Anda di halaman 1dari 18

KEBUTUHAN KHUSUS

DALAM BELAJAR
Dosen Pengampu :
Silvia Mariah Handayani,S.Pd, M.Pd, Ph.D Khodijah
Tussolihin Dalimunthe, Skm,.M.Kes
Kelompok 4 :

Madeline Samari Amelisa Siahaan Devi Ruth Cahyana Septi Utari Riani Tazkia Hadi
Harefa 1232411028 Saragih 1231111012 1233111098
1233111099 1233111094
Materi Yang Akan Dibahas

Kebutuhan Khusus Pengkategorian


01 02 kebutuhan khusus
Dalam belajar

Belajar di sekolah
03 Belajar di SLB 04
inklusi
1. KEBUTUHAN KHUSUS DALAM
BELAJAR
Kebutuhan khusus dalam belajar merujuk pada kebutuhan
yang tidak umum atau tidak biasa yang dimiliki oleh individu
saat belajar. Anak berkebutuhan khusus (ABK) diartikan
sebagai individu-individu yang mempunyai karakteristik yang
berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal oleh
masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus anak
berkebutuhan khusus menunjukkan karakteristik fisik,
intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi
dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar normal
yang berlaku di masyarakat. Sehingga mengalami kesulitan
dalam meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun
aktivitas pendidikan (Bachri,2010).
2. PENGKATEGORIAN
KEBUTUHAN KHUSUS
Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) yaitu peserta didik dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan peserta didik pada
umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi ataupun fisik. (Heward, 2006). PDBK memiliki istilah lain
yakni anak cacat/anak yang memiliki kecacatan, anak yang memiliki
kelainan, anak luar biasa, anak yang memiliki ketunaan, anak
berkebutuhan khusus atau children with special needs. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.
70/2009 Pasal 3 ayat 1, penggolongan PDBK dibagi menjadi 9 antara
lain sebagai berikut:
1. Tunanetra
Tunanetra adalah salah satu jenis hambatan fisik
yang ditandai dengan ketidakmampuan seseorang
untuk melihat, baik menyeluruh (total blind)
ataupun sebagian (low vision) dan walaupun telah
diberi pertolongan dengan alat-alat khusus, mereka
masih tetap memerlukan pendidikan khusus.
Sehingga diklasifikasi tunanetra menjadi dua
macam yaitu; Tunanetra Total (Totally Blind) dan
Kurang Awas (Low Vision).
2. Tunarungu

Andreas Dwijosumarto (dalam Soemantri, 2007) menyatakan bahwa anak


yang dapat dikatakan tunarungu jika mereka tidak mampu atau kurang
mampu mendengar. Menurutnya, tunarungu dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu tuli dan kurang dengar. Tuli merupakan suatu kondisi dimana
seseorang benar- benar tidak dapat mendengar dikarenakan hilangnya fungsi
dengar pada telinganya. Sedangkan kurang dengar merupakan kondisi
dimana seseorang yang mengalami kerusakan pada organ pendengarannya
tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar meskipun dengan atau tanpa
alat bantu dengar.
3. Tunawicara
Tunawicara adalah kondisi ketidakmampuan seseorang untuk
berbicara atau berkomunikasi secara lisan. Biasanya, kondisi ini
disebabkan oleh gangguan atau kelainan pada sistem saraf atau
perkembangan bahasa dan komunikasi. Orang tunawicara mungkin
tidak dapat menghasilkan suara yang dapat dipahami atau tidak dapat
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka melalui kata-kata 5
lisan. Untuk berkomunikasi, mereka sering menggunakan bahasa
isyarat, tulisan, atau alat komunikasi lainnya.
4. Tunagrahita 5. Tunadaksa
Tunadaksa adalah suatu keadaan rusak
Anak dengan intelegensi rendah atau atau terganggu akibat gangguan bentuk
anak tunagrahita adalah istilah yang atau hambatan pada tulang, otot dan
digunakan untuk menyebut anak sendi dalam fungsinya yang normal yang
yang mempunyai kemampuan disebabkan oleh penyakit, kecelakaan,
intelektual di bawah rata-rata. atau dapat juga disebabkan oleh
Pengelompokan pada umumnya pembawaan sejak lahir. Tunadaksa dapat
didasarkan pada taraf inteligensinya, juga diartikan sebagai suatu kondisi yang
yang terdiri dari keterbelakangan menghambat kegiatan individu sebagai
ringan, sedang, dan berat. akibat kerusakan atau gangguan pada
tulang dan otot.
6. Tunalaras 7. Anak berkesulitan
Istilah tunalaras berasal dari dari
belajar
kata“tuna” yang berarti kurang Menurut Hallahan, Kauffman, dan Lloyd
dan“laras” berarti sesuai. Jadi anak (1985): Kesulitan belajar khusus adalah
tunalaras berarti anak yang suatu gangguan dalam satu atau lebih
bertingkah laku kurang sesuai proses psikologis yang mencakup
dengan lingkungan. Perilakunya pemahaman dan penggunaan bahasa
sering bertentangan dengan norma- ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut
norma yang terdapat didalam mungkin menampakkan diri dalam
masyarakat tempat ia berada. bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca,
menulis, mengeja, atau berhitung.
8. Autis 9. Tunaganda
Sutadi (2002:9) menjelaskan bahwa Tunaganda (doble handicap atau multiple
autism adalah gangguan handicap) adalah anak yang memiliki
perkembangan neorobiologis berat kombinasi kelainan (baik dua jenis
yang mempengaruhi cara seseorang kelainan atau lebih) yang menyebabkan
untuk berkomunikasi dan berelasi adanya masalah pendidikan yang serius,
(berhubungan) dengan orang lain. sehingga dia tidak dapat diatas dengan
Penyandang autisme tidak dapat hanya suatu program pendidikan khusus
berhubungan dengan orang lain secara untuk satu kelainan saja, melainkan
berarti,serta kemampuannya untuk harus didekati dengan variasi program
membangun hubungan dengan orang pendidikan sesuai kelainan
lain terganggu karena ketidak yang dimiliki.
mampuannya untuk berkomunikasi
dan mengerti perasaan orang lain.
3. BELAJAR DI SLB
Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang
melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai
lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah
pembelajaran bagi peserta didik. Jadi SLB merupakan lembaga
pendidikan khusus yang menyelenggarakan program pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus.

1. Sistem Pendidikan di sekolah SLB


sistem Pendidikan segregasi dan sistem Pendidikan integrasi sistem
segregasi memiliki kelemahan yaitu penyelenggara Pendidikan yang terlalu
mahal Sedangkan kelemahan sistem integrasi adalah siswa disability harus
mengikuti metode pembelajaran sesuai kurikulum.
2. Metode pengajaran yang diterapkan oleh
pendidik di SLB
Komunikasi menjadi hal paling
1. dasar yang dilakukan oleh
komunikasi
pendidik kepada anak
berkebutuhan khusus untuk
memperoleh hubungan yang
baik.

2. Metode pengajaran ini dilakukan


Analisis tugas dengan cara pendidik menjelaskan
tugas yang harus diselesaikan oleh
anak berkebutuhan khusus dalam
indikator kompetensi.
2. Metode pengajaran yang diterapkan oleh
pendidik di SLB
Metode ini dilakukan pendidik
3. untuk memberikan bantuan
Prompts
kepada anak berkebutuhan khusus
berupa informasi penjelas atau
tambahan guna menghasilkan
respon yang benar dan tepat.

Metode yang terakhir ini dilakukan


4. Pembelajaran dengan cara berkelompok untuk
menyelesaikan tugas atau permasalahan
Koperatif yang diberikan. Sehingga dengan adanya
pembelajaran kooperatif, setiap peserta
didik dapat berbaur dengan temannya
yang memiliki kemampuan berbeda agar
saling bekerja sama.
3. BELAJAR DI SEKOLAH
INKLUSI
Sebagaimana yang ditegaskan melalui surat edaran Dirjen Dikdasmen
No.380 tahun 2003 yang menyatakan pendidikan inklusi merupakan
pendidikan yang mengikut sertakan anakanak yang memiliki
kebutuhan khusus untuk belajar bersama-sama dengan anak normal
lainya (Sugiarmin, 2006:23). Dalam pendidikan inklusif anak
berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun
hak-hak istimewa, melainkan persamaan hak dan kewajiban yang
sama dengan peserta didik lainnya di kelas itu.
Keuntungan penyelengara Tantangan
sekolah inklusi penyelengaraan
sekolah inklusi

Sekolah inklusi dianggap dapat memberi Pendidikan inklusif yang terjadi di


berbagai manfaat baik masyarakat umum Indonesia masih mengalami hambatan,
maupun bagi anak luar biasa sendiri. hambatan yang terjadi selama ini adalah
Masyarakat akan mulai mau menerima kurangnya pengetahuan guru tentang
keberadaan anak luar biasa. Selain itu di anak berkebutuhan khusus, minimnya
sekolah inklusi juga memungkinkan anak keterampilan guru dalam menangani
berkebutuhan khusus belajar bersama ABK dan sikap guru terhadap ABK yang
dengan anak normal, dan diperlakukan dilihat masih memandang sebelah mata
selayaknya anak normal
SESI
TANYA
JAWAB
Thank you

Anda mungkin juga menyukai