Anda di halaman 1dari 20

REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS

DOSEN PEMBIMBING :

NS.MEI ADELINA HARAHAP M.KES

DISUSUN OLEH :

1.Indah Syahria (22010042)


2.Dia astrelia Yudita (22010016)
3.Shella widari (22010088)
4.Nila umami (22010064)
5.Ansori Martua (22010011)
6.Kholil Hadi Aldi Ansyah (22010048)
7.Rolian Saputra (22010083)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN KOTA PADANGSIDEMPUAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-nya,penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “ REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS” makalah di susun untuk memenuhi
tugas mata pelajaran proses keperawatan dan berpkir kritis . Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan tentang reproduksi dan seksual bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns.Mei adelina Harahap M.kes selaku dosen
matakuliah keperawatan dan berpikir kritis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu di selesaikan nya makalah Ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. OLeh sebab itu ,saran dan kritik yang
membangun diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini

Padang sidempuan ,12 mei 2023

PENYUSUN
DAFTAR ISI

HALAMAN
Daftar isi

Kata pengantar

Isi

BAB I Pendahuluan 1

1.1 Latar belakang


1.2 Rumusab masalah
1.3 Tujuan penulisan

BAB II Pembahasan

1. Seksualitas
2. Fungsi seksual
3. Reproduksi

BAB III penutup

3.1 Kesimpulan dan saran

3.2 Daftar pustaka


1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari penerapatan latar belakang di atas maka muncul lah pertanyaan penelitian sebagai berikut :

‘’Bagaimana menegakkan fisiologi reproduksi seksualitas’’

1.3 TUJUAN KEPENULISAN


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR
KRITIS
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi identik dengan seksualitas karena menyangkut beberapa hal antara lain
dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan
kesehatannya. Kesehatan reproduksi sama halnya dengan kesehatan pada umumnya merupakan
hak setiap umat manusia. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas yang benar
dan komprehensif sangat dibutuhkan guna mencapai derajat kesehatan yang optimal dan demikian
juga pada aspek kesehatan reproduksi (Kemenkes RI, 2014). Pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pendidikan, karena pendidikan merupakan cara yang sangat efektif guna mendapatkan ilmu
atau pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Pengetahuan dan pembelajaran
mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas diperlukan untuk semua kalangan masyarakat,
terutama pada kalangan remaja. WHO (2015) telah menyatakan bahwa kelompok usia remaja (10-
19 tahun) sudah menempati seperlima jumlah penduduk dunia, dan 83% di antaranya hidup di
negara-negara berkembang. Remaja merupakan kelompok usia yang sangat rawan atau sangat
mudah mengalami masalah, terutama terletak pada masalah kesehatan reproduksi yaitu seperti
kehamilan usia dini, aborsi yang tidak aman, infeksi menular 2 seksual (IMS) termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan seksual dan pemerkosaan. Oleh karena itu pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas diharapkan mampu mencegah semua masalah tersebut.
Menurut BKKBN (2013) menyebutkan sebanyak 20,9 persen remaja di Indonesia mengalami
kehamilan dan kelahiran sebelum menikah, karena hal-hal yang ditabukan seperti berciuman dan
perilaku seks pranikah sekarang ini sudah dilakukan oleh remaja-remaja. Menurut Komnas Anak
(2012) menyatakan bahwa sebanyak 97 persen remaja pernah menonton film porno dan 93,7
persen pernah melakukan adegan intim bahkan hingga melakukan sex oral. Perilaku seks pra nikah
salah satunya dipengaruhi oleh hasrat seks yang sudah banyak terjadi dikalangan remaja (Linda,
2009). Berdasarkan data KPAI dan Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa sekitar 62,7% remaja di
Indonesia telah melakukan hubungan seks pra nikah. Selain itu, masalah pada remaja juga terlihat
dari kasus HIV/AIDS pada remaja. Berdasarkan data dari Ditjen (P2P) Kemenkes RI (2019) kasus HIV
di Indonesia dalam triwulan I bulan Januari sampai dengan Maret jumlah kasus HIV yang dilaporkan
sebanyak 11.081 kasus dan mengalami peningkatan pada triwulan 2 bulan April hingga Juni sebesar
11.519 kasus, sedangkan kasus AIDS di Indonesia dalam triwulan I bulan Januari sampai dengan
Maret jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 1.536 kasus dan mengalami penurunan pada
triwulan 2 bulan April hingga Juni sebesar 1.463 kasus, Estimasi dan proyeksi jumlah Orang Dengan
HIV dan AIDS(ODHA) menurut proposi HIV/AIDS terbesar masih pada penduduk usia produktif (15-
49 tahun) yang dibagi dalam tiga golongan umur yaitu 15-19 tahun (3,7%), 20-24 tahun (17,3%), dan
25-49 tahun (69,3%), dimana kemungkinan penularan terjadi pada usia remaja (Kemenkes RI, 2017).
Jawa Tengah menduduki peringkat ke 5 yaitu sebesar 1.171 orang setelah DKI Jakarta, Jawa Barat,
dan Jawa Timur (P2P Dinkes Surakarta, 2018). Berdasarkan KPA Surakarta tahun 2019, Jumlah kasus
HIV/AIDS di Surakarta dari Oktober 2005 – Juni 2018 yaitu 822 kasus. Berdasarkan usia, 75,91%
ODHA berada pada usia produktif dan 9% ODHA adalah remaja usia 15-19 tahun dengan 21 HIV dan
6 AIDS. KPA Surakarta (2018) menyatakan bahwa penularan HIV/AIDS sebanyak 90% disebabkan
hubungan seksual yang tidak sehat dan aman baik berlainan jenis (heteroseksual) maupun sesama
jenis (homoseksual). Selebihnya, penularan terjadi melalui jarum suntik bekas penderita HIV/AIDS,
alat-alat kesehatan, narkotika, transfusi darah, dan hubungan plasenta janin serta ibu terinfeksi HIV.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari penerapatan latar belakang di atas maka muncul lah pertanyaan penelitian sebagai berikut :

