Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT

PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB N


KABUPATEN REMBANG

THE EFFECT OF PLAYING PUZZLE THERAPY ON THE LEVEL OF SOCIAL


DEVELOPMENT TO MENTAL RETARDATION CHILDREN IN SLB N REMBANG
REGENCY

Dwi Retno N1, Windyastuti2, Ardha Yuniar A3

1, 2
Dosen PSIK STIKES Widya Husada Semarang

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
Akhiriyan12@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang
berhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya keterbatasan keterampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Sebagai anggota masyarakat anak retardasi
mental tidak mampu mandiri, tidak dapat melakukan komunikasi dua arah dengan teman
sebaya, hal ini disebabkan oleh kemampuan sosialisasi anak retardasi mental tidak
berkembang secara optimal. Maka dari itu di perlukan sebuah terapi yang dapat
meningkatkan perkembangan sosial anak retardasi mental, slaah satunya adalah dengan terapi
bermain puzzle yang di lakukan secara berkelompok untuk menstimulus interaksi sosial anak
retardasi mental. Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle terhadap
tingkat perkembangan sosial pada anak retardasi mental di SLB N Kabupaten Rembang.
Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi eksperimental. Desain penelitian
menggunakan one-group pre-test post-test design. Jumlah populasi responden yaitu 34
responden. Cara pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi dan intervensi. Hasil : Mengetahui perbedaan tingkat
perkembangan sosial pada anak retardasi mental sebelum dan setelah diberikan terapi
bermain puzzle menggunakan uji Wilcoxon dengan hasil p value 0,011 (≤ 0,05%) dan nilai Z
hitung -2,556 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan : Ada pengaruh terapi
bermain puzzle terhadap tingkat perkembangan sosial pada anak retardasi mental di SLB
Kabupaten Rembang. Kata Kunci : Retardasi mental, perkembangan sosial, terapi bermain,
Puzzle. Daftar Pustaka : 35 literatur (2007-2013)
ABSTRACT

Background: Mental retardation is a state of stagnant or incomplete mental development,


characterized primarily by the limited skills during the development time, affecting all levels
of intelligence, cognitive, linguistic, motor and social abilities. As a member of the
community the child's mental retardation is unable to perform his duties in accordance with
the prevailing norms, other than that the child can not be independent, unable to make two-
way communication with peers or others this is caused by the socialization of children's
mental retardation does not develop optimally. Therefore, in need of a therapy that can
improve the social development of children mental retardation, one of them is a puzzle
playing therapy that is done in groups to stimulate the social interaction of children mental
retardation. Objective: To know the influence of playing puzzle therapy on the level of social
development in children mental retardation in SLB N Rembang Regency. Methods: The type
of this study was Quasy experimental research. The design of the study used one-group pre-
test post-test design. The total population of respondents is 34 respondents. Sampling method
using purposive sampling. Data collection using observation and intervention sheets. Result:
Knowing the level of social to childern mental retardation before and after given playing of
teraphy puzzle using Wilcoxon test with result p value 0,011 (≤ 0,05%) and Z value counted -
2,556 which mean Ho rejected and Ha accepted. Conclusion: There is an influence of
playing puzzle therapy on the level of social development in the mental retardation children
in SLB N Rembang Regency. Keywords: Mental retardation, social development, playing
therapy, Puzzle. Bibliography: 35 literatures (2007-2013)

PENDAHULUAN Retardasi Mental (RM) memiliki


tiga kategori, yaitu Retardasi Mental
Menurut data dari WHO (Word ringan memiliki rentang Intelligence
Health Organization) tahun 2011, Quotient (IQ) 50–55 sampai sekitar
sekitar 15 persen dari populasi dunia 70.Retardasi Mental sedang memiliki
785 juta orang memiliki cacat mental tingkat IQ 35–40 sampai 50–55 mampu
yang signifikan, termasuk Retardasi mempelajari komunikasi sederhana,
Mentalsekitar 5 persen dari anak-anak, keterampilan tangan yang sederhana,
menurut sebuah laporan baru disusun perawatan diri yang mendasar, pada
bersama oleh Organisasi Kesehatan tingkatan ini anak masih dapat
Dunia dan Bank Dunia (Washington dibimbing dan dilatih untuk dapat
Post, 2011). berfungsi didalam lingkungan sosial.
Menurut data Riskesdas (2013) Pada Retardasi Mental berat memiliki
jumlah penduduk Indonesia yang rentang IQ 20–25 sampai 35–40
mengalami disabilitas sebesar 8,3 (Lisnawati, Shahib, dan Wijayanegara,
persen dari total populasi penduduk 2014).
