Anda di halaman 1dari 21

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses mengatur lingkungan agar terjadi
interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. (Slamet dan Suwarto,
2007:158). Manusia terlibat dalam sistem pengajaran yang terdiri dari anak
didik, guru, dan tenaga pendidik lainnya. Material meliputi buku-buku, papan
tulis, audio, video tape. Fasilitas dan perlengkapan meliputi ruangan kelas,
perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan
penyampaian informasi, praktik, dan belajar.
Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran, maka pendidikan
formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi anak didik, untuk
berlangsungnya interaksi yang baik, dan bukan sekedar penyampaian
pengetahuan dan membentuk keterampilan saja. Sekarang ini pembelajaran
harus sesuai dengan tuntutan zaman, yaitu pembelajaran sebagai suatu
pendekatan yang berorientasi pada praktik dan pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
b. Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini
Pembelajaran di pendidikan anak usia dini dilakukan secara bermain.
Hal ini dikarenakan anak usia dini adalah masa bermain. Sehingga melalui
bermain anak dapat melakukan suatu pembelajaran. Pendidik harus dapat
melakukan penataan lingkungan bermain, menyediakan bahan-bahan
permainan yang terpilih, membangun interaksi baik dengan anak, dan
membuat rencana kegiatan yang sesuai untuk anak. Sekolah untuk anak usia
dini harus memfasilitasi layanan yang baik. ( Suyadi, 2010:17 ).
Masa anak merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, konsep diri, disiplin, seni, moral, dan nilai-nilai agama, sehingga
dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar
commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. (Yus, 2011:21).


Dalam bertindak, guru mengambil bagian dapat memberikan pengalaman-
pengalaman yang merangsang pertumbuhan dan perkembangan potensi anak,
dengan memasukkan pengalaman anak dalam rancangan pembelajaran.
2. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
a. Hakikat Perkembangan Anak Usia Dini
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia
perkembangan manusia. Adapun penjelasan menurut Sujiono (2012:55)
adalah:
Anak lahir membawa sejumlah potensi yang siap untuk
ditumbuhkembangkan, apabila lingkungan menyiapkan situasi dan
kondisi yang dapat merangsang kemunculan potensi yang tersembunyi
dalam diri anak. Anak membangun sendiri pengetahuannya, maksud
dari kalimat tersebut adalah anak belajar melalui interaksi sosial
dengan orang dewasa dan anak-anak yang lain. Anak belajar melalui
bermain. Anak-anak bukan suatu objek penerima pengetahuan yang
pasif. Anak-anak dengan aktif melakukan pengaturan pengalaman ke
dalam struktur mental yang kompleks.

Menurut Susanto (2012:21), perkembangan adalah perubahan mental


yang berlangsung secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan
yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit, misalnya kecerdasan,
sikap, dan tingkah laku. Menurut Yus (2011:9), secara sederhana,
perkembangan anak dapat diketahui dari usia, tingkah laku, dan kondisi fisik.
Sedangkan Pratisti (2008:2) berpendapat, bahwa perkembangan adalah
perubahan yang terjadi pada manusia dari waktu ke waktu.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
hakikat perkembangan anak usia dini adalah anak berkembang dari waktu ke
waktu dari segala sesuatu yang pernah dialami dan dipahami.
b. Hakikat Perkembangan Sosial Anak Usia Dini
Sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai
dari orang tua, saudara, teman bermain sampai masyarakat luas. (Suyadi
2010:108). Sosial menurut Muhibbin Syah (2007:75-76) adalah kepribadian
siswa atau anak didik selaku anggota masyarakat dalam berhubungan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

orang lain. Suyanto (2008:159) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah


kemampuan anak untuk berinteraksi sosial dengan temannya, keluarga, guru
dan masyarakat di sekitarnya.
Perkembangan sosial menurut Susanto (2012:40) merupakan
pencapaiaan kematangan dalam hubungan sosial yang sangat dipengaruhi oleh
proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam berbagai
aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat, dan
memberikan contoh kepada anak bagaimana menerapkan norma-norma
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Nugraha dan Rachmawati (2006:1.18)
mengungkapkan, sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai
dengan norma, nilai, atau harapan.
Menurut Susanto (2012:134), bersosialisasi adalah upaya pengenalan
anak terhadap orang lain yang ada di luar dirinya dan lingkungannya, serta
pengaruh timbal balik dari berbagai segi kehidupan bersama yang
mengadakan hubungan satu dengan yang lainnya, baik dalam bentuk
perorangan maupun kelompok.
Dari pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
bersosialisasi adalah kemampuan anak selaku sebagai anggota masyarakat
untuk dapat berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan masyarakat yang
ada di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Kemampuan Bersosialisasi Sebagai Bagian dari Kecerdasan Ganda
(Multiple Inteligence)
Kecerdasan yang dimiliki manusia merupakan salah satu kelebihan
manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Menurut pakar psikologi
Gardner (1986: 23-25) pada teori “multiple inteligence”, mengatakan bahwa:
Dalam diri manusia terdapat banyak potensi yang belum dikembangkan.
Potensi tersebut dipengaruhi oleh kecerdasan yang ada pada diri manusia.
Adapun kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan matematik-logika,
kecerdasan bahasa, kecerdasan musik, kecerdasan visual, kecerdasan
kinestetik, kecerdasan inter personal, kecerdasan intra personal. Kemampuan
bersosialisasi anak berada dalam kecerdasan inter personal. Adapun yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dimaksud kecerdasan inter personal adalah kemampuan anak untuk peka


terhadap perasaan orang lain. Anak cenderung untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialissasi dengan
lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan inter personal juga sering disebut
kecerdasan sosial.
Suyadi (2010:170) memaparkan bahwa kecerdasan inter personal
adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kecerdasan inter
personal yang baik membuat yang bersangkutan mempunyai kepekaan hati
yang tinggi, sehingga bisa bersikap empati tanpa menyinggung dan menyakiti
perasaan temannya atau orang lain. Anak yang mempunyai kecerdasan inter-
personal yang tinggi akan disebut anak yang baik.
Berdasarkan dari pendapat para ahli di atas, penulis menarik
kesimpulan bahwa anak yang dapat bersosialisasi dengan baik memiliki
kecerdasan inter personal yang tinggi.
d. Pola Perilaku Sosial Pada Anak Usia Dini
Minat anak terhadap kelompok pada usia dini makin besar. Hal ini
mulai mengurangi keikutsertaan anak pada aktivitas keluarga. Peranan teman
sebaya sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.
Hurlock (1980:118) mengemukakan beberapa pola perilaku dalam situasi
sosial pada awal masa kanak-kanak, adalah sebagai berikut:
1. Meniru, adalah pola perilaku anak agar sama dengan kelompok, anak
meniru sikap dan perilaku orang yang sangat ia kagum.
2. Persaingan, adalah perilaku anak yang berkeinginan untuk
mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain. Hal ini dimulai dari
rumah kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar
rumah.
3. Kerjasama, pola perilaku ini dimulai setelah akhir tahun ketiga
bermain kooperatif dan kegiatan kelompok berkembang dan meningkat
baik dalam frekuensi maupun lamanya berlangsung, bersamaan dengan
meningkatnya kesempatan untuk bermain dengan anak lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Simpati, pola perilaku ini membutuhkan pengertian tentang perasaan-


perasaan dan emosi orang-orang lain, maka hal ini hanya kadang-
kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain,
semakin cepat simpati akan berkembang.
5. Empati, seperti halnya simpati, simpati membutuhkan pengertian
tentang perasaan dan emosi orang lain, tetapi disamping itu juga
membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri pada
posisi orang lain.
6. Dukungan sosial, hal ini menjelang berakhirnya masa kanak-kanak,
dukungan dari teman-taman menjadi lebih penting dari pada
persetujuan dari orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa
perilaku nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk
memperoeh dukungan dari teman-teman sebaya.
7. Membagi, hal ini dilakukan anak karena anak mengetahui bahwa salah
satu cara untuk memperoleh persetujuan sosial adalah dengan
membagi miliknya, terutama mainan untuk anak lain. Lambat laun
sifat mementingkan diri sendiri berubah menjadi sifat murah hati.
e. Bentuk Bersosialisasi Dalam Aktivitas Kehidupan
Anak Usia Dini pada umumnya mudah dalam bersosialisasi dengan
orang di sekitarnya, dan memiliki satu atau dua sahabat. Sahabat yang dipilih
pada umumnya memiliki jenis kelamin yang sama, hal ini kemudian akan
berkembang ke jenis kelamin yang berbeda. Kelompok bermain anak usia dini
cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik. Oleh karena itu kelompok
anak ini cepat berganti.
Menurut Setiono (2007:73), sekolah adalah dunia baru bagi anak-anak.
Pada awal memasuki usia sekolah, anak-anak mulai mempunyai banyak
teman. Teman adalah sebagai tempat berbagi dan belajar bagi anak. Di
sekolah anak-anak bermain bersama. Ada anak yang berbagi dengan semua
teman dan ada juga yang tidak berbagi dengan anak yang lain.
Dalam bersosialisasi anak menggunakan emosinya. Apabila emosi
anak sedang tidak baik maka dalam berosialisasi juga tidak baik. Sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

kemampuan sosial anak dipengaruhi jiwa dan emosinya. Pola-pola emosi anak
usia kanak-kanak menurut Hurlock (1980:116), yaitu :
1. Amarah, penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran
mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan
yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa amarah
dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menagis, berteriak,
menggertak, menendang, melompat-lompat atau memukul.
2. Takut, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut,
seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio dan televisi, dan
film-film dengan unsur yang menakutkan.
3. Cemburu, hal ini terjadi bila anak mengira minat dan perhatian
orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya
kehadiran seorang adik.
4. Rasa ingin tahu, hal ini terjadi karena anak mempunyai rasa ingin
tahu terhadap suatu hal yang baru dilihatnya.
5. Iri hati, hal ini umumnya terjadi pada anak yang iri terhadap
kemampuan atau barang-barang yang dimiliki orang lain.
6. Gembira, perasaan ini dialami anak karena sehat, bunyi yang tiba-
tiba atau yang tidak diharapkan, dan berhasil melakukan yang
dianggap sulit.
7. Sedih, hal ini dialami anak karena kehilangan segala sesuatu yang
dicintai atau dianggap penting bagi dirinya (orang, binatang,
ataupun benda mati seperti mainan).
8. Kasih sayang, anak-anak belajar mencintai orang, binatang, atau
benda-benda yang menyenangkannya. Ketika masih kecil, anak
mengungkapkan kasih sayang dengan memeluk, menepuk, dan
mencium objek kasih sayangnya.
Teori yang telah terungkap di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
anak mengalami pola perkembangan emosi ketika berinteraksi dengan teman
atau orang lain, dan masing-masing anak berbeda-beda dalam mengalami.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

f. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak Usia Dini


Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar
kepribadian manusia, kemampuan pengindraan, berpikir, keterampilan
berbahasa dan berbicara, dan bertingkah laku sosial. (Susanto, 2012:154).
Anak pada usia lima tahun pertama mengalami perkembangan sosial yang
berbeda-beda. Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak
menurut Soetarno dalam Nugraha dan Rachmawati ( 2006:4.15-4.19) , sebagai
berikut:
1. Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama bagi anak.
Pengalaman berinteraksi sosial di dalam keluarga akan menentukan
tingkah laku terhadap orang lain dalam kehidupan sosial di luar
keluarga. Faktor di dalam keluarga yang berpengaruh terhadap
perkembangan sosial anak adalah status sosial ekonomi keluarga,
keutuhan keluarga, dan sikap dan kebiasaan orang tua.
2. Faktor dari Luar Keluarga
Pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi
pengalaman di dalam rumah. Hal ini merupakan penentu yang
penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. Jika hubungan
anak dengan anak yang lain dan orang dewasa di luar rumah
menyenangkan, anak akan menikmati hubungan sosial tersebut.
Sebaliknya, jika hubungan itu tidak menyenangkan atau
menakutkan, anak akan menghindari dan kembali kepada anggota
keluarga.
g. Pola Perkembangan Sosial Pada Masa Kanak-kanak
Salah satu perkembangan masa kanak-kanak adalah memperoleh
latihan dan pengalaman pendahuluan untuk menjadi kelompok dengan teman
sebayanya. Menurut Hurlock (1980:117), dasar untuk sosialisasi diletakkan
dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-teman sebaya dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

tahun ke tahun. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan orang lain atau
temannya dari pada dengan benda, akan mengembangkan kecakapan sosial,
sehingga anak lebih populer dari pada yang berkomunikasinya terbatas.
Anak usia tiga tahun mulai membangun suatu hubungan dengan
keluarga, teman, dan orang lain. Adapun pola perkembangan sosial pada masa
kanak-kanak menurut Sujiono (2012:70-75) sebagai berikut :
1.) Perkembangan Kepribadian, yaitu membantu anak-anak untuk
mengenali kebutuhan dan perasaan mereka sendiri merupakan hal yang
penting dalam membangun kepercayaan. 2.) Perkembangan Konsep Diri,
yaitu anak mengembangkan konsep dirinya secara bertahap. Anak
mengembangkan konsep dirinya sebagai seorang individu yang terpisah
dari orang lain selama beberapa tahun. Melalui interaksi pertama anak
dengan orang tua dan keluarga, kemudian dengan orang lain di luar
keluarga. Anak secara berangsur-angsur mengembangkan suatu konsep
mengenai siapa mereka dan seperti apa mereka. 3.)Peran dari Permainan,
yaitu anak-anak dapat memainkan berbagai peran dan perilaku serta
mendapatkan umpan balik tentang kecocokan dari perilaku dalam
bermain. 4.) Hubungan Sosial dan Keterampilan Sosial, adalah
kemampuan anak untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu
situasi sosial, keterampilan untuk merasa dengan tepat
menginterpretasikan tindakan di kelompok bermain, kemampuan untuk
membayangkan bermacam-macam tindakan yang memungkinkan dan
memilih salah satu yang paling sesuai.

Penjelasan dari ahli tersebut di atas dapat penulis simpulkan, bahwa pola
perkembangan sosial masa kanak-kanak dimulai dari diri anak yang kemudian
berkembang ke dalam hubungan interaksi dengan teman bermainnya dan
orang lain yang ada di sekitarnya.
3. Pengertian dan Penggunaan Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini
a. Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
Di Taman Kanak-kanak kegiatan dapat dilakukan dalam bentuk
bermain. Strategi kegiatan lebih banyak menekankan pada aktivitas anak
daripada aktivitas guru. Setiap guru akan menggunakan metode sesuai
dengan rencana kegiatan. Oleh karena itu kegiatan yang dilakukan
menggunakan metode yang tepat. Moeslichatoen (2004:7) mengartikan
metode adalah bagian dari strategi kegiatan untuk mencapai tujuan kegiatan.
Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang dipilih dan ditetapkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

Anak usia dini bersifat unik. Oleh karena itu dalam kegiatan
mengunakan metode yang sesuai bagi anak. Metode-metode dapat
memungkinkan anak satu dengan anak yang lain berhubungan baik. Hal ini
akan menggunakan metode yang lebih memenuhi kebutuhan dan minat
anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, guru akan dapat
mengembangkan kekuatan pendidik yang sangat penting. (Moeslichatoen,
2004:7).
b. Penggunaan Metode Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini
Metode yang digunakan dalam pembelajaran di Pendidikan Anak
Usia Dini tidak selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu,
dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan perlu mempunyai
alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode yang
akan dipergunakan. Faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode
adalah karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak didik.
Karakteristik tujuan adalah pengembangan kreativitas, bahasa, sosial
emosional, motorik, nilai agama dan moral. (Moeslichatoen, 2004:9).
Anak cenderung mengekspresikan diri bila harus menanggapi
suatu situasi, tidak bisa membedakan sesuatu yang nyata dan yang khayal,
tetapi anak cenderung memadukan pengalaman yang lalu dengan
pengalaman yang sekarang. Selain itu, anak juga ingin memenuhi dorongan
rasa ingin memahami lingkungan, ingin berbagi informasi, dan ingin
bertukar pendapat. Pembicaraan biasanya berpusat pada sesuatu kejadian
yang dialami anak. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai bagi perkembangan anak usia dini dan
yang bernuansa bermain yang membuat anak senang.
c. Keterkaitan Metode Pembelajaran dengan Aspek Perkembangan Anak
Sesuai dengan tujuan dan program kegiatan pada anak usia dini,
metode yang digunakan berkaitan erat dengan aspek perkembangan anak
usia dini, yaitu norma agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, dan
sosial emosional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

Menurut Moeslichatoen ( 2004:15), tujuan metode pembelajaran


yang berkaitan erat dengan perkembangan anak dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh
keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Ada
dua jenis keterampilan yang perlu dikembangkan, diantaranya
keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus.
Dalam mengembangkan keterampilan motorik diperlukan
keterampilan mengingat dan mengalami. Anak mengingat gerakan
yang sudah dilakukan agar dapat melakukan perbaikan dan
penghalusan gerak. Bahasa merupakan bentuk utama dalam
mengekspresikan pikiran dan pengetahuan apabila anak melakukan
hubungan dengan orang lain. Pemilihan metode harus sesuai
dengan perkembangan berbicara anak dengan orang lain. Dan
dalam mengembang kreativitas anak, metode yang digunakan
adalah yang menggunakan sumber belajar yang dapat digunakan
untuk merealisasikan kegiatan yang kreatif. Dalam
mengembangkan sosial emosional anak, perlu memahami ekspresi
perasaan dan penyesuaian diri anak terhadap lingkungan sosial.

