Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS HUBUNGAN KECERDASAN INTERPERSONAL

PADA PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI


(Studi kasus buku kecerdasan interpersonal anak usia dini karya Siti
Kurniasih)

Fidhia Andani, M.Pd., Dera Buana Mirka


Fidhia@mail.uinfasbengkulu.ac.id, derabuanamirka28@gmal.com

Abstract

Interpersonal intelligence is the ability to understand the thoughts, attitudes and


behavior of other people. Children who have this intelligence usually have good
interactions with other people, and the ability to understand other people and are good
at establishing social relationships. Interpersonal intelligence involves a number of
cognitive processes, including processing social information, understanding the
perspectives of others, and planning appropriate social actions. Development is a
change that lasts a lifetime with the addition of more complex body structures and
functions in gross and fine motor skills, speech and language. Qualitative research
methods with a descriptive approach and the type of research is library research.
Interpersonal intelligence has a significant influence on cognitive development. This
is because good interpersonal skills can help a person in dealing with situations and
dealing with problems better, so that it can help improve thinking and problem solving
skills.

Keywords: Development, Interpersonal Intelligence, Cognitive Intelligence,


Method.

Abstrak

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami pikiran, sikap dan perilaku


orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya memiliki interaksi yang baik
dengan orang lain, dan kemampuan memahami orang lain serta pandai menjalin
hubungan sosial. Kecerdasan interpersonal melibatkan sejumlah proses kognitif,
termasuk memproses informasi sosial, memahami perspektif orang lain, dan
merencanakan tindakan sosial yang sesuai. Perkembangan merupakan suatu perubahan
yang berlangsung seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan Bahasa. Metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif Serta jenis penelitian adalah library
research. Kecerdasan interpersonal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan kognitif. Hal ini karena kemampuan interpersonal yang baik dapat
membantu seseorang dalam menghadapi situasi dan mengatasi masalah dengan lebih
baik, sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir dan pemecahan
masalah.

Kata kunci : Perkembangan, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Kognitif,


Metode.

1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses yang dilakukan terus menerus
secara sadar dan oleh individu semasa hidupnya untuk memperoleh ilmu pengetahuan
sesuai kemampuan serta potensi dan bakat yang telah dimilikinya, dengan tujuan
membentuk individu yang baik untuk mencapai keselamatan selama hidupnya.
Pendidikan adalah kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur hidup, yang dilaksanakan di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Manusia merupakan salah satu makhluk
yang selalu bertumbuh dan berkembang. Anak usia dini adalah bagian dari manusia
yang juga selalu bertumbuh dan berkembang bahkan lebih pesat dan fundamental pada
awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas perkembang anak di masa depannya, sangat
di tentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini.1
Pendidikan anak usia dini merupakan usaha sadar dalam memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui penyedian pengalaman dan stimulasi yang
bersifat terpadu dan menyeluruh agar anak dapat bertumbuh dan berkembang secara
sehat, dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat.2
Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan
menentukan, bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi
bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan yang tepat dan
efektif sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan
mental, yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar, etos kerja, dan
produktivitas sehingga mampu mendiri dan mengoptimalkan potensi dirinya.3
Kecerdasan menurut Sebagian orang mungkin akan diartikan sebagai “potensi
intellectual”, yang konsepnya akan mengarah pada kemampuan berpikir anak yang
dimiliki sejak lahir. Kecerdasan tersebut merupakan sesuatu yang dapat diukur dengan
kapasitas yang sulit diubah. Seiring waktu, teori ini dipatahkan oleh teori Horward
Gardner tentang kecerdasan ganda atau multiple intelligences (kecerdasan majemuk atau
kecerdasan jamak). Multiple intelligences meliputi kecerdasan kecerdasan visual spasial,
kecerdasan musical, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksitensial berdasarkan pendapat
Howard Gardner. Salah satu kecerdasan yang penting dalam perkembangan sosial anak
adalah kecerdasan interpersonal yang ditunjukkan dengan kemampuan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik. 4
Adapun yang menjadi penelitian terdahulu yaitu pertama Yesi Anggraini “
Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini di Ra Melati Tanjung
Kurung Lama Kasui Way Kanan” Berdasarkan hasil penelitian kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan sesorang untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan
orang lain secara efektif. Ini termasuk kemampuan untuk memahami emosi,
membangun hubungan, menyelesaikan konflik, dan mempengaruhi orang lain.
Meskipun kecerdasan interpersonal tidak langsung berkaitan dengan perkembangan

1 Sudaryono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2016), h. 22


2Ismatul Khasanah, Agung Prasetyo, Ellya Rakhmawati. Permainan Tradisoinal Sebagai Media
Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini, (Jurnal Penelitian PIAUDIA Volume. 1 No. 1, 2011), h. 8
3 Mulyasa. Manajemen Paud, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. 2014), h. 45
4 Sahidun, N. Peningkatan kecerdasan interpersonal anak usia dini melalui permainan tradisional,

(Journal of Early Childhood Care & Education, 2018), h. 13-17

2
kognitif, kemmapuan interpersonal seseorang dapat di pengaruhi oleh kemampuan
kognitif, seperti memproses informasi, memahami konsep abstrak, mengingat
informasi, dan menyelesaikan masalah. Dalam banyak kasus, keterampilan
interpersonal dikembangkan selama bertahun-tahun melalui pengalaman dalam
berinteraksi dengan orang lain, belajar dari contoh dan pengalaman, dan melalui
pengaruh lingkungan social yang memberikan kesempatan untuk mempraktikkan
keterampilan interpersonal.5
Kedua Risa Handini dengan judul skripsi “Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Kembaran Kulon I”. Hasil penelitian yang di peroleh penulis
dapat disimpulkan kecerdasan siswa kelas IV Negeri Kembaran Kulon I berada dalam
katagori sedang dimana dalam katagori ini siswa tersebut memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dalam katagori rata-rata artinya siswa cukup mampu dalam
membangun hubungan sosial. Permasalahan kecerdasan interpersonal yang terjadi
pada siswa yaitu kesulitan untuk berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan
siswa. Selain itu, siswa yang mengalami permasalahan kecerdasan interpersonal
cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran serta mengalami kesulitan dalam berkerja
dalam kelompok serta cenderung dijauhi oleh siswa lain.6
Ketiga Nurramaya Zuleka Putri dengan judul skripsi “Hubungan Antara
Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas
III SD Negeri 106 Kota Bengkulu” bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kecerdasan interpersonal dengan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS)
kelas III SD Negeri 106 Kota Bengkulu. Kecerdasan interpersonal atau biasa disebut
dengan kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang
dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya,
sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang atau saling menguatkan.7
Keempat Jazilurrahman, Dkk “Implementasi Metode Bercerita Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini” menyimpulkan bahwa
implementasi metode bercerita pada kelompok A usia 4-6 tahun di Ra Qurani Nurur
Rahmah Sambirampakn Lor diterapkan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal
pada anak. Metode ini dimulai dengan beberapa persiapan yaitu menentukan tema
bercerita dalam mengatur tempat duduk anak. Proses bercerita diikuti dengan
pengambaran ekspresi dan mimik wajah.8
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal atau kemampuan untuk
memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif sangat berpengaruh pada
perkembangan kognitif anak. Hal ini disebabkan karena interaksi sosial adalah satu-
satunya cara bagi anak untuk memperoleh informasi tentang dunia sekitar mereka.
Dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal, anak akan belajar mengamati
perilaku orang lain, mengajukan pertanyaan, dan memperoleh pemahaman ide-ide yang
berbeda.

