id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses mengatur lingkungan agar terjadi
interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. (Slamet dan Suwarto,
2007:158). Manusia terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari anak
didik, guru, dan tenaga pendidik lainnya. Material meliputi buku-buku, papan
tulis, audio, video tape. Fasilitas dan perlengkapan meliputi ruangan kelas,
perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan
penyampaian informasi, praktik, dan belajar.
Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran, maka pendidikan
formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi anak didik, untuk
berlangsungnya interaksi yang baik, dan bukan sekedar penyampaian
pengetahuan dan membentuk keterampilan saja. Sekarang ini pembelajaran
harus sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu pembelajaran sebagai suatu
pendekatan yang berorientasi pada praktik dan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
b. Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
Pembelajaran di pendidikan anak usia dini dilakukan secara bermain.
Hal ini dikarenakan anak usia dini adalah masa bermain. Sehingga melalui
bermain anak dapat melakukan suatu pembelajaran. Pendidik harus dapat
melakukan penataan lingkungan bermain, menyediakan bahan-bahan
permainan yang terpilih, membangun interaksi baik dengan anak, dan
membuat rencana kegiatan yang sesuai untuk anak. Sekolah untuk anak usia
dini harus memfasilitasi layanan yang baik. ( Suyadi, 2010:17 ).
Masa anak merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, konsep diri, disiplin, seni, moral, dan nilai-nilai agama, sehingga
dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
kemampuan sosial anak dipengaruhi jiwa dan emosinya. Pola-pola emosi anak
usia kanak-kanak menurut Hurlock (1980:116), yaitu :
1. Amarah, penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran
mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan
yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa amarah
dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menagis, berteriak,
menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2. Takut, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut,
seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan televisi, dan
film-film dengan unsur yang menakutkan.
3. Cemburu, hal ini terjadi bila anak mengira minat dan perhatian
orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya
kehadiran seorang adik.
4. Rasa ingin tahu, hal ini terjadi karena anak mempunyai rasa ingin
tahu terhadap suatu hal yang baru dilihatnya.
5. Iri hati, hal ini umumnya terjadi pada anak yang iri terhadap
kemampuan atau barang-barang yang dimiliki orang lain.
6. Gembira, perasaan ini dialami anak karena sehat, bunyi yang tiba-
tiba atau yang tidak diharapkan, dan berhasil melakukan yang
dianggap sulit.
7. Sedih, hal ini dialami anak karena kehilangan segala sesuatu yang
dicintai atau dianggap penting bagi dirinya (orang, binatang,
ataupun benda mati seperti mainan).
8. Kasih sayang, anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau
benda-benda yang menyenangkannya. Ketika masih kecil, anak
mengungkapkan kasih sayang dengan memeluk, menepuk, dan
mencium objek kasih sayangnya.
Teori yang telah terungkap di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
anak mengalami pola perkembangan emosi ketika berinteraksi dengan teman
atau orang lain, dan masing-masing anak berbeda-beda dalam mengalami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
12
tahun ke tahun. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan orang lain atau
temannya dari pada dengan benda, akan mengembangkan kecakapan sosial,
sehingga anak lebih populer dari pada yang berkomunikasinya terbatas.
Anak usia tiga tahun mulai membangun suatu hubungan dengan
keluarga, teman, dan orang lain. Adapun pola perkembangan sosial pada masa
kanak-kanak menurut Sujiono (2012:70-75) sebagai berikut :
1.) Perkembangan Kepribadian, yaitu membantu anak-anak untuk
mengenali kebutuhan dan perasaan mereka sendiri merupakan hal yang
penting dalam membangun kepercayaan. 2.) Perkembangan Konsep Diri,
yaitu anak mengembangkan konsep dirinya secara bertahap. Anak
mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang individu yang terpisah
dari orang lain selama beberapa tahun. Melalui interaksi pertama anak
dengan orang tua dan keluarga, kemudian dengan orang lain di luar
keluarga. Anak secara berangsur-angsur mengembangkan suatu konsep
mengenai siapa mereka dan seperti apa mereka. 3.)Peran dari Permainan,
yaitu anak-anak dapat memainkan berbagai peran dan perilaku serta
mendapatkan umpan balik tentang kecocokan dari perilaku dalam
bermain. 4.) Hubungan Sosial dan Keterampilan Sosial, adalah
kemampuan anak untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu
situasi sosial, keterampilan untuk merasa dengan tepat
menginterpretasikan tindakan di kelompok bermain, kemampuan untuk
membayangkan bermacam-macam tindakan yang memungkinkan dan
memilih salah satu yang paling sesuai.
Penjelasan dari ahli tersebut di atas dapat penulis simpulkan, bahwa pola
perkembangan sosial masa kanak-kanak dimulai dari diri anak yang kemudian
berkembang ke dalam hubungan interaksi dengan teman bermainnya dan
orang lain yang ada di sekitarnya.
3. Pengertian dan Penggunaan Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini
a. Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
Di Taman Kanak-kanak kegiatan dapat dilakukan dalam bentuk
bermain. Strategi kegiatan lebih banyak menekankan pada aktivitas anak
daripada aktivitas guru. Setiap guru akan menggunakan metode sesuai
dengan rencana kegiatan. Oleh karena itu kegiatan yang dilakukan
menggunakan metode yang tepat. Moeslichatoen (2004:7) mengartikan
metode adalah bagian dari strategi kegiatan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang dipilih dan ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
Anak usia dini bersifat unik. Oleh karena itu dalam kegiatan
mengunakan metode yang sesuai bagi anak. Metode-metode dapat
memungkinkan anak satu dengan anak yang lain berhubungan baik. Hal ini
akan menggunakan metode yang lebih memenuhi kebutuhan dan minat
anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, guru akan dapat
mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting. (Moeslichatoen,
2004:7).
b. Penggunaan Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
Metode yang digunakan dalam pembelajaran di Pendidikan Anak
Usia Dini tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu,
dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan perlu mempunyai
alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode yang
akan dipergunakan. Faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode
adalah karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak didik.
Karakteristik tujuan adalah pengembangan kreativitas, bahasa, sosial
emosional, motorik, nilai agama dan moral. (Moeslichatoen, 2004:9).
Anak cenderung mengekspresikan diri bila harus menanggapi
suatu situasi, tidak bisa membedakan sesuatu yang nyata dan yang khayal,
tetapi anak cenderung memadukan pengalaman yang lalu dengan
pengalaman yang sekarang. Selain itu, anak juga ingin memenuhi dorongan
rasa ingin memahami lingkungan, ingin berbagi informasi, dan ingin
bertukar pendapat. Pembicaraan biasanya berpusat pada sesuatu kejadian
yang dialami anak. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai bagi perkembangan anak usia dini dan
yang bernuansa bermain yang membuat anak senang.
c. Keterkaitan Metode Pembelajaran dengan Aspek Perkembangan Anak
Sesuai dengan tujuan dan program kegiatan pada anak usia dini,
metode yang digunakan berkaitan erat dengan aspek perkembangan anak
usia dini, yaitu norma agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan
sosial emosional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
Adapun tujuan metode proyek bagi anak usia dini menurut Gunarti,
Suryani, & Muis (2010:12.5) adalah aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan/keterampilan (skills), kecenderungan (disposition) dan perasaan
(feelings). Berikut penjelasan dari masing-masing aspek:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan selama masa prasekolah dapat mencakup sejumlah
gagasan, konsep, skema, informasi, dongeng, legenda, nyanyian, dan
materi lainnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
2) Kecakapan/keterampilan (skills)
Kecakapan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memiliki ciri
tersendiri, khusus dan dengan mudah diobservasi dan diukur seperti
menggunting, menggambar, menghitung sejumlah objek, dan
kegiatan motorik kasar dan halus.
3) Kecenderungan (disposition)
Hal ini berhubungan dengan pembiasaan yang bertahan terus
menerus dalam pikiran dan karakter cara anak merespon pengalaman
yang berlangsung dalam berbagai situasi, seperti ketekunan
mengerjakan tugas, keseriusan, dan kemampuan memecahkan
masalah.
4) Perasaan (feelings)
Perasan merupakan keadaan afektif dan emosional yang subjektif
(bersifat pribadi), seperti perasaan memiliki, kepercayaan diri, harga
diri, merasa selalu cukup, kecemasan.
Tujuan metode proyek juga terdapat dalam jurnal yang ditulis oleh
Hertzog (2007), yaitu mendorong anak didik untuk bekerja dalam bidang
pembelajaran yang harus diselesaikan bersama sama dengan teman dalam
kelompoknya. Selain itu, dalam jurnal yang ditulis Hertzog ( 2007 ) juga
dijelaskan unsur dalam pembelajaran menggunakan metode proyek, yaitu
penekanan pada pemikiran anak, pemecahan masalah yang harus
diselesaikan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dikerjakan.
d. Keterkaitan Metode Proyek dengan Kemampuan Bersosialisasi Anak
Usia Dini
Kemampuan bersosialisasi pada anak usia dini adalah kemampuan
anak selaku sebagai anggota masyarakat untuk dapat berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan masyarakat yang ada di sekitarnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Metode proyek merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
secara kelompok, menurut Moeslichatoen (2004:138). Dengan
menggunakan metode proyek, anak memperoleh pengalaman belajar dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
22
C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang
sesuai untuk peningkatan kemampuan anak dalam bersosialisasi. Selama ini guru
menggunakan metode bercerita dan menggunakan cara menasehati anak secara
langsung, apabila anak menunjukkan perilaku tidak baik dalam berinteraksi
terhadap temannya. Dalam menggunakan metode cerita, guru membuat cerita
yang dibuat sendiri, yang sesuai dengan kondisi anak didik, tetapi guru tidak
menggunakan alat peraga yang nyata. Sehingga kurang diperhatikan anak dan
kurang menarik bagi anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Prosentase
anak yang kemampuan bersosialisasinya baik, 27,27%.
Sebagai contoh anak memilih teman ketika bermain, memilih teman yang
duduk di dekat anak pada waktu kegiatan, tidak berbagi mainan dengan anak lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Untuk memperbaiki cara bersosialisasi anak yang masih kurang baik, guru
bercerita tentang akibat anak yang suka memilih teman, akibat dari anak yang
tidak mau berbagi mainan dengan teman. Atau guru melakukan cara menasehati
anak langsung, kalau perbuatan anak tersebut tidak baik dan tidak akan disayang
orang tua dan ibu guru. Hasil dari metode yang digunakan guru, anak dapat
menurut pada waktu bercerita atau pada waktu dinasehati. Hal itu berlangsung
tidak lama. Anak akan mengulangi perbuatan seperti yang dicontohkan di atas
pada hari berikutnya. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi,
anak perlu dilatih secara dini dengan salah satu metode yang menarik, yaitu
metode proyek.
Metode proyek diterapkan dengan cara guru memberi suatu kegiatan yang
dilaksanakan dalam kelompok. Tiap-tiap anak dalam kelompok mempunyai tugas
sendiri-sendiri. Hal ini bertujuan supaya dapat terjalin interaksi sosial yang baik.
Hal ini dikrenakan antara anak yang satu dengan anak yang lain saling
membutuhkan. Sebelum kegiatan dimulai, guru memberi penjelasan tentang tugas
dari tiap-tiap pekerjaan, seperti menanam biji kacang hijau, mengamati
pertumbuhan tanaman, meronce kertas, dan membuat lampion. Selanjutnya
kemampuan bersosialisasi anak dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 2
Pengembangan
Setelah kemampuan bersosialisasi
Kondisi menggunakan anak meningkat, yaitu
Akhir metode proyek mencapai prosentase
ketuntasan 80 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
D. Hipotesis Tindakan
commit to user