PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Sari & Rasyidah (2020) kemampuan anak tunagrahita dalam self-
help atau menolong diri sendiri tidak dapat begitu saja seperti anak normal dengan
meniru orang tua atau orang lain, namun harus mempelajari secara khusus dalam
bentuk mata pelajaran di sekolah. Setiap sekolah yang menangani anak tunagrahita
memiliki kurikulum khusus untuk mempelajari kemandirian. Ada beberapa factor
yang membuat sebuah kemandirian tidak tercapai dengan baik, seperti halnya
gangguan pada motoric halus anak, sehingga anak mengalami keterbatasan dalam
mencapai sebuah kemandirian, misalnya dalam hal mengurus diri mengikat tali
sepatu.
Menurut Susanto (2011 : 164) motorik halus adalah gerakan halus yang
melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja,
karena tidak memerlukan tenaga akan tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Semakin baik gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti
menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar
sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas,
menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. Namun,
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap
yang sama. Seperti halnya anak dengan hamabatan Downsyndrom memiliki
kelemahan dalam perkembangan motoric halusnya sehingga hal berdampak pada
kemampuan bina diri anak.
Melalui hasil observasi yang telah dilakukan di SD Guntung Paikat yang telah
dilakukan terdapat subjek dengan hambatan downsyndrom yang mana hambatan
tersebut masuk dalam hambatan intelektual, didapati bahwa anak memiliki kesulitan
dalam melatih kemandiriannya sehingga anak memerlukan perhatian khusus untuk
dapat melakukan kegiatan bina diri dengan baik termasuk dalam hal mengurus diri
mengikat tali sepatu. Adapun penyebab anak mengalami kesulitan dalam mengikat
tali sepatu dikarenakan tingkat kemandirian yang sangat rendah sehingga harus
selalu dibantu ketika mengikat tali sepatu. Selain itu, motoric halus yang bermasalah
juga menjadi alas an mengapa anak mengalami kesulitan dalam mengikat sepatu.
Sehingga perlu adanya media yang membantu anak untuk melatih morik halusnyanya
dan mengembangkan kemandiriannya dalam mengurus diri termasuk mengikat tali
sepatu. Setiap anak sesungguhnya memerlukan layanan pendidikan yang disesuiakan
sejalan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak, seperti halnya
dengan anak berkebutuhan. Pada Anak Berkebutuhan Khusus penggunaan media
pembelajaran sangat diperlukan.Oleh karna itu pembelajaran yang digunakan bagi
anak berkebutuhan khusus yaitu yang bisa digunakan untuk menyalurkan pesan yang
diajarkan, sehingga merangsang, perhatian, perasaan serta kemampuan siswa
sehingga bisa mendorong proses pembelajaran. Dalam menyalurkan pesan yang
diajarkan, uru memerlukan sebuah perantara agar pesan dapat tersampaikan dengan
baik. Oleh karena itu guru membutuhkan media yang efektif serta efisien(Laksana
dwi Sigit, 2016).Sehingga dengan adanya kondisi diatas peneliti tertarik
menggunakan sebuah permainan bernama busy page mengikat tali sepatu. Media
tersebut berupa sebuah gambar yang memiliki lubang dan berbambar seperti sepatu
dan ada tali sepatu sebagai pelengkap permainan dengan warna menarik sehingga
anak dapat memasukkan tali sesuai dengan lubang yang ada pada gambar. Dengan
begitu diharapkan media ini dapat membantu anak dalam meningkatkan
kemandiriannya.
Penggunaan media dalam penelitian ini diadaptasi dari penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Vena dan Nur Ika (2018) yang menggunakan lacing shoes sebagai
media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengikat tali sepatu .Dengan
demikian, berdasarkan dengan permasalahan yang ada diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Mengikat Tali
Sepatu Anak Dengan Hambatan Downsyndrom Dalam Melalui Media Permainan
Edukasi Busy Page Di Sd Guntung Paikat Banjarbaru”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah penelitian ini
yaitu: Apakah media permainan busy page dapat meningkatkan kemampuan
mengikat tali sepatu pada anak dengan hambatan downsyndrom di SD Guntung
Paikat?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah media permainan busy page dapat
meningkatkan kemampuan mengikat tali sepatu pada anak dengan hambatan
downsyndrom di SD Guntung Paikat.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Manfaat
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menambah ilmu
pengetahuan tentang pemberian layanan kemandirian untuk meningkatkan bina diri
anak dengan hambatan downsyndrom dalam mengikat tali sepatu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Sebagai referensi bacaan dalam pemberian layanan permasalahan bina diri anak
dengan hambatan downsyndrom.