5 Yesi Anggraini, Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini di Ra Melati Tanjung Kurung Lama
Kasui Way Kanan”, (Lampung, 2018)
6Risa Handini, Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kembaran Kulon I, (Yogyakarta, 2013)
7Nurramaya Zuleka Putri, Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) Kelas III SD Negeri 106 Kota Bengkulu, (Bengkulu, 2020)
8Jazilurrahman, dkk. Implementasi Metode Bercerita Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia

Dini, (Probolinggo, 2021)

3
Kecerdasan interpersonal melibatkan sejumlah proses kognitif, termasuk
memproses informasi sosial, memahami perspektif orang lain, dan merencanakan
tindakan sosial yang sesuai. Keterampilan ini mengarah pada perkembangan kognitif
yang lebih kompleks, seperti kemampuan untuk menganalisis situasi sosial, membuat
asumsi yang masuk akal tentang apa yang orang lain pikirkan dan rasakan, dan
mengevaluasi dampak dari tindakan sosial yang berbeda.
Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara berpikir.
Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk
menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan
kecerdasan. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan
merancang mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.
Secara umum, kecerdasan interpersonal dan perkembangan kognitif saling
berkaitan dan memengaruhi satu sama lain dalam proses perkembangan pribadi
seseorang. Kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan sosial yang positif
dapat mempromosikan peningkatan kepribadian dan penyesuaian yang lebih baik
dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal sejak dini, karena hal ini dapat membantu
mereka untuk lebih sukses dalam interaksi sosial dan penyesuaian diri dengan
lingkungan sosial.
Kecerdasan interpersonal dianggap hal yang biasa oleh orang tua padahal
kecerdasan ini sangatlah penting untuk anak sehingga mereka tahu bagaimana cara
menempatkan diri berempati, bekerjasama, bersosialisasi. Dan kecerdasan
interpersonal pada siswa atau anak usia dini sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran dengan baik, karena melalui kecerdasan interpersonal siswa akan mampu
menyampaikan kendala, melakukan konsultasi, mengutarakan jawaban, bekerja dengan
tim serta mampu berinteraksi dengan orang lain dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Oleh sebab itu peneliti menentukan judul penelitian “Analisis
Hubungan Kecerdasan Interpersonal Pada Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
(studi kasus buku kecerdasan interpersonal anak usia dini karya Siti Kurniasih)”.

KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Kecerdasan Interpersonal
1. Pengertian kecerdasan
Banyak orang mendefenisikan kecerdasan sebagai kemampuan intelektual,
kemampuan akademis yang tinggi. Bila seorang siswa mendapatkan prestasi
tinggi dikelas maka disebut anak cerdas. Pada hakikatnya kecerdasan tidak
berpusat pada kemampuan akademi namun, pada kenyataannya adalah sebuah
kapasitas untuk memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan akal
dalam menghadapi tantangan. Kecerdasan adalah kemampuan untuk
menyelesaikan masalah atau menciptakan sesuatu yang bernilai dalam suatu
budaya. Lebih spesifiknya, Howard Gardner (2005:106) mendefinisikan
kecerdasan sebagai:
a. Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.
b. Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan.
c. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan
yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.

4
Adapun definisi lain Alfred Binet (2005:19) mendefinisikan
inteligensi/kecerdasan sebagai:
a. Kemmapuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, artinya
individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal-setting).
b. Kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya
individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu
(adaptasi).
c. Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto-kritik, artinya
individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuatnya atau mampu mengevaluasi dirinya sendiri secara objektif.
Kamus Webster (2005:152) mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan
untuk mempelajari atau mengerti dari pengalaman yang dimiliki seseorang atau
kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan yang
merupakan kemampuan mental. Adapun kecerdasan menurut Howard Gardner
Multiple intelligences (kecerdasan jamak) yaitu : kecerdasan naturalis, musicalis,
logis-matematika, verbal-liguistik, visual-spasial, intrapersonal, interpersonal,
kinestetik dan eksistensial.
Kecerdasan-kecerdasan yang ditemukan ini telah menjadikan dasar dari
pengembangan model, metode, pendekatan, Teknik dan strategi dalam dunia
pendidikan. Kecerdasan-kecerdasan ini dapat dikembangkan baik dalam bentuk
kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Dari definisi-definisi para ahli yang
telah dipaparkan diatas, kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam memperoleh dan menggunakan pengetahuan serta melakukan
kontrol atas apa yang dilakukan serta diperbuat.9

2. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan
membuat perbedaan pada suasana hati, maksud, motivasi, dan perasaan terhadap
orang lain. Hal ini dapat mencakup kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan
gerak tubuh, kemampuan untuk membedakan berbagai jenis isyarat
interpersonal dan kemmapuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat
tersebut dalam beberapa cara pragmatis.10 Misalnya, untuk mempengaruhi
sekelompok orang agar mengikuti jalur tertentu dari suatu tindakan.
Berdasarkan teori tersebut dijelaskan bahwa kecerdasan interpersonal
memungkinkan seseorang untuk memahami perasaan dan membina hubungan
baik dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal yaitu capacity to discern and
respond appropriately to the moods, temperaments, motivations, and desires of
other people. Jadi seseorang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang
berkembang dengan baik apabila dapat memahami orang lain dengan melihat
situasi lingkungan, dan bisa mempengaruhi orang lain kearah positif dengan
memotivasinya.
Kemampuan merasakan perasaan orang lain, mengakibatkan anak yang
berkembang dalam kecerdasan interpersonal mudah mendamainkan konflik.
Kepekaan ini juga mengantarkan mereka menjadi pemimpin diantara teman

9 Feldman, Robert S. Pengantar Psikologi, (Jakarta:Salemba Humanika, 2012)


10 Salovey & Mayer. Emotional Intelligence, Imagination, Cognition and Personality, (2011)

5
sebayanya. Mereka relative mampu menempatkan teman-temannya pada tempat
yang sesuai. Hal ini mendorong mereka mengorganisasikan, dan memimpin.11
Kecerdasan interpersonal juga sering terdengar dengan sebutan kecerdasan
social. Kecerdasan sosial terlihat jika seorang anak mampu menjalin
persahabatan yang akrab dengan teman-temannya juga termasuk kemampuan
seperti memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman,
memperoleh simpati dari anak-anak yang lain dan sabagainya.12 Oleh sebab itu,
kecerdasan interpersonal disebut juga kecerdasan sosial. Mengorganisasikan
kelompok, merundingkan pemecahan masalah, menjalin hubungan, dan
menganalisis sosial disebut kecerdasan sosial.
Selain itu kecerdasan interpersonal juga dapat diartikan sebagai orang yang
memiliki kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok,
belajar sambal berinteraksi dan bekerjasama, juga kerap merasa senang bertindak
sebagai penengah dalam perselisihan dan pertingkaian baik disekolah maupun
dirumah. Kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,
intensi, motivasi, watak dan tempramen orang lain.13
Kecerdasaan ini berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan
orang lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin,
mengorganisasi, berinteraksi, berbagi, menyanyangi, berbicara, sosialisasi,
menjadi pendamai, permainan kelompok, klub, teman-teman kelompok, dan
kerja sama.14 Berikut cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak,
yaitu:
a. Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu.
b. Melatih kesabaran menunggu giliran.
c. Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman lingkungan sosial.
d. Menghargai perbedaan pendapat antara anak dan teman sebaya.
e. Melatih melakukan kegiatan sosial dilingkungan.
f. Belajar bersama-sama menyelesaikan konflik.
g. Mengembangkan dukungan kelompok.
h. Melakukan kegiatan outbound, makan bersama, kerja bakti, dan bermain
drama.
i. Mengenalkan dan menyepakati berbagai aturan tingkah laku.
j. Melatih dan memberi kesempatan kepada anak untuk belajar bertanggung
jawab di rumah.
Berbagai profesi yang menggambarkan kecerdasan ini yakni administrator,
kepala sekolah, menajer, humas/pekerja bagian personalia, penengah, ahli
sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, marketing/tenaga pemasaran, dan
direktur social.15
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan
bekerjasama dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari untuk pribadi,
keluarga, dan pekerjaan. Kecerdasan ini dinilai mutlak diperlakukan dan sering

11Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk, (Tanggerang Selatan: Universitas


Terbuka. 2012), h.7
12 Erikson. Childhood and Society, (New York:W.W. Norton & Company, 2013)
13 Jasmin Julia, Metode Mengajar Multiple Intelligences, (Bandung:Nuansa Cendikia, 2016), h. 26
14 Piaget. Genetic Epistemology, (New York: Columbia University Press, 2010)
15 Lilis Madyawati. Startegi Pengembangan Bahasa pada Anak, (Jakarta:KENCANA, 2016)

6
kali disebut sebagai yang lebih penting dari kecerdasan lain untuk sukses dalam
hidup.16 Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan hubungan antar pribadi.
Anak yang menonjol kecerdasan interpersonalnya menunjukkan ciri seperti
punya banyak teman, banyak bersosialisasi disekolah dan lingkungannya.17
Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang lain, baik itu dilingkungan
sekolah, masyarakat dan lingkungan rumah. Selain itu, dimensi kecerdasan
interpersonal terbagi menjadi 3 dimensi yaitu:18
1. Social sensitivity atau sensitivitas sosial, yaitu kemampuan anak untuk mampu
merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan orang lain yang
ditunjukkannya baik secara verbal maupun non verbal.
2. Social insight, yaitu kemampuan anak untuk memahami dan mencari
pemecahan masalah yang efektif dalam situasi interaksi sosial, sehingga
masalah-masalah tersebut tidak menghambat apalagi menghancurkan relasi
sosial yang telah dibangun anak.
3. Social communication atau penguasan keterampilan komunikasi social
merupakan individu untuk mengunakan proses komunikasi dalam menjalin
dan membangun hubungan interpersonal yang sehat.

Adapun karakteristik dari siswa atau anak usia dini yang memiliki kecerdasan
interpersonal adalah sebagai berikut:
1. Belajar dengan snagat baik Ketika berada dalam situasi yang membangun
interaksi antara satu dengan yang lainnya.
2. Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, semakin merasa bahagia.
3. Sangat produktif dan berkembang dengan pesat Ketika belajar kooperatif dan
kolaboratif.
4. Ketika bermain sangat pandai bermain secara tim daripada bermain sendiri.
Secara umum kecerdasan interpersonal dapat diamati dari prilaku seseorang.
Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat cenderung mampu
beradaptasi dengan lingkungan, senang Bersama-sama dengan orang lain, dan
mampu menghargai orang lain serta memiliki banyak teman.
Inti dari kecerdasan ini adalah bahwa setiap orang diciptakan untuk
berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal merupakan
kecerdasan yang mulai disadari dan dianggap sebagai hal yang penting untuk
menjalin komunikasi antar individu. Kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk mempersepsikan perbedaan-
perbedaan mood, tujuan, motivasi dan perasaan-perasaan orang lain. Jadi
kecerdasan interpersonal dalah kemampuan lebih untuk menjalin suatu relasi
dengan orang lain, mempertahankan relasi, membaca kondisi serta karakter
seseorang, mempertahankan relasi serta bagaimana beradaptasi dan
menempatkan diri dalam berbagai kondisi.

16Igrea Siswanto dan Sri Lestari, Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan Kreatif,
(Yogyakarta:Andi, 2012), h.123
17Nilawati Tadjuddin, Optimalisasi Kecerdasan Jamak, (Bandar Lampung Lembaga Penelitian dan

Penganbdian Kepada Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung, 2014), h. 20


18 Safaria. Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak, (Yogyakarta:Amara Books, 2005),

h.23

7
Adapun hal-hal yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal antara lain:
1. Genetik.
2. Pola Asuh.
3. Lingkungan.
Adapun unsur-unsur kecerdasan interpersonal diantaranya: keadaan sosial
merujuk pada spektrum yang merentang secara instan merasa keadaan batiniah
orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya, untuk mendapatkan
situasi sosial yang rumit. Hubungan yang terjalin baik akan memicu perilaku
penyelarasan timbul-balik sehingga semua yang terlibat akan merasa nyaman.
penyelarasan dapat dilakukan melalui proses mendengarkan dan berbicara.
Melalui proses mendengarkan seseorang mampu mamahami lebih baik serta
dapat menyerap informasi dengan baik.
Proses mendengarkan merupakan proses mendengarkan yang melibatkan
proses konsentrasi secara penuh. Selain melalui proses mendengarkan juga
melalui proses berbicara. Proses berbicara dapat membantu seseorang
melakukan penyelarasan. Proses berbicara dua arah akan memudahkan
komunikasi dan komunikator bertukar informasi.
Selain melakukan penyalarasan hal yang merupakan indikasi dari unsur
kecerdasan interpersonal adalah ketepatan empatik. Ketepatan empatik adalah
kemampuan yang mampu membedakan penasihat paling cerdik, penjabat plaing
diplomatis, negosiator paling efektif, politikus paling dapat dipilih, dan terapis
paling berwawasan dengan kata lain merupakan kunci dari kesuksesan dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
Siswa yang mampu mengaplikasikan kondisi sosial akan mampu membaca
pergerakan yang ada didalam lingkungannya dan mampu memberikan aksi atas
hal tersebut. Selain menjadi populer siswa yang memiliki kondisi sosial yang baik
akan membuat dirinya mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang baru
dilingkungannya.19