Indonesia. Proporsi penduduk Indonesia Salah satu permainan yang dapat
dengan disabilitas ringan sebesar 8,4 diterapkan dalam intervensi
persen, sedangkan WHO 2010 dalam pembelajaran adalah puzzle. Menurut
Riskesdas (2013) melaporkan 42,4 Ismail, puzzle adalah “Permainan yang
persen penduduk mengalami disabilitas menyusun suatu gambar atau benda
ringan. Prevalensi penduduk Indonesia yang telah dipecah dalam beberapa
dengan disabilitas kategori sedang bagian”. Puzzle termasuk salah satu alat
sampai sangat berat, sebesar 11 persen. permainan edukatif yang dirancang
untuk mengembangkan kemampuan
anak belajar sejumlah keterampilan, mental sejumlah 96 siswa, 27 siswa
misalnya motorik halus, yakni dengan mengalami tuna rungu, dan 19 siswa
gerak-gerak tangan anak saat memindah mengalami tuna netra. Di SLB tersebut
dan menyusun potongan puzzle; melatih juga belum pernah dilakukan terapi
anak untuk memusatkan perhatian, bermain puzzle untuk mengatasi
yakni pada saat anak berusaha perkembangan sosial pada anak
berkonsentrasi menyusun potongan- retardasi mental. Hasil observasi di hari
potongan puzzle sesuai pola gambarnya; yang sama terlihat anak yang
dan keterampilan sosial anak yakni mengalami retardasi mental sulit untuk
ketika permainan puzzle dilakukan bersosialisasi dengan lingkungan
secara berkelompok anak akan sekitarnya, bahkan ada anak yang diam
berinteraksi dengan temannya saja tidak mau untuk di ajak berbicara
(Wahyuni & Mauren, 2010). Puzzle dengan orang yang baru dikenal. Hal ini
biasanya terbentuk dari sebuah gambar berdampak pada proses belajar anak
yang terpotong-potong menurut bagian sehingga anak sulit untuk menerima
tertentu. pelajaran di sekolah, selain itu anak
Hasil wawancara pada hari Jum’at juga sulit untuk mengembangkan bakat
tanggal 16 Desember 2016 dengan yang mereka miliki karena anak
Kepala SLB N Kabupaten Rembang, di retardasi mental sulit untuk
dapatkan data siswa sebanyak 142, bersosialisasi dengan lingkungan
siswa yang khusus mengalami retardasi sekitarnya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian responden dengan kriteria yang sudah
Quasi eksperimental yaitu penelitian di tentukan serta tersedia disuatu tempat
yang bertujuan untuk menguji hipotesa sesuai dengan konteks penelitian
sebab akibat dengan melakukan suatu (Notoatmodjo, 2010), sampel dalam
intervensi. Desain penelitian penelitian ini berjumlah 34.
menggunakan one group pre test-post Instrumen yang di gunakan
test design, yaitu rancangan ini tidak berupa lembar observasi yang berisi
ada kelompok pembanding (kontrol), indentitas responden, kemudian terdiri
tetapi paling tidak sudah dilakukan atas 5 sub standar perkembangan dan
observasi pertama (pretest) yang 15 indikator, dengan penilaian
memungkinkan menguji perubahan- observasi Ya atau Tidak, dengan skor
perubahan yang terjadi setelah adanya tertinggi 15 dan skor terendah 0.
eksperimen (program) (Notoatmodjo, Dengan kategori 0-5 : buruk, 6-10 :
2010). Penelitian ini akan dilaksanakan sedang, 11-15 : baik.
di SLB N kabupaten Rembang, Pengumpulan data yang
penelitian ini akan dilaksanakan pada dilakukan peneliti sebelum melakukan
10 Mei sampai 16 Mei 2017. penelitian yaitu peneliti mengajukan
Populasi dalam penelitian ini surat permohonan ijin penelitian dari
adalah anak retardasi mental yang ada institusi STIKES Widya Husada
di SLB N kabupaten Rembang Semarang dan SLB N kabupaten
berjumlah 96. Teknik pengambilan Rembang, peneliti ikut dalam kegiatan
sampel dalam penelitian ini tindakan proses belajar siswa SLB N
menggunakan Purposive Sampling kabupaten Rembang (identifikasi
dimana pengambilan sampel secara sampel penelitian), peneliti menjelaskan
Purposive Sampling ini dilakukan tujuan dan manfaat penelitian kepada
dengan mengambil kasus atau responden sesuai waktu yang telah
disepakati, responden setelah mengisi penelitian meliputi : Informed consent,
persetujuan menjadi responden, peneliti anonymity, confidentiality.
melakukan intervensi terapi bermain
puzzle pada responden, peneliti
melakukan penilaian terhadap tingkat
perkembangan sosial responden
sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan terapi bermain puzzle.
Pengolahan data yaitu editing, coding,
transferring dan tabulating. Teknik
analisa data univariat dan bivariat. Etika

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden 2. Gambaran Tingkat Perkembangan


a) Karakteristik responden berdasarkan Sosial Pada Anak Retardasi Mental Di
Jenis Kelamin SLB N Kabupaten Rembang.
Tabel 4.2 a) Tingkat Perkembangan Sosial Pada
Karakteristik Responden Anak Retardasi Mental sebelum
Berdasarkan Jenis Kelamin pada diberikan terapi bermain puzzle pada
Anak Usia Sekolah di SLB N anak usia sekolah di SLB N
Kabupaten Rembang kabupaten Rembang.
Tanggal 10 Mei – 16 Mei Tabel 4.5
n = 34 Tingkat Perkembangan Sosial Pada
Jenis Kelamin Frekuensi(n) Presentasi(%) Anak Retardasi Sebelum dilakukan
Laki-laki 15 44,1 terapi bermain puzzle Mental di SLB
Perempuan 19 55,9 N Kabupaten Rembang
Total 34 100 Tanggal 10 Mei – 16 Mei 2017
n = 34
Tingkat Perkembangan Sebelum
b) Karakteristik Responden Sosial Pada Anak
Berdasarkan Umur Retardasi
Tabel 4.3 Mental Di SLB Jumlah( Frekuensi(%)
Karakteristik Responden Kabupaten Rembang
n)
Berdasarkan Umur pada Anak Usia
sekolah di SLB N Kabupaten Buruk 17 50
Rembang Sedang 15 44,1
Tanggal 10 Mei – 16 Mei Baik 2 5,9
n = 34 Total 34 100
Umur Frekuensi(n) Presentasi(%) b) Tingkat Perkembangan Sosial Pada
6 tahun 8 23,5 Anak Retardasi Mental setelah
7 tahun 6 17,6 diberikan terapi bermain puzzle pada
8 tahun 8 23,5 anak usia sekolah di SLB N
9 tahun 3 8,8 kabupaten Rembang.
10 tahun 5 14,7
Tabel 4.6
11 tahun 2 5,9
12 tahun 2 5,9 Tingkat Perkembangan Sosial Pada
Total 34 100 Anak Retardasi Setelah dilakukan
terapi bermain puzzle Mental di SLB
N Kabupaten Rembang
Tanggal 10 Mei – 16 Mei 2017 (55,9%). Hal ini terjadi karena
n = 34 responden terbanyak adalah
Tingkat Setelah perempuan. Sosialisasi merupakan
Perkembangan Sosial suatu proses di dalam kehidupan
Pada Anak Retardasi seseorang yang berlangsung seumur
Mental Di SLB Jumlah(n) Frekuensi(%) hidup untuk belajar menerima dan
Kabupaten Rembang menyesuaikan diri dengan kebiasaan,
perilaku, adat istiadat, aturan atau
Buruk 8 23,5 norma, dan nilai yang berlaku dalam
Sedang 19 55,9 kehidupan bermasyarakat (Saraswati
Baik 7 20,6 & Widaningsih, 2008). Seseorang
Total 34 100 dapat dikatakan sebagai makhluk
sosial karena mereka tidak dapat
berdiri sendiri dan membutuhkan
3. Pengaruh Terapi Pengaruh Terapi bantuan dari orang lain, termasuk
Bermain Puzzle Terhadap Tingkat salah satunya adalah kegiatan
Perkembangan Sosial Pada Anak bersosialisasi (Sulismadi, 2011).
Retardasi Mental di SLB N Kabupaten Kemampuan sosialisasi yang
Rembang. dimiliki seseorang dapat membentuk
Tabel 4.7 kepribadian individu dalam
Pengaruh Terapi Pengaruh Terapi aktivitasnya sehari-hari. Kegiatan
Bermain Puzzle Terhadap Tingkat sosialisasi yang berlangsung pada
Perkembangan Sosial Pada Anak setiap individu tersebut berjalan
Retardasi Mental Di SLB N Kabupaten sepanjang masa hidupnya (Farooq,
Rembang. 2011).
Tanggal 27 Juni – 16 Juli 2017 Berdasarkan kajian yang
n = 34 dilakukan terhadap kemampuan
Tingkat sosialisasi anak retardasi mental,
Frekuensi Z hitung p Value
Perkembangan didapatkan data bahwa masalah
Negative Rank 7 mayoritas anak retardasi mental
Positive Rank 20 adalah anak perempuan dimana anak
Ties 7 perempuan memiliki sifat pemarah,
Total 34 -2,556 0,011 berperilaku menyendiri, serta
Berdasarkan tabel diatas ada menghindari kontak mata. Hal ini
pengaruh terapi bermain puzzle menunjukkan bahwa anak
terhadap Tingkat Perkembangan Sosial perempuan yang mengalami
Pada Anak Retardasi Mental di SLB N retardasi mental seperti mempunyai
Kabupaten Rembang. kesulitan mendasar dalam hal
sosialisasi dan bahkan komunikasi.
Penelitian ini sejalan dengan
PEMBAHASAN penelitian yang dilakukan oleh
Hardiyanti, 2015 tentang pengaruh
1. Karakteristik Responden terapi bermain puzzle terhadap
a) Karakteristik responden berdasarkan perkembangan sosial anak retardasi
Jenis Kelamin. mental di Yayasan Pembinaan Anak
Hasil penelitian menunjukkan Cacat (YPAC) Makassar.
bahwa karakteristik responden Berdasarkan data di Yayasan
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki- Pembinaan Anak Cacat (YPAC)
laki sebesar 15 responden (44,1% makassar pada tahun ajaran
dan perempuan sebesar 19 responden 2014/2015 sebanyak 49 anak
retardasi mental, dimana laki-laki (berkomunikasi), belajar
sebanyak 24 anak dan perempuan menyesuaikan diri, jarak, serta
sebanyak 25 anak suara (Dian Adriana, 2013). Usia
b) Karakteristik responden berdasarkan
sekolah adalah usia anak 6 tahun
Umur
Hasil penelitian menunjukkan sampai 12 tahun, dimana masa ini
bahwa karakteristik responden anak sangat senang untuk bermain.
berdasarkan umur yaitu sebanyak 8 Permainan sebagai terapi yang
responden berumur 6 tahun (23,5%), dapat di terapkan pada anak usia
sebanyak 6 responden berumur 7 sekolah adalah melipat kertas atau
tahun (17,6%), sebanyak 8 origami, mewarnai gambar,
responden berumur 8 tahun (23,5%),
menyusun puzzle. Penelitian ini
sebanyak 3 responden berumur 9
tahun (8,8%), sebanyak 5 responden sejalan dengan penelitian yang
berumur 10 tahun (14,7%), sebanyak dilakukan oleh Hardiyanti, 2015
2 responden berumur 11 tahun dan tentang pengaruh terapi bermain
12 tahun (5,9%). Retardasi mental puzzle terhadap perkembangan
adalah anak yang mempunyai IQ di sosial anak retardasi mental di
bawah 70/75, onset sebelum 18 Yayasan Pembinaan Anak Cacat
tahun, dan terdapat keterbatasan
(YPAC) Makassar.
pada keterampilan adaptif (yaitu
keterbatasan dalam berkomunikasi, 2. Gambaran Tingkat Perkembangan
menolong diri sendiri, home living, Sosial Pada Anak Retardasi Mental Di
keterampilan sosial, bermasyarakat, SLB N Kabupaten Rembang.
mengarahkan diri, kesehatan, a) Tingkat Perkembangan Sosial Pada
keamanan, fungsi akademik, Anak Retardasi Mental sebelum
menggunakan waktu luang dan diberikan terapi bermain puzzle pada
bekerja) (Soetjiningsih dan runah, anak usia sekolah di SLB N
2014). Fungsi intelektual umum kabupaten Rembang.
secara bermakna dibawah normal, Tingkat Perkembangan Sosial
disertai adanya keterbatasan pada Pada Anak Retardasi Mental di SLB
dua fungsi adaptif atau lebih, yaitu N Kabupaten Rembangsebelum
komunikasi, menolong diri sendiri, dilakukan terapi Puzzle dapat dapat
keterampilan sosial, mengarahkan diketahui bahwa sebagian besar anak
diri, ketrampilan akademik, bekerja, retardasi mental mengalami
menggunakan waktu luang, perkembangan sosial buruk sebelum
kesehatan, dana atau keamanan, diberikan terapi bermain puzzle
keterbatasan ini timbul sebelum sebesar 17 responden (50,0%), anak
umur 18 tahun. retardasi mental dengan
Terapi bermain adalah usaha perkembangan sosial sedang
mengubah tingkah laku sebanyak 15 responden (41,2%),
bermasalah, dengan menempatkan sedangkan anak retardasi mental
anak dalam situasi bermain. dengan perkembangan sosial baik
Bermain merupakan cerminan sebanyak 2 responden (5,9%).
kemampuan fisik, intelektual, Kemampuan sosialisasi yang
baik pada anak retardasi mental
emosional, dan sosial. Bermain
kategori sedang diperlukan untuk
merupakan media yang baik untuk dapat menciptakan komunikasi yang
belajar karena dengan bermain efektif dengan teman sebayanya dan
anak-anak akan berkata-kata juga sangat penting untuk
menghindari konflik dan situasi yang baik yaitu dengan adanya perubahan
kompleks yang terjadi di jumlah anak usia sekolah yang
lingkungannya (Matson & Swiezy, mengalami peningkatan
cit Johnny, Timothy, & Santino, perkembangan sosial, yaitu sebagian
2009). Anak dengan retardasi mental besar anak retardasi mental dengan
kategori sedang merupakan perkembangan sosial sedang
kelompok yang mampu dilatih. Pada sebanyak 19 responden (55,9%),
kelompok ini anak mengalami sedangkan anak yang mengalami
keterlambatan perkembangan retardasi dengan perkembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, sosial buruk sebanyak 8 responden
sehingga perkembangan (23,5%) dan yang mengalami
keterampilan emosional dan sosial retardasi mental dengan
pada anak retardasi mental kategori perkembangan sosial baik sebesar 7
sedang dapat dioptimalkan dengan responden (20,6%).
menggunakan suatu metode. Salah Setelah dilakukan terapi
satu metode yang dapat digunakan bermain puzzle anak usia sekolah
untuk meminimalkan keterlambatan yang menjalani pendidikan di SLB N
perkembangan dan penggunaan Kabupaten Rembang sudah
bahasa pada anak retardasi mental mengalami peningkatan
kategori sedang adalah dengan perkembangan sosial yang cukup
metode terapi bermain (Sularyo & baik. Anak yang mengalami
Kadim, 2007). retardasi mental mampu berinteraksi
Salah satu upaya yang dapat dengan lingkungannya dan
dilakukan perawat adalah dengan berinteraksi dengan teman-
memberikan terapi bermain pada temannya.
anak retardasi mental berupa Terapi bermain ini akan
cooperative play therapy dengan memberikan pengaruh yang cukup
menggunakan media puzzle. signifikan dalam upaya
Cooperative play therapy adalah meningkatkan kemampuan akademik
permainan yang melibatkan interaksi dan keterampilan sosial bagi anak
sosial dengan teman sebaya. Pada dengan retardasi mental. Hal ini
cooperative play therapy modal disebabkan anak yang mengalami
utama dalam pengobatan ialah retardasi mental ringan hingga
terapis terlibat langsung dalam sedang yang tidak disertai adanya
permainan dengan anak. Terapi gangguan penyerta lainnya masih
bermain membutuhkan keterlibatan memungkinkan untuk menerima dan
anak dengan dunia mereka, memahami instruksi dan informasi
memberikan kesempatan untuk dari orang lain secara sederhana.
bermain melalui apa yang mereka Gangguan penyerta lain yang biasa
lihat dari kehidupan orang dewasa ada pada anak retardasi mental
(Legoff & Sherman, 2010). adalah ADHD, autism, Kecemasan,
atau Hipersensitivitas. Hal ini akan
b) Tingkat Perkembangan Sosial Pada menghambat proses pembelajaran
Anak Retardasi Mental setelah dan latihan bagi anak retardasi
diberikan terapi bermain puzzle pada mental, sehingga diperlukan
anak usia sekolah di SLB N perlakuan “one on one” (satu terapi
kabupaten Rembang. untuk satu anak) yang sering dikenal
Setelah dilakukan tindakan dengan terapi perilaku). Terapi
dengan melakukan terapi bermain bermain cooperative play atau secara
puzzle didapatkan hasil yang sangat berkelompok selain dikemas dalam
bentuk permainan, juga diberikan Puzzle pada hakikatnya merupakan
tugas-tugas yang variatif sehingga suatu bentuk permainan yang
anak tidak merasa bosan. umumnya digunakan anak yang
Pelaksanaan terapi ini di ruang yang sifatnya teka-teki
berukuran luas dan agak terbuka,
sehingga anak memiliki keleluasaan c) Pengaruh Terapi Pengaruh Terapi
untuk bergerak dan tidak merasa Bermain Puzzle Terhadap Tingkat
takut, sehingga kondisi ini cukup Perkembangan Sosial Pada Anak
menyenangkan dan diharapkan tidak Retardasi Mentaldi SLB N Kabupaten
menimbulkan trauma bagi anak. Rembang.
Salah satu permainan yang Pengaruh terapi bermain puzzle
dapat diterapkan dalam intervensi terhadap tingkat perkembangan sosial
pembelajaran adalah puzzle. Puzzle pada anak retardasi mental di SLB N
adalah “Permainan yang menyusun Kabupaten Rembang berdasarkan hasil
suatu gambar atau benda yang telah uji bivariat dengan menggunakan uji
dipecah dalam beberapa bagian”. alternatif wilcoxon diapatkan hasil nilai
Puzzle termasuk salah satu alat Z hitung -2,556 dan p value 0,011
permainan edukatif yang dirancang dengan taraf signifikasi 5% dapat
untuk mengembangkan kemampuan disimpulkan p value ≤ 0,05 maka H0
anak belajar sejumlah keterampilan, ditolak dan Ha diterima yang berarti
misalnya motorik halus, yakni “ada pengaruh terapi bermain puzzle
dengan gerak-gerak tangan anak saat terhadap tingkat perkembangan sosial
memindah dan menyusun potongan pada anak retardasi mental di SLB N
puzzle; melatih anak untuk Kabupaten Rembang”. Dengan nilai
memusatkan perhatian, yakni pada Negative Ranks 7, Postive Ranks 20
saat anak berusaha berkonsentrasi dan Ties 7. Didapatkan nilai Positive
menyusun potongan-potongan puzzle Ranks sebanyak 20 karena responden
sesuai pola gambarnya; dan mengalami peningkatan perkembangan
Meningkatkan keterampilan sosial, sosial setelah diberikan terapi bermain
yakni puzzle dapat dimainkan lebih puzzle, kemudian terdapat Negative
dari satu orang dan jika puzzle Rank atau yang mengalami penurunan
dimainkan secara berkelompok perkembangan sosial sebanyak 7 karena
tentunya butuh diskusi untuk responden sulit untuk bersosialisasi
merancang kepingan-kepingan dengan teman di sekitarnya saat
gambar dari puzzle tersebut, maka dilakukan terapi bermain puzzle yang di
hal ini akan meningkatkan interaksi akibatkan rasa takut dan rasa tidak mau
sosial anak, di dalam kelompok anak kenal dengan orang lain, selanjutnya
akan belajar saling menghargai, terdapat Ties atau yang tidak
saling membantu dan berdiskusi mengalami perubahan perkembangan
untuk menyelesaikan masalah sosialnya sebanyak 7 karena responden
(Wahyuni & Mauren, 2010). Puzzle tidak mau mengikuti terapi bermain
biasanya terbentuk dari sebuah puzzle dengan sungguh-sungguh.
gambar yang terpotong-potong Hasil dari penelitian ini di
menurut bagian tertentu. Puzzle dapatkan bahwa anak yang mengalami
dapat terbuat dari kayu, plastik, spon retardasi mental di SLB N Kabupaten
ataupun kertas. Puzzle dapat Rembang sejumlah 34 anak (100%) dan
disesuaikan tingkat kesulitannya ada 8 responden (23,5%) yang tidak
dengan kemampuan anak berupa mengalami perubahan tingkat
jumlah kepingan, ukuran serta perkembangan sosial setelah dilakukan
bentuk potongan antar kepingannya. terapi bermain puzzle. Dimana anak
retardasi mental yang mengalami Rank Test dan Mann Whitney
tingkat perkembangan sosial buruk Testdengan tingkat kemaknaan α =
sebanyak 17 responden (50,0%) 0.05.
sebelum dilakukan tindakan terapi
bermain puzzle dan berubah menjadi 8 KESIMPULAN
responden (23,5%) setelah dilakukan
tindakan terapi bermain puzzle, 1. Mayoritas tingkat perkembangan sosial
sedangkan anak retardasi mental yang anak retardasi mental sebelum di
mengalami perkembangan sosial sedang lakukan terapi bermain puzzle berada
sebanyak 15 responden (44,1%) pada tingkat buruk yaitu sebanyak 17
sebelum dilakukan tindakan terapi responden (50,0%).
bermain puzzledan berubah menjadi 19 2. Mayoritas tingkat perkembangan sosial
responden (55,9%) setelah dilakukan anak retardasi mental setalah di lakukan
terapi puzzle. Anak retardasi terapi bermain puzzle berada pada
mentaldengan tingkat perkembangan tingkat sedang yaitu sebanyak 19
sosial baik sebelum dilakukan terapi responden (55,9%).
bermain puzzel sebanyak 2 responden 3. Berdasarkan dari hasil uji Wilcoxon
(5,9%) dan setelah dilakukan terapi dapat diketahui bahwa hasil uji statistik
bermain puzzle menjadi sebanyak 7 p value 0,011 (≤ 0,05) dengan taraf
responden (20,6%). Semua perubahan signifikasi 5% maka H0 ditolak dan Ha
itu adalah hasil dari terapi bermain diterima yang berarti ada pengaruh
puzzle yang bertujuan untuk terapi bermain puzzle terhadap Tingkat
meningkatkan perkembangan sosial Perkembangan Sosial Pada Anak
pada anak retardasi mental. Retardasi Mental di SLB Kabupaten
Hasil penelitian ini sesuai dengan Rembang.
hasil Ferlina (2014) dengan penelitian 4. Hasil dari penelitian ini di dapatkan
yang berjudul “ Pengaruh Terapi bahwa anak yang mengalami retardasi
Bermain Cooperative Play dengan mental di SLB N Kabupaten Rembang
Puzzle Transportasi Terhadap sejumlah 34 anak (100%) dan ada 8
Pekembangan Sosial Anak Retardasi responden (23,5%) yang tidak
mental di Yayasan Pendidikan Setia mengalami perubahan tingkat
Ayah Bunda Kota Payakumbuh Tahun perkembangan sosial setelah dilakukan
2014”. terapi bermain puzzle. Dimana anak
Penelitian dilakukan di Yayasan retardasi mental yang mengalami
Pendidikan “Setia Ayah Bunda” Kota tingkat perkembangan sosial buruk
Payakumbuh. Jumlah sampel pada sebanyak 17 responden (50,0%)
penelitian ini sebanyak 16 sampel. sebelum dilakukan tindakan terapi
Begitu pula dengan hasil penelitian bermain puzzle dan berubah menjadi 8
yang dilakukan Wardhani (2012) responden (23,5%) setelah dilakukan
dengan penelitian yang berjudul tindakan terapi bermain puzzle,
“Terapi Bermain Cooperative Play sedangkan anak retardasi mental yang
dengan Puzzle Meningkatkan mengalami perkembangan sosial sedang
Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi sebanyak 15 responden (44,1%)
Mental”. Penelitian ini di lakukan di sebelum dilakukan tindakan terapi
Sekolah Luar Biasa (SLB) Al – bermain puzzle dan berubah menjadi 19
Hidayah, Desa Mejayan, Kecamatan responden (55,9%) setelah dilakukan
Mejayan Kabupaten Madiun. Jumlah terapi puzzle. Anak retardasi mental
sampel pada penelitian ini sebanyak 21 dengan tingkat perkembangan sosial
sampel. Analisis data ini dilakukan baik sebelum dilakukan terapi bermain
dengan uji statistik Wilcoxon Signed puzzel sebanyak 2 responden (5,9%)
dan setelah dilakukan terapi bermain Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen
puzzle menjadi sebanyak 7 responden Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
(20,6%). BPS. 2010. Data Pokok Sekolah Luar
Biasa di Seluruh Indonesia. Centi.
SARAN 1993. Mengapa Rendah
Diri.Yogyakarta: Kanisius
1. Bagi Profesi Keperawatan Boyles & Contadino, cit Santrock,
Diharapkan perawat dapat menerapkan 2008.Life-Span Development:
terapi bermain puzzle sebagai asuhan Perkembangan Masa Hidup (edisi
keperawatan untuk meningkatkan kelima). (Penerj.Achmad Chusairi,
perkembangan sosial pada anak, serta Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga,
dapat memberikan penyuluhan Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga.
kesehatan tentang terapi bermain yang Collins, H. P., & Allbon, P. 2008.
sesuai dengan usia baik di lingkungan Disability in Australia: Intelectual
sekolah maupun di lingkungan Disability. Australian Institute of
masyarakat pada umumnya. Health and Welfare
2. Bagi Institusi (SLB) Fajar, dkk. 2009. Statistika Untuk Praktisi
Diharapkan untuk bahan referensi dan Kesehatan.Yogyakarta : Graha
tambahan wawasan dalam memberikan Ilmu.
ilmu pengetahuan khususnya tentang Farooq, U, 2011. What is Socialization -
pengaruh terapi bermain puzzle Meaning and Definition of
terhadap tingkat perkembangan sosial Socialization. from Study Lecture
pada anak retardasi mental, serta dapat Notes.
menggunakan terapi bermain puzzle ini Friedman, H. S. & Schustack, M. W. 2009.
untuk membantu mengatasi masalah Kepribadian Teori Klasik dan Riset
perkembangan sosial anak. Modern. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
3. Bagi Orang Tua Hidayat. 2010. Metode Penelitian
Diharapkan Orang tua dapat mengikuti Kesehatan Paradigma Kualitatif.
kegiatan penyuluhan yang di adakan Surabaya: Health Books
oleh tim kesehatan dan profesi Publishing.
Keperawatan, serta dapat menerapkan Ismail Andang. 2009. Education Games.
terapi bermain puzzle ini secara mandiri Yogyakarta: Pro U Media
di rumah sehingga dapat meningkatkan Legoff, D., & Sherman, M. 2010. Long-
perkembangan sosial anaknya yang term Outcame Of Social Skills
mengalami retardasi mental. Intervention Based On Interactive
4. Bagi Peneliti Selanjutnya LEGO Play.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat Lisnawati, L.; Shahib, M.N.l.:
melakukan penelitian tentang pengaruh Wijayanegara, H. 2014. Analisis
terapi bermain puzzle untuk Keberhasilan Terapi Bermain
meningkatkan kecerdasan anak terhadap Perkembangan Potensi
penderita retardasi mental. Kecerdasan Anak Retardasi Mental
Sedang Usia 7-12 Tahun. MKB 46.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmojo, S. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Adriana, Dina. 2013. Tumbuh Kembang & Rineka Cipta.
Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta Nursalam. 2013. Konsep Metode
: Salemba Medika. Penelitian Ilmu
Ahmad Susanto, 2012. Perkembangan Keperawatan.Jakarta : Salemba
Anak Usia Dini. Kencana Prenada Medika.
Media Group. Jakarta.
Riskedas. 2011. Mari Kenali dan Peduli Surabaya. Universitas Negri
terhadap Anak Autisme. Jakarta. Surabaya.
Rusiana, Evi. 2013. Pendekatan Sensori Wardani, Naniek Sulistya. 2012. Pengaruh
Integrasi Untuk Meminimalisasi Pendidikan Karakter Pada
Perilaku pendiam Pada Anak RM. Pembelajaran Tematik. Universitas
Jurnal Pendidikan Kusus. UNESA: Kristen Satyawacana.
Surabaya. WHO, 2011. Depression. http://
Saraswati, M,. Widaningsih, Ida. 2008, Be www.who. int/mediacentre
Smart Ilmu Pengetahuan Sosial. /factsheets/fs369/
Jakarta: PT Grafindo Media en/index.html.Diakses pada 10
Pratama. Desember 2016.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Wijayanti, P, 2007. Hubungan Antara
Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Dukungan Sosial Anak Retardasi
Cendekia Offset. Mental Dengan Kemampuan
Sholihah, L. 2010. Panduan Lengkap Sosialisasi di SLB Bhakti Kencana
Hamil Sehat.Yogyakarta : Diva pre Krikilan Berbah Sleman. Tidak
Soebachman, Agustina. 2012. Pemainan Dipublikasikan : Skripsi S1
Asyik Bikin Anak Program Studi Ilmu Keperawatan
Pintar.Yogyakarta : IN AzNa Fakultas Kedokteran UGM
Books. Yogyakarta.
Soetjiningsih dan Ranuh (ed.). 2014. Wong, Donna. (2008). Buku Ajar
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Keperawatan Pediatrik Wong. Alih
EGC bahasa : Agus Sutarna, Neti.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Juniarti, H.Y. Kuncoro. Editor edisi
Kombinasi. Bandung : Alfabet bahasa Indonesia : Egi Komara
Sularyo, T. S., & Kadim, M. 2007. Sari Yudha....[et al.]. Edisi 6.Jakarta :
Pediatri Volume 2 Topik Khusus EGC.
Retardasi Mental. Jakarta: Yulianti I, Rani. 2008. Permainan yang
Salemba. Meningkatkan Kecerdasan Anak.
Sulismadi, 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Jakarta : Laskar Askara.
Dasar. Jakarta: EGC.
Sujarweni. 2007. SPSS Untuk Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Syukron, Muh. 2011. Upaya Penggunaan
Media Games Puzzle Untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa.
UNESA: Surabaya
Tedjasaputra, M. S. 2011. Bermain,
Mainan, dan Permainan. Jakarta:
Grasindo.
Ulfatusholihat, Ria (2009). Peran Orang
Tua dalam Penyesuaian Diri Anak
Tunagrahita. Gunadarma:
Surabaya
Wahyuni, Nanik. Dkk. 2010. Pemanfaatan
Media Puzzle Metamorfosis dalam
Pembelajaran Sains untuk
Meningkatakan Hasil Belajar
Siswa Kelas II SD Sawunggaling 1

Anda mungkin juga menyukai