b. Bagi masyarakat dan orang tua
Sebagai referensi bacaan dan solusi kegiatan dalam penanganan permasalahan
bina diri anak dengan hambatan downsyndrom.
c. Bagi Sekolah
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk
mengembangkan kemampuan bina diri anak dengan hambatan downsyndrom.
d. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain dalam menambah
referensi dan memberikan latihan untuk meningkatkan kemampuan bina diri
anak dengan hambatan downsyndrom secara lebih lanjut.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk mempermudah pemahaman terhadap penelitian ini maka diberikan batasan
pengertian terhadap istilah-istilah yang dipakai sebagai berikut :
1. Downsyndrom
Down syndrome merupakan kelainan genetik yakni terbentuknya kromosom 21.
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom yang saling
memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Anak-anak down syndrome menderita
berbagai deficit dalam belajar dan perkembangan. Mereka cenderung tidak
terkoordinasi dan kurang memiliki tekanan otot yang cukup sehingga sulit bagi
mereka untuk melakukan tugas-tugas fisik dan terlibat dalam aktivitas bermain
seperti anak-anak lain. Anak-anak down syndrome juga mengalami deficit
memori, khususnya untuk informasi yang ditampilkan secara verbal, sehingga mereka
sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga kesulitan untuk mengekspresikan
pemikiran dan kebutuhan mereka dengan jelas secara verbal tetapi disamping
kesulitan-kesulitan itu mereka sebagian besar dapat membaca, menulis, dan
mengerjakan tugas-tugas aritmatika sederhana apabila mereka menerima pendidikan
yang tepat dan dukungan yang baik.
2. Bina diri
Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas kegiatan harian dalam dunia Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dikenal dengan istilah bina diri. Bina diri mengacu
pada suatu kegiatan yang bersifat pribadi, tetapi memiliki dampak dan berkaitan
dengan human relationship. Istilah Activity of Daily Living (ADL) atau aktivitas
kegiatan sehari-hari yang lebih familiar dalam dunia Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) dikenal dengan istilah bina diri. Keterampilanketerampilan yang
diajarkan atau dilatihkan dalam bina diri menyangkut kebutuhan individu yang harus
dilakukan sendiri tanpa dibantu oleh orang lain bila kondisinya memungkinkan. Seperti
halnya menggunakan sepatu bertali secara mandiri.
3. Permainan busy page
LANDASAN TEORI
Adapun menurut Sujarwanto ruang lingkup dalam bina diri adalah sebagai
berikut. :
a. Membersihkan diri dan merapihkan diri semua ini adalah cara bagaimana
anak merawat kebersihan, kesehatam, dan kerapihan dirinya sendiri.
b. Makan dan minum Setiap makhluk hidup membutuhkan makan dan
minum, ajan tetapi dalam kehidupan sehari-hari bagaimana seorang anak
mengetahui tata cara makan yang baik seperti apa. Begitupun anak down
syndrome perlu di ajarkan bagaimana tata cara makan yang baik.
c. Berbusana Anak berkebutuhan khususpun juga perlu diajarkan bagaimana
tata cara berbusana dan memakai pakaian nya sendiri tanpa bantua orang
tua dan orang lain. Berdasarkan pendapat mengenai ruang lingkup bina
dir
3. Mengikat Tali Sepatu
Mengikat tali sepatu merupakan sebuah bagian dari bina diriMengurus diri.
Menurut Wikasanti, 2014 dalam kehidupan ini, kecakapan hidup sangat
diperlukan sebagai dasar untuk membangun kemandirian, mempertahankan
hidup, memecahkan berbagai problema, dan berkontribusi secara positif di
berbagai sektor kehidupan. Itulah sebabnya, pendidikan yang bertujuan
untuk mengembangkan kecakapan hidup sangat penting diberikan kepada
siswa.
Pada kenyataannya masih sangat banyak anak dengan hambtan intelektual
memerlukan bantuan dalam mengurus dirinya, sehingga perlu adanya sebuah
program bina diri yang sesuai dengan kebutuhan anak seperti halnya
mengurus diri mengikat tali sepatu.
Pada kasus yang ada dilapangan, didapati bahwa anak mengalami hambatan
dalam menguruh diri memakai sepatu bertali. Maka dari itu adanya proses
latihan bina diri sangat penting bagi anak guna mencapai sebuah
kemandiriannya.
Sudrajat dan Rosida (2013:1-2) berpendapat bahwa kemampuan
keterampilan hidup bagi siswa tunagrahita tidaklah mudah seperti apa yang
dilakukan anak normal pada umumnya. Oleh karen itu, bagi siswa
tunagrahita mereka perlu berusaha keras terus menerus berlatih dengan
Latihan bina diri yang telah disusun secara sistematis dari materi sederhana
sampai materi yang kompleks dalam meningkatkan kemandirian mereka.
Selaras dengan pengertian tersebut jelas diketahui bahwa pelatihan bina diri
tidak dapat terpisahkan dengan dunia pendidikan terutama siswa dengan
hambatan intelektual. Sehingga sangat penting bagi siswa dapat melakukan
kegiatan mengurus diri seperti mengikat tali sepatu.
Memakai sepatu bertali merupakan sebuah keharusan yang dilakukan oleh
setiap siswa disekolah. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas
kerapian terhadap dirinya sendiri. Sehingga hal ini tentu mendasari perlunya
kebisaan dalam mengikat tali sepatu. Tentunya dengan adanya pembelajaran
mengikat tali sepatu menjadi salah satu usaha dalam mencapai program bina
diri terhadap siswa downsyndrom yang ada di SD Guntung Paikat
Banjarbaru.
C. Media Permainan edukatif busy page
1. Pengertian permainan busy page
Permainan busy page merupakan sebuah media pembelajaran yang berbasis
permainan edukatif dengan berbagai macam pilihan bentuknya. Seperti
gambar sepatu, yang mana pada bentuknya tediri dari gambar berlubang
persis seperti sebuah sepatu pada gambar. Hal ini dapat membuat anak
tertarik untuk belajar dan melatih dirinya dalam mengikat tali sepatu untuk
melatih motoric halus serta kemandiriannya dalam mengurus diri. Permainan
ini cukup mudah dan aman digunakan bagi anak dengan hambatan
downsyndrom serta sangat mudah dan praktis dibawa kemana saja.
D. Penelitian yang relavan
Dalam kajian pustaka ini, penelitian ini perlu melakukan tinjauan terhadap
penelitian dan literatur penelitian yang terdahulu yang berhubungan dengan
judul penelitian yang akan diteliti yaitu:
1. Penelitian sri Ayu Rahmawati (2021) yang berjudul “Pengaruh Media
Busy Book Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak” hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahwa media busy book berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan motorik halus anak di Kelompok A TK ABA
Ngabean 2 Tempel, Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan perubahan
skor yang diperoleh dari kesembilan subyek pada pelaksanaan pre test dan
post test. Jumlah nilai ratarata dari kesembilan subyek pada saat pre test
sebesar 7,6 dengan presentase nilai sebanyak 41%. Setelah diberi
perlakuan dengan menggunakan media busy book, nilai terendah dari
kesembilan subyek yakni dengan jumlah skor 9 dan nilai tertinggi 12.
Jumlah nilai rata-rata dari kesembilan subyek pada saat post test sebesar
11 dengan presentase nilai sebanyak 59%.
2. Penelitian Vena dan Nur Ika (2018) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Media Lacing Shoes Modifikasi Terhadap Keterampilan Motorik Halus
Anak Kelompok A Tk Al-Qur’an Suryalaya Kecamatan Sumenep” Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Apabilai nilai sig. Statistik uji wilcoxon <
alpha (0,05) atau |Zhitung |> |Ztabel (1,96)| maka Ho ditolak. Berdasarkan
Tabel 5, diperoleh nilai sig = 0,000 < alpha (0,05) sehingga diputuskan
untuk menolak Ho. dan disimpulkan bahwa terdapat ada Pengaruh media
lacing shoes modifikasi terhadap leterampilan motorik halus anak
kelompok A TK Al-Qur’an Suryalaya Kecamatan Sumenep.
E. Kerangka Berfikir
Media permainan edukatif busy page merupakan sebuah media yang
dirancang khusus untuk melatih anak dalam meningkatkan kemampuan bina
diri mengikat tali sepatu. Walaupun media ini sederhana akan tetapi media ini
mempunyai pola serta warna yang menarik minat belajar siswa. Mengingat
pada karakteristik anakdengan hambatan downsyndrom yang mengharuskan
sebuah media pembelajaran yang sesuai dengan inteletual yang anak miliki.
Sehingga media ini dapat mendorong rasa keingintahuan anak terhadap proses
mengikat tali sepatu. Selain itu, media ini sangat praktis dan dapat digunakan
dalam waktu yang panjang. Bahan yang terdapat dalam media juga cukup
praktis dan dapat dibawa kemana saja.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, berikut dikemukakan diagram
kerangka pikir.
Kemampuan mengikat
Penerapan media Identifikasi dan
tali sepatu
busy page perancangan media busy
menggunakan media
page
busy page
H. Hipotesis sementara
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan diatas, maka
hipotesis yang digunakan adalah : “Media Busy page dapat meningkatkan
kemampuan mengikat tali sepatu anak dengan hambatan Downsyndrom di SD
Guntung Paikat.”
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Sujarweni dalam Alwi
(2020) adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data
berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin
diketahui. Penggunaan pendekatan kuantitatif pada penelitian ini untuk
mengetahui kemampuan mengikat tali sepatu anak dengan hambatan
downsyndrom di SD Guntung Paikat.
b. Desain Penilitian
Desain yang digunakan dalam penelitiain ini menggunakan Single
Subject Research (SSR), dengan desain eksperimen yang dipakai dalam
penelitian ini adalah A-B-A. Yuwono (2020) memaparkan desain A-B-A
merupakan salah satu pengembangan desain dasar A-B, desain A-B-A ini telah
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variable terikat dan variable
bebas.
Langkah dalam desain A-B-A, mengumpulkan data perilaku sasaran pada
kondisi awal (A1) sampai data stabil dengan keadaan alami belum mendapatkan
intervensi atau perlakuan apapun. Setelah data stabil pada kondisi awal (A1)
lalu intervensi atau perlakukan (B) diberikan. Pengumpulan data pada kondisi
intervensi dilaksanakan secara terus menerus sampai data mencapai
kecendrungan arah dan level data yang jelas. Setelah itu masing-masing kondisi,
yaitu kondisi awal (A1) dan intervensi (B) diulang kembali pada subjek yang
sama pada kondisi akhir (A2) dan dalam fase ini dapat diketahui kemampuan
persepsi visual pada anak tunagrahita setelah diberi intervensi.
c. Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
mengikat tali sepatu melalui media permainan busy page pada anak dengan
hambatan downsyndrom melalui prosedur sebagai berikut:
1. Besline 1 (A1)
Pengukuran kemampuan perilaku pada tahap ini dilakukan sebanyak empat
sesi sebelum diadakan intervensi yang setiap harinya dilakukan satu sesi
selama enam puluh menit. Pengukuran dilakukan di dalam kelas pada jam
awal pelajaran. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes
kinerja dengan mencoba mengikat sepatu bertali secara langsung. Peneliti
akan melihat respon anak ketika disuruh memasang sepatu bertali. Setelah
melaksanakan proses tes tersebut, data yang didapatkan dicatat kemudian
dipresentasikan sebagai hasil untuk melihat kemampuan mengikat tali sepatu
yang dimiliki oleh subjek. Data hasil yang telah dipresentasikan tersebut
dimasukkan pada format data atau format instrument.
2. Sesi intervensi (B)
Pada tahap intervensi, dilaksanakan penerapan penggunaan media busy page
dalam meningkatkan kemampuan mengikat tali sepatu terhadap subjek
penelitian. Setiap penggunaan media diberi interval waktu antara lain:
Memakai sepatu bertali selama 15 menit, lalu berlatih menggunakan media busy
page selama 30 menit.
Langkah sesi intervensi (B) sebagai berikut :
1) Tahap pertama, subjek diberi media busy page berupa gambar sepatu
dan tali sepatu yang sudah terpasang dengan baik. Kemudian peneliti
mencoba memberikan contoh melepas ikatatan pada tali sepatu dan
mengikatknya kembali secara pelan-pelan dan rinci. Selanjutnya,
peneliti mencoba menyuruh siswa meniru apa yang sudah peneliti
lakukan tadi.
2) Tahap kedua, subjek mengikuti intruksi yang telah dilakukan dengan
cara melepas pengikat pada tali sepatu dan mengikatnya kembali
dengan benar tetapi tetap didampingi oleh peneliti.
3. Besline 2 (A2)
Tahap Baseline-2, dilakukan pengulangan terhadap kemampuan anak dalam
mengikat tali sepatu setelah adanya intervensi. Peneliti melakukan
pengulangan dengan meletakkan sepatu bertali dihadapan anak dan menelaah
bagaimana respon anak dalam mencoba mengikat sepatu bertali. Tahap ini
dilakukan hingga arah atau level baseline-1 stabil. Dengan test dan prosedur
dapat ditarik kesimpulan atas keseluruhan penelitian yang telah dilakukan,
sehingga dapat mengetahui penggunaan media busy page dapat memberikan
pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap peningkatan mengikat tali sepatu
pada subjek penelitian yang didapat dari pengolahan data yang dikumpulkan
selama penelitian.
D. Variebel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media busy page sedangkan variabel
terikat penelitian ini adalah kemampuan mengikat tali sepatu anak dengan
hambatan downsyndrom di SDN 1 Guntung Paikat.
E. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Guntung Paikat yang beralamat Jl. Kemuning,
Loktabat Selatan, Kota Banjarbaru. Dengan waktu penelitian bulan maret-mei
2024.
F. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tunggal, yaitu seorang anak Downsyndrom yang
mengalami hambatan dalam mengikat tali sepatu. Sebab alasan itu penelitian ini
dilaksanakan menggunakan Single Subject Research (SSR). Data yang diperoleh
ini diberikan oleh guru tata usaha, guru kelas, dan orangtua siswa di SDN 1
Guntung Paikat.
Adapun identitas diri dari subjek penelitian yang akan diteliti yaitu :
1. Nama Inisial : H
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. TTL : Banjarmasin, 15 Juni 2016
4. Agama : Islam
5. Alamat : Banjarbaru
G. Teknik pengumpulan data
Untuk mendapatkan data atau keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian,
peneliti perlu melakukan langkah – langkah pengumpulan data yang disebut teknik
pengumpulan data sebagai berikut.
a. Observasi
Observasi adalah teknik pengambilan data dengan terjun secaralangsung ke
lapangan dengan mengambil data secara langsung (Suranto,2019). Penelitian ini
menggunakan teknik observasi terhadap anaktunagrahita ringan dengan
menggunakan pencatatan observasi secaralangsung yang dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan.Prosedur yang digunakan melalui kegiatan observasi
langsung untuk mencatat data variabel terikat pada suatu kejadian atau perilaku
yang terjadi. Pencatatan data yang digunakan adalah pencatatan magnitude
(besaran nilai dari kemampuan yang anak lakukan). Artinya,
pencatatandilakukan dengan observasi langsung untuk melihat kemampuan
anaktunagrahita ringan dalam melakukan aktivitas motorik halus.
a. Diarahkan pada tujuan tertentu, melainkan secara sistematis dan terencana.
b. Melakukan pencatatan data sesegera mungkin.
c. Diusahakan data didapatkan sedapat mungkin.
d. Hasilnya harus diperiksa kembali dan diuji kebenarannya.
Keempat hal tersebut menuntut adanya panduan observasi yang dipersiapkan
secara sitematika. Penelitian ini menggunakan lembar observasi berupa
instrumen penelitian yang berisi tentang tahap-tahap kegiatan mengikat tali
sepatu anak dengan hambatan downsyndrom.
b. Tes Performa / Kinerja
Sukardi (2009) mendefinisikan pengertian suatu tes yakni tidak lain merupakan
satu set stimulasi yang diberikan kepada subjek atau objek yang akan diteliti.
Sedangkan Menurut Arikunto (2003) tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pada
penelitian deskriptif kualitatif data kuantitatif dapat dimanfaatkan untuk
memberikan dukungan keterangan secara deskriptif. Hal ini didasarkan atas
data kuantitatif yang berupa skor atau nilai kemampuan anak diperoleh dengan
cara mengetes siswa. Tes yang diberikan terkait melepas tali sepatu, mengikat
tali sepatu pada sepatu bertali dengan baik dan benar.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu bentuk kegiatan atau proses dalammenyediakan
berbagai dokumen dengan memanfaatkan bukti yang akurat berdasarkan
pencatatan dari berbagai sumber. Dokumentasi juga dapat digunakan sebagai
penguat dalam penelitian. Peneliti mengumpulkan beberapa data dokumentasi
subjek yang menjadi sasaran penelitian dengan menggunakan dokumen hasil
identifikasi dan assesmen, dokumentasi berupa foto-foto kegiatan.
Pengumpulan data ini akan menjadi bukti kongkrit dalam memberikan
keterangan yang akurat dalam penelitian ini.
H. Teknik Analisis Data