Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

Nama Mata Kuliah : Pengantar Pend. Anak Berkebutuhan Khusus Nama


Pengembang : Dony Wira Wijaya, S.Pd., M.Psi.
Masa Tutorial : 2023.1 Tahap
Jumlah Soal : 4 Soal
Skor Maksimal : 100 Sumber Materi:
Sifat Soal : Open book
Jenis Tugas : PENGUASAAN KONSEP BMP PDGK4407
Modul 1 & 2
Nama Mahasiswa : Agung Cahya Ar Raafi Mardi
NIM : 858456491
Petunjuk Khusus : -

Quiz 1 ,
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Pengajar : Dony Wira Wijaya, S.Pd, M.Psi
Sifat : Open Book

Uraian Tugas :

1. Jelaskan makna dari istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)


Menurut Pendapat Anda berdasarkan dari pengertian baberapa para
ahli!

2. Dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terdapat


berbagai jenis istilah yang menggambarkan kondisi kelainan di
bawah normal. Sebutkan dan jelaskan berdasarkan ciri-cirinya istilah
tersebut!

3. Bejo mengalami kebutaan sejak usia dini sehingga dia mengalami


kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain bejo juga memiliki sifat
pemalu disamping itu jarak rumah bejo dengan sekolah-sekolah
berkebutuhan khusus terbilang cukup jauh ditambah lagi penghasilan
orang tua yang di katagorikan berekonomi lemah. Dari studi kasus
diatas bejo paling tepat mendapatkan pelayan pendidikan apa dan
jelaskan secara singkat mengapa pelayan pendidikan yang saudara
pilih paling tepat !

4. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai derajat paling


tinggi, manusia mempunyai kebutuhan yang kompleks. Begitu juga
penyandang kelainan atau yang biasa disebut Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) sehingga diperlukanlah beberapa profesi yang dapat
memberikan pelayan bagi ABK. Sebutkan dan jelaskan menurut anda
5 profesi mana dari 12 profesi yang wajib ada di sekolah jika terdapat
peserta didik dari ABK.

Penyelesaian :

1. Anak-anak atau individu-individu yang memiliki kharakteristik khusus yang berbeda


dengan anak pada umumnya dengan gangguan mental dan juga gangguan prilaku
yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran.
Menurut Frieda Mangunsong anak Berkebutuhan Khusus atau Anak Luar Biasa adalah anak
yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan
sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi,
maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-
tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk pengembangan
potensi atau kapasitasnya secara maksimal.

2. Tunanetra
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa
kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan
alat-alat bantu khusus masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Tunarungu
Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal
dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Tunalaras
Tunalaras adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan
bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga merugikan dirinya
maupun orang lain.
Tunadaksa
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat
gerak (tulang, sendi, otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan
pendidikan khusus.
Gifted
Adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan
tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya
(anak normal)
Autistis atau autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya
gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku.
Tunagrahita atau down syndrome

Tunagrahita (retardasi mental) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan
dan keterbelakangan perkembangan mental jauh di bawah rata-rata (IQ dibawah 70)
sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun
sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. Hambatan ini terjadi
sebelum umur 18 tahun.
Tuna grahita ini masih dibagi menjadi dua, yakni tuna grahita biasa dan tuna grahita
down sindrom atau down syndrome.
3. Individu secara fungsional dianggap buta ketika saluran utama pembelajarannya
adalah melalui sarana sentuhan atau pendengaran. Mereka mengalami keterbatasan
dalam menggunakan penglihatan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
lingkungan. Orang-orang ini biasanya menggunakan Braille sebagai yang media
literasi utama (metode membaca yang paling sering digunakan) dan membutuhkan
pelatihan orientasi dan mobilitas. Seseorang digambarkan memiliki penglihatan
rendah (low vision) ketika gangguan penglihatan mengganggu kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Saluran utama pembelajaran adalah melalui sarana
visual dengan penggunaan alat bantu (kaca pembesar) ataupun tidak. Media literasi
bervariasi dengan masing-masing individu sesuai dengan penggunaan sisa
penglihatan. Pelatihan orientasi dan mobilitas diperlukan bagi siswa untuk belajar
menggunakan residual vision. Perilaku sosial mempengaruhi perkembangan
emosional anak dengan gangguan penglihatan. Anak harus merasa diterima oleh
teman sebaya dan orang lain di masyarakat. Jika kontak mata atau komunikasi verbal
tidak sesuai dengan usia anak, orang dewasa dan anak-anak cenderung
meninggalkan anak dengan gangguan penglihatan keluar dari kegiatan sosial atau
berbicara dengan anak. Anak dengan gangguan penglihatan juga harus berbicara
tentang emosi dan bagaimana memproyeksikan emosi itu di dunia yang terlihat.
Seringkali anak dengan gangguan penglihatan kesepian dan membutuhkan struktur
untuk diintegrasikan ke dalam kegiatan masyarakat. Anak tersebut mungkin merasa
terisolasi dan memiliki harga diri yang rendah karena ia tampaknya berada di
pinggiran peristiwa dalam keluarga atau komunitas. Komunikasi fisik dalam interaksi
sosial, seperti menyentuh orang secara tepat, memengaruhi aspek sosial dan
emosional anak. Penting untuk mengatasi perasaan dan emosi sehingga anak dengan
gangguan penglihatan dapat mengetahui apa itu emosi dan bagaimana orang lain
mendeteksi perubahan emosi pada wajah atau bahasa tubuh
4. Kebutuhan fisik/kesehatan.
Fasilitas yang dapat membantu mereka dalam melakukan aktivitas seperti halnya
orang normal sesuai dengan jenis kelainan yang disandang, misalnya bagi tunadaksa
yang membutuhkan kursi roda untuk beraktivitas seperti orang normal pada
umumnya
Kebutuhan sosial-emosional.
Kebutuhan untuk berinteraksi dan bersosialiasi dengan orang lain. Seperti
penyandang tunarungu atau tunagrahita yang memasuki usia remaja mereka juga
butuh untuk mampu membersihkan diri mereka sendiri saat datang bulan/haid
Kebutuhan pendidikan
Sama halnya dengan anak normal pada umumnya mereka butuh mendapatkan
pendidikan yang layak. Namun secara umum semua penyandang kelainan
memerlukan latihan keterampilan dan bimbingan karier yang memungkinkan
mereka mendapat pekerjaan dan hidup mandiri tanpa banyak bergantung dari
bantuan orang lain

Anda mungkin juga menyukai