Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan pertolongan-Nya kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang perkembangan
intelek,sosial,dan bahasa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk serta penyampaian materinya. Untuk itu penyusun mengharap saran dan kritik
yang membangun demi kebaikan makalah ini.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, pilah,
tunggal, dan khas. Ia sebagai subjek yang merupakan suatu kesatuan psiko-fisik
dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan
sesame, dan dengan Tuhan yang menciptakannya.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Sifat individual adalah sifat yang
berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan perbedaan individual
sesorang. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
1. Perkembangan Intelek
Apabila tes tersebut diberikan seorang anak dan ia bisa menjawab dengan
benar, berarti umir kecerdasan dan sama seperti umur kalender, maka IQ yang
didapat anak itu sama dengan 100. Nilai ini menggambarkan kemampuan yang
dimiliki oleh seorang anak yang normal. Pada usia remaja, IQ bisa dihitung melalu
cara memberikan pertanyaan yang mencakup berbagai soal(hitungan, kata-kata, dan
sebagainya. Dan berhitung berapa banyaknya pertanyaan yang bisa dijawab dengan
baik dan benar lalu membandingkannya dengan sebuah daftar(berdasarkan penelitian
yang dipercaya).
Sementara untuk anak-anak cara menghitung IQ ialah dengan meminta anak
agar melakukan pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu(misalnya
menyebut nama hari, menghitung sampai 10, dan semacamnya). Jumlah pekerjaan
yang bisa dikerjakan anak kemudian dicocokkan dengan daftar agar bisa mengetahui
umur mental anak(MA).
Bagi remaja, corak perilaku pribadi di hari depan dan tingkah lakunya
sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkebangan
kepribadiannya. Mereka dapat memikirkan tentang diri sendiri. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri, yang sering
mengarah pada penilaian dan kritik diri. Dengan refleksi diri, hubungan dengan
situasi yang akan datang nyata dalam pikirannya, perihal keadaan diri yang tercermin
sebagai suatu kemungkinan bentuk di kemudian hari. Pikiran remaja seringkali
dipengaruhi oleh ide dan teori yang mengakibatkan sikap kritis dan situasi kepada
orang tau. Setiap pendapat orang tua dibandingan dengan teori yang diikuti.
Mereka merasa dirinya hebat sehingga berani menantap malapetaka dan dan
menceburkan diri dalam aktivitas yang justru berbahaya.
Kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa operasi formal(berpikir
abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang
“mungkin” disamping hal yang nyata(real) (Gleitman, 1986: 475-476). Berikut ada
dua sifat yang dimiliki oleh remaja dalam berpikir operasional formal.
Merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan memiiki hubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis, misal anak diberi limah buah gelas berisi cairan
tertentu. Suatu perpaduan cairan ini membuat cairan tadi berubah warna. Anak
diminta untuk mencari kombinasi lain.
Dengan berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai
tingkah laku problem solving yang benar-benar ilmiah. Berpikir abstrak atau
operational formal ini adalah cara berpikir yang berkaitan dengan hal yang tidak
dilihat serta peristiwa yang tidak langsung dihayati. Cara berpikir terlepas dari tempat
dan waktu, dengan cara hipotesis, deduktif yang sistematis. Tercapai atau tidak
tercapainya cara berpikir ini tergantung juga terhadap tingkat intelegensi dan
kebudayaan sekitar.
IQ adalah nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat
terjadi perubahan-perubahan berdasarkan factor-faktor individual dan situasional.
Dari hasil penelitian yang bermacam-macam dapat dikemukakan bahwa intelegensi
itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga semula.
Dalam kasus tidak terdapat hubungan genetic, tetapi hasilnya menyatakan bahwa
kesamaan IQ adalah karena kesamaan pengalaman belajar dari lingkungan yang
sama. Variasi dalam stimulus merpakan komponen penting dari lingkungan dan
belajar bagi perkembangan intelegensi anak. Apabila pengalaman awal masa kanak-
kanak banyak diidi dengan variasi dalam melihat, mendengar, dan meraba, maka
perkembangan berikutnya akan ditunjang oleh kemauan yang selalu menginginkan
variasi dalam melihat, mendengar, dan meraba. Kapasitas ini menjadi kunci bagi
perkembangan kognitif anak.
Manusia adalah makhluk yang berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, juga
tentang intelegensinya. Menurut David Wechler (1958), Intelegensi merupakan “
Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta
mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
Sebagai kesimpulan, Intelegensi bersifat individual yang artinya antara satu dan
lainnya tidak sama persis kualitas IQnya.
1.6 Usaha-Usaha Dalam Membantu Mengembangkan Intelek Remaja Dalam
Proses Pembelajaran
Menurut Piaget, pada umumnya sebagian besar anak di usia remaja mampu
memahami konsep konsep yang bersifat abstrak dalam batas batas tertentu.
Sedangkan menurut Bruner, pada usia ini siswa sudah mulai belajar menggunakan
bentuk bentuk berupa symbol dengan menggunakan mtode yang lebih canggih.
Dalam hal ini, guru dapat melakukan pendekatan secara discovery approach atau
menggunakan pendekatan keterampilan untuk membantu peserta didiknya. Selain itu,
guru juga diharapkan agar memberikan penekanan pada penguasaan konsep konsep
dan abstraksi abstraksi.
Dalam hal ini, kita tidak bisa menggap bahwa pemikiran seorang anak berusia
remaja itu sama dengan apa yang kita pikirkan. Karena usia remaja dalam hal ini
masih dalam proses penyempurnaan berpikir dan penalaran. Kita hendaknya tetap
waspada terhadap bagaimana para siswa menginterpretasi ide ide yang mereka miliki
di dalam suatu kelas, dengan memberikan kesempatan mereka untuk berpendapat
dalam kegiatan diskusi secara baik dan memberikan tugas tugas berupa penulisan
makalah. Selain itu, sebagai seorang pendidik kita juga harus memperhatikan adanya
suatu kecenderungan kecenderungan yang dimiliki oleh remaja untuk melibatkan diri
dalam hal yang tidak terkendali. Dalam hal ini, diperlukan adanya suatu penanganan
yaitu dengan membantu siswa untuk menyadari bahwa mereka telah melupakan dan
melampaui suatu pertimbangan pertimbangan tertentu.
Pada usia ini, para remaja biasanya sudah mencapai efisiensi intelektual yang
maksimal, namun karena minimnya pengalaman yang dimiliki maka hal ini akan
membatasi pengetahuan mereka dan kecakapannya untuk bisa memanfaatkan segala
sesuatu yang diketahui. karena banyak hal yang diambil dari pengalaman maka para
siswa mungkin akan mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami adanya
konsep konsep yang abstrak. Oleh Karena itu,pada tingkatan ini diperlukan metode
diskusi dan informasi untuk menentukan sejauh mana pemahaman pengertian
siswa.apabila terdapat perbedaan perbedaan interpretasi tentang konsep yang abstrak,
maka sebagai seorang guru hendaknya menjelaskan konsep konsep tersebut dengan
sabar,simpatik,dan dengan hati terbuka.
Selain itu, sebagai seorang guru kita juga harus bisa untuk memberikan tugas
tugas yang menantang imajinasi siswa dengan berbagai macam cara. Seperti
misalnya, guru dapat menyajikan teka teki silang yang menarik dan menantang rasa
keingintahuan siswa untuk mencoba mengerjakannya dibandingkan dengan latihan
latihan yang terkesan membosankan. Selain memperhatikan kemampuan berpikir
imajinasi siswa, guru juga harus bisa untuk memperhatikan kebudayaan remaja atau
“teen-age-culture” dimana popularitas social remaja mendapat penghargaan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan studi akademisnya. Maka, untuk membangkitkan
kembali minat remaja terhadap pendidikan intelektual maka diperlukan berbagai cara
diantaranya ; membangkitkan minat dengan menggunakan berbagai alat audio visual
pada siswa yang mungkin suka menonton. Selain itu juga diadakan sebuah tontonan,
permainan,dan bentuk rekreasi yang mungkin bisa menarik minat siswa. Untuk itu,
dikembangkanlah adanya sebuah pendekatan yang membrikan kesempatan kepada
siswanya untuk memilih dan menentukan sendiri . pendekatan semacam ini kemudian
dikenal dengan pendekatan keterampilan proses atau metode penemuan dan inkuiri.
Dalam diri manusia tentu terdapat sebuah kemampuan yang yang dapat
mempengaruhi kognitif seseorang atau yang biasa disebut dengan inteligensi.
Intelegensi dalam diri manusia sangat berkaitan erat dengan bakatdan kerativitas yang
dimiliki oleh seseorang. Anak yang berbakat merupakan anak yang cerdas dan
memiliki intelegensi yang tinggi. Kreativitas juga telah menjadi dimensi baru untuk
mengidentifikasi keberbakatan yang dimiliki oleh peserta didik.
Banyak ahli yang sepakat bahwa bahwa intelegensi berhubungan dengan
prestasi. Oleh karena itu, variasi dalam pencapaian prestasi dapat diramaikan dengan
berbagai variasi yang terdapat dalam intelegensi. Intelegensi itu sendiri merupakan
factor total artinya berbagai macaam upaya jiwa sangat erat bersangkutan di
dalamnya baik itu berupa ingatan,fantasi,perasaan,perhatian,minat dan sebagainya
yang akan berpengaruh terhadap intelegensi seseorang. Kita hanya dapat mengetahui
intelegensi seseorang dari tingkah laku atau perbuatan yang tampak. Dalam
kemampuan intelegensi, factor pendidikan juga sangat berperan penting di dalamnya
selain adanya kemampuan yang dibawa sejak lahir.
Pada tahun 1911, Welhelm Stern memperkenalkan suatu teori yang berkaitan
dengan intelegensi yang kemudian disebut dengan uni factor theory. Menurut teori
ini, intelegensi merupakan sebuah kapasitas atau kemampuan umum. Sehingga hal ini
juga berpengaruh terhadap cara kerja intelegensi yang bersifat umum. Reaksi seorang
individu dalam menyesuaikan diri dengan dengan lingkungan nya dan dapat
memecahkan suatu masalah juga bersifat umum. Adanya kapasitas umum muncul
karena diakibatkan oleh pertumbuhan fisiologis ataupun sebagai akibat belajar.
5. Teori Sampling :
2. Perkembangan Sosial
Dari beberapa teori yang ada, telah mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami oleh manusia dimulai sejak lahir hingga sampai pada
masa dewasa yang harus melewati beberapa tahapan dan jenjang yang cukup panjang.
Kehidupan anak anak yang sudah mulai mengenal lingkungan nya merupakan bentuk
interaksi awal / dasar yang dialami oleh manusia.pada fase ini, factor intelektual dan
emosional mengambil peranan yang cukup penting dimana proses ini dapat
menempatkan anak anak sebagai seorang insan yang sudah aktif untuk melakukan
soialisasi.
Pada umur umur berikutnya, dimana anak sudah mulai bersekolah maka mereka
akan belajar untuk mengembangkan interaksi social dengan belajar menerima
pandangan orang lain, sudah meahami akan tanggung jawab yang diberikan.
Sedangkan menginjak masa remaja, interaksi dan pengenalan atau pergaulan yang
dilakukan dengan teman sebaya terutama lawan jenis menjadi semakin penting.
Hingga pada akhirnya pergaulan dengan sesama manusia menjadi kebutuhan yang
sangat penting. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan social
merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan antara satu dengan
yang lainnya. Hubungan social dimulai dengan tingkatan yang sederhana dan
berakhir dengan didadasari oleh kebutuhan yang sederhana. Sehingga hubungan
social juga mempunyai arti bahwa hubungan antarmanusia terjadi sehubungan dengan
meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
Namun selain adanya perpecahan, ternyata hal ini juga bisa memberikan nilai
positif terhadap suatu kelompok karena setiap anggota tentunya akan belajar untuk
beorganisasi, memilih pemimpin dan mematuhi aturan kelompok. Penyesuaian diri di
dalam kelompok kecil tetap menjadi permasalahan yang cukup berat. Hal ini karena
di dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai
pengaruh yang cukup kuat. Saling mengerti kekurangan masing masing dan upaya
untuk menahan sikap agar tidak menonjolkan diri terhadap pasangan nya sehingga
sangat diperlukan adanya tindakan intelektual yang dapat menyeimbangkan
pengendalian emosional.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial.
1. Keluarga
2. Kematangan
4. Pendidikan
Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh stiap orang baik
secara individual maupun kelompok. Menurut teori komprehensif tentang
perkembangan sosial yang dikembangkan oleh Erickson maka didalam upaya
memenuhi kebutuhan hidupnya setiap manusia menempuh langkah yang berlainan
satu dengan yang lain. Dalam teori Erickson dinyatakan bahwa manusia hidup dalam
kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal
yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dn latar
belakang kehidupan budayanya maka bekembang kelompok kelompok sosial yang
beranekaragam.
Remaja dalam mencari jati diri memiliki sikap yang terlalu tinggi menilai
dirinya atau sebaliknya. Ia belum memahami benar tentang norma norma sosial yang
berlaku didalam kehidupan bermasyarakat. Keduanya dapat menimbulkan hubungan
sosial yang tidak serasi, karena ia sukar untuk menerima norma sesuai dengan kondisi
kelompok atau masyarakat. Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan
untuk memberikan rangsangan kepada mereka kearah perilaku yang bermanfaat dan
dapat diterima khalayak.
3. Perkembangan Bahasa
Anak remaja telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian
bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan, lingkunga remaja mencakup
lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan teman sebaya dan
lingkungan sekolah.
Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan diberikan rangsangan yang
terarah sesuai dengan kaidah kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan
memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengaetahuan semata, tetapi juga
secara berencana merekayasa perkembangan system budaya, termasuk perilaku
berbahasa.
1. Umur Anak
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup
besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan
berbeda dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di
daerah pantai, pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok
sosial yang lain.
3. Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tanda-
tanda, memerlukan kemampuan motoric yang baik. Kemampuan motoric sesorang
berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketpatan
meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun
kalimat dengan baik, dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak
lain, amat dipengaruhi oleh kerja piker atau kecerdasan seseorang anak.
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang
baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya. Rangsangan
untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi
berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal in akan lebih tampak
perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik
dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berperngaruh pula terhadap
perkembangan bahasa.
5. Kondisi Fisik
Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang
terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu,tuli,gagap, atau organ
suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja
akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.
Dari hasil pengamatan para psikolog, bisa disimpulkan bahwa anak yang
terbiasa hidup dicaci maki dan diumpat, kelak kalau sudah besar sulit bekerja sama
dengan orang lain dan sulit baginya untuk menghargai prestasi orang lain. Orang
yang kemampuan berpikirnya rendah akan kesulitan dalam menyusun kata-kata logis
dan sistematis. Hal itu disebabkan karena tidak ada korelasi kerja yang seimbang
antara kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa.
3.5 Perbedaan individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolflok, dkk., 1984: 70) anak dilahirkan ke dunia telah
memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor
lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, dalam mempengaruhi
perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai
dengan apa yang mereka dengar, lihat, dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari.
Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa memiliki korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi akan
berkemampuan bahasa yang tinggi. Nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan
individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga
bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan mereka berpikir.
4. Bakat
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang
masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat memerlukan latihan dan pendidikan
agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat memiliki
keterkaitan dengan prestasi, dengan sesorang memiliki bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu,asal diperlukan latihan,
pengetahuan, pengalaman,dan dorongan agar bakat tersebut dapat terwujud. Jika
sesorang memiliki bakat tapi tidak pernah dikembangkan, maka bakat tersebut tidak
akan tampak. Faktor yang mewujudkan bakat ini yaitu anak itu sendiri dan
lingkungan anak. Karena kondisi setiap inividu dan lingkungannya tidak sama, maka
terjadi perbedaan bakat setiap orang secara individual. Pemupukan bakat dapat
dilakukan dengan pemberian rangsangan dan motivasi yang tepat serta penciptaan
kondisi lingkungan yang kondusif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ini, diharapkan kita dapat mengambil garis besar tentang
perkembangan intelek,sosial,dan bahasa. Intelek adalah kecakapan mental, yang
menggambarkan kemampuan berpikir. Banayak definisi tentang inteligensi namun
makna inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir dan
bertindak. Kemampuan berpikir berpengaruh terhadap tingkah laku. Seseorang yang
berkemampuan berpikir tinggi akan cekatan dan cepat dalam bertindak,terutama
dalam menghadapi permasalahan. Hal ini akan berakibat pada pembentukan sikap
mandiri. Sebaliknya seseorang yang berkemampuan berpikir kurang akan lebih
bersikap bergantung.perkembangan intelek dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
dari lingkungan maupun pengalaman belajar. Perkembangan sosial adalah
berkembangnya tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya
kebutuhan hidup manusia. Perkembangan ini berkaitan dengan proses penyesuaian
diri berpengaruh terhadap tingkah laku, seeperti egois dan keras. Sedangkan bahasa
merupakan pemegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat selain sebagai
alat berkomunikasi. Bakat merupakan hal penting dan harus dikembangkan pada
anak. Jika bakat selalu dikembangkan,dapat menunjang peningkatan prestasi,sangat
percuma apabila bakat tersebut tidak dikembangkan. Sebagai orang tua ataupun guru
harus memposisikan bakat anak sebagai hal yang harus disyukuri dan senantiasa
berusaha memenuhi kebutuhan anak untuk menunjang bakatnya.
3.2 Saran
Mengingat bahwa perkembangan peserta didik merupakan hal yang sangat penting
bagi tercapainya tujuan pendidikan, kami selaku penyusun yang merupakan calon
guru memiliki saran bahwa kita harus mengembangkan aspek sosial,bahasa,dan
intelek karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan. Hal yang dapat dilakukan yaitu
melakukan pendekatan terhadap peserta didik, senantiasa melakukan pendekatan dan
senantiasa mengamati pekembangan tersebut. Apabila terdapat hambatan pada
perkembangan ketiga hal tersebut, kita dapat menyusun treatment yang dapat
dilakukan oleh kita sebagai guru. Treatment tersebut harus disesuaikan dengan
peserta didik yang membutuhkan. Karena kewajiban kita sebagai guru adalah
mengetahui perkembangan peserta didiknya. Dalam hal pengembangan bakat,
pendidik atau guru harusdapat menrima bakat peserta didiknya dengan apa adanya.
Selain iu juga harus mengusahakan suasana dimana anak merasa aman untuk
mengembangkan potensinya.