Anda di halaman 1dari 6

METODE PERKEMBANGAN INTELEJTUAL ANAK USIA DINI

Ai Tita PUSPITASARI, M.Pd


Aititapuspitasari99@gmail.com

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah yang teramat penting bagi suatu bangsa, terlebih lagi
untuk bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan di
Indonesia adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses belajar yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Karna
kepentingan itulah, negara Indonesia berupaya untuk menjalankan program
pendidikan wajib 12 tahun yang dapat dinikmati oleh rakyat Indonesia.
Penerapan program pendidikan wajib 12 tahun berfungsi untuk
mengembangkan kecerdasan atau intelektual anak di Indonesia. Perkembangan
intelek sering juga dikenal di dunia psikologi maupun pendidikan dengan istilah
perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia merupakan proses
psikologis yang didalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun dan
mengunakan pengetahuan serta kegiatan mental seperti berfikir, menimbang,
mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan
persolan yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan.
Setiap anak dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang sama, hanya saja
perkembangan intelek anak berbeda beda setiap individunya. Anak usia dini adalah
individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, karena itu dimasa usia ini disebut sebagai golden age (masa emas) yaitu
masa yang berharga
Dibanding usia selanjutnya. Perkembangan intelektual, spriritual dan
sosial emosional seorang manusia merupakan hasil dari perkembangan di usia-
usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah atau sekarang
lebih dikenal dengan anak usia dini yang berada pada rentang usia 0-6 tahun
oleh para ahli dianggap sebagai usia emas dalam tahap perkembangan manusia.
Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik dan menyenangkan dengan
karateristik khas, baik secara fisik, psikis, sosial, dan moral.

Soetjiningsih (2012) mengemukakan bahwa faktor utama yang


berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak ada 2 faktor, yaitu faktor genetik
dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Lingkungan merupakan faktor yang
sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang
cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya.
B. Pengertian Intelektual
Intelek berasal dari kata bahasa Latin intelligere yang artinya memahami.
Intelligere berasal dari kata inter yang artinya di antara dan legere yang
artinya mengumpulkan, memilih, mencerap, dan membaca. Terdapat beberapa
pengertian mengenai intelek yang dapat dipahami dalam 3 artian. Pertama,
intelek sebagai kemampuan kognitif. Kemampuan mengetahui dan dilawankan
dengan kemampuan menghendaki serta kemampuan merasa. Kedua,
intelek adalah fungsi rasio yang menjadikan ide, konsep, abstraksi menjadi
kemungkinan yang realistis. Ketiga, intelek adalah kemampuan untk
mengetahui, mengerti secara konseptual, dan menghubungkan apa yang
diketahui atau dimengerti.

Intelektual atau intelek (Intellect) adalah istilah umum yang digunakan


untuk menjelaskan sifat pikiran manusia yang mencakup sejumlah kemampuan,
seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan belajar.
Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh
individu.
Intelektual merupakan kemampuan yang dibawa individu sejak lahir.
Intelektual akan berkembang bila lingkungan memungkinkan dan kesempatan
tersedia. Intelek dapat pula dikatakan sebagai kecerdasan individu yang dapat
memicu proses berpikir seseorang, daya menghubungkan, kemampuan menilai,
an kemampuan mempertimbangkan.
C. Intelektual Menurut Para Ahli
Di Bawah ini adalah pendapat- pendapat intelektual menurut para ahli :
1. Menurut Cattel, (dalam Clark, 1983) kaum intelektual adalah
kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan
memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir
abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan
memperoleh kemampuan baru.
2. William Sterm, (dalam Sunarto, 1994) mengemukakan intelektual
merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan-
kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai dengan
tujuannya.
3. Menurut Gunarsa (1991), Intelektual merupakan suatu kumpulan
kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan
masalah-masalah yang timbul.
4. David Wechsler, (dalam Azwar, 1996) mendefinisikan intelektual
sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak
dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi
lingkungan secara efektif.
D. Tahapan Perkembangan Intelektual

Para ahli psikologi pendidikan banyak yang telah melakukan penelitian


tentang perkembangan intelektual atau perkembangan kognitif atau
perkembangan mental anak. Salah satu hasil penelitian yang terkenal adalah
hasil penelitian Jean Piaget. Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak dari Swiss.
Tingkat perkembangan intelektual anak oleh Piaget (dalam Suharyanto,
2018) dibedakan atas 4 periode, yaitu :
1. Periode Sensori-motor (0 – 1 tahun).
Sifat-sifat yang tampak pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi
dengan stimulus dari luar. Lingkungan dan waktu terbatas, kemudian berkembang
sampai dapat berimajinasi. Konsep tentang
benda berkembang, mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk
meniru. Ada usaha untuk berpikir. Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan
tubuhnya merupakan aksi refleks, merupakan eksperimen dengan lingkungannya.
Menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982:2), pada tahap ini interaksi anak
dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya terutama dilakukan melalui parasaan
dan otot-ototnya. Interksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi dari
lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya, temasuk juga
dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi,
melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan dan secara perlahan-
lahan belajar mengoordinasikan tindakan-tindakannya.

2. Periode Praoperasional (1 – 7 tahun)


Pada tahap ini, anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja,
tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata- kata serta serta
menggunakanya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada
masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita
menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyaim
akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang memegang
peran padatahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan mereka dari berbicara
semaunya tanpa menghiraukan pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering
kali kita lihat anak berbicara sendiri pada benda-benda yang ada di sekitarnya.,
misalnya pohon, anjing, kucing dan sebagainya, yang menurut mereka benda-benda
tersebut mendengar dan berbicara. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri
anak menggunakan kekayaan bahasanya. Piaget menyebut tahap ini sebagai
collective monologue, pembicaraan yang egosentris dan sedikit hubungan dengan
orang
3. Periode Operasional Konkret (7 – 12 tahun).
Sifat-sifat anak, dapat berpikir konkret karena daya otak terbatas pada objek melalui
pengamatan langsung, dapat mengembangkan operasi mental seperti menambah dan
mengurang, mulai mengembangkan struktur kognitif berupa ide atau konsep, melakukan
operasi logika dengan pola berpikir masih konkret. Perubahan yang terlihat pada anak: tidak
egosentri lagi, berpikir tentang objek yang berhubungn dengan berat, warna, dan susunan,
melakukan aktivitas yang berhubungan dengan objek, membuat keputusan logis.

4. Periode Operasional Formal (12 tahun ke atas).


Pada tahap ini, interaksi dengan lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak
teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksia dengan orang dewasa.
Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua.
Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan perlindungan dari
orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Jadi, pada tahap
ini ada semacam tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi.

Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran
formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan
abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu
kegiatan akan lebih memberi akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya,
menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen dan sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai