Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS JURNAL

AUTISME DAN ADHD

DOSEN:

SURI HANDAYANI DAMANIK, S.Psi, M.Psi /

ANADA LEO VIRGANTA, S.Pd, M.Pd

DISUSUN

OLEH :

UMMU AINUN (1173113036)

REGULER B PGPAUD 2017

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PRODI PG-PAUD

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019/2020
ANALISIS JOURNAL

 AUTISME

Judul Jurnal KARAKTERISTIK PROSOSIAL ANAK AUTIS USIA DINI DI


KUPANG
Penulis Jendriadi Banoet,
Review Ummu Ainun (1173113036)
Tahun/hal 2016, hal 1-75
Volume 3
Nomor Jurnal 1
Nama Jurnal Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo,
ISSN 2528-3553

Dari makalah kelompok 6 autisme:


Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan
penderitanya dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Anak yang menderita
autisme biasanya terlihat gejalanya sebelum berusia 3 tahun. Untuk mengatasi gejlanya
sebelum semakin parah, anda bisa melakukan terapi. Pasalnya, jika setelah berusia 3 tahun
maka perkembangan anak berhenti atau mundur.

Pada jurnal:
Autis dapat diartikan sebagai gangguan perkembangan komunikasi, kognitif, perilaku,
kemampuan sosialisasi, sensoris, dan belajar). Beberapa diantara anak autis menunjukkan
sikap antisosial, gangguan perilaku dan hambatan motorik kasar (sering berlari tanpa tujuan)
(Handoyo dalam Estri, Amsyaruddin & Sopandi, 2013).
Gangguan autisme menyebabkan anak mengalami keterbatasan dalam interaksi
sosialnya yang ditandai dengan kurangnya minat terhadap orang atau anak-anak lain, sulit
berkonsentrasi dan memiliki dunia sendiri. Itulah mengapa mereka miskin dalam hal
membangun hubungan interpersonal mereka. Mereka melihat dunia dengan pikiran dan
pandangan mereka sendiri sehingga menolak realitas disekitar mereka (Khotimah, 2013;
Widiastuti, 2014).
Beberapa pola perilaku prososial anak Autis S yang dikumpulkan berdasarkan hasil
penelitian dan triangulasi data wawancara dengan orangtua anak. a. Menunjukkan ekspresi
saat meniru, b. Menyapa teman. C. Bersedia diajak bersosialisasi dengan orang lain walaupun
kata-kata tidak sesuai. d. Tidak malu saat bertemu dengan orang lain, e. Bekerja sama, f.
Berperilaku sesuai norma yang ada,
Anak S masuk dalam kategori gangguan autis ringan. Meskipun ekpresi yang
ditunjukan sederhana, anak dengan gangguan autis ringan dapat menunjukkan ekspresi
sederhana yang ia peroleh dari hasil meniru. Untuk anak dengan gangguan autis ringan, ada
kontak mata sesekali dan ekspresi sederhana seperti tersenyum bisa terjadi (Rahayu, 2014).
Anak dengan kondisi autis ringan dapat menunjukkan ekspresi saat diajak bermain (Estri,
Amsyaruddin & Sopandi, 2013). Mampu berkomunikasi meski terbolak balik, mampu
memahami perintah oranglain. Hanya saja perhatian mereka memang terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeksripsikan karakteristik prososial anak usia dini
dengan autisme dan sasarannya adalah anak autis dengan kategori ringan. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada aspek prososial anak autis yang tidak
menyimpang seperti yang digambarkan oleh literatur sebelumnya. Anak usia dini autis
membutuhkan bimbingan, penanganan serta dukungan dari orang terdekat agar mereka tidak
merasa dikucilkan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat sekitar.
Intervensi yang ditujukan untuk membangun perilaku yang diinginkan juga dapat dilakukan
asal dengan dukungan penuh dari orang terdekat anak tersebut. Penelitian selanjutnya
disarankan untuk menggali lebih jauh karakteristik perkembangan anak usia dini dengan autis
lainnya untuk menambah kolam hasil penelitian (pool of evidence). Hasil penelitian yang
banyak ini akan membantu penelitian lain yang memfokuskan pada program prevensi dan
intervensi yang terkait dengan anak usia dini dengan autisme.
 ADHD

Judul Jurnal PELAYANAN KHUSUS BAGI ANAK DENGAN


ATTENTIONS DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER
(ADHD) DI SEKOLAH INKLUSIF
Penulis Devie Lestari Hayati, Nurliana Cipta Apsari
Review Ummu Ainun (1173113036)
Tahun 2019
Volume 6
Nomor Jurnal 1
Nama Jurnal Prosiding Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat
ISSN 2581-1126 , 2442-448

Dari makalah kelompok 7:

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain
dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada
masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi
dan dapat berlanjut hingga dewasa.

Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan
pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku
yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak
bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sani Budiantini
Hermawan, Psi., “Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang
tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian

Pada Jurnal:

Attentions Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku yang


ditandai dengan adanya gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, dan
perilaku yang hiperaktif. Menurut Ikatan Psikiatri Amerika, ADHD adalah sebuah pola tetap
tentang kesulitan memusatkan perhatian atau perilaku hiperaktif dan impulsif yang terlihat
lebih sering dan lebih parah daripada yang biasa terlihat pada individu (Brikerhoff, 2009).

Gejala utama anak ADHD adalah tidak mampu berkonsentrasi dalam waktu yang lama.
Dengan kata lain, anak ADHD mudah teralihkan dan tidak bisa diam. Keadaan tersebut
mengakibatkan berbagai kesulitan belajar, kesulitan berperilaku, dan kesulitan dalam
bersosialisasi dan diarahkan perilakunya (Brikerhoff, 2009).

Apabila dibandingkan dengan ABK jenis lain seperti autis, gangguan hiperaktivitas ini
tidak populer dikenali oleh masyarakat, karena anak dengan gangguan hiperaktivitas dapat
menjadi autis, namun anak autis belum tentu mengalami gangguan hiperaktivitas (Zafiera,
2007).

Karakteristik khas yang paling mudah dikenali dari anak ADHD adalah anak akan
selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Selain itu, anak ADHD sangat jarang untuk
berdiam selama kurang lebih 5 hingga 10 menit guna melakukan suatu tugas kegiatan yang
diberikan oleh guru. Oleh karena itu, anak ADHD di sekolah mendapatkan kesulitan untuk
berkonsentrasi dalam tugas-tugas kerjanya. Sering juga mudah bingung dan kacau
pikirannya, sulit memperhatikan perintah dan mengalami kegagalan dalam melaksanakan
tugas-tugas pekerja sekolah (Batshaw, 1986).

Sekolah inklusif dapat memberikan layanan khusus untuk memenuhi kebutuhan anak
dengan Attentions Deficit Hyperactivity Disorder berkaitan dengan pengendalian diri dan
kebutuhan belajar. Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, maka pelayanan khusus
yang diberikan sekolah inklusif bagi anak dengan dengan Anak Berkebutuhan Khusus,
seorang pekerja sosial dapat berperan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan Anak
Berkebutuhan Khusus.

Selain itu, pekerja sosial dapat membantu menghubungkan orang tua dengan sumber-
sumber yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus, seperti
sekolah, lembaga terapi, konselor, dan lain sebagainya. Pekerja sosial memiliki tanggung
jawab profesi dalam pemberian pelayanan dan intervensi terhadap penyandang disabilitas.
Intervensi pekerjaan sosial dalam hal ini bertujuan untuk mencapai Keberfungsian Sosial
( Social Functioning ) penyandang disabilitas. Keberfungsian sosial yang diharapkan tercapai
adalah, penyandang disabilitas dapat berfungsi di masyarakat secara mandiri sehingga
diskriminasi penyandang disabilitas di berbagai lingkungan sosial dapat hilang.
Pekerja sosial melakukan pelayanan untuk penyandang disabilitas dengan
mengadvokasi hak-hak mereka, memfasilitasi pemberdayaan mereka (dan keluarga mereka)
dan mencapai kebutuhan dan aspirasi mereka. Maka dalam melakukan pelayanan khusus
terhadap anak dengan Attentions Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) diperlukan
kerjasama antara keluarga, tim pengajar disekolah seperti wali kelas, dan juga profesional
lainnya seperti hadirnya psikolog dan juga pekerja sosial sekolah untuk dapat memenuhi
kebutuhan anak tersehut dan dapat berkembang menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai