Anda di halaman 1dari 5

PETA KONSEP

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu: Rina Suryani, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Nama: Ray Dinho Simatupang

Kelas: Reguler/B

Nim: 3203111049

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
PETA KONSEP

ANAK
BERKEBUTUHAN
KHUSUS

RAGAM KEBUTUHAN KEMUNGKINAN ANAK


BELAJAR BERKEBUTUHAN
BERDASARKAN KHUSUS MENDAPAT
KEKHUSUSAN ANAK PENDIDIKAN DI
SEKOLAH INKLUSI
PEMBAHASAN

Setiap anak yang lahir didunia memiliki potensi yang berbeda-beda, mereka akan
memiliki kecerdasan dan bakat yang berbeda antara anak satu dan anak lainnya, sudah
seharusnya sebagai orang tua atau masyarakat tidak menyamaratakan dan membanding-
bandingkan antara anak yang satu dengan yang lainnnya. Sebaliknya kita sebagaai orang tua
harus mengerti kekurangan, keterbatasan dan keistimewaan anak sejak dini baik dari segi fisik
maupun psikis. Keterbatasan pada anak tersebut menyebabkan orangtua kurang mengerti dengan
potensi yang dimiliki anak, hampir semua orang tua menginginkan anaknya sempurna baik dari
segi fisik psikis dan akademiknya.

Hal ini membuat ruang lingkup pergaulan anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis
maupun akademik semakin sempit dan terbatas, anak yang memiliki keterbatasan akan
dipandang sebelah mata oleh masyarakat, akan dianggap tidak mempunyai kemampuan,
kecerdasan dan potensi lemah atau pendapat lainnya, anak akan semakin dang kurang memiliki
masa depan yang cerah, lebih parah lagi anak akan dianggap sebagai anak yang hanya bisa
merepotkana depanya.

Anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, psikis ataupun akademik sering disebut
dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan
Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik fisik, mental-intelektual,
sosial, maupun emosional yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Secara umum Anak Berkebutuhan Khusus, atau yang sering disingkat sebagai ABKadalah suatu
kondisi dimana anak memiliki karakteristik khusus yangberbeda dengan anak pada umumnya
yaitu mengalami keterbatasan/keluarbiasaan baik pada fisik, mental-intelektual, sosial, maupun
emosional.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 157 Tahun 2014
Tentang Kurikulum Pendidikan Khusus Pasal 4 anak berkebutuhan khusus dapat dikelompokkan
menjadi:

1. Tunanetra

Dimata masyarakat umum, tunanetra atau yang lebih dikenal dengan buta adalah
seseorang yang tidak bisa melihat atau seseorang yang telah kehilangan fungsi penglihatannya,
padahal pengertian tunanetra tidak sesempit itu, karena anak yang hanya mampu melihat dengan
keterbatasan (low vision) juga disebut tunanetra.

2. Tunarungu

Istilah tunarungu berasal dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya rusak atau cacat dan
rungu artinya pendengaran, seseorang dapat dikatakan tunarungu apabila ia memiliki
kerusakan/kelainan pada organ pendengarannya yang menyebabkan ia tidak dapat mendengar
atau kurang mampu mendengar suara yang seharusnya mampu didengar orang normal.
“Tunarungu berarti kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
kerusakan seluruh alat pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa
sehingga memerlukan bimbingan dan pelayanan khusus”.

3. Tunagrahita

Sebagian besar masyarakat menganggap anak-anak tunagrahita adalah anak yang bodoh,
lemot, lelet, idiot dan lain sebagainya. Anggapan itu membuat anak tunagrahita dipandang
sebelah mata oleh masyarakat. Anggapan itu juga membuat masyarakat menjauhi serta
mengucilkan anak tunagrahita. Padahal anggapan yang beredar luas dimasyarakat adalah
anggapan yang tidak tepat, darisudut bahasa atau istilah tunagrahita berasal dari kata “tuna” dan
“grahita” tuna artinya rusak atau cacat dan grahita artinya berfikir.

4. Down Sindrom

Down Sindrom adalah gangguan genetika paling umum yang menyebabkan perbedaan
kemampuan belajar dan ciri-ciri fisik tertentu yang disebabkan adanya abnormalitas
perkembangan kromosom.Down Sindrom disebut juga penyakit genetik karena gangguan
kromosom dengan ciri khas wajah universal (wajah mongoloid). Dimasyarakat sendiri, Down
Sindrom lebih dikenal dengan anak seribu wajah, bukan karena wajah anak down sindrom ada
seribu, melainkan karena ada banyak anak down sindrom dan wajah anak-anak down sindrom itu
sama, down sindrom tidak bisa disembuhkan, namun dengan dukungan, perhatian dan kasih
sayang, anak-anak dengan down sindrom bisa tumbuh dengan maksimal.

5. Tunadaksa

Ketika kita bergaul dengan teman atau masyarakat sekitar sesekali kita akan bertemu
dengan orang yang memiliki anggota tubuh tidak sempurna, seperti berjalan menggunakan
bantuan kursi roda karena tidak memiliki kaki ataupun memiliki kaki yang tidak mampu
menopang berat tubuhnya, tidak dapat memegang gelas karena bentuk tangan yang tidak normal
dan lain sebagainya. Seseorang yang seperti itu disebut dengan tunadaksa.

Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” dan “daksa”, tuna yang berarti rusak atau cacat
dan “daksa” yang berarti tubuh. Menurut Sutjihati Somantri tunadaksa adalah suatu keadaan
yang terganggu atau rusak sebagai akibat dari gangguan bentuk atau hambatan pada otot, sendi
dan tulang dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kecelakaan, penyakit
atau juga bisa disebabkan karena pembawaan sejak lahir.

Anda mungkin juga menyukai