Anda di halaman 1dari 14

MATERNITAS KEPERAWATAN I

GANGGUAN SEKSUAL PADA ANAK DAN REMAJA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II


Nama:
1. Anggy satria pratama aji
2. Ade rizki prayuda
3. Baiq fitria susiani
4. Bagus bajang rinjani
5. Harja hadi kusuma
6. Hesty yuliana
7. Ika puspita sari
8. Illiyin wahina
9. Ineke ivong surya
10. Intan sapirah
11. Mustika ratu
12. Nur wulan
13. Zatul yatin masri

Dosen Pembimbing : Hj.Endy Bebasari A P,S K.M.,M.Kes


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAN (STIKES) MATARAM

PRIODE 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “Gangguan Seksual Pada
Anak Dan Remaja” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.Dan juga kami
berterima kasih pada ibu “Hj.Endy Bebasari A P,S K.M.,M.Kes” selaku Dosen mata kuliah ”
Maternitas Keperawatan “ yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “Gangguan Seksual Pada Anak Dan Remaja” Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Mataram, 02 Desember 2019

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia merupakan makhluk yang unik dan menarik untuk dipelajari seluk-beluknya.
Hal ini mencakup semua aspek yang membentuk pribadi individu, baik dari segi individunya
sendiri, ataupun kehidupan sosialnya. Dalam menjalani kehidupannya manusia pasti mempunyai
permasalahan dan dari permasalahan ini harus dicari penyelesaiannya.

Permasalahan yang akan diangkat dalam makalah ini adalah permasalahannya tentang
“Gangguan Seksual”. Seks merupakan energi psikhis yang ikut mendorong manusia untuk
bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah laku di bidang seks saja, yaitu melakukan relasi seksual
atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan non seksual. Sebagai energi
psikhis,

seks merupakan motivasi atau dorongan untuk berbuat atau bertingkah laku.
Seks itu adalah satu mekhanisme, dengan mana manusia mampu mengadakan keturunan. Sebab
itu, seks merupakan mekhanisme yang vital sekali, dengan mana manusia mengabdikan jenisnya.
Di samping hubungan social biasa, di antara wanita dan pria itu bisa terjadi hubungan khusus
yang sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual. Dengan relasi seksual ini kedua belah
pihak menghayati bentuk kenikmatan dan puncak kepuasaan seksual atau orgasme, jika
dilakukan dalam hubungan yang normal sifatnya.

Banyak orang tua tidak ingin memikirkan anak-anaknya sebagai makhluk seksual hingga
mereka mencapai usia dewasa muda Bagaimanapun, perilaku seksual bisa dimulai sejak masa
sangat awal, yaitu masa usia dini.Orang tua dari anak laki laki sering membicarakan mengenai
perilaku seksual anak mereka kelak ketika remaja, dimulai dari cara anak menyentuh dirinya
sendiri ketika sedang berganti popok. Kita tentu sering menyaksikan anak bayi memasuki fase
dimana mereka senang menyentuh alat kelaminnya sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan seksual ?


2. Apa Penyebab Terjadinya Gangguan Seksual ?
3. Bagaimana Penyimpangan Perilaku Seksual Anak-Anak Dan Ramaja ?

4. Bagaiman Etiologi untuk gangguan seksual ?

1.3.TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui gangguan seksual


2. Mengetahui Penyebab Terjadinya Gangguan Seksual
3. Mengetahui Penyimpangan Perilaku Seksual Anak-Anak Dan Ramaja
4. Mengetahui Etiologi untuk gangguan seksual
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Gangguan seksual ialah penurunan hasrat seksual atau adanya hembatan dalam menikmati
aktivitas seksual, dapat terkena baik laki laki maupun perempuan, gangguan ini terjadi kapan
saja dan resikonya meningkat berdasarkan usianya, dari anak-anak sampai lansia

B. PENYEBAB TERJADINYA GANGGUAN SEKSUAL


Sering disebab kan oleh strees fisik maupun psikis yang dialami oleh seseorang, beberapa
penyebab lain dapat didasari oleh :

1. Trauma seksual
2. Masalah psikologi
3. diabetes
4. penyakit jantung
5. penyalah gunaan obat-obatan
6. pengunaan alcohol

Efek kekerasan seksual Pada Anak dan Remaja Efek kekerasan seksual pada anak dan remaja
dapat dibuktikan secara emosional, fisik, dan perilaku. Efek tersebut bisa merusak walaupun
hanya terjadi satu kejadian atau kejadian yang berulang. Kekerasan seksual tidak dapat
disamakan karena masing – masing pengalaman kekerasan seksual sangat berbeda

Faktor kerentanan Anak – anak sangat rentan akan kekerasan seksual karena umur, ukuran
tubuh, dan kepolosan. Bila seorang anak atau remaja dilecehkan, ia akan belajar bahwa orang
dewasa tidak dapat dipercaya untuk perhatian dan perlindungan yang dibutuhkan;

1. kesejahteraannya diabaikan,

2. kurang adanya dukungan dan

3. perlindungan. Hal di atas mengarah pada kesedihan,


4. depresi,

5. amat ketergantungan,

6. ketidakmampuan menilai kepercayaan pada orang lain,

7. curiga,

8. kemarahan dan permusuhan.

9. Dan tidak cukup hanya sampai di situ, tubuh anak akan merespons pada kekerasan
seksual, membawa rasa malu dan rasa bersalah.

Hal – hal untuk dipertimbangkan: Anak/remaja tidak mampu melindungi diri mereka sendiri
dan menghentikan kekerasan Anak/remaja rentan akan bujukan Anak/remaja rentan akan tipu
muslihat penyerang Sering kali anak/remaja tidak dapat mengendalikan tubuh mereka sendiri
Sering kali semua anak/remaja tidak mampu meyakinkan orang lain

Faktor – faktor di atas mengarah pada:

1. Kecemasan

2. Ketakutan

3. Rasa malu

4. Perasaan kekurangan pada dirinya

5. Keinginan mengendalikan situasi dan orang lain

6. Persepsi diri sebagai korban

Identifikasi dengan penyerang Efek emosional dan fisik pada kekerasan seksual Anak – anak
yang dilecehkan mengalami banyak kehilangan, termasuk:

1. Kepercayaan

2. Masa kecil, termasuk kesempatan bermain dan belajar

3. phobia dan perilaku seperti menggigit kuku dan ngompol


4. Belajar membuat masalah

5. Gelisah

6. Depresi dan kecemasan

7. Mengisolasi diri

8. Terobsesi pada perilaku baik

9. Gangguan dalam pertemanan

10. Perilaku anti sosial

11. Enggan berpartisipasi dalam aktifitas sosial

C. PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL ANAK-ANAK DAN RAMAJA

Yang tidak mendapatkan bimbingan seksual dengan benar dan layak dari orang tuanya, bisa saja
berakhir dengan memuaskan keingintahuannya sendiri dengan cara yang menyimpang.
Pengetahuan yang didapat dengan cara menyimpang tersebut bisa membuat mereka mengalami
penyimpangan dalam perilaku seksualnya. Gangguan perilaku seksual pada remaja yang bisa
terjadi ada beberapa macam:

1. Gangguan Identitas Gender (Gender Identity Disorderatau)

Gangguan ini berupa terjadinya konflik antara anatomi gender yang dimiliki seseorang remaja
dengan identitas gendernya sendiri yang dapat berawal pada masak Anak–anak dengan gangguan
ini merasakan bahwa anatomi gender mereka merupakan sumber stress yang intensif, dan
merupakan anak yang menolak anatomi tubuh mereka sendiri dengan kuat. Contohnya anak
laki–laki yang menolak organ kelamin mereka sendiri merupakan perilaku abnormal. Gangguan
perilaku seksual pada remaja ini dapat menghilang ketika anak sudah lebih dapat menerima
identitas gendernya sendiri, atau tetap berlangsung hingga dewasa dan menyebabkan anak
mengembangkan identitas sebagai transeksual.
 Ciri–ciri gangguan identitas gender yaitu:

1) Anak mengekspresikan berulang bahwa ia behasrat untuk menjadi anggota gender yang
bukan dirinya.

2) Sering memilih pakaian yang bukan diperuntukkan gendernya

3) Memiliki fantasi yang terus menerus mengenai keinginan untuk menjadi anggota gender
lainnya.

4) Tidak nyaman dengan gendernya sendiri dan tidak ingin berperilaku sesuai peran
gendernya

2. Fetishisme

Fetisihisme yang merupakan ketergantungan kepada benda–benda mati yang dapat menimbulkan
gairah seksual pada seseorang, masuk kedalam kategori parafilia, suatu gangguan seksual dalam
psikologi abnormal.Parafilia yaitu penyimpangan padahal–hal yang membuat seseorang tertarik,
berupa ketertarikan tidak wajar atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Gangguan ini
terjadi berulang dan intens setidaknya dalam waktu enam bulan dengan adanya fantasi, dorongan
atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berhubungan dengan penggunaan benda–
benda mati.Fethihisme bisa berawal dari masa remaja,bahkan sejak masa usia dini.

3.Fetishisme Transvetik

Gangguan perilaku seksual pada remaja berupa gairah seksual ketika seorang laki–laki
mengenakan pakaian perempuan, walaupun ia tidak merasa ingin menjadi seorang perempuan.
Gangguan ini sudah berlangsung setidaknya selama enam bulan pada laki–laki hetero seksual
yang merasakan gairah sehubungan dengan penggunaan pakaian lawanjenisnya. Gangguan ini
biasanya diawali dengan peristiwa penggunaan pakaian wanita secara waktu tertentu, dan tidak
sepanjang waktu. Ketahuilah dampak psikologis akibat seks bebas, gangguan seksual dalam
psikologi abnormal, ciri–ciri pubertas, dan macam–macam trauma psikologis.
4.Voyeurisme

Merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan kepuasan secara seksual dengan melihat
orang lain tanpa busana atau sedang berhubungan seksual tanpa diketahui obyeknya tersebut.
Dengan katalain, mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain.Walaupun
demikian, gangguan perilaku seksual pada remaja berupa voyeurism biasanya tidak disebabkan
oleh keinginan untuk melakukan kontak seksual dengan objeknya tersebut. Gangguan ini pada
umumnya berawal dari masa remaja, berakar dari keingin tahuan yang tinggi. Ketahuilah juga
mengenai ciri–ciri biseksual, ciri–ciri homoseksual, ciri–ciri lesbian dan pengertian LGBT
menurut paraahli.

5.Froterisme

Merupakan gangguan yang berkaitan dengan menyentuh secara seksual pada bagian tubuh orang
lain yang sama sekali tidak mendugaakan terjadinya hal tersebut. Walaupun belum pernah
dilakukan penelitian secara mendalam, namun ada indikasi jika ini merupakan salah satu
gangguan perilaku seksual pada remaja karena dapat dimulai sejak masa remaja.

 Tanda gangguan perilaku seksual anak dan remaja yaitu :

Remaja yang memiliki penyimpangan seksual perlu diawasi dengan seksama dengan melihat
berbagai tanda yang muncul pada perilakunya sehari–hari. Orang tua perlu melihat perilaku
seksual berbedayang ditampilkan oleh anak atau remaja untuk mengetahui adanya gangguan
perilaku seksual pada remaja tersebut, antaralain:

Anak yang menyentuh dirinya sendiri secara seksual, menyebabkan kesakitan fisik atau
kerusakan serius.Contohnya menyentuh bagian pribadinya sehingga lecet dan memar. Anak
yangs erring berusaha untuk melihat oranglain ketika sedang tidak berpakaian, misalnya
mengintip kebawah pintu kamar mandi,terutama pada anak lain.

Melakukan interaksi seksual dengan anak lain dan melibatkan perilaku yang tidak patut seperti
menyentuh (terutama dengan anak yang lebih muda), kontak oral dengan genital dan bahkan
hubungan intim.
Perilaku seksual yang melibatkan pemaksaan, agresi, dan kekasaran yang merupakan
kekhawatiran terbesar dari gangguan perilaku seksual remaja.

Jika orang dewasa yang menyiksa anak secara seksual mungkin saja memiliki penyimpangan
seksual tertentu, masalahnya akan sangat berbeda pada anak–anak. Perilaku seksual anak–anak
biasanya terjadi karena alasan lain, misalnya ketika anak merasa gelisah atau marah, bereaksi
atas pengalaman trauma tertentu atau mengalami dampak kekerasan pada anak, terlalu ingin tahu
mengenai hal–hal yang berbau seksual, mencari perhatian, mencoba mengintimidasi yang lain,
atau hanya mencoba menenangkan dirinya sendiri.

 Yang perlu diperhatikan oleh orangtua

Perlu diingat bahwa ada beberapa karakteristik tertentu pada gangguan perilaku seksual pada
remaja tersebut, dengan mengamati perilaku psikologi remaja antara lain:

1. Perilaku seksual pada anak dan remaja bervariasi dari mulai tipikal hingga bermasalah.

2. Waspadalah jika perilaku seksual remaja tidak merespon pada intervensi orangtua.

3. Perilaku seksual yang melibatkan penggunaan kekerasan, paksaan, kekasaran harus


mendapat perhatian serius dan dibutuhkan dukungan profesional.

4. Anak lelaki dan perempuan keduanya bisa mengalami gangguan perilaku seksual remaja.

Gangguan perilaku seksual pada remaja tidak terbatas pada kelompok jenis kelamin tertentu.
Perilaku seksual bermasalah dapat muncul pada anak–anak dari segala rentang usia, tingkat
sosial danting katekonomi tertentu, kelompok budaya,kondisi kehidupan, dan beragam struktur
keluarga. Sebagian anak dengan gangguan perilaku seksual memiliki orangtua yang harmonis,
sebagian berasal dari rumah yang orangtuanya berpisah. Sebagian memiliki latar belakang
korban kekerasan, sementara sebagian lagi tidak pernah mengalami kekerasan seumur hidupnya.
Namun kesamaannya adalah bahwa mereka merupakan anak–anak atau remaja yang
menunjukkan perilaku yang menyimpang dan tidak bisa diterima sehingga membutuhkan
perawatan intensif.
D. ETIOLOGI

1. Sudut pandang psikodinamik

Parafilia dipandang sebagai reaki defensif, melindungi ego dari ketakutan dan ingatan yang
direpres, dan merepresentasikan fiksasi pada tahapan pragenital dalam perkembangan
psikoseksual. Orang yang mengidap parafilia dipandang sebagai seorang yang takut pada
hubungan heteroseksual yang konvensional, bahkan untuk hubungan yang tidak berkaitan
dengan seks. Perkembangan sosial dan seksualnya tidak matang dan tidak adekuat untuk
menjalinhubungan sosial maupun seksual dalam dunia orang dewasa.

2. Sudut pandang cognitive-behavioral

Beberapa ahli berpandangan bahwa parafilia berasal dari kondisioning klasik yang kebetulan
berhubungan dengan rangsangan seksual dengan kelompok stimulus yang secara budaya
dianggap tidak sesuai untuk menimbulkan rangsangan seksual (Kinsey, Pomeroy & Martin,
1948).

Namun pandangan cognitive-behavioral tentang parafilia saat ini multidimensional, dan


menyatakan bahwa parafilia adalah hasil dari berbagai faktor yang berpengaruh pada individu.
Sejarah masa kanak-kanak dari orang yang mengidap parafilia menunjukkan seringkali mereka
merupakan korban penyiksaan fisik dan seksual dan tumbuh dalam keluarga dimana hubungan
orang tua terganggu. Pengalaman ini dapat berkontribusi terhadap rendahnya tingkat ketrampilan
sosial, rendahnya kepercayaan diri, kesepian dan tidak adanya hubungan yang intim.

Distorsi kognitif juga dianggap berperan dalam pembentukan parafilia. Sedangkan dari
perspektif kondisioning klasik, parafilia merupakan hasil dari pembelajaran ketrampilan sosial
yang tidak adekuat atau penguatan yang tidak konvensional dari orang tua.

3. Penanganan/terapi

4. Pendekatan psikoanalitik

5. Sedikit sekali terapi psikoanalisa yang efektif untuk menangani parafilia.

6. Pendekatan behavioral
Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui reorientasi orgasmik, yaitu pasien belajar untuk
lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional, dengan berhadapan dengan stimulus
tersebut.

7. Pendekatan kognitif

Terapi ini digunakan untuk mengcounter kesalahan berpikir dari individu dengan parafilia.
Teknik lain adalah dengan mengajarkan empati terhadap orang lain, bahwa perilaku mereka
mempengaruhi orang lain.

8. Pendekatan biologis

Beberapa intervensi biologis dilakukan sejak masa lalu, antara lain adalah kastrasi atau
pengangkatan testis. Sedangkan saat ini, penanganan biologis untuk parafilia adalah dengan
menggunakan obat. Yaitu dengan menggunakan jenis MPA yang menurunkan tingkat testosteron
pada pria, sehingga diharapkan pria akan dapat menurunkan rangsangan seksual dan perilaku
yang tidak dikehendaki juga tidak akan dilakukan lagi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Banyak orang tua tidak ingin memikirkan anak-anaknya sebagai makhluk seksual hingga
mereka mencapai usia dewasa muda Bagaimanapun, perilaku seksual bisa dimulai sejak masa
sangat awal, yaitu masa usia dini.Orang tua dari anak laki laki sering membicarakan mengenai
perilaku seksual anak mereka kelak ketika remaja, dimulai dari cara anak menyentuh dirinya
sendiri ketika sedang berganti popok. Kita tentu sering menyaksikan anak bayi memasuki fase
dimana mereka senang menyentuh alat kelaminnya sendiri.

Gangguan seksual ialah penurunan hasrat seksual atau adanya hembatan dalam menikmati
aktivitas seksual, dapat terkena baik laki laki maupun perempuan, gangguan ini terjadi kapan
saja dan resikonya meningkat berdasarkan usianya, dari anak-anak sampai lansia
Sering disebab kan oleh strees fisik maupun psikis yang dialami oleh seseorang, beberapa
penyebab lain dapat didasari oleh :

1. Trauma seksual
2. Masalah psikologi
3. diabetes
4. penyakit jantung
5. penyalah gunaan obat-obatan
6. pengunaan alcohol

B. KRITIK DAN SARAN

Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu,
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Maramis…..PSikologi Abnormal ed. Kesembilan………………..


Nevid, Jeffrey S. 2005. psikologi Abnormal jil.2. jakarta : Penerbit erlangga.

Anda mungkin juga menyukai