DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya,penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “ REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS” makalah di susun untuk memenuhi
tugas mata pelajaran proses keperawatan dan berpkir kritis . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang reproduksi dan seksual bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns.Mei adelina Harahap M.kes selaku dosen
matakuliah keperawatan dan berpikir kritis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu di selesaikan nya makalah Ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. OLeh sebab itu ,saran dan kritik yang
membangun diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini
PENYUSUN
DAFTAR ISI
HALAMAN
Daftar isi
Kata pengantar
Isi
BAB I Pendahuluan 1
BAB II Pembahasan
1. Seksualitas
2. Fungsi seksual
3. Reproduksi
Dari penerapatan latar belakang di atas maka muncul lah pertanyaan penelitian sebagai berikut :
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi identik dengan seksualitas karena menyangkut beberapa hal antara lain
dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan
kesehatannya. Kesehatan reproduksi sama halnya dengan kesehatan pada umumnya merupakan
hak setiap umat manusia. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang benar
dan komprehensif sangat dibutuhkan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dan demikian
juga pada aspek kesehatan reproduksi (Kemenkes RI, 2014). Pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan cara yang sangat efektif guna mendapatkan ilmu
atau pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Pengetahuan dan pembelajaran
mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas diperlukan untuk semua kalangan masyarakat,
terutama pada kalangan remaja. WHO (2015) telah menyatakan bahwa kelompok usia remaja (10-
19 tahun) sudah menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya hidup di
negara-negara berkembang. Remaja merupakan kelompok usia yang sangat rawan atau sangat
mudah mengalami masalah, terutama terletak pada masalah kesehatan reproduksi yaitu seperti
kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular 2 seksual (IMS) termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan pemerkosaan. Oleh karena itu pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas diharapkan mampu mencegah semua masalah tersebut.
Menurut BKKBN (2013) menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami
kehamilan dan kelahiran sebelum menikah, karena hal-hal yang ditabukan seperti berciuman dan
perilaku seks pranikah sekarang ini sudah dilakukan oleh remaja-remaja. Menurut Komnas Anak
(2012) menyatakan bahwa sebanyak 97 persen remaja pernah menonton film porno dan 93,7
persen pernah melakukan adegan intim bahkan hingga melakukan sex oral. Perilaku seks pra nikah
salah satunya dipengaruhi oleh hasrat seks yang sudah banyak terjadi dikalangan remaja (Linda,
2009). Berdasarkan data KPAI dan Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa sekitar 62,7% remaja di
Indonesia telah melakukan hubungan seks pra nikah. Selain itu, masalah pada remaja juga terlihat
dari kasus HIV/AIDS pada remaja. Berdasarkan data dari Ditjen (P2P) Kemenkes RI (2019) kasus HIV
di Indonesia dalam triwulan I bulan Januari sampai dengan Maret jumlah kasus HIV yang dilaporkan
sebanyak 11.081 kasus dan mengalami peningkatan pada triwulan 2 bulan April hingga Juni sebesar
11.519 kasus, sedangkan kasus AIDS di Indonesia dalam triwulan I bulan Januari sampai dengan
Maret jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.536 kasus dan mengalami penurunan pada
triwulan 2 bulan April hingga Juni sebesar 1.463 kasus, Estimasi dan proyeksi jumlah Orang Dengan
HIV dan AIDS(ODHA) menurut proposi HIV/AIDS terbesar masih pada penduduk usia produktif (15-
49 tahun) yang dibagi dalam tiga golongan umur yaitu 15-19 tahun (3,7%), 20-24 tahun (17,3%), dan
25-49 tahun (69,3%), dimana kemungkinan penularan terjadi pada usia remaja (Kemenkes RI, 2017).
Jawa Tengah menduduki peringkat ke 5 yaitu sebesar 1.171 orang setelah DKI Jakarta, Jawa Barat,
dan Jawa Timur (P2P Dinkes Surakarta, 2018). Berdasarkan KPA Surakarta tahun 2019, Jumlah kasus
HIV/AIDS di Surakarta dari Oktober 2005 – Juni 2018 yaitu 822 kasus. Berdasarkan usia, 75,91%
ODHA berada pada usia produktif dan 9% ODHA adalah remaja usia 15-19 tahun dengan 21 HIV dan
6 AIDS. KPA Surakarta (2018) menyatakan bahwa penularan HIV/AIDS sebanyak 90% disebabkan
hubungan seksual yang tidak sehat dan aman baik berlainan jenis (heteroseksual) maupun sesama
jenis (homoseksual). Selebihnya, penularan terjadi melalui jarum suntik bekas penderita HIV/AIDS,
alat-alat kesehatan, narkotika, transfusi darah, dan hubungan plasenta janin serta ibu terinfeksi HIV.
Dari penerapatan latar belakang di atas maka muncul lah pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.4 MANFAAT
Sistem Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya
BAB II
PEMBAHASAN
KEBUTUHAN SEKSUAL
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badani. Seksualitas adalah keingan untuk
berhunungan,kehangatan,kemesraan dan cinta,termasuk di dalamnya memandang,berbicara,dan
bergandengan tangan. Seksualitas mengandung arti yang luas bagi manusia,karena sejak manusia
lahir hal tersebut telah menyertainya.
Seks berkaitan dengan psiko social. Itulah sebabnya pendidikan mengenai seks harus holistic atau
menyeluruh. Sebab,jika menitik beratkan pada satu aspek saja,maka akan terjadi gangguan
keseimbangan dalam hal ini pada individu atau dalam masyarakat dalam jngka pendek maupun
jangka panjang. Beberapa pengertian yang berkaitan psikososial:
Perilaku peran jenis kelamin ialah semua yang di katakan dan lakukan seseorang yang menyatakan
bahwa dirinya itu seorang pria atau wanita. Meskipun faktor biologis penting dalam mencapi peran yang
sesui dengan jenis kelamin nya, factor utama nya adallah factor belajar. Bila suami istri semakin menua ,
maka hubungan seks memengang perannan penting dalam memoertahan kan kesetabilan perkawinan.
Dorongan seksula wanita meningkatkan atara umur 30 sampai 40 tahun dan orgasme dan dapat di capai
hingga usia tua. Seorang pria dapat melakukan aktifitas seksual hingga umur tua juga. Faktor yang paling
penting dalam mempertahan kan seksualitas yang efektif ialah ekspresi seksual yang selalu dilakukan
dengan aktif
Perilaku seksuak yang normal ialah yang dapat menyesuaikan diri,bukan hanya karna
tuntutan masyarakat, tetapi juga untuk memenuhui kebutuhan individu yang berkaitan dengan
kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemapuan
individu untuk menganbangkan kepribadian nya untuk jadi lebih baik
Penyesuaian seks yang sehat ialah kemampuan memperoleh pengalaman seksual tanpa ada
rasa takut atau bersalah, jatuh cinta pada saat yang tepat dan menikah dengan pasangan pilihan
serta mempertahan kan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual bersama pasangan nya.
Pasangannya tidak mempunyai ganguan atau kesukaran serius yang daoat mengagngu,
merusak atau meniadakan sesuatu hubungan yang bahagia.
Adapun respon perilaku seksual maladaptip meliputi perilaku yang tidak memenuhi satu
atau lebih kriteria yang di uraikan di atas
2.Organ seksualitas
Penis merupakan organ seksualitas utama bagi pria di samping mulut dan
putting susu. Ukuran penis dalam keadaan rileks tidak berhubungan dengan ukuran nya
dalam keadaan ereksi, yaitu sebuah penis yang lebih kecil berereksi relatif lebih besar di
bandingkan dengan penis yang kebih besar
Klitoris merupakan organ seksualitas utama pada wanita di samping vagina, labia, putting susu,
dan mulut. Ukuran klitoris sangat bervariasi dan tidak berhubungan dengan besarnya nafsu atau cepat
nya respons seksual wanita yang bersangkutan
3.Dorongan seksual
Dorongan seksual merupakan keingnan untuk mendapatkan kepuasan secara seksual yang
diperoleh dengan perilaku seksual. Dorongan seksual pada remaja muncul saatv memasuki usia
pubertas , sebab saat puber organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi , hormone-hormon
seksual nya juga mulai berfungsi. Hormon-hormin inilah yang menyebab kan muncul nya
dorongan seksual, yaitu hormon eksterogen dan progesterone pada perempuan, serta hormon t
estosterone pada laki-laki. Berkaitan dengan dorongan seksual ini, tidak ada perbedaan antara
dorongan seksual yang di miliki laki-laki dan perempuan. Artinya tidak ada dorongan seksual ya
ng lebih tinggi anatar laki-laki dan perempuan, meskipun di masyarakat muncul kepercayaan bh
awa dorongan seksual pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan ol
eh budaya yang mengijinkan laki-laki untuk lebih ekspresif ( termkasud dalam hal seksualitas), se
mentara perempuan dilarang untuk menunjukan ketertarikan di depan bnayak orang
Pada pria, fungsi seksual dipengaruhi oleh faktor psikologik, fisiologik seperti keadaan
neruologik, endokrin, umur serta faktor sosio budaya seperti pendidikan, adat istiadat dan sikap
dalam masyarakat terhadap wanita. Impotensi ialah ketidakmampuan pria mencapai atau
mempertahankan ereksi sehingga akibatnya ia tidak melalukan cotius. Ragam impotensi yaitu:
1. Impotensi primer yaitu tidak pernah mencapai ereksi dan pernah melakukan cotius
2. Impotensi sekunder yaitudaulu pernah mencapai ereksi dan dapat melakukan
cotius, kemudian tidak dapat
3. Impotensi selektif yaitu dapat melalukan cotius dalam keadaan tertentu, tetapi
dapat dalam keadaan lainnya.
Penyebab impotensi
Faktor Organik
Impotensi karena faktor yaitu kelemahan sesudah suatu penyakit badaniah
misalnya diabetes mellitus, hipotiroid, nemia, malnutrisi, gangguan medulla
spinalis, obat obatan narkotika (menurunkan libido sehingga terjadi
impotensi), pemakaian dalam jangka panjang barbiturate, imipramin, dan
fenotazin (mempunyai efek antikolinergik yang mengganggu saluran otonomik
yang diperlukan untuk melakukan ereksi), thiorizadin dapat berejakulasi
biarpun impoten dan mencapai orasme.
Faktor Psikologik
Faktor psikologik paling sering (lebih dari 90%) merupakan penyebab
impotensi menjadi manifestasi, mungkin sebagai impotensi ‘’biasa’’ mungkin
juga sebagai impotensi selektif (hanya dalam keadaan tertentu dan dalam
keadaan lain tidak, atau hanya dengan istri atau wanita lain), impotensi
karena kurang pengalaman ( pada pengalaman pertama heteroseksual),
impotensi sebelum orgasme dan ejakulasi (penis menjadi lemas segera
sesudah memasuki vagina), impotensi karena deviasi seksual (misalnya
tranvestisme, bestialis, sadisme, mashokhisme, penderita impoten dalam
keadaan herero seksual, tetapi mampu dalam keadaan yang memenuhi
kriteria deviasi seksual)
Homoseksualitas adalah keadaan seseorang yang menunjukan perilaku seksual diantara orang
orang dari sex yang sama. Istilah homoseksualitas biasa dipakai untuk pria dan lesbiasme untuk
wanita. Bila disamping perilaku homoseksual orang itu juga menunjukan prilaku
hoteroseksual,maka ia disebut biseksual. Dalam hal demikian .maka orang itu mungkin lebih
banyak homoseksual atau lebih banyak hoteroseksual. Pencegahanya dapat dilakukan dengan
mengenal dan mengobati anak-anak dengan tanda-tanda feminine seblem terjadi aktivita
seksual. Untuk mengal hal ini perlu diberi penerangan pada orangtua dokter,pendidik dan kaum
rohaniawan
2.Fetihisme
Fetihisme adalah keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan pemusan seksul dengan
memakai sebagai pengganti seksual berupa sebuah benda atau yang lainnya, misalnya sepatu,
pakaian dalam, kaos kaki atau rambut. Penyimpangan ini didefenisikan dengan kekambuhan,
dorongan seksual yang tinggi dan fantasi getaran seksual, lamanya paling sedikit 6 bulan
menyangkut penggunaan objek-objek yang tidak hidup. 0bjek fetihisme ini umumnya digunakan
selama masturbasi atau dimasukan kedalam aktivitas seksual dengan orang lain, untuk
menghasilkan rangsangan seksual. Saat fetihisme melibatkan pertukaran pakaian,
penyimpangan tersebut disebut fetihisme transvestik.
3.Pedofilia
Untuk mencapai kepuasan seksual, maka seorang pedofil memakai objek seksualitasnya adalah
dari seorang anak dari sex yang sama atau berlebihan. Usia penganiaya adalah 16 tahun atau
lebih dan paling sedikit 5 tahun lebih tua dari anak yang dijadikan objek seksual.
4.Transvestitisme
Transvestitisme atau transvestisme adalah keadaan seseorang yang mencari rangaan dan
pemuasan seksual dengan memakai pakaian dan berperan sebagai seorang dari sex yang
berlainan.
5.Ekshibionisme
Untuk mencapai rangsangan dan pemuasan seksual seorang exhibionist harus memperlihatkan
genitalnya di depan umum. Masturbasi dapat terjadi selama ekshibionisme. Kondisi ini hanya
terjadi pada pria dan korbannya 99% adalah wanita.
6.Voyeurisme
Voyeurisme atau skopofilia ialah keadaan harus mengamati tindakan seksual atau ketelanjangan
(orang lain) untuk memperoleh rangsangan dan pemuasan seksual. Penyimpangan ini dapat
diidentifikasi dengan dorongan seksual yang kuat dan fantasi-fantasi getaran seksual yang
berulang, lamnya paling sedikit 5 bulan, meliputi tindakan mengamati orang-orang yang tidak
dicurigai,biasanya orang-orsng asing yang telanjang, menanggalkan pakaian atau terlibat dalam
aktivitas seksual. Kenikmatan seksual dicapai melalui tindakan melihan dan tidak kontak dengan
orang yang didekati. Masturbasi biasanya menyertai tindakan mengintip tersebut.
7.Sadisme dan Masokhisme
Seorang sadist mencapai rangsangan dan pemuasan seksual dengan menyakiti (secara fisik dan
psikologik) objek seksualnya.Seorang sadist yang kemudian menjadi masochist disebut
sadomasochist.Aktivitas-aktivitas sadistic mungkin difantasikan atau dilakukan dengan pasangan
yang mengizinkan atau tidak mengizinkan tindakan tersebut.Kenikmatan seksual terjadi saat
berespons terhadap penderitaan korban.Contohnhya mencakup melakukan kekerasan seksual
dengan menyakiti diri sendiri,atau dengan restrein,di perkosa atau di pukuli pasangan seksual.
8.Transeksualisme
Deviasi seksual atau penyimpanan seksual misalnya seks oral (kunilingus yaitu kontak mulut/
lidah dengan alat kelamin wanita,felasio yaitu kontak mulut dengan penis dan analogis yaitu
kontak mulut dengan anus),bila tidak di pakai sebagai cara utama untuk mencapai pemuasan
seksual misalnya bertialitas atau sodomi(dengan binatang),nekrofilia (dengan mayat),
frototerisme (menggosokkan penis pada pantat/badan wanita yang berpakaian,di tempat
Penuh sesak manusia untuk mencapai orgasme), koprofilia (didefekasi,mendefekasi partner
atau memakan fases untuk pemuasan seksual),urolagnia (dengan urin).
10.Frotteurisme
Penyimpanan ini didefenisikan sebagai preolupasi berulang dengan dorongan atau fantasi
seksual yang kuat dengan lamanya paling sedikit 6 bulan,meliputi menyentuh atau menggosok
seseorang tanpa izin,kenikmatan seksual di timbulkan dari sentuhan atau gosokan aktual,
bukan dari sifat paksaan tindakan.
DISFUNSI SEKSUAL
Kategori : fisiologi
Subkategori : Reproduksi dan seksualitas
Defenisi
Bahan funsgsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat, terangsang, orgasme, dan atau
relaksasi yang di rasa tidak memuaskan, tidak bermakna atau adekuat
Penyebab
1. Gan anomali, proses penyakit, trauma, radiasi)
2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual ( missal, hubungan penuh kekerasan )
9. Konflik nilai
10. Penganiyayaan fisik ( missal, kekerasan dalam rumah tangga)
11. Kurang terpapar informasi
Subjektif
1. Meningkatkan aktifitas seksual berubah
2. Mengungkapkan eksitasi seksual berubah
3. Merasa hubungan seksual tidak memuaskan
4. Mengungkapkan peran seksual berubah
5. Mengeluhkan hasrat seksual menurun
6. Mengungkapakan fungsi seksual berubah
7. Mengeluh nyeri saat berhubungan seksual ( dyspareunia)
Obektif
(tidak tersedia)
Objektif
(tidak tersedia)
Kesiapan Persalinan
Kategori : Psikologi
Defenisi
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
Defenis
Kekawatiran individu melakukan hubungan seksual yang beresiko menyeabkan perubahan
kesehatan
Penyebab
1. Kurang privasi
2. Ketiaadaan pasangan
3. Konflik orientasi seksual
4. Ketakutan hamil
5. Ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual
6. Hambatan hubungan dengan pasangan
7. Kurang terpapar informasi tentang seksualitas
Objektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1 .Konflik nilai
Kondisi Klinis Terkait
1. Mastektomi
2. Histerektomi
3. Kanker
4. Kondisi yang menyeabkan paralisis
5. Penyakit menular seksual (Mis.sifilis,gonore,ADIS)
Defenisi
Beresiko mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual
berupa hasrat,terangsang,organisme dan relaksasi yang di pandang tidak
memuaskan,tidak bermakna/ tidak adekuat
Faktor Resiko
Biologis
1. Gangguan neourologi
2. Gangguan urologi
3. Gangguan endokrin
4. Keganasaan
5. Faktor ginekologi (mis,kehamilan,paska persalinan)
6. Efe kagen farmokologis
Psikologis
1. Defresi
2. Kecemassan
3. Penganiayaan psikologis/seksual
4. Penyala gunaan obat/zat
Stuasional
1. Konlik hubungan
2. Kurangnnya privasi
3. Pola seksual pasang menyimpang
4. Ketiadaan pasang
5. Ketidak adekuatan edukasih
6. Konflik nilai personal dalam keluarga,budaya dan agama
Edukasi Seksualitas
Defenisi
Observasi
Edukasi
- jelaskan anatomi dan fisiologis system reproduksi laki – laki dan perempuan
- jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
- jelaskan perkembang emosi masa anak dan remaja
- jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan social terhadap aktivitas seksualitas
- jelaskan konsenkuensi negative mengasuh anak pada usia dini (mis,kemiskinan,kehilangan karir
dan pendidikan)
- jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual AIDS akibat sexs bebas
- anjurkan orang tua menjadi educator seksualitas bagi anak-anak
- anjurkan anak/remaja tidak melakukan aktivitas seksualitas di luar nikah
- ajarkan keterrampilan komunikasi asertif untuk menolak tekanan teman sebaya dan social
dalam aktivitas seksual
Fungsi sesualitas
Defenisi
Intergrasi aspek fisik dan sosiomosional terkait penyaluran dan kinerja seksual
Kriteria hasil
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Meningkat cukup meningkat sedang cukup meningk
at menurun
Perbalisasi aktifitasi 1 2 3 4 5
Seksual berubah 1 2 3 4 5
( Dispareunia)
Konflik nilai 1 2 3 4 5
Hasrat seksual 1 2 3 4 5
Orientasi seksual 1 2 3 4 5
PENUTUP
KESIMPULAN
Reproduksi dan seksual adallah jenis siklus hidup. Pada reproduksi seksual generasi
Antara sel dengan satu set kromosom dan sel dengan dua set kromosom. Reproduusi seksual
merupakan siklus hidup paling umum pada eukariota , misalnya hewan dan tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI ( 2016 ).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia & Definis dan indicator diagnostik: Definisi
dan Indikator Diagnostik ,Edisi1 .Jakarta:DPP PPNI
Rahmadiana, M. 2012. “Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan” dalam Jurnal Psikogenesis. Volume 1
(1). Hlm. 88–94.
Dinas Kesehatan Ponorogo 2018. Kejadian Penyakit Hipertensi Teratas di Puskesmas Daerah Ponorogo.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012
Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan PraktikKeperawatan. Yogyakarta :GrahaIlmu. Arikunto,
S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta. Nurhidayat, S. (2015).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.
Ponorogo : Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT). Padila. (2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Bengkulu. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018).
Nursing Interventions Classifications. Jakarta: Mono Media. Amin, Hardi.(2015). Aplikasi Asuhan
Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. Medi Action : Jogjakarta