B. Perkembangan Kognitif
Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti
konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam
pemerolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan. Dalam arti yang
luas, kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak dan berhubungan
dengan konasi (kehendak), afeksi (perasaan). Proses perkembangan kognitif ini
dimulai sejak lahir. Namun, campur tangan sel-sel otak dimulai setelah seorang bayi
berusia lima bulan saat kemmapuan sensorinya benar-benar tampak.
Perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima,
mengelola, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya.
Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan Bahasa (Bahasa lisan
maupun isyarat) seperti memahami kata, mengeluarkan apa yang ia pikirkan,
kemampuan logis, seperti memahami sebab akibat suatu kejadian.
Aspek perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang perlu
dikembangkan dan hal ini juga merupakan tujuan pembelajaran di PAUD/TK.
Kemmapuan kognitif ini berisikan akal, fikiran, dan lain-lainnya seperti bahasa,

19 Rhmi Fitria, Berdamai dengan Kesalahan, (Jakarta:Intisari, 2012)

8
sosial emosional, moral, dan agama, dengan kemampuan kognitif atau daya fikir
tersebut manusia akan dapat membedakan mana yang benar atau yang salah, mana
yang harus dilakukan atau dihindari, bagaimana harus bertindak dan sebagainya
yang intinya seseorang tersebut dapat memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Oleh karena nya kemampuan kognitif sangat penting bagi kehidupan seseorang dan
perlu dibekali dan dikembangkan sedini mungkin.
Perkembangan kognitif adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan –
perubahan pada proses berfikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak lahir hingga
usia delapan tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat garder yang menyatakan bahwa
intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkaan masalah atau untuk
menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih.
Pada lima tahun pertama dalam kehidupan anak, kemudian melambat, dan
akhirnya konstan disaat akhir masa remaja biasanya terjadi percepatan
perkembangan kognitif. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang besar terhadap
factor-faktor yang diduga memengaruhi perkembangan kognitif.

C. Kognitif Merangsang Kecerdasan Anak-Anak


Berpikir pada anak mengacu pada pemikiran yang terjadi dari saat kelahiran
sampai masa remaja. Dimana sejak bayi anak memiliki tiga pandangan kemampuan
bawaan yaitu perspektif asosiasonis, perspektif kontrukstivis, dan perspektif
kompeten-bayi.20 Secara umum semakin besar otak semakin besar kecerdasan
individu, perubahan dalam ukuran, struktur, dan hubungan dari pola otak selama
perkembangan anak sangat berkontribusi terhadap perubahan dalam pemikiran
anak.
Proses berpikir anak-anak berkembang melalui serangkaian tahapan
berdasarkan pendapat Piaget yaitu mekanisme dasar yang menghasilkan semua
perubahan kognitif adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses dimana
seseorang menggabungkan informasi kedalam pengetahuan yang telah mereka
miliki. Akomodasi adalah proses yang berlawanan didalamnya, pemahaman
seseorang yang ada di ubah oleh pengetahuan baru.21 Adapun berdasarkan pendapat
Vygotsky percaya bahwa semua proses psikologis “tertinggi” memiliki asal usul
dalam interaksi sosial. Anak-anak awalnya melakukan tugas-tugas kognitif dengan
dukungan dari lingkungan sosial, dan dari waktu ke waktu, interaksi sosial secara
bertahap di internalisasikan, sampai anak-anak dapat melakukan tugasnya sendiri.

D. Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
Pendidikan dasar yang merupakan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditunjukkan bagi anak sejak lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan
dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

Hijriati. Tahapan Perkembangan Kognitif pada Masa Early Childhood. Vol. 1, No. 2. (2016)
20

Fu'ad Arif Noor, Perkembangan Kognitif Anak Raudlatul Athfla (RA). Jurnal Program Studi
21

PGRA, Vol. 4, No. 2. (2018)

9
Pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada julur formal, nonformal, dan
informal.22
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi nsemua manusia
tanpa terkecuali. Oleh karena itu pemerintah mewajibkan bagi semua putra dan
putri Indonesia menempuh pendidikan selama dua belas tahun atau mencapai
jenjang SMA. Dalam undang-undang 1945 pasal 28 C tentang hak asasi manusia
ayat 1 yang berbunyi “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui kebutuhan
dasarnya, berhak mendaptkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia”. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia
menganggap bahwa pendidikan merupakan hak asasi dari semua warga Indonesia
tanpa terkecuali.
Dimana pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah
pertumbuhan dan enam perkembangan yaitu: perkembangan moral dan agama,
perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus), kecerdasan/kognitif
(daya pikir, daya cipta), sosio-emosional (sikap dan emosi), bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang
dilalui oleh anak usia dini.23
Bagi orang tua, anak merupakan harapan di masa mendatang. Maka dari itu,
sudah selayaknya orang tua harus mempersiapkan pendidikan bagi anaknya sedini
mungkin. Berbicara mengenai pendidikan bagi anak, tidak lepas dari seberapa jauh
orang tuanya dalam mempersiapkan pendidikan anaknya sejak usia dini atau
prasekolah.

METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dilihat dari jenisnya penelitian ini merupakan library research (penelitian
perpustakaan). Penelitian keperpustakaan adalah kegiatan mecari atau data melalui
referensi atau pustaka yang berasal dari buku atau jurnal ilmiah. Oleh karenanya,
objek penelitiannya adalah berupa buku-buku, jurnal serta tulisan lain yang dapat
memberi informasi sesuai kebutuhan penulis.
Sedangkan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang suatu
fenomena yang akan diteliti. Khususnya hal-hal yang berkaitan dengan Analisis
Hubungan Kecerdasan Interpersonal Pada Perkembangan Kognitif Anak Usia
Dini. Penelitian kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus
penelitian memilih informasi sebagai sumber data. Dengan analisis deskriptif
kualitatif dianggap dapat memaparkan hasil penelitian secara sistematis,
komprehensif, dan mendalam yang berupa kata-kata dan gambar bukan angka-
angka.

22 Adzroil, Ula Al Etivali. Pendidikan Anak Usia Dini. (Jurnal Penelitian Medan Agama, Vol. 10,

No. 2, 2019)
23 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:Pustaka Bealajar, 2013)

10
B. Sumber Data
Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Secara
umum, ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sumber data
primer dan sekunder. Rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung pada buku yang diteliti.
Data ini dapat diperoleh melalui analisis buku mengenai Analisis Hubungan
Kecerdasan Interpersonal Pada Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini (Study
Kasus Buku Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Karya Siti Kurniasih)
data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari buku yang diteliti
yaitu buku karya Siti Kurniasih.

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang menunjang data primer dan pelengkap
bagi data primer. Data sekunder merupakan sumber pencarian informasi
ditemukan melalui media perantara dan secara tidak langsung. Seperti web, buku,
artikel, jurnal, dan sumber informasi lain yang dapat dimanfaatkan sebagai
informasi pelengkap dalam penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data


Untuk melakukan penelitian library research supaya mencapai hasil penelitian
yang valid dan reliabel maka diperlukan data yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya serta menggunakan metode yang sesuai untuk data tersebut dengan
dipertimbangkan jenis-jenis data yang diperlukan materi-materi yang terkumpul cara
mengingat pula akan sumber-sumber data maka peneliti yang memanfaatkan
beberapa metode yang relevan kumpulan data yaitu:
a. Identifikasi Topik
Tentukan topik penelitian dan fokuskan pada aspek yang ingin diteliti. Seperti
topik saya yaitu analisis hubungan kecerdasan interpersonal pada perkembangan
anak usia dini, maka identifikasi topik yang berkaitan dengan kecerdasan
interpersonal dan perkembangan kognitif.

b. Koleksi Sumber Informasi


Koleksi sumber informasi yang relevan dengan topik penelitian. Sumber
informasi dapat berupa buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, literatur terkait,
atau artikel online. Dan dimana kita dapat menggunakan katalog perpustakaan,
database jurnal online, atau mesin pencari akademik seperti Google Scholar
untuk menemukan sumber informasi yang relevan.

c. Evaluasi Sumber Informasi


Lakukan evaluasi terhadap sumber-sumber informasi yang telah ditemukan.
Periksa keaslian, keakuratan, dan relevansi sumber informasi tersebut dengan
topik penelitian. Pastikan sumber tersebut berasal dari sumber yang terpercaya
dan memiliki kredibilitas.

11
d. Pelajari dan Analisis Sumber Informasi
Bacalah dan pelajari sumber-sumber informasi yang telah dipilih. Baca
dengan seksama dan perhatikan poin-poin penting yang berkaitan dengan topik
penelitian. Buat catatan atau ringkasan tentang poin-poin penting yang ingin
digunakan dalam penelitian.

e. Sintesis dan Penulisan


Setelah selesai membaca dan menganalisis sumber-sumber informasi, sintesis
informasi tersebut ke dalam sebuah tulisan atau laporan penelitian. Tuliskan
temuan-temuan yang relevan dengan topik penelitian dan sertakan referensi yang
diperlukan.

f. Pengutipan dan Daftar Pustaka


Saat mengutip informasi dari sumber-sumber yang digunakan, pastikan
mencatat secara tepat mengenai sumber tersebut. Sesuaikan dengan aturan
pengutipan yang berlaku, seperti APA atau MLA.

g. Pembaruan Data
Dalam melakukan library research, penting untuk memperbarui data yang
dikumpulkan. Perbarui informasi yang berkaitan dengan analisis hubungan
kecerdasan interpersonal pada perkembangan kognitif anak usia dini jika ada
perkembangan terbaru atau penelitian baru yang relevan.

E. Teknik analisis data


Analisis data proses informasi adalah metode mencari dan mengumpulkan
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, persepsi, dan secara metodis,
sehingga mudah ditangkap dan penemuannya akan diinformasikan kepada orang
lain. Metode pemeriksaan informasi dalam penyelidikan tentang dimulai dengan
menganalisis semua informasi dari berbagai sumber. menjadi persepsi, pertemuan,
persepsi, dan dokumentasi tertentu. Informasi tersebut kemudian akan dianalisis
menggunakan metode pemeriksaan yang cerdas dan dilanjutkan terus menerus
hingga total. Langkah-langkah prosedur pemeriksaan informasi adalah sebagai
berikut: mencari dan menyusun secara sitematis data yang diproleh dari hasil
menganalisis buku dan bahan-bahan lain, maka tidak sulit untuk dipahami dan
temuannya dapat dibagikan atau diinformasikan kepada orang lain.
a. Reduksi Data
Mereduksi data yaitu mencatat lebih singkat serta memilih hal-hal pokok
yang dapat memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari temannya dan
polanya, dan membuang yang tidak perlu.

b. Penyajian data (Data Display)


Dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan dan sejenisnya agar memudahkan peneliti memahami yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

c. Verifikasi (Conclution Drawing)

12
Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal harus disesuaikan dengan
bukti yang valid dan konsisten, sehingga dapat menemukan apakah kesimpulan
tersebut kredibel atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam buku ini, penulis membahas secara komprehensif mengenai kecerdasan
interpersonal, yaitu kemampuan anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain dengan baik. Buku ini memberikan pengetahuan dasar mengenai konsep
kecerdasan interpersonal, serta memberikan tips dan strategi praktis dalam
membangun kecerdasan interpersonal anak.
Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah cara penulis menggambarkan
gambaran holistik tentang kecerdasan interpersonal. Siti Kurniasih menjelaskan bahwa
kecerdasan interpersonal tidak hanya terbatas pada kemampuan sosial dan komunikasi
verbal saja, tetapi juga melibatkan empati, emosional inteligensi, dan kemampuan
untuk memahami dan memenuhi kebutuhan orang lain.
Buku ini juga menghadirkan berbagai contoh kasus nyata yang sering dihadapi
orangtua dan pendidik dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal anak. Penulis
memberikan solusi dan strategi praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan langkah-langkah dan aktivitas yang
dapat diikuti oleh orangtua dan pendidik untuk membangun kecerdasan interpersonal
anak. Pembahasan atau aktivitas tersebut mencakup berbagai aspek, seperti mengenali
emosi, membangun kepercayaan diri, mengembangkan kemampuan berbicara dan
mendengarkan, serta menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.
Selain isinya yang informatif dan praktis, gaya penulisan penulis juga sangat mudah
dipahami dan enak untuk diikuti. Penjelasan yang ringkas dan dilengkapi dengan
ilustrasi juga membuat buku ini mudah dipahami oleh para pembaca. Namun, ada
beberapa hal yang dapat ditingkatkan dalam buku ini. Misalnya, lebih banyak lagi
contoh kasus nyata yang diberikan agar pembaca dapat lebih memahami situasi yang
dapat dihadapi saat mengembangkan kecerdasan interpersonal anak. Selain itu,
beberapa konsep mungkin membutuhkan penjelasan yang lebih mendalam agar
memudahkan pemahaman.
Secara keseluruhan, buku "Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini" karya Siti
Kurniasih adalah sumber yang sangat berharga bagi para orangtua dan pendidik dalam
mengembangkan kecerdasan interpersonal anak usia dini. Buku ini memberikan
pemahaman yang baik tentang kecerdasan interpersonal dan memberikan strategi dan
aktivitas yang praktis untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak-anak.
Siti Kurniasih adalah seorang penulis yang dikenal karena karyanya dalam bidang
kecerdasan interpersonal. Dia lahir di Jakarta pada tanggal 14 Januari 1980. Sejak kecil,
Siti memiliki minat dalam memahami dan menganalisis interaksi sosial antara individu.
Siti memperoleh gelar sarjana psikologi dari Universitas Indonesia. Selama studinya,
dia mulai tertarik pada bidang kecerdasan interpersonal dan memilih untuk meneliti
topik ini dalam skripsinya. Tesisnya sangat dipuji oleh dosen dan profesor di

13
universitasnya karena keunikan dan kontribusinya dalam pemahaman tentang
kecerdasan interpersonal.
Setelah lulus, Siti memutuskan untuk menyebarkan pengetahuannya tentang
kecerdasan interpersonal melalui tulisan-tulisan. Dia mulai menulis buku yang
menjelaskan konsep-konsep dasar kecerdasan interpersonal, serta memberikan tips
dan strategi untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang ini. Dalam setiap bukunya,
Siti menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan menyajikan informasi dengan cara
yang praktis dan relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Karya pertama Siti yang diterbitkan adalah "Menguasai Kecerdasan Interpersonal:
Mengembangkan Kemampuan Membentuk Hubungan Harmonis dengan Orang
Lain". Buku ini mendapat sambutan positif dari pembaca dan menjadi bestseller dalam
waktu singkat. Kesuksesan buku ini membuat Siti semakin termotivasi untuk terus
menulis dan berbagi pengetahuan tentang kecerdasan interpersonal.
Sejak itu, Siti telah menerbitkan beberapa buku lain yang berkaitan dengan
kecerdasan interpersonal. Beberapa judul bukunya antara lain "Membangun
Komunikasi Efektif", "Mengembangkan Empati dan Kepedulian Sosial", dan "Melatih
Keterampilan Memecahkan Konflik". Buku-buku ini telah membantu banyak orang
dalam memahami dan meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan
orang lain.
Selain menulis, Siti Kurniasih juga menjadi pembicara di berbagai seminar dan
workshop yang mengenai kecerdasan interpersonal. Dia berbagi pengetahuannya serta
memberikan panduan praktis kepada peserta agar mereka dapat mengaplikasikan
konsep-konsep kecerdasan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan pengetahuannya yang mendalam dan minatnya yang kuat dalam bidang
ini, Siti Kurniasih terus berkontribusi dalam meningkatkan pemahaman dan kesadaran
akan pentingnya kecerdasan interpersonal. Melalui tulisannya, dia memotivasi orang
untuk menjadi individu yang lebih bijaksana dalam membangun hubungan harmonis
dengan orang lain.
Buku "Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini" karya Siti Kurniasih membahas
tentang bagaimana mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain dengan baik.
Di dalam buku ini, Siti Kurniasih memberikan beberapa strategi dan contoh
aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal pada
anak usia dini. Beberapa poin penting yang dibahas dalam buku ini antara lain:
1) Pentingnya mengembangkan keterampilan sosial pada anak usia dini. Buku ini
memberikan penjelasan mengenai mengapa keterampilan sosial sangat penting dan
bagaimana mengasahnya melalui berbagai aktivitas yang disesuaikan dengan
perkembangan anak usia dini.
2) Konsep-konsep dasar mengenai komunikasi interpersonal. Buku ini menjelaskan
konsep komunikasi interpersonal secara sederhana dan mudah dipahami oleh anak

14
usia dini. Selain itu, juga dilengkapi dengan contoh-contoh yang konkret untuk
membantu pemahaman anak.
3) Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
interpersonal pada anak usia dini. Buku ini memberikan berbagai macam contoh
aktivitas yang dapat dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di tempat lain untuk
mengasah kecerdasan interpersonal anak. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang agar
anak dapat belajar berkomunikasi, memahami, dan berinteraksi dengan orang lain
dengan baik.
4) Pengarahan bagi orang tua dan pendidik. Buku ini juga memberikan panduan dan
petunjuk bagi orang tua dan pendidik untuk mendukung pengembangan kecerdasan
interpersonal anak. Terdapat tips-tips praktis yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk membantu anak mengembangkan kecerdasan
interpersonalnya.
Buku "Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini" karya Siti Kurniasih sangat
relevan dengan kebutuhan saat ini, mengingat pentingnya kemampuan bersosialisasi
dan berkomunikasi dengan baik pada anak usia dini. Buku ini dapat menjadi panduan
yang bermanfaat bagi orang tua dan pendidik dalam mengembangkan kecerdasan
interpersonal anak usia dini.24
Adapun yang menjadi penelitian terdahulu yaitu pertama Yesi Anggraini “
Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini di Ra Melati Tanjung
Kurung Lama Kasui Way Kanan” Berdasarkan hasil penelitian kecerdasan
interpersonal adalah kemampuan sesorang untuk berinteraksi dan bekerja sama dengan
orang lain secara efektif. Ini termasuk kemampuan untuk memahami emosi,
membangun hubungan, menyelesaikan konflik, dan mempengaruhi orang lain.
Meskipun kecerdasan interpersonal tidak langsung berkaitan dengan perkembangan
kognitif, kemmapuan interpersonal seseorang dapat di pengaruhi oleh kemampuan
kognitif, seperti memproses informasi, memahami konsep abstrak, mengingat
informasi, dan menyelesaikan masalah. Dalam banyak kasus, keterampilan
interpersonal dikembangkan selama bertahun-tahun melalui pengalaman dalam
berinteraksi dengan orang lain, belajar dari contoh dan pengalaman, dan melalui
pengaruh lingkungan social yang memberikan kesempatan untuk mempraktikkan
keterampilan interpersonal.25
Kedua Risa Handini dengan judul skripsi “Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Kembaran Kulon I”. Hasil penelitian yang di peroleh penulis
dapat disimpulkan kecerdasan siswa kelas IV Negeri Kembaran Kulon I berada dalam
katagori sedang dimana dalam katagori ini siswa tersebut memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dalam katagori rata-rata artinya siswa cukup mampu dalam
membangun hubungan sosial. Permasalahan kecerdasan interpersonal yang terjadi
pada siswa yaitu kesulitan untuk berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan
siswa. Selain itu, siswa yang mengalami permasalahan kecerdasan interpersonal
cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran serta mengalami kesulitan dalam berkerja
dalam kelompok serta cenderung dijauhi oleh siswa lain.26

24SitiKurniasih, Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini, (Indonesia:Guepedia Group, 2021)


25Yesi Anggraini, Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini di Ra Melati Tanjung Kurung Lama
Kasui Way Kanan”, (Lampung, 2018)
26Risa Handini, Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kembaran Kulon I, (Yogyakarta, 2013)

15
Ketiga Nurramaya Zuleka Putri dengan judul skripsi “Hubungan Antara
Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas
III SD Negeri 106 Kota Bengkulu” bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kecerdasan interpersonal dengan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial (IPS)
kelas III SD Negeri 106 Kota Bengkulu. Kecerdasan interpersonal atau biasa disebut
dengan kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang
dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya,
sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang atau saling menguatkan.27
Keempat Jazilurrahman, Dkk “Implementasi Metode Bercerita Dalam
Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini” menyimpulkan bahwa
implementasi metode bercerita pada kelompok A usia 4-6 tahun di Ra Qurani Nurur
Rahmah Sambirampakn Lor diterapkan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal
pada anak. Metode ini dimulai dengan beberapa persiapan yaitu menentukan tema
bercerita dalam mengatur tempat duduk anak. Proses bercerita diikuti dengan
pengambaran ekspresi dan mimik wajah.28
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal atau kemampuan untuk
memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif sangat berpengaruh pada
perkembangan kognitif anak. Hal ini disebabkan karena interaksi sosial adalah satu-
satunya cara bagi anak untuk memperoleh informasi tentang dunia sekitar mereka.
Dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal, anak akan belajar mengamati
perilaku orang lain, mengajukan pertanyaan, dan memperoleh pemahaman ide-ide yang
berbeda. Proses ini memicu perkembangan kognitif anak karena mereka harus
memahami dan memproses informasi yang diterima untuk memahami dan merespon
interaksi sosial. Dengan memperkuat kecerdasan interpersonal anak, maka
kemmapuan kognitifnya juga akan meningkat karena mereka mampu berkomunikasi,
berkolaborasi, dan memecahkan masalah secara lebih efektif.
Kecerdasan interpersonal atau interpersonal intelligence merupakan kemampuan
seseorang dalam membaca emosi, pikiran, dan niat orang lain serta berinteraksi dengan
orang lain secara efektif. Dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif, kecerdasan
interpersonal dapat berpengaruh melalui beberapa faktor, antara lain:
1. Kemampuan sosialisasi
Individu yang mempunyai kecerdasan interpersonal yang baik cenderung
memiliki kemampuan sosialisasi yang baik pula. Mereka memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan memahami perbedaan
individualitas yang ada. Hal ini dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar
dan interaksi sosial yang lebih baik.
2. Komunikasi yang efektif
Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik dapat
berkomunikasi dengan orang lain dengan baik. Mereka mampu mengekspresikan
diri secara jelas, mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian, dan dapat
memahami pesan yang disampaikan secara tepat. Hal ini dapat membantu dalam
proses belajar dan membantu memahami informasi dengan lebih baik.

27Nurramaya Zuleka Putri, Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Kelas III SD Negeri 106 Kota Bengkulu, (Bengkulu, 2020)
28Jazilurrahman, dkk. Implementasi Metode Bercerita Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia

Dini, (Probolinggo, 2021)

16
3. Kemampuan membentuk hubungan yang positif Individu yang memiliki
kecerdasan interpersonal yang baik cenderung lebih mudah membentuk hubungan
yang positif dengan orang lain. Mereka dapat berinteraksi dengan orang lain dengan
lebih baik, membangun kepercayaan dan mempunyai kemampuan memecahkan
masalah secara bersama-sama. Hal ini dapat membantu meningkatkan motivasi dan
kolaborasi dalam proses belajar.
4. Empati
Individu yang memiliki kecerdasan interpersonal yang baik juga cenderung
mempunyai kemampuan empati yang tinggi. Mereka dapat memahami perasaan dan
sudut pandang orang lain dengan baik, sehingga proses belajar dapat menjadi lebih
terbuka dan jujur.
Dengan mempunyai kecerdasan interpersonal yang baik, individu akan lebih
mudah beradaptasi dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul dalam proses
belajar dan perkembangan kognitif. Hal ini akan membantu individu meraih prestasi
dan kemajuan yang lebih baik dalam proses belajar dan perkembangan dirinya
secara keseluruhan. Kecerdasan interpersonal yang baik dimiliki anak, jika
mempunyai kemampuan berinteraksi tidak hanya menjalin hubungan dengan temna
sebayatetapi juga dapat berinteraksi dengan orang yang lebih tua atau lebih muda
dari nya, dan dapat memahami perasaan dan situasi orang lain dan lingkungannya.29
Kecerdasan interpersonal pada anak usia dini dapat memiliki dampak yang
signifikan pada perkembangan kognitif mereka. Berikut adalah beberapa hasil dari
kecerdasan interpersonal pada perkembangan kognitif anak usia dini:
1. Kemampuan komunikasi yang baik: Anak-anak yang memiliki kecerdasan
interpersonal yang kuat cenderung memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Mereka dapat mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan kebutuhan mereka
dengan jelas, yang mendukung perkembangan bahasa dan komunikasi mereka.
2. Kemampuan berkolaborasi: Anak-anak dengan kecerdasan interpersonal yang
tinggi cenderung memiliki keterampilan kolaborasi yang baik. Mereka mampu
bekerja dengan orang lain, bekerja sama dalam grup, dan memahami perspektif
orang lain. Ini membantu mereka dalam memecahkan masalah, berpikir kritis,
dan memahami konteks sosial.
3. Kemampuan memahami emosi: Kecerdasan interpersonal juga melibatkan
kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri dan orang lain. Anak-anak yang
dapat mengenali dan mengelola emosi dengan baik akan memiliki kemampuan
berpikir yang lebih baik, meningkatkan pengambilan keputusan, dan
mengembangkan empati terhadap orang lain.
4. Kemampuan beradaptasi: Anak-anak dengan kecerdasan interpersonal yang kuat
cenderung memiliki tingkat ketahanan yang tinggi dan kemampuan beradaptasi
dengan baik terhadap perubahan dan tantangan. Kemampuan ini membantu
mereka dalam menghadapi situasi baru, mengatasi hambatan, dan
mengembangkan kemampuan belajar yang efektif.
5. Kemampuan memahami hubungan sosial: Kecerdasan interpersonal juga
berhubungan dengan kemampuan memahami hubungan sosial dan norma, serta
pemahaman tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Ini membantu
29Thomas R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligences, (Bandung:Mizan Pustaka, 2007)

17
anak-anak dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain,
memahami makna hubungan interpersonal, dan mengembangkan keterampilan
sosial yang penting.
Secara keseluruhan, kecerdasan interpersonal pada anak usia dini dapat
memberikan kontribusi yang signifikan pada perkembangan kognitif mereka
dengan meningkatkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, pemahaman emosi,
adaptasi, dan hubungan sosial.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari buku "Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini" karya Siti
Kurniasih adalah bahwa kemampuan interpersonal sangat penting bagi perkembangan
anak usia dini. Buku ini menjelaskan bahwa anak-anak perlu belajar bagaimana
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang di sekitar mereka,
termasuk teman sebaya, keluarga, dan guru.
Dalam buku ini, Siti Kurniasih memberikan berbagai strategi dan tips untuk
mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak usia dini. Dia menekankan
pentingnya empati, kejujuran, kooperasi, dan kemampuan memahami dan mengelola
emosi. Buku ini juga menyoroti pentingnya memperkuat hubungan sosial anak dan
membangun keterampilan komunikasi yang efektif.
Kesimpulannya, buku ini menekankan betapa pentingnya kecerdasan
interpersonal dalam kehidupan sehari-hari anak usia dini. Dengan mengembangkan
kemampuan ini, anak-anak dapat belajar berhubungan dengan orang lain dengan lebih
baik, mengatasi konflik, dan membangun hubungan yang sehat dan positif. Buku ini
memberikan panduan praktis bagi orangtua dan pendidik dalam membantu anak-anak
mereka mengembangkan kecerdasan interpersonal sejak dini.
Kesimpulan dari kecerdasan interpersonal pada perkembangan kognitif anak usia
dini adalah:
1. Kecerdasan interpersonal memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif
anak usia dini. Interaksi dengan orang lain membantu anak mengembangkan
pemahaman mereka tentang dunia di sekitar mereka dan mengasah kemampuan
kognitif mereka.
2. Melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya, anak-anak belajar berpikir
secara logis, memecahkan masalah, dan mengembangkan pola pikir abstrak. Mereka
juga mengembangkan kemampuan untuk mengorganisir informasi dan mengambil
keputusan berdasarkan pemikiran kritis.
3. Kemampuan untuk berinteraksi dengan baik dengan orang lain dan memahami
emosi dan perasaan mereka juga membantu anak-anak mengembangkan
kemampuan sosial dan kreativitas mereka. Mereka belajar mengenali emosi orang
lain, memahami perspektif orang lain, dan bekerja sama dalam situasi sosial.
4. Kecerdasan interpersonal juga berkontribusi pada perkembangan bahasa anak.
Melalui komunikasi dan interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya, anak-

18
anak belajar berbicara, memahami kata-kata, dan mengungkapkan pemikiran dan
perasaan mereka dengan jelas.
5. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengasah kecerdasan interpersonal anak
usia dini melalui interaksi yang kualitatif dan penuh perhatian. Mendorong anak
untuk terlibat dalam permainan sosial, percakapan, dan kolaborasi dapat membantu
meningkatkan kemampuan kognitif mereka.
Dalam kesimpulannya, kecerdasan interpersonal pada perkembangan kognitif
anak usia dini adalah penting dalam membantu anak memahami dunia di sekitar
mereka, mengembangkan kemampuan berpikir secara logis, memecahkan masalah, dan
mengorganisir informasi. Interaksi dengan orang lain juga membantu anak
meningkatkan kemampuan sosial, kreativitas, dan bahasa mereka.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adzroil, Ula Al Etivali. 2019. Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Penelitian Medan
Agama, Vol. 10, No. 2.

Erikson. 2013. Childhood and Society. New York:W.W. Norton & Company.

Feldman, Robert S. 2012. Pengantar Psikologi, (Jakarta:Salemba Humanika.

Fu'ad Arif Noor. 2018. Perkembangan Kognitif Anak Raudlatul Athfla (RA). Jurnal
Program Studi PGRA, Vol. 4, No. 2.

Hijriati. 2016. Tahapan Perkembangan Kognitif pada Masa Early Childhood. Vol. 1,
No. 2.

Igrea Siswanto dan Sri Lestari. 2012. Pembelajaran Atraktif dan 100 Permainan
Kreatif. Yogyakarta:Andi.

Ismatul Khasanah, Agung Prasetyo, Ellya Rakhmawati. 2011. Permainan


Tradisoinal Sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini, (Jurnal
Penelitian PIAUDIA Volume. 1 No. 1.

Jasmin Julia. 2016. Metode Mengajar Multiple Intelligences. Bandung:Nuansa


Cendikia.

Jazilurrahman, dkk. 2021. Implementasi Metode Bercerita Dalam Meningkatkan


Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini, Probolinggo.

Kurniasih, Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini, Indonesia:Guepedia Group.

Lilis Madyawati. 2016. Startegi Pengembangan Bahasa pada Anak.


Jakarta:KENCANA.

Mansur. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:Pustaka Bealajar.

Mulyasa. 2014. Manajemen Paud. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Nilawati Tadjuddin. 2014. Optimalisasi Kecerdasan Jamak. Bandar Lampung


Lembaga Penelitian dan Penganbdian Kepada Masyarakat IAIN Raden Intan
Lampung.

Nurramaya Zuleka Putri, 2020. Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan


Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas III SD Negeri 106 Kota Bengkulu.
Bengkulu.

Piaget. 2010. Genetic Epistemology, New York: Columbia University Press.

20
Risa Handini, 2013. Kecerdasan Interpersonal Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kembaran
Kulon I. Yogyakarta.

Rhmi Fitria. 2012. Berdamai dengan Kesalahan. Jakarta:Intisari.

Sahidun, N. 2018. Peningkatan kecerdasan interpersonal anak usia dini melalui permainan
tradisional. Journal of Early Childhood Care & Education.

Safaria. 2005. Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak.


Yogyakarta:Amara Books.

Salovey & Mayer. 2011. Emotional Intelligence, Imagination, Cognition and Personality.

Sudaryono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta:Prenadamedia Group.

Tadkiroatun Musfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tanggerang


Selatan: Universitas Terbuka.

Thomas R. Hoerr. 2007. Buku Kerja Multiple Intelligences. Bandung:Mizan Pustaka.

Yesi Anggraini, 2018. “Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini di Ra


Melati Tanjung Kurung Lama Kasui Way Kanan”, Lampung.

21
Dokumentasi

22

Anda mungkin juga menyukai