Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TERAPI BERMAIN MENGGUNTING TERHADAP

MOTORIK HALUS PADA ANAK AUTISME DI SEKOLAH


LUAR BIASA (SLB) NEGERI POLEWALI MANDAR

Yeni Yantikasari

Latar belakang : Autis adalah gangguan perkembangan yang terjadi dalam bidang interaksi dan
komunikasi dengan orang lain. Perkembangan motorik halus anak autis dilakukan melalui olah tangan
dengan menggunakan alat atau media kreatif seperti kuas, pensil, kertas, gunting, tanah liat, plastisin,
busa, dan lain-lain. Salah satu cara untuk meningkatkan motorik halus pada anak autisme adalah
dengan terapi bermain menggunting. Menggunting adalah salah satu aktivitas atau kegiatan
memotong yang melibatkan dan membutuhkan koordinasi antara mata, tangan, dan konsentrasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain menggunting terhadap
peningkatan motorik halus pada anak autism di Sekolah Luar Biasa Negeri Polewali.
Tujuan Penelitian : ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Terapi Menggunting Terhadap Motorik
Halus Pada Anak Autism Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Polewali Mandar.
Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan quasy eksperiment dengan menggunakan
pendekatan pre test and post test design dengan jumlah sampel sebanyak 10 respoonden dengan
teknik total sampling penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS 21 dengan uji Mc. Nemar

Kata Kunci : Terapi Bermain Menggunting, Anak Autisme

THE INFLUENCE OF THERAPY PLAYING INFLUENCES TO


A FINEMOTORCY ON CHILDREN AUTISM IN SCHOOL
INCREDIBLE (SLB) COUNTRY POLEWALI MANDAR

Background: Autism is a developmental disorder that occurs in the areas of interaction and
communication with others. Autistic motor development of children with autism is done through the
hands by using tools or creative media such as brushes, pencils, paper, scissors, clay, plastisin, foam,
and others. One way to improve fine motor in autistic children is by cutting therapy. Cutting is one
activity or cutting activity that involves and requires coordination between the eyes, hands, and
concentration. This study aims to determine the effect of cutting therapeutic therapy on fine motor
enhancement in children with autism in Polewali State Extraordinary School.
Research Objective: This is to know the Influence of Therapy Cutting on Smooth Motorics In Autism
Children At Special School (SLB) Polewali Mandar State.
Research Method: This research design uses quasy experiment using pre test and post test design with
10 respondent samples with total sampling technique of this research using SPSS 21 application with
Mc test. Nemar with significance level a = 0.05.
Result: The statistical test shows that there is Influence of Therapy to Play Cutting on the
Development of Smooth Motoric in Autistic Children in the Polewali Mandar School with P value of
0.031.
Conclusion: Based on the results of this study recommended for the institution of Polewali State
Extraordinary School for cutting therapy therapy can be used as one of therapy for children with
autism to improve fine motor.

Keywords: Playing Therapy Cutting, Autism Children


List of Library: 17 books (2006-2015) + 3 articles from internet + 4 Journals

PENDAHULUAN secara visual, melempar, menangkap,


Bermain dapat memacu menendang. Namun terdapat juga beberapa
perkembangan perseptual motorik pada hasil penelitian yang menunjukkan
beberapa area yaitu Koordinasi mata-tangan, penggunaan terapi bermain pada penyandang
atau mata kaki, seperti saat menggambar, autisme dengan berdasar pada pendekatan
menulis, manipulasi objek, mencari jejak perilakuan (Adriana 2011).
Terapi bermain bagi penyandang berbagai macam variasi gerakan. Gerakan
autisme dapat ditujukan untuk yang dilakukan secara bertahap akan
meminimalkan/menghilangkan perilaku menciptakan suatu keterampilan gerak yang
agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan sempurna. Sehingga pada usia anak merupakn
menghilangkan perilaku stereotip yang tidak saat yang tepat untuk mengetahui motoriknya.
bermanfaat. Hal ini dapat diartikan bahwa masa anak-anak
merupakan masa perkembangan gerak
Manfaat menggunting adalah motorik selanjutnya (Iriani 2013).
halus anak akan makin kuat dengan banyak Autisme adalah kelainan
berlatih menggunting. Gerakan menggunting perkembangan sistem saraf pada seseorang
dari yang paling sederhana akan terus diikuti yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor
dengan guntingan yang makin kompleks hereditas dan kadang-kadang telah dapat
ketika motorik halus anak semakin kuat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Deteksi
(Wiyani, 2013 dalam Desta Larasati dkk). dan terapi sedini mungkin akan menjadikan si
Cara belajar menggunting dengan gunting penderita lebih dapat menyesuaikan dirinya
kecil berujung bulat. Harus dengan dengan yang normal. Kadang-kadang terapi
pengawasan orang tua di dekatnya. Sekalipun harus dilakukan seumur hidup, walaupun
caranya memegang gunting masih belum demikian penderita Autisme yang cukup
sempurna dan lebih banyak menarik kertas cerdas, setelah mendapat terapi Autisme sedini
dengan gunting sehingga robek. Biarkan anak mungkin, seringkali dapat mengikuti Sekolah
belajar, jangan dicela. Karena dia masih belum Umum, menjadi Sarjana dan dapat bekerja
mampu membuka dan menutup gunting memenuhi standar yang dibutuhkan, tetapi
dengan sempurna (Trainer, 2012 dalam Desta pemahaman dari rekan selama bersekolah dan
Larasati dkk). rekan sekerja seringkali dibutuhkan, misalnya
tidak menyahut atau tidak memandang mata si
Dari hasil penelitian yang sudah pembicara, ketika diajak berbicara.
pernah dilakuan di SLB Negeri Semarang Karakteristik yang menonjol pada seseorang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mengidap kelainan ini adalah kesulitan
perkembangan motorik halus anak autisme membina
sebelum dengan setelah terapi bermain hubungan sosial, berkomunikasi secara normal
menggunting di Sekolah Luar Biasa (SLB) maupun
Negeri Semarang. Bahwa sebelum dilakukan memahami emosi serta perasaan orang lain.
terapi bermain : menggunting, jumlah Di Perancis, pada abad ke 15 dan ke
responden yang memiliki motorik halus 16, mulai ada perhatian terhadap penderita
kurang baik adalah 27 orang (90%), dan yang mental retardasi, mereka mulai mendapatkan
memiliki motorik halus baik adalah 3 orang perawatan secara khusus. Mulai dikenal
(10%). Sedangkan terbukti dari Z (4,899) dan adanya perhatian serta perawatan yang
nilai signifikansi = 0,000 < 0,05. Hal ini diberikan kepada penderita mental, dimulai
membuktikan bahwa ada pengaruh terapi pendekatan ilmiah, setelah sebuah diskusi
bermain menggunting terhadap perkembangan panjang berdasarkan tulisan dari Marie
motorik halus anak autisme di Sekolah Luar Gaspard, yang berjudul Savage ofAveryon,
Biasa (SLB) Negeri Semarang. Berdasarkan yaitu cerita tentang seorang anak laki-laki
hasil uji Wilcoxon, positive ranks yang berusia 12 tahun,karena ditinggalkan
menunjukkan bahwa terdapat 24 anak yang oleh orang tuanya dihutan, Kesan yang muncul
mengalami peningkatan dari motorik halusnya dimasyarakat kita bahwa autis adalah sesuatu
kurang baik, dan setelah dilakukan terapi, yang menjijikan dan jadi bahan lelucon hanya
respon motorik halusnya menjadi baik, Hal ini karena mereka berbeda.Mereka pun ingin
menunjukkan bahwa terapi ini berpengaruh diperlakukan sama dan mendapatkan hak-
terhadap perkembangan motorik halus. haknya baik yang diatur dalam konstitusi
Perkembangan gerak dasar seorang negara ini UUD 1945 khususnya pasal 31 ayat
anak terbagi dalam 3 macam gerak, yaitu (1) yang menjamin hak setiap warga negara
gerak dasar lokomator , gerak dasar non untuk mendapat pengajaran, Deklarasi HAM
lokomotor dan gerak manipulatif. PBB 1948, Konvensi Hak Anak 1989, The
Kemampuan berjalan dan memegang akan Salamanca Statement on Inclusive Education
semakin baik dan bisa dilakukan dengan (1994), Life Long Education and Education
for All (1995), Dakar Statement (2000), UU hewani (susu sapi) serta berbagai macam
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan produknya, seperti keju dan krim. Bagi
Anak, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem penderita Autisme , Susu Sapi dapat diganti
Pendidikan Nasional, hingga Convention on dengan Susu Kedelai. Dengan demikian, para
the Rights of Person with Disabilities and penderita autisme tetap memperoleh masukan
Optional Protocol 2007. protein, vitamin, dan mineral yang cukup. Hal
Berdasarkan data dari Badan terpenting dari semua itu, susu kedelai tidak
Penelitian Statistik (BPS) sejak 2010 dengan mengandung Kasein dan Glutein.
perkiraan hingga 2016, terdapat sekira 140 Berdasarkan data yang didapatan dari
ribu anak di bawah usia 17 tahun menyandang Dinas Sosial Kabupaten Polewali Mandar
autisme. Hal ini pun diakui oleh Mohamad jumlah penyandang disabilitas (meliputi cacat
Nelwansyah, Direktur Eksekutif Rumah Autis. fisik, mental, cacat ganda) tahun 2014 hingga
Perkembangan autisme di Indonesia tahun 2016 sebanyak 856 jiwa, laki-laki dan
semakin tahun semakin meningkat. Kalau di perempuan 373 jiwa.
awal 2000-an prevalensinya sekira 1:1000 Gerakan meregangakan otot juga
kelahiran, penelitian pada 2008 menunjukkan dapat membantu mengintegrasikan saraf-saraf
peningkatan hingga 1,68:1000 kelahiran. yang berhubungan dengan perkembangan
Penyebaran paling banyak terdapat pada refleks (Sujiono 2008).
daerah dengan rasio kepadatan penduduk Berdasarkan data-data yang ada di
paling tinggi. Sebagai contoh, daerah dengan Sekolah Luar Biasa Negeri Polewali Mandar,
perkiraan jumlah kasus autisme tertinggi ada jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan
di Provinsi Jawa Barat, dengan total mencapai pendidikan di SLB Negeri adalah sebanyak 73
25 ribuan. murid, 30 anak menderita tunagrahita, 8 anak
Berdasarkan data dinas sosial Provinsi menderita tunadhaksa, 16 anak menderita
Sulawwesi barat tahun 2015 jumlah tunarungu, 7 anak menderita tunalaras, 3 anak
penyandang cacat/disabilitas sebanyak 1680 menderita tunaganda dan 10 anak autis.
jiwa, (meliputi cacat fisik, mental, cacat Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri
ganda). Namun demikian jumlah yang Polewali Mandar terapi yang diberikan yaitu
sebenarnya jauh lebih besar dari pada yang terapi wicara, terapi bina diri, dan terapi-terapi
ada. Hal ini karena keluarga dan masyarakat akademik. Terapi yang dilakukan setiap hari
yang memounyai anggota keluarga yang oleh tenaga pengajar sesuai bidangnya masing-
mengalami kecacatan sering kali masing. Dampak dari terapi yang diberikan
menyembunyikan sehingga penyandang cacat mempunyai dampak terapi yang cukup baik.
tidak dpat tersentuh pelayanan (Dinas Sosial Jadi ini alasan mengapa saya ingin meneliti di
Provinsi Sulawesi Barat 2015). Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Polewali
Di provinsi sulawesi barat diadakan Mandar.
pembekalan terhadap sarana produksi dan Karena terapi menggunting belum
distribusi obat tradisional dalam rangka dilakukan sama sekali disekolah ini,
pembinaan disulbar, pembekalan ini sedangkan terapi menggunting salah satu
membahas mengenai dirjen bina kefarmasian manfaatnya dapat membantu kemampuan
dan alat kesehatan mendampingi menteri motorik halusnya dengan cara meningkatkan
kesehatan pada kunjungan kerja dalam rangka pergerakan otot-otot kecil seperti keterampilan
pembinaan wilayah ke provinsi sulawesi menggunakkan jari-jemari tangan dan gerakan
selatan, sulawesi barat, salah satu pergerakan tangan yang luwes, melatih
pembahasannya yaitu Minuman untuk koordinasi mata anak. Salah satu pencapaian
Penderita Autisme. Penderita Autisme perkembangan terdapat kemampuan
sebaiknya tidak mengkosumsi makanan yang menggunting mengikuti pola.
mengandung Kasein (Protein susu) dan
Glutein (protein tepung). Karena selain sulit Maka dari hasil studi pendahuluan
dicerna , makanan yang mengandung kedua yang telah dilakukan, peneliti perlu untuk
jenis protein tersebut dapat menyebabkan melakukan penelitian tentang kemampuan
gangguan fungsi otak. Jika dikonsumsi motorik halus pada anak autisme, di Sekolah
perilaku penderita autisme akan menjadi lebih Luar Biasa (SLB) Negeri Polewali Mandar.
hiperaktif. Sumber Kasein berasal dari susu
METODE PENELITIAN Jenis dan Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini, desain Populasi dan Sampel
yang akan digunakan adalah quasy experiment. Populasi
Eksperimen quasy adalah eksperimen yang Populasi adalah wilayah generalisasi
memiliki perlakuan (treatments), pengukuran- yang terdiri atas objek/subjek yang
pengukuran dampak (outcome measures), dan mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
unit-unit eksperiment (experimenttal units) yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
namun tidak menggunakan penempatan secara dan kemudian ditarik kesimpulannya
acak, pada penelitian lapangan biasanya (Sugiyono,2009). Oleh karena itu, populasi
menggunakan rancangan eksperiment semu juga sering diartikan sebagai kumpulan objek
quasy eksperimen. Desain ini tidak penelitian dari mana data akan dijaring atau
mempunyai pembatasan yang ketat terhadap dikumpulkan. Dengan demikian populasi
randomisasi, dan pada saat yang sama dapat merupakan kumpulan semua elemen atau
mengontrol ancaman-ancaman vadilitas. individu dari mana data atau informasi akan
Disebut eksperimen semu karena eksperimen dikumpulkan (Nasir dkk,2011).
ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri Populasi yang dipakai dalam
dilakukan. Oleh sebab itu, vadilitas penelitian penelitian ini ialah keseluruhan siswa/siswi
menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai yang berada di SLB Polewali Mandar yaitu
eksperimen yang sebenarnya (Seokidjo sebanyak 73 siswa/siswi. Namun pada
notoatmodjo 2010). penelitian ini ialah murid kelas I, II, III, dan
IV yang berada di SLB Negeri Polewali
Dengan rancangan pre dan post test. Mandar yaitu sebanyak 10 murid yang Autis.
Sampel dilakukan sebelum terapi menggunting
dan sesudah terapi menggunting. Selisih hasil Sampel
pengaruh pre dan post terapi dilakukan uji Sampel adalah bagian populasi yang
statistik Mc Nemar. Dengan maksud untuk diambil dengan cara tertentu, dimana dimana
menguji apakah ada pengaruh terapi pengukuran dilakukan .Lebih diperinci bahwa
menggunting terhadap motorik halus sebelum sampel merupakan bagian dari jumlah dan
dan sesudah terapi dilakukan observasi. karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa
Kemudian dilakukan terapi menggunting oleh yang dipelajari sampel, Kesimpulannya akan
peneliti 3 kali dalam seminggu selama 1 bulan. dapat diberlakukan untuk populasi (Sugiyono
Setelah itu diukur/diobservasi kembali (Post 2009).
Test) komunikasi verbal tersebut.
Jadi sampel dalam penelitian ini ialah
Lokasi dan Waktu Penelitian murid kelas I, II, III, dan IV yang berada di
SLB Negeri Polewali Mandar yaitu sebanyak
Penelitian ini di lakukan di SLB 10 murid yang Autis.
Negeri di Polewali Mandar pada bulan
Februari – Mei tahun 2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah anak
Hasil Penelitian Autis dengan jumlah sampel 10 orang murid
Pada penelitian ini dilaksanakan di SLB SLB kelurahan Darma Kecamatan Polewali
Kelurahan Darma Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar. Data yang
Kabupaten Polewali Mandar selama 1 bulan dikumpulkan selanjutnya diperiksa
terhitung dari 23 Maret sampai dengan 23 Mei kelengkapannya dan kemudian diolah.
Tabel 4.1 Gambaran distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur di SLB
Kelurahan Darma Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar
N Usia F %
o
1 6 – 7 Tahun 7 70.0
2 8 - 9 Tahun 3 30.0
Total 10 100.0
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.1 tentang umur menunjukkan bahwa dari 10 responden yang
responden, Dimana hasil penelitian berusia 6 tahun sebanyak 2 responden atau
(20,0%), yang berusia 7 tahun sebanyak 4 responden yang berusia 9 tahun sebanyak 1
responden atau (40,0%), yang berusia 8 tahun atau (10,0%).
sebanyak 3 responden atau (30,0%), dan
Tabel 4.2 Gambar distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok jenis kelamin di SLB
Kelurahan Darma Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar
N Jenis Kelamin F %
o
1 Laki-laki 6 60.0
2 Perempuan 4 40.0
Total 10 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan sebanyak 6 responden atau (60,0%), dan
bahwa jenis kelamin responden, dimana hasil berjenis kelamin perempuan sebanyak 4
penelitian menunjukan bahwa dari 10 reponden atau (40,0%).
responden yang berjenis kelamin laki-laki
Analisa univariat

Tabel 4.3 Distibusi Frekuensi Motorik Halus Pre-Test Anak Autis Di SLB Polewali Mandar
Motorik Halus Pre-Tets
Motorik Halus Frekuensi %
Baik 2 20.0
Kurang Baik 8 80.0
Jumlah 10 100.0
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.3 diatas (20,0%) dan motorik halusnya kurang baik
didapatkan dari 10 responden yang motorik sebanyak 8 responden atau (80,0%).
halusnya baik sebanyak 2 responden atau
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Motorik Halus Post-Test Anak Autis Di SLB Polewali Mandar
Motorik Halus Post-Tets
Motorik Halus Frekuensi %
Baik 8 80.0
Kurang Baik 2 20.0
Jumlah 10 100.0
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan dari motorik halus kurang baik sebanyak 2
10 responden yang motorik halusnya baik responden atau (20,0%)
sebanyak 8 responden atau (80,0%) dan
Analisa Bivariat

Uji Mc. Nemar


Mc. Nemar Test Value Exact Sig (2-sided)
N Of Valid Cases 10 0,031a
Berdasarkan tabel 4.5 diatas ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa
menunjukkan bahwa responden yang pengaruh terapi menggunting terhadap
mengalami peningkatan motorik halus peningkatan motorik halus sebelum dan
sebelum dilakukan terapi menggunting sesudah di berikan terapi adalah tidak sama
berjumlah 2 orang anak, sedangkan yang atau berbeda nyata, sehinggga dapat
mengalami peningkatan motorik halus sesudah disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi
dilakukan terapi menggunting berjumlah 8 bermain menggunting terhadap peningkatan
orang anak. motorik halus pada anak autis di SLB Polewali
Hasil analisis data dengan Kel. Darma, Kec. Polewali, Kab. Polewali
menggunakan uji Mc. Nemar di peroleh nilai mandar.
probabilitas (sig) 0,031. karena nilai PEMBAHASAN
probabilitas (sig) < dari alpha 0,05 maka Ho
Motorik Halus Sebelum Pelaksanaan terdapat pengaruh terapi menggunting
Terapi Menggunting terhadap peningkatan motorik halus pada anak
autism.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat di Berdasarkan data diatas, terjadi
ketahui bahwa dari 10 anak autis, sebelum peningkatan motorik halus. Peningkatan ini
dilakukan terapi menggunting 8 anak dapat terlihat bahwa setelah melakukan terapi
dikatakan memiliki motorik halus kurang menggunting rata-rata motorik halus sensorik
baik, dengan persentase ( 80%) responden lebih meningkat dari sebelum terapi
Hasil penelitian ini sejalan dengan menggunting.
penelitian iriani (2013), menjelaskan bahwa Dari hasil tersebut dapat diketahui
kemampuan berbahasa pada anak autis bawa terapi menggunting yang mampu
sebelum dilakukan terapi menggunting ada 27, meningkatkan motorik halus dengan
dari 30 orang anak yang kurang baik motorik menggunting pola. Terapi menggunting juga
halusnya dengan persentase 90%. bisa membantu meningkatkan kreatifitas
Motorik Halus Sesudah Pelaksanaan Terapi dalam mengeluarkan imajinasi anak.
Menggunting KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Kesimpulan
diketahui bahwa dari 10 anak autism, setelah
diberikan terapi menggunting selama 6 kali Setelah dilakukan penelitian tentang
dalam seminggu selama 2 bulan, 8 anak pengaruh terapi bermain menggunting
dikatakan memiliki peningkatan motorik halus terhadap motorik halus pada anak Autisme di
baik, dengan persentase 80%. Karena dengan SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri Polewali
manfaat berlatih menggunting dapat melatih Kel. Darma Kec. Polewali Kab. Polewali
motorik halus anak menjadi semakin kuat. Mandar Tahun 2016 didapatkan kesimpulan
Sehinggah motorik halus responden pada sebagai berikut :
penelitian ini meningkat dari sebelum terapi
menggunting. Peningkatan motorik halus sebelum
Hasil penelitian ini sejalan dengan dilakukan terapi menggunting didapatkan
penelitian Sri Novisiam (2012), menjelaskan sebagian besar motorik halus anak autis di
bahwa peningkatan motorik halus dari 14 anak SLB kurang baik persentase 2 responden
autisme setelah dilakukan terapi menggunting motorik halusnya kurang baik dan 8 responden
7 orang anak yang mengalami peningkatan motorik halusnya baik.
motorik halus baik dengan presentase 50%. Peningkatan motorik halus sesudah
Pengaruh Terapi Menggunting Terhadap diberikan terapi menggunting didapatkan
Motorik Halus Pada Anak Autisme sebagian besar motorik halus anak autis baik
Menurut Izatul Lailah/Nurul persentase 8 responden motorik halusnya baik
Khotimah, dalam Catron dan Allen (2011), dan 2 responden motorik halusnya kurang
pentingnya terapi bermain menggunting pada baik.
anak yang mempengaruhi peningkatan motorik Hasil analisis didapatkan ada pengaruh
halus pada anak autis. terapi menggunting terhadap motorik halus
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada anak autisme di SLB Kel. Darma Kec.
selama 6 kali dalam seminggu dalam waktu 2 Polewali Kab. Polewali Mandar Tahun 2016
bulan, terapi bermain menggunting dapat dengan signifikasi p-value 0,031 (p<0,05).
meningkatkan motorik halus, karena terapi
menggunting melibatkan koordinasi mata yang Saran
baik dan pergeraan tangan yang luwes,
sehinggga bias dinyatakan ada pengaruh terapi Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian
bermain menggunting terhadap peningkatan ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran
motorik halus pada anak autisme. sebagai berikut :
Berdasarkan hasil uji Mc. Nemar
Bagi Pendidikan Keperawatan
didapatkan rata-rata peningkatan motorik halus
sebelum dan sesudah melakukan terapi Memberikan sumbangan ilmiah kepada
menggunting adalah pre test 20% dan post test pendidik dan mahasiswa(i), dan menambah
80% denngan p-value 0,031 (p<0,05), artinya wawasan baru bagi mahasiswa(i) tentang
penanganan anak autism terhadap peningkatan Desta Sarasati Raharjo*), Dera Alfiyanti**). S
motorik halus yaitu dengan terapi Eko Purnomo, Pengaruh Terapi
menggunting dapat dijadikan sebagai terapi Bermain Menggunting Terhadap
komplementer, yang dapat di terapkan dalam Peningkatan Motorik Halus Pada
membuka praktek mandiri keperawatan oleh Anak Autisme Usia 11 – 15 Tahun di
mahasiswa(i) keperawatan setelah tamat nanti. Sekolah Luar Biasa Negeri
Semarang 2014 Volume 1, No. 1,
Praktek Keperawatan Mei 2014; 70-80
Einon Dorothy. 2007,.Permainan Cerdas
Sebagai bahan masukan dalam Anak. Erlangga : Jakarta.
meningkatkan mutu pelayanan kepada Ernawati dan Mahadewi Adi Seta 2012. Siapa
masyarakat dalam melakukan terapi Bilang Anak Autis Tidak
menggunting pada anak autism dan dapat Berprestasi. Cetakan I. FAMILA
diaplikasikan dalam praktek keperawatan, (Grup relasi inti media, anggota
khususnya keperawatan anak dan keperawatan IKAPI) : Yogyakarta.
komunitas yang komprehensif agar gangguan Fitri, Mila Taurus. 2012. Meningkatkan
motorik halus pada anak autism dapat Motorik Halus Dalam Memegang
dikurangi serta melihat pengaruh menggunting AlatTulis Melalui Teknik
dalam perkembangan motorik halus untuk Mencongkel Bagi Anak Autis.
mencapai perkembangan anak yang optimal. PENDIDIKAN KHUSUS. Volume 1
Peneliti Selanjutnya Nomor 2 Mei 2012,
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ju
Untuk peneliti selanjutnya dapat pekhu
menggunakan metode penelitian yang berbeda Iriani, Susi. (2013). Meningkatkan
agar hasil penelitian lebih representative dan Kemampuan Motorik Halus Pada
mengelompokkan anak autism sesuai umur Anak Melalui Kegiatan Menggunting
dan beratnya gejala segingga hasil penelitian Dengan Menggunakkan Bahan
lebih maksimal sehingga dapat melihat Bekas Pada Kelompok B TK Widya
hubungan-hubungan lain yang dapat Merti Surabaya.
meningkatkan dan menghambat kelancaran http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/
motorik halus pada anak autism. paud-teratai/article/view/2538
diperoleh tanggal 09 Oktober 2013.
Bagi Sekolah Lakshita Nattaya 2012. Panduan Simpel
Mendidik Anak Autis Cet.I.
Bagi sekolah khusus penderita JAVALITERA : Jogjakarta.
autism agar dapat dilaksanakan terapi Lailah Izatul, Khotimah Nurul 2011, Upaya
menggunting secara teratur dan sesuai dengan Meningkatkan Kemampuan Motorik
protap hal ini bertujuan untuk tercapainya Halus Anak Melalui Menggunting
motorik halus yang baik bagi anak autism. Dan Menempel Di Kelompok B TK
Muslimat 2 Jombang
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi Kersno 2011. Autis Is Treatable. PT.
Gramedia : Jakarta.
Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan
Nafi Dion 2012. Belajar dan bermain bersama
Terapi Pada Anak. Jakarta :Salemba
ABK-AUTIS. Cetakan I. FAMILIA
Medika.
(Grup Relasi Anti Media, Anggota
A.Alimul, Hidayat. 2007. Metodologi
IKAPI) : Yogyakarta.
Penelitian Dan Analisa Data.
Nasir, Abd., Muhith, Abdul., & Idaputri, M.E.
Salemba Medika : Jakarta.
(2011). Metodologi
Delphie Bandi, 2009. Penerapan Aplikasi
PenelitianKesehatan: Konsep
Permainan (Dalam Pembelajaran)
Pembuatan Karya Tulis dan Thesis
Edisi Pertama.
Untuk Mahasiswa Kesehatan.
Delphie Bandi, 2009. Terapi Permainan
Yogyakarta: Nuha Medika.
Terapeutik (Special Noeds,
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian
Giftedness, And Special Telented)
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:
Edisi Pertama.
Rineka Cipta
Novisiam Sri, 2012, Pengaruh Bermain
Menggunting, Menempelterhadap
Kemampuanmotorik Halus Anak Tk
A Bustanul Athfal Aisyiyah
Karangasem “Dalam Skripsi”.
Rasmitadila S.T M.Pd 2014. Melati Motorik
Halus. ERLANGA.
Riyanto Agus, SKM. M.Kes 2011. Aplikasi
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Cetakan I. MULIA MEDIKA.
Sujiono, Bambang, dkk. 2008. Metode
Pengembangan Fisik. Jakarta:
Universitas TerbukaTobroni & Fairul
Mumtaz. 2011. Mendongkrak
Kecerdasan Anak Melalui Bermain
Dan Permainan. Jakarta: Kata Hati.
Saryono, Skp. M.Kes. 2010. Metodologi
penelitian kesehatan. MITRA
CENDEKIA Press : Jogjakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D:
CV ALFABETA
Yuwono Joko, M.Pd 2009. Memahami : Anak
Autistik (Kajian Teoritik Dan
Empirik). Cetakan I. ALFABETA
CV.

Sumber internet :

https://issuu.com/radarsulbar/docs/1_mei_rada
r_sulbar
Kogan et al. (2009). "Prevalence of Parent-
Reported Diagnosis of Autism
Spectrum Disorder Among Children
in the US, 2007" (PDF). Pediatrics
Journal 124. doi:10.1542/peds.2009-
1522. Diakses tanggal 2 Juli 2013.
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/04/02/4
81/1128312/autisme-di-indonesia-
terus-meningka

Anda mungkin juga menyukai