d. Metode Pembelajaran Dimensi Perkembangan Anak Usia Dini


Metode pembelajaran pada pendidikan anak usia dini ada
banyak, tetapi tidak semua metode sesuai untuk program kegiatan anak.
Sebagai contoh metode ceramah kurang sesuai bagi anak karena metode
ceramah menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu yang cukup
lama. Padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat. Suyanto, (2008:
144) menyatakan bahwa metode pembelajaran pada anak usia dini
hendaknya menantang, menyenangkan, melibatkan unsur bermain, bergerak,
bernyanyi dan belajar.
Moeslichatoen (2004:24-28) menyebutkan metode-metode
pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini sebagai berikut:
1. Metode Bermain, merupakan bentuk kegiatan yang
memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat nonserius,
lentur, dan bahan mainan yang terkandung dalam kegiatan dan
secara imajinatif ditransformasi sama dengan dunia orang
dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan
anak. Karena bagi anak usia dini belajar adalah bermain dan
bermain sambil belajar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

2. Metode Karyawisata, kegiatan berkaryawisata mempunyai


makna penting bagi perkembangan anak. Dengan
berkaryawisata dapat membangkitkan minat anak kepada
sesuatu hal dan memperluas perolehan informasi.
3. Metode Bercakap-cakap, adalah suatu metode yang dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain
dalam melakukan kegiatan bersama.
4. Metode Bercerita, adalah metode yang mengikutsertakan anak
terhadap cerita yang diceritakan oleh guru, sehingga akan
memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi
pengalaman yang unik bagi anak.
5. Metode Demonstrasi, berarti menunjukkan, mengerjakan dan
menjelaskan. Dalam demonstrasi guru menunjukkan dan
menjelaskan cara-cara mengerjakan suatu pembelajaran.
Melalui demonstrasi anak diharapkan dapat mengenal langkah-
langkah pelaksanaan suatu pembelajaran.
6. Metode proyek, merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk melatih kemampuan anak dalam memecahkan masalah
yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini
menggerakkan anak untuk melakukan kerja sama sepenuh hati
yang secara terpadu untuk mencapai tujuan bersama.
7. Metode Pemberian Tugas, merupakan pekerjaan tertentu yang
dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapat
tugas. Di Pendidikan Anak Usia Dini tugas diberikan dalam
bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk
langsung guru.

4. Metode Proyek Bagi Anak Usia Dini


a. Pengertian Metode Proyek
Metode proyek merupakan salah satu metode pembelajaran dalam
pendidikan anak usia dini. Moeslichatoen (2004:137) menjelaskan bahwa
metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar
dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus
dipecahkan secara berkelompok.
Kegiatan anak yang dilakukan dengan kelompok masing-masing
anak belajar untuk dapat mengatur diri sendiri agar dapat membina
persahabatan berperan serta dalam kegiatan kelompok, memecahkan
masalah yang dihadapi kelompok, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Sebagai contoh, anak usia dini dihadapkan bagaiman menyiapkan
perayaan karnaval kemerdekaan. Dalam memecahkan masalah bagaimana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

menyiapkan perayaan karnaval kemerdekaan, anak bekerjasama dalam


kelompok untuk menghadapi masalah itu dan memecahkan bersama.
Metode Proyek merujuk pada seperangkat cara mengajar yang
memungkinkan pendidik membimbing anak-anak melalui studi mendalam
tentang suatu topik dari dunia nyata. (Gunarti, Suryani & Muis, 2010:12.3).
Sedangkan Suyanto, (2008:145) menjelaskan bahwa metode proyek adalah
suatu cara melatih anak untuk bekerjasama dan mengembangkan
kemampuan sosial dalam kelompok kecil 3-4 orang.
Yus, (2011:174) menjelaskan bahwa metode proyek merupakan
salah satu cara pemberian pengalaman belajar kepada anak. Anak langsung
dihadapkan pada permasalahan sehari-hari yang menuntut anak melakukan
berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Penggunaan metode
proyek selalu dalam kegiatan kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
metode proyek adalah suatu metode pembelajaran pada anak usia dini yang
dilakukan dalam bentuk kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan
yang dihadapi sehari-hari dan untuk mencapai tujuan bersama.
b. Manfaat Metode Proyek Bagi Anak Usia Dini
Metode proyek dapat diterapkan secara luas untuk memecahkan
masalah dalam lingkup kehidupan anak sehari-hari. Kehidupan anak sehari-
hari di keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.
Moeslichatoen (2004:142-143) menyebutkan manfaat dari
penggunaan metode proyek bagi anak usia dini sebagai berikut:
1) Memperluas wawasan anak tentang segi-segi kehidupan dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2) Anak memperoleh pemahaman tentang bagaimana memecahkan
masalah tertentu yang memerlukan kerjasama dengan anak lain
secara terpadu.
3) Anak memperoleh pengalaman belajar pengembangan sikap positif
dalam kegiatan bekerja dengan anak lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

4) Mengembangkan dan membina kerja sama dan interaksi sosial di


antara anak-anak yang terlibat dalam proyek
5) Memberi kesempatan anak untuk mengembangkan etos kerja pada
diri anak.
6) Dapat mengeksplorasi kemampuan, minat, serta kebutuhan anak.
7) Melatih anak untuk menerima tanggung jawab.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari penggunaan metode proyek,
dalam penulisan Wangmo dan Tshering (2011) yaitu:
1. Ketika anak didik menjadi lebih aktif terlibat dalam pembelajaran mereka,
mereka mengambil lebih banyak tanggung jawab, menciptakan lingkungan
yang positif dan produktif di dalam kelas.
2. Metode proyek melibatkan anak didik dan guru dalam kegiatan dan proses
pembelajaran, sehingga dapat tercipta interaksi antar anak didik dan antara
anak didik dengan guru.
c. Tujuan Metode Proyek Bagi Anak Usia Dini
Salah satu tujuan pendidikan anak usia dini adalah memberi
pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
penalaran anak. Moeslichatoen (2004: 144), menjelaskan bahwa:
Kegiatan proyek merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah.
Pengembangan kemampuan berpikir dapat diperoleh melalui
metode proyek. Dalam pemecahan masalah, anak kerja mandiri
dan memadukan dengan kegiatan kerja anak lain yang terlibat
dalam kegiatan proyek.

Adapun tujuan metode proyek bagi anak usia dini menurut Gunarti,
Suryani, & Muis (2010:12.5) adalah aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan/keterampilan (skills), kecenderungan (disposition) dan perasaan
(feelings). Berikut penjelasan dari masing-masing aspek:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan selama masa prasekolah dapat mencakup sejumlah
gagasan, konsep, skema, informasi, dongeng, legenda, nyanyian, dan
materi lainnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif anak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

2) Kecakapan/keterampilan (skills)
Kecakapan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memiliki ciri
tersendiri, khusus dan dengan mudah diobservasi dan diukur seperti
menggunting, menggambar, menghitung sejumlah objek, dan
kegiatan motorik kasar dan halus.
3) Kecenderungan (disposition)
Hal ini berhubungan dengan pembiasaan yang bertahan terus
menerus dalam pikiran dan karakter cara anak merespon pengalaman
yang berlangsung dalam berbagai situasi, seperti ketekunan
mengerjakan tugas, keseriusan, dan kemampuan memecahkan
masalah.
4) Perasaan (feelings)
Perasan merupakan keadaan afektif dan emosional yang subjektif
(bersifat pribadi), seperti perasaan memiliki, kepercayaan diri, harga
diri, merasa selalu cukup, kecemasan.
Tujuan metode proyek juga terdapat dalam jurnal yang ditulis oleh
Hertzog (2007), yaitu mendorong anak didik untuk bekerja dalam bidang
pembelajaran yang harus diselesaikan bersama sama dengan teman dalam
kelompoknya. Selain itu, dalam jurnal yang ditulis Hertzog ( 2007 ) juga
dijelaskan unsur dalam pembelajaran menggunakan metode proyek, yaitu
penekanan pada pemikiran anak, pemecahan masalah yang harus
diselesaikan, dan mengevaluasi pekerjaan yang telah dikerjakan.
d. Keterkaitan Metode Proyek dengan Kemampuan Bersosialisasi Anak
Usia Dini
Kemampuan bersosialisasi pada anak usia dini adalah kemampuan
anak selaku sebagai anggota masyarakat untuk dapat berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan masyarakat yang ada di sekitarnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Metode proyek merupakan metode pembelajaran yang dilakukan
secara kelompok, menurut Moeslichatoen (2004:138). Dengan
menggunakan metode proyek, anak memperoleh pengalaman belajar dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

berbagi pekerjaan dan tanggung jawab untuk dapat dilaksanakan secara


terpadu dalam rangka mencapai tujuan akhir bersama. Berkaitan dengan
masalah dalam kehidupan sehari-hari, metode proyek diharapkan dapat
menjadi wahana untuk menggerakkan kemampuan kerjasama dengan
sepenuh hati.
Dengan adanya kerjasama dalam kelompok dan pembagian tugas
dalam kelompok, akan terjadi interaksi sosial antara anak yang satu dengan
anak yang lain. Sehingga perkembangan kemampuan anak dalam
bersosialisasi dapat meningkat dengan baik.
Dalam pelaksanaan kegiatan proyek, guru harus merancang
langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan anak didik. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan guru dalam penerapan metode proyek bagi anak
usia dini menurut Moeslichatoen ( 2004: 145) adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan dan tema yang sesuai untuk anak usia dini.
2) Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan proyek.
3) Membagi anak dalam bentuk kelompok.
4) Menetapkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam proyek,
yaitu guru menjelaskan bagaimana cara mengerjakan masing-masing
bagian pekerjaan yang harus diselesaikan.
5) Menetapkan rancangan penilaian dalam kegiatan menggunakan
metode proyek. Rancangan penilaian dalam kegiatan proyek
ditetapkan sebagai berikut:
a) Meningkatkan keterampilan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
b) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dengan anak lain.
c) Anak mampu bersikap toleransi dengan anak lain
d) Anak mampu berekspresi
e) Anak mau menghargai keunggulan anak lain
f) Meningkatkan kreativitas anak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Tingkat keberhasilan yang akan dicapai dalam kegiatan proyek


terletak pada kedekatan hubungan antara apa yang diharapkan guru dalam
kegiatan proyek ini dan kinerja anak didik dalam kelompok.
5. Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosial Emosional Tahun Pelajaran
2012/2013
Penilaian pada perkembangan kemampuan bersosialisasi anak, yang
dijadikan sebagai indikator kinerja penelitian ini berpedoman dari Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 58 Tahun 2009 yang
diproses ke dalam Kurikulum dan Silabus Taman Kanak-Kanak. Pada Tingkat
Pencapaian Perkembangan dalam Kegiatan Bersosialisasi anak, peneliti hanya
mengambil nomor 1, 2, 3, dan 9 untuk penilaian. Hal ini dikarenakan
perkembangan anak yang masih kurang dari hasil observasi penelitian adalah
pada sikap kooperatif anak, toleransi anak, ekspresi anak, dan cara anak
menghargai keunggulan teman.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

Adapun Tingkat Pencapaian Perkembangan yang dapat ditampilkan


adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian Perkembangan Sosial Emosional
LINGKUP TINGKAT
PEKEMBANGAN PENCAPAIAN INDIKATOR
PERKEMBANGAN
SOSIAL 1. Bersikap kooperatif 1.1 Bersama-sama
EMOSIONAL dengan teman melakukan
kegiatan, yaitu
menanam biji
kacang hijau,
mengamati
pertumbuhan
tanaman, meronce
kertas, dan
membuat lampion
1.2 Bekerjasama dalam
menyelesaikan
tugas, baik
kelompok kecil
maupun kelompok
besar
2. Menunjukkan sikap 2.1 Membantu
toleran memecahkan
masalah, seperti
membantu teman
yang kesulitan
meronce kertas dan
membuat lampion
2.2 Saling berbagi,
seperti tidak berebut
biji kacang hijau
2.3Tidak mengejek
milik teman
3. Mengekspresikan 3.1 Menunjukkan
emosi sesuai dengan perasaan senang,
kondisi yang ada sedih, antusias.
3.2 Melaksanakan tugas
yang diberikan guru
4. Menghargai 4.1 Memuji hasil karya
keunggulan orang teman yang bagus
lain 4.2 Tidak mengejek hasil
karya teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

B. Penelitian Yang Relevan


Sebelum melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan
bersosialisasi anak usia dini, peneliti mencari penelitian yang relevan sebelumnya.
Adapun yang termasuk jenis penelitian yang relevan dengan penelitian tentang
peningkatan kemampuan bersosialisasi anak usia dini adalah Murni Wardiyanti.
2012. Peningkatan Kemampuan Sosial Anak Kelompok A Melalui Penerapan
Model Kooperatif Make a Match di TK Jama atul Ikhwan Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012. Hal tersebut dapat dibuktikan pada setiap siklusnya, siklus I
83,9% dan siklus II 84%, dengan demikian tidak ada anak yang termasuk dalam
kategori kemampuan sosialnya rendah.
Penelitian yang relevan dengan penerapan metode proyek adalah Tutik
Rahayu. 2011. Penerapan Metode Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Seni
dalam Menggambar Anak kelompok B di TK Negeri Pembina Kecamatan
Gondangwetan Kabupaten Pasuruan. Hasil dari penelitian dapat dibuktikan pada
setiap siklusnya, siklus I 57,25% dan siklus II 79.03%. Berdasarkan penelitian
pada setiap siklusnya membuktikan bahwa kemampuan seni menggambar anak
meningkat ditandai dengan meningkatnya kemampuan menggambar bebas dari
bentuk lingkaran, serta mewarnai gambar.

C. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal, guru menggunakan metode pembelajaran yang kurang
sesuai untuk peningkatan kemampuan anak dalam bersosialisasi. Selama ini guru
menggunakan metode bercerita dan menggunakan cara menasehati anak secara
langsung, apabila anak menunjukkan perilaku tidak baik dalam berinteraksi
terhadap temannya. Dalam menggunakan metode cerita, guru membuat cerita
yang dibuat sendiri, yang sesuai dengan kondisi anak didik, tetapi guru tidak
menggunakan alat peraga yang nyata. Sehingga kurang diperhatikan anak dan
kurang menarik bagi anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Prosentase
anak yang kemampuan bersosialisasinya baik, 27,27%.
Sebagai contoh anak memilih teman ketika bermain, memilih teman yang
duduk di dekat anak pada waktu kegiatan, tidak berbagi mainan dengan anak lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Untuk memperbaiki cara bersosialisasi anak yang masih kurang baik, guru
bercerita tentang akibat anak yang suka memilih teman, akibat dari anak yang
tidak mau berbagi mainan dengan teman. Atau guru melakukan cara menasehati
anak langsung, kalau perbuatan anak tersebut tidak baik dan tidak akan disayang
orang tua dan ibu guru. Hasil dari metode yang digunakan guru, anak dapat
menurut pada waktu bercerita atau pada waktu dinasehati. Hal itu berlangsung
tidak lama. Anak akan mengulangi perbuatan seperti yang dicontohkan di atas
pada hari berikutnya. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi,
anak perlu dilatih secara dini dengan salah satu metode yang menarik, yaitu
metode proyek.
Metode proyek diterapkan dengan cara guru memberi suatu kegiatan yang
dilaksanakan dalam kelompok. Tiap-tiap anak dalam kelompok mempunyai tugas
sendiri-sendiri. Hal ini bertujuan supaya dapat terjalin interaksi sosial yang baik.
Hal ini dikrenakan antara anak yang satu dengan anak yang lain saling
membutuhkan. Sebelum kegiatan dimulai, guru memberi penjelasan tentang tugas
dari tiap-tiap pekerjaan, seperti menanam biji kacang hijau, mengamati
pertumbuhan tanaman, meronce kertas, dan membuat lampion. Selanjutnya
kemampuan bersosialisasi anak dapat meningkat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Adapun bagan kerangka pemikiran dari penelitian yang dapat ditampilkan


adalah sebagai berikut:

Kondisi Guru mengajar


masih menggunakan Pengembangan
Awal kemampuan
metode yang kurang
menarik bagi anak bersosialisasi anak
dan belum sesuai masih kurang, yaitu
untuk peningkatan anak masih mengulang
kemampuan perilaku yang sama
bersosialisasi anak

Siklus I
Pertemuan 1

Pertemuan 2

Tindakan Metode Siklus II


Penelitian Proyek
Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pengembangan
Setelah kemampuan bersosialisasi
Kondisi menggunakan anak meningkat, yaitu
Akhir metode proyek mencapai prosentase
ketuntasan 80 %.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah diungkap,


maka hipotesis dari penelitian ini adalah Penerapan metode proyek dapat
meningkatkan kemampuan bersosialisasi anak dalam pembelajaran di Kelompok
B di TK Genengsari 01 Tahun 2012/2013.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai