TUGAS
Oleh:
DIVANDRIA ANANTA SUCITA
201211733
Kelas 3B
Dosen Pengampu:
Ns. Lenni Sastra, S.Kep, M.S
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kemampuan motorik halus
anak down syndrome.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana pengaruh terapi bermain terhadap kemampuan
perkembangan motorik halus pada anak penderita down syndrome .
b. Mengetahui rerata skor kemampuan motorik halus setelah diberikan
terapi bermain pada anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan
motorik halus .
c. Mengetahui perbedaan skor perkembagan motorik halus sebelum dan
setelah diberikan terapi bermain pada anak-anak yang mengalami
gangguan motorik halus pada anak down syndrome.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian tentang terapi bermain pada anak down syndrome ini diharapkan
dapat menjadi sumber masukan bagi tenaga kesehatan/perawat sebagai salah
satu terapi non farmakologis untuk meningkatkan perkembangan
kemampuan motorik halus pada anak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan masukan dalam bidang ilmu terkait khususnya dalam ilmu
riset keperawatan. Sebagai masukan bagi peserta didik untuk mengetahui
terapi non farmakologis dalam meningkatkan perkembangan motorik halus
pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik halusnya serta
sebagai informasi untuk dijadikan masukan tambahan dalam pendidikan
terutama mata kuliah keperawatan anak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau data pembanding untuk
penelitian yang akan datang dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan
dengan terapi bermain terhadap peningkatan perkembangan motorik halus
pada anak yang mengalami gangguan down syndrome.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
Terapi bermain pada anak ini berfungsi sebagai terapi yang dapat membantu
anak mengekspresikan perasaannya,baik senang,sedih,marah,dendam,tertekan
atau emosi.Berikut ini beberapa fungsi dari terapi bermain :
1) Perkembangan Sensorimotor
a) Memperbaiki koordinasi, ketrampilan motorik kasar dan halus
b) Meningkatkan perkembangan semua indera
c) Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d) Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2) Perkembangan Intelektual
a) Memberikan sumber sumber yang beranekaragam untuk
pembelajaran tentang eksplorasi dan manipulasi bentuk , ukuran,
tekstur dan warna, serta pengalaman dengan angka
b) Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas ketrampilan
berbahasa
c) Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu
dalam upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan
baru
d) Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan
membedakan antara fantasi dan realita
3) PerkembanganSosialisasidanMoral
a) Mengajarkan peran orang dewasa , termasuk perilaku peran seks
b) Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c) Mengembangkan ketrampilan sosial
d) Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif
terhadap orang lain
4) Kreativitas
a) Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
b) Memungkinkan fantasi dan imajinatif
c) Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
Dilansir dari Mayo Clinic, kurang lebih sebesar 4% kasus Down Syndrome adalah
hasil dari genetik warisan salah satu pihak orang tua. Baik pria dan wanita bisa
menjadi pembawa Down Syndrome di dalam gennya. Pembawa genetik disebut
sebagai carrier. Seorang carrier bisa tidak menunjukkan tanda atau gejala Down
Syndrome, namun ia bisa menurunkan kelainan tersebut ke janinnya, yang
menyebabkan tambahan atau salinan pada kromosom 21.
Mengutip Info Datin Kementerian Kesehatan RI, Ibu adalah carrier dengan risiko
lebih besar, dengan detail sebagai berikut:
Beberapa ahli berpendapat bahwa Down Syndrome dapat dipicu oleh kerja
metabolisme tubuh yang kurang optimal dalam memecah asam folat. Penurunan
metabolisme asam folat bisa berpengaruh terhadap perubahan pada pembentukan
kromosom.
Untuk mencegah hal ini, setiap wanita yang akan berencana hamil diwajibkan
untuk mencukupi kebutuhan asam folat sejak sebelum hamil atau saat berencana
untuk menjalani program hamil. Bahkan, asupan asam folat perlu dipenuhi sejak
remaja, bukan saat hamil saja, melihat manfaatnya yang begitu banyak untuk
tubuh.
6. Faktor Lingkungan
Faktor risiko yang paling umum dan seringnya menyebabkan bayi terlahir
dengan Down Syndrome adalah paparan bahan kimia dan zat asing yang diterima
dari lingkungan sehari-hari sebelum atau selama masa kehamilan.
Polusi udara, asap kendaraan bermotor, dan air yang tercemar serta faktor
lingkungan yang buruk hingga pengunaan skincare berbahan kimia, dan
kandungan zat beracun, dapat memengaruhi pembentukan kromosom bayi
semenjak dalam kandungan. Selain itu, wanita yang merokok memiliki rantai
kromosom yang lebih pendek dari pada normalnya. Merokok saat hamil juga
dapat menyebabkan bayi lahir dengan kelainan jantung dan otak.
Sleep apnea
Kelainan bentuk tulang dan jaringan pada penderita Down syndrome bisa
menyumbat saluran napas dan berujung pada sleep apnea.
Gangguan pencernaan
Sebagian anak dengan sindrom Down menderita gangguan pencernaan,
seperti penyakit celiac.
Gangguan pendengaran
Sebagian besar anak dengan Down syndrome berisiko mengalami tuli atau
hilang pendengaran. Kondisi ini bisa terjadi akibat kelainan bentuk tulang di
bagian dalam telinga atau infeksi telinga.
Gangguan penglihatan
Lebih dari setengah penderita Down syndrome mengalami gangguan
penglihatan, seperti katarak, rabun jauh, rabun dekat, atau mata juling.
Hipotiroidisme
Penderita sindrom Down dapat terkena hipotiroidisme, atau kekurangan
hormon tiroid. Kondisi ini dapat terjadi sejak lahir atau berkembang seiring
bertambahnya usia.
Penyakit Alzheimer
Saat mencapai usia lanjut, penderita Down syndrome cenderung
terserang penyakit Alzheimer.
Gangguan mental
Anak dengan Down syndrome berisiko mengalami gangguan mental, seperti
gangguan obsesif–kompulsif, autisme, depresi, dan gangguan kecemasan.
Kelainan jantung
Sekitar setengah dari anak dengan Down syndrome diketahui terlahir
dengan penyakit jantung bawaan sehingga harus menjalani operasi.
Gangguan lain
Kondisi lain yang juga berisiko terjadi pada penderita sindrom Down antara
lain leukemia, obesitas, demensia, penyakit autoimun, dan epilepsi.
Pencegahan Sindrom Down juga dapat dilakukan dengan cara gaya atau
pola hidup sehat. Meskipun dapat terjadi pada siapapun , kebiasaan bergaya
hidup sehat kemungkinan dapat membantu mencegah terjadinya Sindrom Down
pada janin.
BAB III
KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian
Jenis dalam penelitian ini adalah penelitian
PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS ANAK DOWN SYNDROME
TUGAS
Oleh:
DIVANDRIA ANANTA SUCITA
201211733
Kelas 3B
Dosen Pengampu:
Ns. Lenni Sastra, S.Kep, M.S
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap kemampuan motorik halus
anak down syndrome.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana pengaruh terapi bermain terhadap kemampuan
perkembangan motorik halus pada anak penderita down syndrome .
b. Mengetahui rerata skor kemampuan motorik halus setelah diberikan
terapi bermain pada anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan
motorik halus .
c. Mengetahui perbedaan skor perkembagan motorik halus sebelum dan
setelah diberikan terapi bermain pada anak-anak yang mengalami
gangguan motorik halus pada anak down syndrome.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian tentang terapi bermain pada anak down syndrome ini diharapkan
dapat menjadi sumber masukan bagi tenaga kesehatan/perawat sebagai salah
satu terapi non farmakologis untuk meningkatkan perkembangan
kemampuan motorik halus pada anak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan masukan dalam bidang ilmu terkait khususnya dalam ilmu
riset keperawatan. Sebagai masukan bagi peserta didik untuk mengetahui
terapi non farmakologis dalam meningkatkan perkembangan motorik halus
pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik halusnya serta
sebagai informasi untuk dijadikan masukan tambahan dalam pendidikan
terutama mata kuliah keperawatan anak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau data pembanding untuk
penelitian yang akan datang dalam melaksanakan penelitian yang berkaitan
dengan terapi bermain terhadap peningkatan perkembangan motorik halus
pada anak yang mengalami gangguan down syndrome.
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
Terapi bermain pada anak ini berfungsi sebagai terapi yang dapat membantu
anak mengekspresikan perasaannya,baik senang,sedih,marah,dendam,tertekan
atau emosi.Berikut ini beberapa fungsi dari terapi bermain :
1) Perkembangan Sensorimotor
a) Memperbaiki koordinasi, ketrampilan motorik kasar dan halus
b) Meningkatkan perkembangan semua indera
c) Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d) Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2) Perkembangan Intelektual
a) Memberikan sumber sumber yang beranekaragam untuk
pembelajaran tentang eksplorasi dan manipulasi bentuk , ukuran,
tekstur dan warna, serta pengalaman dengan angka
b) Kesempatan untuk mempraktikkan dan memperluas ketrampilan
berbahasa
c) Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu
dalam upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi dan hubungan
baru
d) Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan
membedakan antara fantasi dan realita
3) PerkembanganSosialisasidanMoral
a) Mengajarkan peran orang dewasa , termasuk perilaku peran seks
b) Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
c) Mengembangkan ketrampilan sosial
d) Mendorong interaksi dan perkembangan sikap yang positif
terhadap orang lain
4) Kreativitas
a) Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat yang kreatif
b) Memungkinkan fantasi dan imajinatif
c) Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
Dilansir dari Mayo Clinic, kurang lebih sebesar 4% kasus Down Syndrome adalah
hasil dari genetik warisan salah satu pihak orang tua. Baik pria dan wanita bisa
menjadi pembawa Down Syndrome di dalam gennya. Pembawa genetik disebut
sebagai carrier. Seorang carrier bisa tidak menunjukkan tanda atau gejala Down
Syndrome, namun ia bisa menurunkan kelainan tersebut ke janinnya, yang
menyebabkan tambahan atau salinan pada kromosom 21.
Mengutip Info Datin Kementerian Kesehatan RI, Ibu adalah carrier dengan risiko
lebih besar, dengan detail sebagai berikut:
Beberapa ahli berpendapat bahwa Down Syndrome dapat dipicu oleh kerja
metabolisme tubuh yang kurang optimal dalam memecah asam folat. Penurunan
metabolisme asam folat bisa berpengaruh terhadap perubahan pada pembentukan
kromosom.
Untuk mencegah hal ini, setiap wanita yang akan berencana hamil diwajibkan
untuk mencukupi kebutuhan asam folat sejak sebelum hamil atau saat berencana
untuk menjalani program hamil. Bahkan, asupan asam folat perlu dipenuhi sejak
remaja, bukan saat hamil saja, melihat manfaatnya yang begitu banyak untuk
tubuh.
6. Faktor Lingkungan
Faktor risiko yang paling umum dan seringnya menyebabkan bayi terlahir
dengan Down Syndrome adalah paparan bahan kimia dan zat asing yang diterima
dari lingkungan sehari-hari sebelum atau selama masa kehamilan.
Polusi udara, asap kendaraan bermotor, dan air yang tercemar serta faktor
lingkungan yang buruk hingga pengunaan skincare berbahan kimia, dan
kandungan zat beracun, dapat memengaruhi pembentukan kromosom bayi
semenjak dalam kandungan. Selain itu, wanita yang merokok memiliki rantai
kromosom yang lebih pendek dari pada normalnya. Merokok saat hamil juga
dapat menyebabkan bayi lahir dengan kelainan jantung dan otak.
Sleep apnea
Kelainan bentuk tulang dan jaringan pada penderita Down syndrome bisa
menyumbat saluran napas dan berujung pada sleep apnea.
Gangguan pencernaan
Sebagian anak dengan sindrom Down menderita gangguan pencernaan,
seperti penyakit celiac.
Gangguan pendengaran
Sebagian besar anak dengan Down syndrome berisiko mengalami tuli atau
hilang pendengaran. Kondisi ini bisa terjadi akibat kelainan bentuk tulang di
bagian dalam telinga atau infeksi telinga.
Gangguan penglihatan
Lebih dari setengah penderita Down syndrome mengalami gangguan
penglihatan, seperti katarak, rabun jauh, rabun dekat, atau mata juling.
Hipotiroidisme
Penderita sindrom Down dapat terkena hipotiroidisme, atau kekurangan
hormon tiroid. Kondisi ini dapat terjadi sejak lahir atau berkembang seiring
bertambahnya usia.
Penyakit Alzheimer
Saat mencapai usia lanjut, penderita Down syndrome cenderung
terserang penyakit Alzheimer.
Gangguan mental
Anak dengan Down syndrome berisiko mengalami gangguan mental, seperti
gangguan obsesif–kompulsif, autisme, depresi, dan gangguan kecemasan.
Kelainan jantung
Sekitar setengah dari anak dengan Down syndrome diketahui terlahir
dengan penyakit jantung bawaan sehingga harus menjalani operasi.
Gangguan lain
Kondisi lain yang juga berisiko terjadi pada penderita sindrom Down antara
lain leukemia, obesitas, demensia, penyakit autoimun, dan epilepsi.
Pencegahan Sindrom Down juga dapat dilakukan dengan cara gaya atau
pola hidup sehat. Meskipun dapat terjadi pada siapapun , kebiasaan bergaya
hidup sehat kemungkinan dapat membantu mencegah terjadinya Sindrom Down
pada janin.
BAB III
KERANGKA TEORI
A. Kerangka Teori
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian
Jenis dalam penelitian ini adalah penelitian