak. Untuk itu, harus ada
anak tunagrahita di sekolah sangatlah perubahan dalam sistem pengajaran pada
kurang bahkan hampir tidak dapat Sekolah Luar Biasa yang lebih ditekankan
menempatkan diri ketika pelajaran pada pengembangan aspek non akademis.
berlangsung, yaitu ada anak yang hanya Dalam hal ini adalah kemampuan anak
duduk diam menyendiri menundukkan dalam menyesuaikan diri. Salah satunya
kepalanya sambil bermain pensil ketika adalah dengan melalui permainan. Jenis
guru menerangkan, tidak Gadis Mulia Wati permainan yang dapat dikembangkan untuk
/ Educational Psychology Journal 1 (1) memenuhi tuntutan tersebut adalah jenis
(2012) 70 tertarik pada pelajaran yang permainan yang membuat anak senang dan
disampaikan, ada pula anak yang asik dapat bekerja sama dengan teman yang
bercanda sendiri dengan teman dan lainnya (permainan kooperatif) yang
berbicara ngawur dengan suara yang keras. dilakukan dalam luar ruangan atau alam
Anak tunagrahita tidak mengetahui terbuka (outbound). Outbound merupakan
bagaimana cara yang benar bergaul dengan suatu program pembelajaran (pelatihan)
teman-temannya, misalnya melakukan untuk anak-anak yang dilakukan di alam
aktivitas untuk menjahili temannya, mereka terbuka dengan mendasarkan pada prinsip
merasa senang bila menggangu orang lain “experimental learning” (belajar melalui
termasuk gurunya, berbicara pada guru pengalaman langsung) yang disajikan
dengan bahasa yang tidak sopan, suka dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi,
menggertak baik ucapan maupun dan petualangan sebagai media
perbuatan, bersikap menyerang dan penyampaian materi (Muksin, 2009:2).
merusak fasilitas sekolah (dengan Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
menendang kursi dan tidak menaati meneliti Outbound Management Training
peraturan sekolah). Penyesuaian diri (OMT) untuk Meningkatkan Kemampuan
merupakan variasi dalam kegiatan Penyesuaian Diri Anak Tunagrahita Sedang
organisme untuk mengatasi suatu hambatan di Sekolah Luar Biasa BC Dharma Wanita
dan memuaskan kebutuhankebutuhan serta 01.
menegaskan hubungan yang harmonis
dengan lingkungan fisik dan sosial
(Chaplin, 2006: 11). Sekolah Luar Biasa
2
METODE penyesuaian diri, sedangkan kelompok
kontrol tidak. Hal ini berarti hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
menunjukkan bahwa outbound
kuantitatif sebagai metode analisis datanya.
management training yang dilakukan
Subjek dalam penelitian ini ialah anak
efektif dalam meningkatkan kemampuan
tunagrahita sedang SLB BC Dharma
penyesuaian diri anak tunagrahita sedang.
Wanita 01 yang berjumlah 20 siswa, terdiri
Hal ini ditunjukkan pada hasil deskriptif
dari kelompok kontrol dan kelompok
kemampuan penyesuaian diri anak
eksperimen, yang masing-maging
tunagrahita sedang di SLB BC Dharma
kelompok berjumlah 10 siswa. Pemilihan
Wanita 01 baik kelompok eksperimen
subjek penelitian dilakuan dengan cara non
maupun kelompok kontrol. Berdasarkan
randomized pretest-posttest control group
hasil pretest, dari 10 anak pada kelompok
design. Data diperoleh dari observasi yang
eksperimen ada 90% (9 anak) mempunyai
dilakukan oleh tiga orang observer pada
kemampuan penyesuaian diri rendah dan
tiap kelompok baik pretest maupun pottest
10% (1 anak) mempunyai kemampuan
dengan menggunakan alat pengumpulan
penyesuaian diri sedang, sedangkan dari 10
data berupa rating scale. Perlakuan yang
anak kelompok kontrol ada 100% (seluruh
diberikan yaitu permainan kooperatif yang
anak) mempunyai kemampuan
dilakukan sebanyak 11x perlakuan, baik di
penyesuaian diri rendah. Berdasarkan
dalam ruangan maupun di luar ruangan.
aspek-aspek penyesuaian diri, yaitu
HASIL dan Pembahasan penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial

Hasil analisis data dengan menggunakan bahwa anak tunagrahita sedang di SLB BC

teknik uji statistik non parametrik Dharma Wanita 01 secara umum

menunjukkan bahwa ada perbedaan berkategori rendah baik kelompok

kemampuan penyesuaian diri anak eksperimen maupun kelompok kontrol. Hal

tunagrahita sedang kelompok eksperimen ini ditunjukkan oleh hasil pretest yang

sebelum dan sesudah OMT dengan Z score diperoleh kelompok eksperimen,

sebesar -3.791 dan nilai signifikansi sebesar penyesuuaian pribadi ada 60% (6 anak)

0,000, yang dapat dilihat pada rata-rata gain mempunyai kemampuan penyesuaian diri

score pada kelompok eksperimen dan rendah dan 40% (4 anak) mempunyai

kelompok kontrol. Berarti setelah kemampuan penyesuaian diri sedang,

mengikuti OMT, kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok kontrol ada 50%
menunjukkan peningkatan kemampuan (5 anak) mempunyai kemampuan
penyesuaian diri rendah dan 50% (5 anak)
3
mempunyai kemampuan penyesuaian diri aspek penyesuaian pribadi; Melalui
sedang. Hasil pretest yang diperoleh permainan „Cermin Ajaib‟ anak dituntut
kelompok eksperimen, penyesuaian sosial untuk bisa menyesuaikan diri dengan
ada 80% (8 anak) mempunyai kemampuan teman-temannya. Dalam diri anak
penyesuaian diri rendah dan 20% (2 anak) tunagrahita yang perlu dikembangkan pada
mempunyai kemampuan penyesuaian diri permainan ini adalah anak mampu
sedang, sedangkan pada kelompok kontrol menerima kenyataan, mampu mengerti dan
ada 80% (8 anak) mempunyai kemampuan memahami keterbatasan yang ada pada diri
penyesuaian diri rendah dan 20% (2 anak) mereka, sehingga mereka mampu untuk
mempunyai kemampuan penyesuaian diri menyesuaikan diri ketika berada di
sedang. Hal ini berarti secara umum manapun. Proses permainan „Cermin
kemampuan penyesuaian diri anak Ajaib‟ ini anak bertugas sebagai sebuah
tunagrahita di SLB BC Dharma Wanita 01 cermin dan orang yang bercermin. Anak
berkategori rendah. OMT yang dilakukan diposisikan saling berhadapan, kemudian
dalam penelitian eksperimen ini sebanyak yang bertugas sebagai seorang yang
11 kali dan pembelajaran dengan bercermin melakukan berbagai macam
menggunakan metode bermain di alam gaya supaya bisa ditirukan oleh si Cermin.
terbuka (outbound) ini selain bersifat Tujuan yang dicapai permainan ini adalah
konkrit juga bersifat atraktif karena dalam anak mampu menerima kenyataan bahwa
melakukan permainan ini akan memotivasi dirinya memiliki keterbatasan. Sehingga
anak sehingga anak tidak cepat merasa ketika berada di lingkungannya anak
bosan, dapat mengembangkan kemampuan mampu untuk bertahan walaupun banyak
anak semaksimal mungkin sesuai dengan penolakan terhadap dirinya. Pada akhirnya
prestasi anak, dapat meningkatkan melalui proses evaluasi pada tahapan OMT
kemampuan motorik anak, dan anak dapat mengerti dan menerima
meningkatkan kemampuan penyesuaian kenyataan yang ada pada dirinya.
diri anak dalam menghadapi situasi Perunbahan anak pada indikator ini dapat
bagaimanapun, karena pada dasarnya dilihat pada perilaku subjek yang semakin
proses bermain ini merupakan pusat berkurang ketika dijahili oleh temanya
kegiatan bagi perkembangan sosial mereka tidak mengangis, anak juga tidak
emosional anak. Berdasarkan data yang putus asa ketika mengerjakan soal yang
diperoleh, bahwa subjek mengalami sulit. Melalui permainan „Akulah Si‟
peningkatan pada beberapa indikator dalam bertujuan penerimaan subjek terhadap
penyesuaian diri. Diantaranya yaitu, pada dirinya. Permainan ini dilakukan dengan
4
cara anak berdiri di depan kelas, kemudian tidak membuat gaduh ketika jam pelajaran
memperkenalkan diri dengan gaya masing- berlangsung. Setelah mengikuti OMT ini,
masing, melalui memperagakan apa yang kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki
menjadi kegemaran subjek. Melalui anak pada kelompok eksperimen
permainan ini, peningkatan subjek dapat meningkat atau berkembang jika
dilihat pada anak yang mulanya lebih suka dibandingkan dengan kelompok kontrol
bermain sendiri, sekarang sudah mau yang dapat dilihat melalui peningkatan tiap-
bermain dengan teman-temannya, anak tiap aspek penyesuaian diri yang diambil
tidak malu menjawab pertanyaan dari guru, melalui observasi pretest dan postest. Hal
anak menjadi bisa mengganti pakaian nya ini menunjukkan bahwa OMT yang
sendiri, dan anak juga mampu makan tanpa diberikan memiliki pengaruh positif pada
disuapi oleh orang tuanya lagi. kemampuan penyesuaian diri anak
tunagrahita. Menurut Suharmini
Melalui permainan „Film Akhlak dan
(2007:259) ada berbagai pertimbangan atau
Gambar Kreasi‟ bertujuan agar anak
alasan mengapa metode outbound ini cocok
mampu berperilaku sesuai dengan norma
digunakan untuk mengatasi masalah
yang ada. Proses dari permainan ini adalah
perilaku dan perkembangan anak
anak diberi selembar kertas untuk
berkebutuhan khusus (tunagrahita) karena
menggambar anak sesuai dengan imajinasi
merupakan metode simulasi kehidupan
mereka masing-masing. Setelah itu trainer
yang dikenal oleh anak dalam
memutarkan beberapa film kartun yang
kehidupannya, metode ini penuh dengan
bertemakan akhlak baik. Pada tahap
kegembiraan, karena dikemas dalam bentuk
evaluasi pelajaran yang dapat diambil
permainan yang sangat cocok untuk anak-
adalah anak dijelaskan bagaimana
anak, memberi kesempatan pada anak
berperilaku baik dan apa balasan yang akan
untuk melatih sensomotorik dan fisiknya,
didapat ketika tidak berperilaku baik.
memberi kesempatan untuk menghargai
Dalam permainan yang terakhir ini begitu
teman, bekerja sama, sehingga
mengena pada anak karena menggunakan
perkembangan personal dan sosial dapat
contoh visualisasi gambar bergerak
berkembang lebih baik, dapat melatih
(kartun). Hal-hal yang dapat dicapai dalam
komunikasi anak tunagrahita, dapat melatih
permainan ini ditunjukkan pada perilaku
anak tunagrahita untuk mengelola tingkah
anak tidak lagi suka berkelahi dengan
lakunya, metode ini memberikan
temannya, anak mengenakakn seragam
pengalaman langsung pada subjek,
sekolah sesuai peraturan sekolah, dan anak
sehingga anak dengan mudah menangkap
5
esensi pengalaman itu. Jadi dapat Mu‟tadin, Z. 2002. Penyesuaian Diri
disimpulkan OMT efektif untuk Remaja.
meningkatkan kemampuan penyesuaian http://www.epsikologi.com/epsi/search.asp
diri anak tunagrahita sedang di SLB BC (Diakses tanggal 10 Maret 2011).
Dharma Wanita 01.
Kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Kesimpulan 2020. Hak mendapatkan pendidikan bagi
anak berkebuthan khusus di
Berdasarkan hasil penelitian dan
https://pauddikmasaceh.kemdikbud.go.id/n
pembahasan yang telah dilakukan
ews/hakmendapatkan-pendidikan-bagi-
penelitian dapat disimpulkan bahwa OMT
anak-berkebutuhan-khusus/index.html
efektif dalam meningkatkan kemampuan
penyesuaian diri yaitu, penyesuaian pribadi Kurikulum, p. depdiknas , B. dan No, J. G.
dan penyesuaian sosial yang ditunjukan S. R. (2006) pengembangan model
oleh para anak tunagrahita sedang setelah pendidikan kecakapan hidup.
diberikan perlakuan. Antara lain dapat
Indrawan, B., Priana, A., & Hartadji, H.
melakukan penyesuaian secara pribadi
(2018). PELATIHAN PENERAPAN
maupun secara sosial..
OUTBOUND UNTUK PESERTA DIDIK
Reference BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB-
ABC ARGASARI LESTARI KOTA
Andriany, Megah dan Noor Yunida Triana.
TASIKMALAYA. Jurnal Pengabdian
2006. Tunagrahita di Indonesia mencapai
Siliwangi, 4(2).
6,6 juta orang.

http://eprints.undip.ac.id/16469/3/JUR
NAL_SKRIPSI.pdf (Diakses tanggal 16
Mei 2021).

Anda mungkin juga menyukai