Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA MASALAH

KESEHATAN REMAJA : SEKSUALITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1.MIZANUL AMALIA 10.


2.GRIVELLIA DEKESYA PUTRI YEZA 11.
3.CITRA PURNAMA SARI 12.
4. FITRI PERDANA ANGGRAINI 13.
5. FIKA KURNIAWATI 14.
6. NAFELYA NADIA PUTRI 14.
7.CHYNTIA SARI 16.
8.LOLA AMELIA ZULFA 17.
9.DIVANDRIA ANANTA SUCITA 18.

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Afrizal, M.Kep

PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya k
epadakami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawat
an Komunitas Pada Masalah Kesehatan Remaja : Seksualitas” dengan baik walaupun
dalam bentuk yang sederhana.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dose
n yang mengajarkan mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah memberikan b
imbingan kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini ,selanjutnya ucapan terimakasi
h kepada semua orang yang telah membantu kami dalam mengerjakan tugas ini sampa
i selesai. Saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
semua pihak, sebagai masukan bagi saya dan akansaya jadikan tambahan pengetahu
an dan pengalaman untuk pembuatan makalahberikutnya. Mudah – mudahan makal
ah ini dapat memberikan manfaat bagi kita

Padang, 3 Mei 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

BAB I………………………………………………………………………………..

Masalah Kesehatan Remaja: Seksualitas…………...............................................

BAB II………………………………………………………………………………

Asuhan Keperawatan Komunitas ...........................................................................

BAB III ……………………………………………………………………………..

Program Kerja Terkait Kesehatan Remaja……………..……………………….

BAB IV……………………………………………………………………………..

Penutup…………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka ..........................................................................................................