‘’Bagaimana menegakkan fisiologi reproduksi seksualitas’’

1.3 TUJUAN KEPENULISAN


Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah PROSES KEPERAWATAN DAN
BERPIKIR KRITIS

1.4 MANFAAT
Sistem Reproduksi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya
BAB II

PEMBAHASAN

KEBUTUHAN SEKSUAL

Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badani. Seksualitas adalah keingan untuk
berhunungan,kehangatan,kemesraan dan cinta,termasuk di dalamnya memandang,berbicara,dan
bergandengan tangan. Seksualitas mengandung arti yang luas bagi manusia,karena sejak manusia
lahir hal tersebut telah menyertainya.

Seks berkaitan dengan psiko social. Itulah sebabnya pendidikan mengenai seks harus holistic atau
menyeluruh. Sebab,jika menitik beratkan pada satu aspek saja,maka akan terjadi gangguan
keseimbangan dalam hal ini pada individu atau dalam masyarakat dalam jngka pendek maupun
jangka panjang. Beberapa pengertian yang berkaitan psikososial:

 Sexual identity (Indetitas kelamin)

Identitas kelamin ialah kesadaran individu akan kelaki-lakiannya atau


kewanitaan tubuhnya. Hal ini tergantung pda ciri-ciri seksual
biologisnya,yaitu kromoson genitalia eksterna dan intrena,komposis
hormonal,testis dan ovarium serta ciri-ciri sex sekunder. Jika tubuh
seseorang berkembang secara normal,maka seseorang individu sejak umur 2
atau 3 tahun tidak meragukan lagi jenis sexsnya.

 Gender Identity (Identitas Jenis Kelamin)

Identitas kelamin jenis atau kesadaran akan jenis kelamin


kepribadannya,merupakan hasil isarat dan petunjuk yang tidak terhitung
banyaknya dari pengalaman dengan anggota keluarga,guru,kawan,teman
kerja dan dari fenomena kebudayaan. Identitas jenis kelamin dibentuk oleh
ciri-ciri fisik yang di peroleh biologic yang saling berhubungan dengan suatu
system rangsangan yang berbelit-belit, termasuk pemberian hadia dan
hukuman berkenan dengan hal sexs serta sebutan petunjuk orang mengenai
jenis kelamin. Faktor dapat kebudayaan dapat mengakibatkan konflik
tentang identitas jenis kelamin dengan secara ikut-ikutan memberi cap
maskulin atau peminime pada prilaku non sexsual tertentu.Misalnya,anak
laki-laki yang suka masak di cap feminime,sedangkan anak perempuan yang
suka berkelahi atau berolahraga silat dicap maskulin.
 Gender Role Behavior (Perilaku peran jenis kelamin)

Perilaku peran jenis kelamin ialah semua yang di katakan dan lakukan seseorang yang menyatakan
bahwa dirinya itu seorang pria atau wanita. Meskipun faktor biologis penting dalam mencapi peran yang
sesui dengan jenis kelamin nya, factor utama nya adallah factor belajar. Bila suami istri semakin menua ,
maka hubungan seks memengang perannan penting dalam memoertahan kan kesetabilan perkawinan.
Dorongan seksula wanita meningkatkan atara umur 30 sampai 40 tahun dan orgasme dan dapat di capai
hingga usia tua. Seorang pria dapat melakukan aktifitas seksual hingga umur tua juga. Faktor yang paling
penting dalam mempertahan kan seksualitas yang efektif ialah ekspresi seksual yang selalu dilakukan
dengan aktif

1.Seksulitas Normal dan penyesuaian seks yang sehat

Perilaku seksuak yang normal ialah yang dapat menyesuaikan diri,bukan hanya karna
tuntutan masyarakat, tetapi juga untuk memenuhui kebutuhan individu yang berkaitan dengan
kebahagiaan dan pertumbuhan, yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemapuan
individu untuk menganbangkan kepribadian nya untuk jadi lebih baik
Penyesuaian seks yang sehat ialah kemampuan memperoleh pengalaman seksual tanpa ada
rasa takut atau bersalah, jatuh cinta pada saat yang tepat dan menikah dengan pasangan pilihan
serta mempertahan kan rasa cinta kasih dan daya tarik seksual bersama pasangan nya.
Pasangannya tidak mempunyai ganguan atau kesukaran serius yang daoat mengagngu,
merusak atau meniadakan sesuatu hubungan yang bahagia.

1.Rentang perilaku seksual


Respon seksual yang adaptif di tandai dengan kriteria sebagai berikut :
 Terjadi anatara dua orang dewasa
 Memberika kepuaan timbal balik bagi pihak yang terlibat
 Tidak membahayakan kedua bilah pihak ,bagi secara psikologis maupun fisik
 Tidak ada paksaan
 Tidak dilakukan di tempat umum

Adapun respon perilaku seksual maladaptip meliputi perilaku yang tidak memenuhi satu
atau lebih kriteria yang di uraikan di atas

2.Organ seksualitas

A.Organ seksualitas pada pria

Penis merupakan organ seksualitas utama bagi pria di samping mulut dan
putting susu. Ukuran penis dalam keadaan rileks tidak berhubungan dengan ukuran nya
dalam keadaan ereksi, yaitu sebuah penis yang lebih kecil berereksi relatif lebih besar di
bandingkan dengan penis yang kebih besar

B.Organ seksualitas pada wanita

Klitoris merupakan organ seksualitas utama pada wanita di samping vagina, labia, putting susu,
dan mulut. Ukuran klitoris sangat bervariasi dan tidak berhubungan dengan besarnya nafsu atau cepat
nya respons seksual wanita yang bersangkutan

3.Dorongan seksual

Dorongan seksual merupakan keingnan untuk mendapatkan kepuasan secara seksual yang
diperoleh dengan perilaku seksual. Dorongan seksual pada remaja muncul saatv memasuki usia
pubertas , sebab saat puber organ-organ reproduksi sudah mulai berfungsi , hormone-hormon
seksual nya juga mulai berfungsi. Hormon-hormin inilah yang menyebab kan muncul nya
dorongan seksual, yaitu hormon eksterogen dan progesterone pada perempuan, serta hormon t
estosterone pada laki-laki. Berkaitan dengan dorongan seksual ini, tidak ada perbedaan antara
dorongan seksual yang di miliki laki-laki dan perempuan. Artinya tidak ada dorongan seksual ya
ng lebih tinggi anatar laki-laki dan perempuan, meskipun di masyarakat muncul kepercayaan bh
awa dorongan seksual pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan ol
eh budaya yang mengijinkan laki-laki untuk lebih ekspresif ( termkasud dalam hal seksualitas), se
mentara perempuan dilarang untuk menunjukan ketertarikan di depan bnayak orang

4. Gangguan Kemampuan Seks

Pada pria, fungsi seksual dipengaruhi oleh faktor psikologik, fisiologik seperti keadaan
neruologik, endokrin, umur serta faktor sosio budaya seperti pendidikan, adat istiadat dan sikap
dalam masyarakat terhadap wanita. Impotensi ialah ketidakmampuan pria mencapai atau
mempertahankan ereksi sehingga akibatnya ia tidak melalukan cotius. Ragam impotensi yaitu:
1. Impotensi primer yaitu tidak pernah mencapai ereksi dan pernah melakukan cotius
2. Impotensi sekunder yaitudaulu pernah mencapai ereksi dan dapat melakukan
cotius, kemudian tidak dapat
3. Impotensi selektif yaitu dapat melalukan cotius dalam keadaan tertentu, tetapi
dapat dalam keadaan lainnya.
 Penyebab impotensi
 Faktor Organik
 Impotensi karena faktor yaitu kelemahan sesudah suatu penyakit badaniah
misalnya diabetes mellitus, hipotiroid, nemia, malnutrisi, gangguan medulla
spinalis, obat obatan narkotika (menurunkan libido sehingga terjadi
impotensi), pemakaian dalam jangka panjang barbiturate, imipramin, dan
fenotazin (mempunyai efek antikolinergik yang mengganggu saluran otonomik
yang diperlukan untuk melakukan ereksi), thiorizadin dapat berejakulasi
biarpun impoten dan mencapai orasme.
 Faktor Psikologik
Faktor psikologik paling sering (lebih dari 90%) merupakan penyebab
impotensi menjadi manifestasi, mungkin sebagai impotensi ‘’biasa’’ mungkin
juga sebagai impotensi selektif (hanya dalam keadaan tertentu dan dalam
keadaan lain tidak, atau hanya dengan istri atau wanita lain), impotensi
karena kurang pengalaman ( pada pengalaman pertama heteroseksual),
impotensi sebelum orgasme dan ejakulasi (penis menjadi lemas segera
sesudah memasuki vagina), impotensi karena deviasi seksual (misalnya
tranvestisme, bestialis, sadisme, mashokhisme, penderita impoten dalam
keadaan herero seksual, tetapi mampu dalam keadaan yang memenuhi
kriteria deviasi seksual)

Jika impotensi hanya sekedar gangguan badaniah, maka tentu pengebotannya


ditujukkan pada gangguan yang menyebabkannya , dengan tidak melupakan
psikoterapi dan manipulasinya lingkungan terhadap efek psikologik dan efek terhadap
perkawinan (istri). Sedangkan impotensi psikologik dapat dilakukan psikoterapi
suportif, bimbingan, penerangan tentang mekanisme ereksi dan ejakulasi untuk
menghilangkan kecemasan dan rasa rendah diri

4. Masturbasi Komplusik Masturbasi adalah menimbulkan rangsangan dan kepuasan


seksual pada diri sendiri. Masturbasi biasanya merupakan pendahuluan yang
normal sebelumnya perilaku hetero-sexual (yang berhubungan dengan objek).
Penelitian Kinsey di Amerika Serikat perempat menunjukkan bahwa hampir semua
pria dan tiga perempat wanita melakukan masturbasi pada suatu waktu dalam
hidup mereka.Masturbasi menjadi patologik bila dilakukan secara komplusif,
sehingga merupakn suatu gejala gangguan jiwa, bukan karena seksual tapi karena
komplusif. Puber yang melakukan masturbasi sama sekali tidak holeh ditambah
ketegangan, kecemasan, dan rasa bersalah serta rasa rendah dirinya dengan
ancaman, celaan,membandingkan dengan anak-anak lain atau ditakut-takuti
penyakit sebagai akibat masturbasi

 Deviasi Seksual dan Seksual Abnormal


Deviasi seksual adalah gangguan arah dan tujuan seksual. Arah dan tujuan seksual dalam hal ini
bukan lagi merupakan partner dari jenis kelamin yang lain dalam hubungan hoteroseksual yang
umumnya dianggap biasa.Cara utama untuk mendapatkan kepuasan seksual ialah dengan objek
lain atau dengan cara lain yang pada umumnya dianggap biasa.Devisi seksual prime yaitu;

1.Homosexualitas dan Lesbianisme

Homoseksualitas adalah keadaan seseorang yang menunjukan perilaku seksual diantara orang
orang dari sex yang sama. Istilah homoseksualitas biasa dipakai untuk pria dan lesbiasme untuk
wanita. Bila disamping perilaku homoseksual orang itu juga menunjukan prilaku
hoteroseksual,maka ia disebut biseksual. Dalam hal demikian .maka orang itu mungkin lebih
banyak homoseksual atau lebih banyak hoteroseksual. Pencegahanya dapat dilakukan dengan
mengenal dan mengobati anak-anak dengan tanda-tanda feminine seblem terjadi aktivita
seksual. Untuk mengal hal ini perlu diberi penerangan pada orangtua dokter,pendidik dan kaum
rohaniawan

2.Fetihisme

Fetihisme adalah keadaan seseorang yang mencari rangsangan dan pemusan seksul dengan
memakai sebagai pengganti seksual berupa sebuah benda atau yang lainnya, misalnya sepatu,
pakaian dalam, kaos kaki atau rambut. Penyimpangan ini didefenisikan dengan kekambuhan,
dorongan seksual yang tinggi dan fantasi getaran seksual, lamanya paling sedikit 6 bulan
menyangkut penggunaan objek-objek yang tidak hidup. 0bjek fetihisme ini umumnya digunakan
selama masturbasi atau dimasukan kedalam aktivitas seksual dengan orang lain, untuk
menghasilkan rangsangan seksual. Saat fetihisme melibatkan pertukaran pakaian,
penyimpangan tersebut disebut fetihisme transvestik.

3.Pedofilia

Untuk mencapai kepuasan seksual, maka seorang pedofil memakai objek seksualitasnya adalah
dari seorang anak dari sex yang sama atau berlebihan. Usia penganiaya adalah 16 tahun atau
lebih dan paling sedikit 5 tahun lebih tua dari anak yang dijadikan objek seksual.

4.Transvestitisme

Transvestitisme atau transvestisme adalah keadaan seseorang yang mencari rangaan dan
pemuasan seksual dengan memakai pakaian dan berperan sebagai seorang dari sex yang
berlainan.

5.Ekshibionisme

Untuk mencapai rangsangan dan pemuasan seksual seorang exhibionist harus memperlihatkan
genitalnya di depan umum. Masturbasi dapat terjadi selama ekshibionisme. Kondisi ini hanya
terjadi pada pria dan korbannya 99% adalah wanita.

6.Voyeurisme

Voyeurisme atau skopofilia ialah keadaan harus mengamati tindakan seksual atau ketelanjangan
(orang lain) untuk memperoleh rangsangan dan pemuasan seksual. Penyimpangan ini dapat
diidentifikasi dengan dorongan seksual yang kuat dan fantasi-fantasi getaran seksual yang
berulang, lamnya paling sedikit 5 bulan, meliputi tindakan mengamati orang-orang yang tidak
dicurigai,biasanya orang-orsng asing yang telanjang, menanggalkan pakaian atau terlibat dalam
aktivitas seksual. Kenikmatan seksual dicapai melalui tindakan melihan dan tidak kontak dengan
orang yang didekati. Masturbasi biasanya menyertai tindakan mengintip tersebut.
7.Sadisme dan Masokhisme

Seorang sadist mencapai rangsangan dan pemuasan seksual dengan menyakiti (secara fisik dan
psikologik) objek seksualnya.Seorang sadist yang kemudian menjadi masochist disebut
sadomasochist.Aktivitas-aktivitas sadistic mungkin difantasikan atau dilakukan dengan pasangan
yang mengizinkan atau tidak mengizinkan tindakan tersebut.Kenikmatan seksual terjadi saat
berespons terhadap penderitaan korban.Contohnhya mencakup melakukan kekerasan seksual
dengan menyakiti diri sendiri,atau dengan restrein,di perkosa atau di pukuli pasangan seksual.

8.Transeksualisme

Seorang transeksualisme menolak jenis kelamin badaniah,tidak peduli ia dibesarkan sebagai


pria atau wanita.Dapat dikatakan bahwa”jenis kelamin fisik”nya dan”jenis kelamin psikologik”
nya bertentangan.Singkatnya,seorang wanita menolak jenis kelamin yang melekat di badannya
dan ia menampilkan diri sebagai seorang pria.

9.Deviasi seksual lain

Deviasi seksual atau penyimpanan seksual misalnya seks oral (kunilingus yaitu kontak mulut/
lidah dengan alat kelamin wanita,felasio yaitu kontak mulut dengan penis dan analogis yaitu
kontak mulut dengan anus),bila tidak di pakai sebagai cara utama untuk mencapai pemuasan
seksual misalnya bertialitas atau sodomi(dengan binatang),nekrofilia (dengan mayat),
frototerisme (menggosokkan penis pada pantat/badan wanita yang berpakaian,di tempat
Penuh sesak manusia untuk mencapai orgasme), koprofilia (didefekasi,mendefekasi partner
atau memakan fases untuk pemuasan seksual),urolagnia (dengan urin).

10.Frotteurisme

Penyimpanan ini didefenisikan sebagai preolupasi berulang dengan dorongan atau fantasi
seksual yang kuat dengan lamanya paling sedikit 6 bulan,meliputi menyentuh atau menggosok
seseorang tanpa izin,kenikmatan seksual di timbulkan dari sentuhan atau gosokan aktual,
bukan dari sifat paksaan tindakan.

DISFUNSI SEKSUAL

Kategori : fisiologi
Subkategori : Reproduksi dan seksualitas
Defenisi
Bahan funsgsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat, terangsang, orgasme, dan atau
relaksasi yang di rasa tidak memuaskan, tidak bermakna atau adekuat
Penyebab
1. Gan anomali, proses penyakit, trauma, radiasi)
2. Perubahan biopsikososial seksualitas
3. Ketiadaan model peran
4. Model peran tidak dapat mempengaruhi
5. Kurang privasi
6. Ketiadaan pasangan
7. Kesalahan informasi
8. Kelainan seksual ( missal, hubungan penuh kekerasan )
9. Konflik nilai
10. Penganiyayaan fisik ( missal, kekerasan dalam rumah tangga)
11. Kurang terpapar informasi

GEJALA DAN TANDA MAYOR

Subjektif
1. Meningkatkan aktifitas seksual berubah
2. Mengungkapkan eksitasi seksual berubah
3. Merasa hubungan seksual tidak memuaskan
4. Mengungkapkan peran seksual berubah
5. Mengeluhkan hasrat seksual menurun
6. Mengungkapakan fungsi seksual berubah
7. Mengeluh nyeri saat berhubungan seksual ( dyspareunia)

Obektif
(tidak tersedia)

Kondisi Klinis Terkait


Subjuktif
1. Menggungkapkan ketertarikan pada pasang berubah
2. Mengeluh hubungan seksual terbatas
3. Mencari informasi tentang kemampuan mencapai kepuasan seksual

Objektif
(tidak tersedia)