BAB I
MASALAH KESEHATAN REMAJA : SEKSUALITAS

A. Konsep Seksualitas Pada Remaja


1. Defenisi Remaja
Dalam konsep psikologi, masa remaja merupakan suatu tahap yang pasti
dilalui oleh setiap individu dalam proses kehidupannya. Berbicara tentang remaja,
sebenarnya tidak ada batasan usia masa remaja yang pasti. Bahkan saat ini sudah
terjadi pergeseran usia remaja yang makin dim dibandingkan dengan usia yang
ditetapkan sebagai seorang remaja pada jaman dahulu.
Masa remaja merupakan periode peralihan dan setiap periode peralihan, status
individu menjadi tidak jelas dan terjadi keraguan akan peran yang harus
dilakukan. Selain ltu pada masa remaja juga terjadi perubahan-perubahan, antara
lam perubahan fisik, perubahan minat dan peran, perubahan pola penlaku,
perubahan nilai-nilai, serta meningginya emosi. Oleh karena itu tidak
mengherankan pada masa ini banyak terjadi goncangan-goncangan yang sermg
disebut sebagai periode badai dan tekanan (storm and stress), dan menyebabkan
persoalan-persoalan pada kehidupan remaja. Cole (dalam Issriati, 1999)
menyebutkan persoalan-persoalan yang dihadapi remaja sebagai berikut: masalah
penyesuaian diri, masalah seksual, masalah agama dan moralitas, masalah
kesehatan dan pertumbuhan, masalah sekolah dan pemilihan pekerjaan.
2. Defenisi Seksualitas
Seksualitas (dalam Demartoto, 2010) menyangkut berbagai dimensi yang
sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas
diartikan secara etimologis yaitu sesuai dimensi biologis berkaitan dengan organ
reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan
memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Menurut WHO (2012) seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang
kehidupannya dan meliputi seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual,
erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi. Seksualitas adalah komponen
identitas personal individu yang tidak terpisahkan dan berkembang dan semakin
matang sepanjang kehidupan individu. Seksualitas tidak sama dengan seks.
Seksualitas ialah interaksi faktor-faktor biologis, psikologi personal, dan
lingkungan.
3. Perkembangan Seksualitas
1) Masa bayi
Baik bayi perempuan maupun bayi laki-laki dilahirkan dengan
kapasitas untuk kesenangan dan respon sosial. Genetalia bayi sensitif
terhadap sentuhan sejak lahir. Dengan stimulasi bayi laki-laki berespon
dengan ereksi penis dan bayi perempuan dengan lubrikasi vaginal. Anak
laki-laki juga mengalami ereksi nogtural spontan tanpa stimulasi. Dengan
memberikan bentuk stimulasi taktil melalui menyusu, memeluk, dan
menyentuh atau membuai, membantu bayi dalam mendefinisikan
pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi manusia dan
dari kontak tubuh.
2) Masa usia bermain dan prasekolah
Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas
gender dan mulai membedakan perilaku sesuai gender yang didefinisikan
secara sosial. Proses pembelajaran ini terjadi dalam perjalanan interaksi
normal. Anak juga mengamati perilaku orang dewasa, mulai untuk
menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama, dan
mempertahankan atau memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan
balik manusia.
Pertanyaan tentang darimana bayi berasal atau perilaku seksual yang
diamati oleh anak harus dijelaskan dengan terbuka, jujur, dan sederhana.
Anak usia 4-6 tahun mulai menginternalisasikan seksualitas mereka akan
bermain dan berpakaian sesuai dengan gender masing-masing. Usia ini
akan rentang untuk mulai terlibat masturbasi. Orang tua dapat
menimbulkan ansietas pada anak –anak usia 4-6 tahun dengan tidak
mentoleransi terhadap idiosin krasi (karakteristik atau keanehan, perilaku
atau fisik) mental perilaku peran seks. Orang tua yang memberikan reaksi
berlebihan terhadap masturbasi anak, dapat menimbulkan keyakinan
bahwa genetal dan seks adalah buruk dan kotor.
3) Masa usia sekolah
Bagi anak-anak dari usia 6-10 tahun, edukasi dan penekanan tentang
seksualitas datang dari orang tua dan gurunya. Tetapi lebih signifikan dari
kelompok teman sebayanya. Anak-anak usia sekolah sepertinya akan terus
melanjutkan perilaku stimulasi diri. Orang tua dan anak-anak dapat
diinformasikan bahwa masturbasi tidak mempunyai efek fisik atau
emosional yang membahayakan.
Anak-anak dalam kelompok usia ini akan terus mengajukan pertanyaan
tentang seks dan menunjukkan kemandirian mereka dengan menguji
perilaku yang sesuai. Batas pengujian mungkin ditunjukkan dengan
menggunakan kata-kata kotor dengan konotasi seksual sambil mengamati
reaksi orang dewasa.
4) Pubertas dan masa remaja
Awitan pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan
perkembangan payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan payudara,
puting dan aerola ukurannya meningkat. Proses ini yang sebagian
dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan
mungkin tidak komplit sampai akhir usia 10 tahunan. Kadar estrogen yang
meningkat juga mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar, dan
terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut dapat terjadi secara
spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut
pubis dan aksila mulai tumbuh. Menarke dapat terjadi secepatnya pada
usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih.
5) Masa Dewasa
Dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengeksplorasi dan
menemukan maturasi emosional dalam hubungan. Keintiman dan
seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih
untuk tidak melakukan hubungan seks.
6) Masa dewasa ( lansia) usia lebih dari 55 tahun
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi
menjadi penekanan pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi intim,
dan hubungan fisik mencari kesenangan. Hal ini dapat secara aktif di
penuhi dengan mempertahankan aktivitas seksual secara teratur sepanjang
hidup. Terutama bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu
mempertahankan elastisitas vagina, mencegah atrofi, dan mempertahankan
kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian, proses penuaan
mempengaruhi perilaku seksual, Lansia menghadapi penurunan kekuatan
kesehatan yang menghambat aktifitas seksual. Lansia harus menyesuaikan
tindakan seksual terhadap penyakit kronis, medikasi, sakit dan nyeri, atau
masalah kesehatan lainnya. Orgasme mungkin lebih jarang dicapai baik
bagi suami maupun istri. Sekresi vagina berkurang dan masa resolusi bagi
pria memanjang.
4. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
Keinginan seksual beragam diantara individu: sebagian orang menginginkan
dan menikmati seks setiap hari, sementara yang lainnya menginginkan seks hanya
sekali satu bulan, dan yang lainnya lagi tidak memiliki keinginan seksual sama
sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut.
a. Faktor fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
Aktivias seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan
hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan
keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang
untuk tidak merasakan seksual. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan
seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan
penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat
menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
b. Faktor hubungan
Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari
keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan
mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang
sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Tingkat seberapa jauh
mereka masih merasa dekat satu sama lain dan berinteraksi pada tingkat
intim bergantung pada kemampuan mereka untuk bernegosiasi dan
berkompromi. Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat
penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam berhubungan.
Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat mengakibatkan ansietas
hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa
yang diterima atau menyenangkan.

c. Faktor gaya hidup

Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol atau


tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat
mempengaruhi keinginan seksual. Dahulu perilaku seksual yang dikiatkan
dengan periklanan, alcohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah
palsu dalam tahap awal seks. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini
menunjukkan bahwa efek negatif alcohol terhadap seksualitas jauh
melebihi cuforia yang mungkin dihasilkan pada awalnya.

d. Faktor harga diri

Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan
seksualitas. Jika harga diri seksual tidak pernah dipelihara dengan
mengembangkan perasaan yang kuat tentang seksual diri dan dengan
mempelajari keterampilan seksual, seksualitas mungkin menyebabkan
perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri
seksual dapat menurun dalam banyak cara. Perkosaan, inses, dan
penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam. Rendahnya
harga diri seksual dapat juga diakibatkan oleh kurang adekuatnya
pendidikan seks.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN TEORITIS KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengkajian
Pengkajian atau tahap pengonsepan adalah mengidentifikasi masalah – masalah
yang terdapat dalam suatu wilayah dapat berupa wawancara, observasi dan
penyebaran kuesioner (Stanhope M dan Jeanette, 2007)
Pengkajian tersebut mencakup :
a. Individu
Adalah bagian dari keluarga yang mempunyai hubungan satu sama lainnya dan
mempunyai peran masing-masing individu mempunyai pola pertahanan dan
koping dalam menghadapi suatu masalah
b. Keluarga
Pengkajian yang perlu dilakukan adalah struktur dan karakteristik keluarga, sosial
budaya, lingkungan, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
c. Komunitas
Core = inti = komunitas
No Komponen Sumber Informasi

1. Riwayat/sejarah terjadinya Sejarah, perpustakaan


2. perkembangan Sensus penduduk/rumah
3. Demografi dan penduduk tangga
4. Karakteristik Lokal, kota, provinsi,
5. Umur dan jenis kelamin negara
6. Distribusi suku bangsa Kelurahan, kecamatan
7. Tipe keluarga Kontak langsung/pribadi
8. Status perkawinan Puskesmas
Vital statistik : angka kelahiran, Puskesmas
9. angka kematian dan penyebab Puskesmas
Nilai, kepercayaan dan agama Kontak langsung/pribadi
d. Lingkungan fisik
Perbedaan pengkajian individu dan komunitas :
KOMPONE SUMBER DATA
N Individu Komunitas
Inspeksi Semua indra Semua indra “Winshield
survey” berjalan melalui
komunitas
Auskultasi, tanda  Stetoskop  mendengarkan
vital  Termometer komunitas
 tensimeter  observasi iklim, batas,
sumber, tanda
kehidupan dan
kepadatan penduduk
Review sistem Dari kepala - kaki Observasi sistem sosial,
perumahan dan bisnis
Laboratorium Darah, rontgen, tes urine Pusat penelitian
dll

e. Pelayanan kesehatan masyarakat dan sosial / fasilitas pelayanan


kesehatan
1) Fasilitas didalam komunitas
2) Fasilitas diluar komunitas
Data yang diperlukan :
1) Pelayanan kesehatan
- Pelayanan, bayaran, jam pelayanan
- Sumber daya
- Karakteristik pemakai
- Statistik ( jumlah kunjungan, hari, bulan, tahun )
2) Pelayanan sosial
- Sama dengan pelayanan kesehatan misalnya konseling, pusat belanja
dan lain-lain
Elemen – elemen winshield survey
No Elemen Deskripsi
1. Perumahan dan Bangunan ; tua, bahan, arsitek, bersatu
lingkungan daerah / berpisah
2 Lingkungan terbuka Halaman deoan, sa ping dan belakang
Luas / sempit
Kualitas : ada / tidak rumput,
keadaan : bersih / kotor
Pribadi / umum
3 Batas Ada batas daerah / jalan, sungai, atau
got.
Kondisinya : bersih / kotor
4 Kebiasaan Tempat berkumpul, dengan siapa, jam
berapa
5 Transportasi Cara datang dan pergi, situasi jalan,
jenis dan alat transportasi
6 Pusat pelayanan Klinik, praktek pelayanan kesehatan :
di kunjungi / tidak, jaraknya : jauh /
dekat
7 Toko / warung, pusat Siapa pemiliknya, jenis apa,
perbelanjaan bagaimana mencapainya
8 Orang di jalan Siapa yang ci jumpai di jalanan, ibu /
bayi, orang pengangguran, anak
sekolah, binatang liar dll
9 Tempat ibadah Mesjid, gereja, wihara, kuil
10 Kesehatan Ada yang sakit : akut / kronis, dekat
dengan tempat pelayanan kesehatan /
tidak
11 Politik Kampanye, poster dan dampaknya
terhadap kesehatan ada / tidak
12 Media TV, majalah, koran,bagaimana
mencapainya mudah / tidak
( Anderson E.T, McFarley J : 2000)
f. Ekonomi
Indikator ekonomi dan sumber informasi ( Anderson E.T, McFarley J : 2000)
No Indikator Sumber
1 A.Karakteristik Finansial
1. Rumah Tangga
a. Rata-rata pendapatan
- Presentasi RT dibawah miskin Sensus
- Presentasi RT yang menerima Camat
pelayanan Lurah
- Presentasi RT dikepalai wanita
b. Biaya perbulan masing-masing SDA
2. Individu : pendapatan per-orang, presentase
yang miskin
B. Karakteristik Pekerja
1. Kelompok Umum
a. Presentase bekerja Sensus
b. Presentase pengangguran Depnaker
c. Presentase pensiunan Camat / lurah
2. Kelompok Khusus
a. Presentase wanita dengan anak bekerja
b. Presentase pimpinan
c. Presentase tekhnik
d. Presentase petani
e. Presentasepekerja lain

g. Komponen keamanan dan transportasi


Komponen :
1) Kualitas : pelayanan perlindungan
a) Kebakaran
b) Polusi
c) Sanitasi limbah
Sumber :
- Tata kota
- Dinas kebakaran
- Kantor polisi
- Dinas PU
2) Kualitas air, sumber : PDAM, Sumur
3) Transportasi, sumber departemen perhubungan
4) Swasta / pemerintahan
a) Bus
b) Jalan tol
c) Udara
Laut/kereta api (Riyadi, 2007).
h. Politik dan pemerintahan
1) Pemerintahan : RT, RW, lurah dan camat dst
2) Kelompok pelayanan masyarakat : PKK, LPMK, karang taruna dll
3) Politik : peran serta parpol dalam pelayanan kesehatan
4) Kebijakan pemerintahan dalam pelayanan kesehatan (Mubarak,2009)
i. Komunikasi
1) Komunikasi formal : koran , TV, dan radio
2) Komunikasi informal : papan pengumuman di mesjid
3) Bahasa yang digunakan bahasa daerah (minang) dan bahasa Indonesia
(Mubarak, 2009)
j. Pendidikan
Komponen :
1) Status pendidikan :
a) Tingkat pendidikan
b) Tipe sekolah
c) Bahasa
Sumber :
- Sensus
- Lurah / camat
2) Pendidikan yang tersedia dalam dan diluar komunitas
a) Pelayanan
b) Sumber
c) Karakteristik pemakai
d) Keadekuatan dapat dicapai
Sumber :
- Dikbud
- Kanwil
- Kakandep
- Ka. Sekolah
k. Rekreasi
1) Macam
2) Tempat / lokasi
3) Bayaran
4) Yang menggunakan
2. Diagnosa keperawatan
Data dari hasil pengkajian dikumpulkan untuk dianalisa, dimana nantinya akan
ditemukanlah masalah keperawatan serta etiologi dari maslaah tersebut. Menurut,
diagnosa keperawatan dibagi atas :
a. Masalah : sehat sampai sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan : nyata, resiko dan potensial
d. Rumusan :
3. Resiko …………………………….. (masalah) ……………………… diantara
(populasi/komunitas) b.d (karakteristik komunitas dan lingkungan) yang
dimanifestasikan dengan ……………………………………… (indikator
kesehatan/analisa data). (Mubarak,2009)

4. Prioritas masalah
No Mas. kes a b c d E f g h i j k l jumlah

Keterangan : Keterangan pembobotan :


a. Resiko terjadi 1. Sangat rendah
b. Resiko permasalahan 2. Rendah
c. Potensial untuk pendidikan kesehatan 3. Cukup
d. Minat masyarakat 4. Tinggi
e. Mungkin diatasi 5. Sangat tinggi
f. Sesuai program
g. Tempat
h. Waktu
i. Fasilitas kesehatan
j. Dana
k. Sumber dana
l. Sesuai dengan peran perawat
(Mubarak, 2009)

ANALISA DATA

DIAGNOSA SLKI SIKI


Resiko kehamilan tidak Setelah dilakukan intervensi Edukasi Seksualitas
dikehendaki keperawatan selama 3x24
Observasi
jam diharapkan
- kontrol diri meningkat  Identifikasi kesiapan
dan kemampuan menerima
- tingkat cedera menurun
informasi
- tingkat depresi menurun
- tingkat keletihan menurun Terapeutik
-tingkat pengetahuan  Sediakan materi dan
bertambah media Pendidikan
Kesehatan
 Jadwalkan
Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
 Fasilitasi kesadaran
keluarga terhadap anak dan
remaja serta pengaruh
media

Edukasi

 Jelaskan anatomi dan


fisiologi sistem reproduksi
laki-laki dan perempuan
 Jelaskan
perkembangan seksualitas
sepanjang siklus kehidupan
 Jelaskan
perkembangan emosi masa
anak dan remaja
 Jelaskan pengaruh
tekanan kelompok dan
sosial terhadap aktivitas
seksual
 Jelaskan
konsekuensi negatif
mengasuh anak pada usia
dini (mis: kemiskinan,
kehilangan karir dan
Pendidikan)
 Jelaskan risiko
tertular penyakit menular
seksual dan AIDS akibat
seks bebas
 Anjurkan orang tua
menjadi educator
seksualitas bagi anak-
anaknya
 Anjurkan
anak/remaja tidak
melakukan aktivitas seksual
di luar nikah
 Ajarkan
keterampilan komunikasi
asertif untuk menolak
tekanan teman sebaya dan
sosial dalam aktivitas
seksual
BAB III

PROGRAM KERJA TERKAIT KESEHATAN REMAJA

A. Program kerja terkait kesehatan remaja


Program kesehatan remaja, meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang harus diberikan secara komperhensif di semua tempat yang akan
dilakukan pelayanan remaja dengan pendekatan PKPR, intervensi meliputi:
 Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi menular seksual
/IMS,HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan pubertas.
 Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja
 Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi)
termasukkonselingbdanedukasi
 Tumbuh kembang remaja
 Skirining status TT pada remaja
 Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi masalah psikososial, gangguan jiwa
dan kualitas hidup
 Pencegahan dan penanggulangan NAPZA
 Detektif dan penanganan kekerasan terhadap remaja
 Detektif dan penanganan tuberculosis
 Detektif dan penanganan kecacingan
Pelaksanaan pelayanan PKPR adapun pelayanan yang ada dalam Program PKPR
adalah sebagai berikut (Depkes,2008):
1. Pemeriksaan kesehatan
 Dilaksanakan pemeriksaan kesehatan secara umum
 Pemeriksaan laboratorium dilakukan hanya bila perlu
 Pemeriksaan kesehatan dapat dilaksanakan antara lain:
 Dipuskesmas disetiap ruangan tersebut dilakukan pemeriksaan dan anamnesa lengkap
 Di rumah tinggal/di tempat-tempat yang lain dipakai tempat berkumpul anak remaja
 Di sekolah saat penjaringan anak sekolah oleh kader dan petugas puskesmas.

2. Pengobatan
 Semua penyakit yang ditemukan diobati sesuai dengan penyakitnya
 Pengobatan dilaksanakan di puskesmas
 Apabila diperlukan rujukan dapat dirujuk kerumah sakit
3. Konseling
Konseling merupakan kegiatan pembinaan kepada remaja yang mempunyai kasus
kesehatan reproduksi remaja atau kasus yang memerlukan dialog. Tempat konseling
dapat dilaksanakan di puskesmas, sekolah atau tempat pelayanan khusus konseling
kesehatan remaja.
4. Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan remaja dilaksanakan pada setiap kesempatan, misalnya pada
saat penerimaan murid baru disekolah atau pada saat seminar remaja.
BAB IV

PENUTUP

B. Kesimpulan
Masa remaja merupakan periode peralihan dan setiap periode peralihan, status
individu menjadi tidak jelas dan terjadi keraguan akan peran yang harus dilakukan.
Selain ltu pada masa remaja juga terjadi perubahan-perubahan, antara lam
perubahan fisik, perubahan minat dan peran, perubahan pola penlaku, perubahan
nilai-nilai, serta meningginya emosi.
Pada masa remaja kebutuhan akan mengalami perubahan dan perkembangan.
Kebutuhan yang pada waktu kanak-kanak belum muncul, akan menonjol pada masa
remaja, misalnya kebutuhan persahabatan, kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan untuk berdiri sendiri, kebutuhan akan heteroseksual, dorongan-dorongan
kelamin yang mewujudkan hubungan cinta, dan sebagainya. Masa yang di sebut
juga masa neo-atavistis atau masa kelahiran kembali ini sangat penting bagi
kehidupan remaja dalam perkembangan untuk mencapai kemasakan pribadinya.
seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi
seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan
dan reproduksi

C. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan secara profesional. Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal
penulisan maupun isi.Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Halodoc. (2019, 22 Mei). “Penyekit Menular Seksual PMS”. Diperoleh 24 Agustus 2019,
dari https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-menular-seksual-pms

Academia. (2010). “Aspek Seksualitas dalam Keperawatan”. Diperoleh 12 Agustus 2019,


dari https://www.academia.edi/9396616/aspek_seksualitas_dalam_keperawatan_ok

Ahmad, T. (2013). Perepsi Remaja Terhadap Perilaku Seks Pranikah. Ejournal Sosiatri-
Sosiologi, 1(1), 31–44.

Anda mungkin juga menyukai