Kondisi Klisnis Terkait


1. Gangguan endokrin,perkemihan,neuromuskuler,muskuloskeletas,kardiovarkuler
2. Trauma genital
3. Pembedahan pelvis
4. Kanker
5. Menopause
6. Gangguan psikiatrik seperti mania,depresi berat,demensia,gangguan
keperibadian,penyalagunaan atau pengguaan zat,gangguan kecemasan.dan schizophrenia

Kesiapan Persalinan
Kategori : Psikologi

Subkategori : Intergritas Ego

Defenisi

Pola mempersiapkan,mempertahankan dan memperkuat proses kemahilan dan persalinan serta


bayi baru lahir.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif

1. Menyatakan kenginan untuk menerapkan gaya hidup yang te


2. Menyatakan kenginan untukl menerapkan penataksanaan
3. Menyatakaan keinginan untuk menerapkan penatalaksanaan gejala ketidaknyamaan selama
persalinan
4. Menyatakan rasa percaya diri menjalani persalinan

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(Tidak tersedia)

Objektif

1. Menunjukkan perilaku proaktif selama persiapan persalinan

Kondisi Klinis Terkait

1. Status kesehatan ibunsehat


2. Status kesehatan janin sehat
Kondisi klinis Terkait
1. Status kesehatan ibu sehat
2. Status ibu janin sehat

Pola seksual tidak efektif


Kategori : Fsiologis
Subkategori : Reproduksi dan seksualitas

Defenis
Kekawatiran individu melakukan hubungan seksual yang beresiko menyeabkan perubahan
kesehatan

Penyebab
1. Kurang privasi
2. Ketiaadaan pasangan
3. Konflik orientasi seksual
4. Ketakutan hamil
5. Ketakutan terinfeksi penyakit menular seksual
6. Hambatan hubungan dengan pasangan
7. Kurang terpapar informasi tentang seksualitas

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Mengeluh sulit melakukan aktifvitas seksual
2. Mengunkapkan aktifvitas seksual berubah
3. Mengungkapkan prilaku seksual berubah
4. Orientasi seksual berubah

Objektif
(Tidak tersedia)

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
1. Mengungkapkan hubungan pasang berubah

Objektif
1 .Konflik nilai
Kondisi Klinis Terkait
1. Mastektomi
2. Histerektomi
3. Kanker
4. Kondisi yang menyeabkan paralisis
5. Penyakit menular seksual (Mis.sifilis,gonore,ADIS)

Resiko disfungsi seksual


Katagori : fisiologis
Subjekatagori :reproduksi dan seksualitas

Defenisi
Beresiko mengalami perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual
berupa hasrat,terangsang,organisme dan relaksasi yang di pandang tidak
memuaskan,tidak bermakna/ tidak adekuat

Faktor Resiko
Biologis
1. Gangguan neourologi
2. Gangguan urologi
3. Gangguan endokrin
4. Keganasaan
5. Faktor ginekologi (mis,kehamilan,paska persalinan)
6. Efe kagen farmokologis
Psikologis
1. Defresi
2. Kecemassan
3. Penganiayaan psikologis/seksual
4. Penyala gunaan obat/zat
Stuasional
1. Konlik hubungan
2. Kurangnnya privasi
3. Pola seksual pasang menyimpang
4. Ketiadaan pasang
5. Ketidak adekuatan edukasih
6. Konflik nilai personal dalam keluarga,budaya dan agama

Kondisi Klinis Terkait


1. Diabetes melelitus
2. Penyakit jantung (mis,hipertensi,penyakit jantung korone)
3. Penyakit paru (mis,TB,PPOK,Asma)
4. Stroke
5. Kehamillan
6. Kanker
7. Gangguan
endokrin,perkemihan,neouromuskulart,muskuloskaletal,kardio
paskuler
8. Trauma genital
9. Pembedahaan pelvis
10. Kanker
11. Menopause
Disfunfsi Seksual
Intervensi Utama

Edukasi Seksualitas

Defenisi

Memberikan informasi dalam memahami Dimensi fisik dan fisikososial seksual.


Tindakan

Observasi

- identivikasi kesiapan dan kemampuan dan menerima informasi Terapeitik


- sediakan materi dan media pendidikaan kesehatan
- jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- berikan kesempatan untuk bertanya
- fasilitasi kesadaran keluarga terhadap anak dan remaja serta pengaruh media

Edukasi
- jelaskan anatomi dan fisiologis system reproduksi laki – laki dan perempuan
- jelaskan perkembangan seksualitas sepanjang siklus kehidupan
- jelaskan perkembang emosi masa anak dan remaja
- jelaskan pengaruh tekanan kelompok dan social terhadap aktivitas seksualitas
- jelaskan konsenkuensi negative mengasuh anak pada usia dini (mis,kemiskinan,kehilangan karir
dan pendidikan)
- jelaskan resiko tertular penyakit menular seksual AIDS akibat sexs bebas
- anjurkan orang tua menjadi educator seksualitas bagi anak-anak
- anjurkan anak/remaja tidak melakukan aktivitas seksualitas di luar nikah
- ajarkan keterrampilan komunikasi asertif untuk menolak tekanan teman sebaya dan social
dalam aktivitas seksual

Fungsi sesualitas

Defenisi

Intergrasi aspek fisik dan sosiomosional terkait penyaluran dan kinerja seksual

Kriteria hasil

Kepuasan hubungan seksual

Mencari informasi untuk mencapai kepuasan seksual

Menurun cukup menurun sedang cukup meningkat Meningkat

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
Meningkat cukup meningkat sedang cukup meningk
at menurun

Perbalisasi aktifitasi 1 2 3 4 5

Seksual berubah 1 2 3 4 5

Verbalisasi eksitasi seksual berubah 1 2 3 4 5

Verbalisasi peran seksual berubah 1 2 3 4 5

Keluhan nyeri saat berhubungan seksual 1 2 3 4 5

( Dispareunia)

Keluhan hubungan seksual terbatas 1 2 3 4 5

Keluhan sulit melakukan aktifitas seksual 1 2 3 4 5

Verbalisasi aktifitas seksual berubah 1 2 3 4 5

Verbalisasi perilaku seksual berubah 1 2 3 4 5

Konflik nilai 1 2 3 4 5

Memburuk cukup memburuk sedang cukup membaik membaik

Hasrat seksual 1 2 3 4 5

Orientasi seksual 1 2 3 4 5

Ketertarikan pada pasangan 1 2 3 4 5


BAB 3

PENUTUP
KESIMPULAN

Reproduksi dan seksual adallah jenis siklus hidup. Pada reproduksi seksual generasi

Antara sel dengan satu set kromosom dan sel dengan dua set kromosom. Reproduusi seksual

merupakan siklus hidup paling umum pada eukariota , misalnya hewan dan tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E. (2013). Manual Diagnosis Keperawatan Rencana, Intervensi, & Dokumentasi


Asuhan Keperawatan. (P. E. Karyuni, E. A. Mardella, E. Wahyuningsih, & M. Mulyaningrum, Eds.)
(Edisi 3). Jakarta: EGC.

PPNI ( 2016 ).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia & Definis dan indicator diagnostik: Definisi
dan Indikator Diagnostik ,Edisi1 .Jakarta:DPP PPNI

Dipiro,J., dkk.2011. Pharmacotherapy:Pathophysiologic Approach. Badan Pendidikan dan


Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar.

Rahmadiana, M. 2012. “Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan” dalam Jurnal Psikogenesis. Volume 1
(1). Hlm. 88–94.

Dinas Kesehatan Ponorogo 2018. Kejadian Penyakit Hipertensi Teratas di Puskesmas Daerah Ponorogo.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012

Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan PraktikKeperawatan. Yogyakarta :GrahaIlmu. Arikunto,
S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta. Nurhidayat, S. (2015).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi.

Ponorogo : Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT). Padila. (2013). Asuhan Keperawatan
Penyakit Dalam. Bengkulu. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2018).
Nursing Interventions Classifications. Jakarta: Mono Media. Amin, Hardi.(2015). Aplikasi Asuhan
Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. Medi Action : Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai